NIM : 186070300111010
I. LATAR BELAKANG.
Gagal jantung atau congetive heart failure ( CHF ) merupakan kondisi curah jantung yang
tidak cukup untuk memenuhi metabolic tubuh saat istirahat ataupun aktivitas (Mann.D.L,
2015). Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular termasuk CHF masih
menduduki peringkat yang tinggi, CHF telah melibatkan 23 juta penduduk di dunia.
Dipaparkan bahwa sekitar 4.3 juta penduduk Indonesia menderita gagal jantung dengan
500.000 kasus baru didiagnosa dengan CHF setiap tahunnya (Nadia, 2015).Berdasarkan
tingginya angka prevalensi CHF di Indonesia, maka klien dengan CHF perlu mendapatkan
Pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF) mengalami tanda-tanda dyspnea dan
kelelahan selama beraktifitas terutama saat berolahraga, dikarenakan cardiac output dan
aliran darah perifer mengalami penurunan (Johnson, 2016). Terapi non farmakologi yang
dapat dilakukan untuk pasien CHF meliputi terapi fisik, terapi okupasi, terapi pernapasan,
dan nutrisi. Intervensi non farmakologi yang logis yang dapat dilakukan oleh keperawatan
adalah melatih fisik dan pernafasan pasien. Jika CHF tidak segera ditangani maka akan
menurunkan cara kerja jantung dan darah tidak akan berfungsi dengan baik saat memompa
darah sehingga muncul sesak nafas atau dyspnea (Moser, 2016). Dengan latar belakang
tersebut diatas maka penulis membuat penulisan makalah dengan judul “ Askep pasien CHF
dengan intervensi Deep Breathing Exercise dan Range of Motion untuk menurunkan
Dyspnea “
II. MANFAAT
Penulis sangat berharap agar penulisan ilmiah ini akan dapat bermanfaat bagi berbagai
segala rasional tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gagal jantung
b. Institusi Pendidikan
Melalui penulisan kali ini diharapkan pada institusi pendidikan agar mampu melakukan
khususnya intervensi mandiri keperawatan pada pasien dengan gagal jantung (CHF).
c. Mahasiswa
Penulisan ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan literature mahasiswa
yang sedang mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung (CHF).
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain dyspnea, kelemahan fisik
dan gelisah .Dyspnea merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita CHF. Di
lihat dari patofisiologi, CHF mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi
jantung tidak dapat berfungsi dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang
muncul adalah perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut
(Bosnak-guclu 2016) .
Dyspnea pada pasien CHF juga dipengaruhi oleh aktivitas pasien, sehingga New York
Heart Assosiation (NYHA) membagi CHF menjadi 4 kategori berdasarkan tanda dan gejala
dari aktivitas yang dilakukan .Sebagai contoh pada pasien dengan NYHA IV akan sesak
nafas setiap hari, bahkan saat aktivitas ringan atau saat beristirahat. Hal ini dikarenakan
dyspnea berpengaruh pada penurunan oksigenasi jaringan dan produksi energy, sehingga
kemampuan aktifitas pasien sehari-hari juga akan menurun yang dapat menurunkan kualitas
Salah satu penyelesaian masalah dyspnea yang dapat dilakukan dengan pemberian
oksigenasi untuk menurunkan laju pernafasan. Pemberian posisi dan breathing exercise
dapat dilakukan untuk mengurangi usaha serta meningkatkan fungsi otot pernafasan (Sagar
VA and Davies EJ, 2015). Latihan fisik yang dapat ditoleransi juga menjadi penatalaksanaan
dalam meningkatkan perfusi jaringan dan memperlancar sirkulasi.. Latihan ini merupakan
salah satu latihan yang dapat dilakukan oleh pasien dengan NYHA I,II dan III. Sehingga pada
kondisi pasien NYHA IV tidak dianjurkan untuk dilakukan intervensi latihan fisik karena
Breathing exercise dan active range of motion merupakan latihan untuk meningkatkan
pernafasan dan kinerja fungsional dari pulmonal. Salah satu breathing exercise yang dapat
dilakukan adalah deep breathing exercise yaitu aktivitas keperawatan yang berfungsi
latihan fisik dilakukan pada pasien dengan CHF yang sudah stabil. Latihan fisik dilakukan 20-
30 menit dengan frekuensi 3-5 kali setiap minggu. Sebelum memulai latihan fisik, pasien
dengan CHF memerlukan penilaian yang komprehensif untuk stratifikasi risiko dan
IV.PEMBAHASAN
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Nirmalasari, 2017; Westerdahl, 2014)
menunjukkan bahwa intervensi deep breathing exercise dan active range of motion efektif
dan menurunkan dyspnea pasien CHF. Hal ini terlihat dari penurunan secara bermakna
sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Intervensi deep breathing exercise dan active
adapta- si terhadap stimulus yang ada. Kemampuan adaptasi terhadap fungsi fisiologis yang
dalam hal ini adalah pernafasan, menjadi hal utama untuk terbebas dari kondisi tersebut.
menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi,
Westerdahl, 2014). Pernafasan yang lambat, rileks dan berirama membantu dalam
mengontrol klien saat mengalami dyspnea. Latihan pernapasan atau breathing exercise
penggunaan otot bantu pernapasan. Dengan melakukan latihan pernapasan secara teratur,
maka fungsi pernafasan akan membaik (Sagar VA and Davies EJ, 2015)
Range of motion (ROM) merupakan latihan gerak dengan menggerakkan sendi seluas
gerak sendi. Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otot sehingga
meningkatkan perfusi jaringan perifer (Nirmalasari, 2017). Pergerakan tubuh yang sifatnya
teratur sangat penting untuk menurunkan resistensi pembuluh darah perifer melalui dilatasi
arteri pada otot yang bekerja sehingga meningkatkan sirkulasi. Sirkulasi darah yang lancar
terpenuhi dengan adekuat. Latihan fisik akan meningkatkan curah jantung. Peningkatan
curah jantung akan meningkatkan volume darah dan hemoglobin sehingga akan
memperbaiki penghantaran oksigen di dalam tubuh. Hal ini akan berdampak pada
Dari seluruh tindakan mandiri keperawatan yang dilakukan baik latihan pernafasan dan
latihan fisik hanya pada kondisi gagal jantung NYHA I sampai dengan III yang dapat
diharapkan mampu memperkuat otot jantung dan memaksimalkan ekspansi pulmonal dalam
diatas pada pasien CHF diharapkan mampu berkontribasi dalam pengelolaan pasien dalam
V. KESIMPULAN
Gagal jantung atau congetive heart failure ( CHF ) merupakan suatu kondisi curah
jantung yang tidak cukup untuk mempertahankan dan memenuhi metabolism dari tubuh saat
istirahat ataupun aktivitas. Pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF) mengalami
karakteristik yang khas yaitu tanda-tanda dyspnea dan kelelahan selama beraktifitas
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa intervensi deep
breathing exercise dan active range of motion efektif menurunkan dyspnea pada pasien
dengan congestive heart failure (CHF). Sehingga diharapkan tindakan mandiri keperawatan
tersebut dapat diterapkan kepada setiap pasien yang mengalami kasus gagal jantung
terutama pada derajat NYHA I sampai dengan NYHA III serta tidak dilakukan pada kondisi
Nim : 186070300111010
Penulisan karya ilmiah dalam penugasan ujian tengah semester pada Mata Kuliah
Keperawatan Medikal adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
Alkan O, H., Yigit, Z et al. (2017). Alkan O, H, Yigit, Z et al. (2017). Influence of Breathing
Exercise Education Applied on Patients with Heart Failure on Dyspnoea and Quality of
Bosnak-guclu , M., et al (2016). . Effects of inspiratory muscle training in patients with heart
Mann.D.L. (2015). Heart Failure And Cor Pulmonale Cardiovaculer Medicine, Vol.4, 117-121.
Even Free Survival In Patients With Advanced Heart Failure. Journal Of Cardiac
Nadia, P. D., P. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal
Jantung Kronik. Jurnal Managemen dan Pelayanan Farmasi. Jurnal Managemen Dan
Nirmalasari, N. (2017). Deep Breathing Exercise Dan Active Range Of Motion Efektif
Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure. Nurseline jurnal, Vol.2,
159-165.
Sagar VA and Davies EJ, e. a. (2015). Exercise-based rehabilitation for heart failure?:
Wahyudi, J. Y. D. (2016). Studi Komparasi Activities Of Daily Living Pasca Perawatan Pada
34-42.