Anda di halaman 1dari 3

14 Jenis Imunisasi Wajib untuk Anak

posted September 30, 2013 / No Comments

Selain memperhatikan gizi dan menjaga kesehatan,


imunisasi adalah salah satu cara pencegahan utama terhadap suatu penyakit. Imunisasi
merupakan program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak PBB, sehingga pemerintah dan
orangtua wajib memberikan upaya kesehatan yang terbaik untuk anak, meliputi pemberian
imunisasi.
Secara berkala, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan evaluasi mengenai jadwal
imunisasi, berdasarkan perubahan epidemiologis penyakit, kebijakan kementerian
kesehatan/WHO, kebijakan global, dan pengadaan vaksin di Indonesia. Sekarang, tidak
dibedakan lagi imunisasi yang diwajibkan dan yang dianjurkan, mengingat semua imunisasi
HARUS diberikan pada bayi dan anak.
Apa saja jenis imunisasi tersebut?
BCG
Berisi suspensi M.Bovis hidup yang sudah dilemahkan. Imunisasi ini tidak mencegah infeksi
Tuberkulosis (TB) tetapi mengurangi risiko terjadinya TB berat seperti meningitis TB dan TB
milier.
Hepatitis B
Tersedia vaksin kombinasi HepB dan DTP yang berdasarkan hasil penelitian Biofarma dapat
memberikan respon antibodi lebih baik daripada diberikan secara terpisah.
Polio
Polio bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan dan susah bernafas. Vaksin polio
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu IPV (inactivated polio vaccine) yang berisi virus polio yang
sudah dimatikan. Vaksin ini diberikan dalam bentuk suntikan dan OPV (oral polio vaccine), yang
mengandung virus hidup yang sudah dilemahkan.
DTP (Difteri Tetanus Pertusis)
Terdapat jenis vaksin DtaP (pertusis aselular) atau yang pada orang awam dianggap sebagai
vaksin DTP yang tidak menimbulkan demam. Meskipun reaksi paska imunisasi DtaP baik lokal

maupun sistemik lebih rendah dibanding DTP biasa, namun vaksin tersebut masih dapat
menimbulkan reaksi demam dan pembengkakan seperti jenis vaksin lain.
Campak
Jika menjangkit anak-anak terutama anak dibawah lima tahun, campak bisa berefek fatal.
HIB
Tersedia vaksin kombinasi DTP dan HIB dengan daya imunogenitas yang tetap tinggi tanpa
mempengaruhi respon imun satu sama lainnya.
PCV
Bayi yang berisiko tinggi mengalami kolonisasi pneumokokus, yaitu bayi dengan infeksi saluran
napas atas, menjadi perokok pasif, bayi yang tidak mendapatkan ASI, dan bayi yang tinggal di
negara 4 musim (pada musim dingin).
ROTAVIRUS
Di Indonesia, diare menjadi 28% penyebab kematian pada balita. Tersedia vaksin monovalen
(Rotarix) dan pentavalen (Rotareq).
INFLUENZA
Rekomendasi IDAI, imunisasi influenza diberikan pada:
- Anak sehat yang berusia 6 bulan 2 tahun.
- Anak dengan penyakit jantung kronik, asma, diabetes, penyakit ginjal kronis dan HIV.
- Anak yang tinggal di tempat seperti asrama, panti asuhan, atau pesantren.
- Orang yang bisa menularkan virus flu pada orang yang berisiko tinggi, seperti pengasuh anak
dan petugas kesehatan.
VARISELA
Tidak boleh diberikan pada anak yang sedang demam tinggi, hitung limfosit yang rendah, alergi
terhadap neomisin, dan adanya defisiensi imun seluler.
MMR
Imunisasi MMR tetap diberikan meskipun anak memiliki riwayat infeksi campak, gondongan,
maupun rubela. Tidak ada efek imunisasi yang terjadi pada anak yang sebelumnya telah
mendapat imunitas terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini. Imunisasi ini juga
tidak berhubungan dengan autisme.
TIFOID
Tifoid atau yang lebih dikenal dengan thypus adalah penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
salmonella typhi. Bakteri ini sering ditemukan di air dan lingkungan tempat tinggal yang tidak
dijaga kebersihannya.
HEP A
Hepatitis A adalah penyakit peradangan pada liver (hati) yang tidak jarang pula menjangkit anakanak.

HPV
Jadwal pemberian imunisasi HPV tergantung dari jenis vaksin yang akan digunakan. Imunisasi
ini dapat diberikan pada pasien sejak usia 10 tahun. Jika menggunakan vaksin HPV bivalen,
diberikan 3 dosis. Dosis kedua dilakukan sebulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga
dilakukan 5 bulan kemudian. Sedangkan vaksin HPV tetravalen, juga diberikan 3 dosis, namun
dosis kedua diberikan 2 bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan 4 bulan
kemudian.
Sebelum memberikan vaksinasi, dokter disarankan untuk memberikan penjelasan lebih dulu
mengenai vaksinasi tersebut, di antaranya mengenai bahaya penyakit, manfaat imunisasi, serta
reaksi yang mungkin dapat timbul setelah imunisasi.
Bagi orang tua, sebaiknya memberitahukan kepada dokter hal-hal yang terkaitan kontraindikasi
yang mungkin pernah terjadi sebelum imunisasi diberikan, misalnya riwayat penyakit anak,
alergi terhadap neomisin, riwayat imunisasi sebelumnya, dan terapi yang sedang dilakukan. Hal
ini berguna untuk mengantisipasi reaksi tubuh anak usai imunisasi. (Sumber :
http://id.she.yahoo.com/14-jenis-imunisasi-wajib-untuk-anak-031921172.html)

dr

Anda mungkin juga menyukai