Anda di halaman 1dari 9

ASKEP PADA PASIEN CHF DENGAN PEMBERIAN INTERVENSI DEEP BREATHING

ACTIVE DAN RANGE OF MOTION UNTUK MENURUNKAN DYSPNEA

Disusun sebagai Penugasan UTS Mata Kuliah Keperawatan Medikal

Dosen : Ns. Ikhda Ulya, M.Kep

Nama : Ns. Nur Hidayat, S.Kep.

NIM : 186070300111010

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
Askep pada pasien CHF dengan intervensi Deep Breathing exercise active dan
range of motion untuk menurunkan dyspnea
Oleh : Ns. Nur Hidayat,S.Kep

I. LATAR BELAKANG.
Gagal jantung atau congetive heart failure ( CHF ) merupakan kondisi curah jantung yang

tidak cukup untuk memenuhi metabolic tubuh saat istirahat ataupun aktivitas (Mann.D.L,

2015). Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular termasuk CHF masih

menduduki peringkat yang tinggi, CHF telah melibatkan 23 juta penduduk di dunia.

Dipaparkan bahwa sekitar 4.3 juta penduduk Indonesia menderita gagal jantung dengan

500.000 kasus baru didiagnosa dengan CHF setiap tahunnya (Nadia, 2015).Berdasarkan

tingginya angka prevalensi CHF di Indonesia, maka klien dengan CHF perlu mendapatkan

perhatian dan penanganan yang optimal.

Pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF) mengalami tanda-tanda dyspnea dan

kelelahan selama beraktifitas terutama saat berolahraga, dikarenakan cardiac output dan

aliran darah perifer mengalami penurunan (Johnson, 2016). Terapi non farmakologi yang

dapat dilakukan untuk pasien CHF meliputi terapi fisik, terapi okupasi, terapi pernapasan,

dan nutrisi. Intervensi non farmakologi yang logis yang dapat dilakukan oleh keperawatan

adalah melatih fisik dan pernafasan pasien. Jika CHF tidak segera ditangani maka akan

menurunkan cara kerja jantung dan darah tidak akan berfungsi dengan baik saat memompa

darah sehingga muncul sesak nafas atau dyspnea (Moser, 2016). Dengan latar belakang

tersebut diatas maka penulis membuat penulisan makalah dengan judul “ Askep pasien CHF

dengan intervensi Deep Breathing Exercise dan Range of Motion untuk menurunkan

Dyspnea “

II. MANFAAT
Penulis sangat berharap agar penulisan ilmiah ini akan dapat bermanfaat bagi berbagai

pihak, terutama untuk:


a. Lahan Praktek

Perawat mampu mengaplikasikan intervensi keperawatan mandiri serta mengetahui

segala rasional tindakan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gagal jantung

(CHF) dalam upaya mengurangi keluhan sesak yang dirasakan.

b. Institusi Pendidikan

Melalui penulisan kali ini diharapkan pada institusi pendidikan agar mampu melakukan

berbagai penelitian lainnya yang dapat menambah khazanah ilmu keperawatan,

khususnya intervensi mandiri keperawatan pada pasien dengan gagal jantung (CHF).

c. Mahasiswa

Penulisan ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan literature mahasiswa

yang sedang mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung (CHF).

III. TINJAUAN LITERATUR

Tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain dyspnea, kelemahan fisik

dan gelisah .Dyspnea merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita CHF. Di

lihat dari patofisiologi, CHF mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi

penimbunan cairan di alveoli. Dampak hambatan sirkulasi ke pulmonal menyebabkan

jantung tidak dapat berfungsi dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang

muncul adalah perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut

mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu sehingga terjadi dyspnea

(Bosnak-guclu 2016) .

Dyspnea pada pasien CHF juga dipengaruhi oleh aktivitas pasien, sehingga New York

Heart Assosiation (NYHA) membagi CHF menjadi 4 kategori berdasarkan tanda dan gejala

dari aktivitas yang dilakukan .Sebagai contoh pada pasien dengan NYHA IV akan sesak

nafas setiap hari, bahkan saat aktivitas ringan atau saat beristirahat. Hal ini dikarenakan

dyspnea berpengaruh pada penurunan oksigenasi jaringan dan produksi energy, sehingga
kemampuan aktifitas pasien sehari-hari juga akan menurun yang dapat menurunkan kualitas

hidup pasien (Mann.D.L, 2015).

Salah satu penyelesaian masalah dyspnea yang dapat dilakukan dengan pemberian

oksigenasi untuk menurunkan laju pernafasan. Pemberian posisi dan breathing exercise

dapat dilakukan untuk mengurangi usaha serta meningkatkan fungsi otot pernafasan (Sagar

VA and Davies EJ, 2015). Latihan fisik yang dapat ditoleransi juga menjadi penatalaksanaan

dalam meningkatkan perfusi jaringan dan memperlancar sirkulasi.. Latihan ini merupakan

salah satu latihan yang dapat dilakukan oleh pasien dengan NYHA I,II dan III. Sehingga pada

kondisi pasien NYHA IV tidak dianjurkan untuk dilakukan intervensi latihan fisik karena

sangat beresiko tinggi (Nadia, 2015).

Breathing exercise dan active range of motion merupakan latihan untuk meningkatkan

pernafasan dan kinerja fungsional dari pulmonal. Salah satu breathing exercise yang dapat

dilakukan adalah deep breathing exercise yaitu aktivitas keperawatan yang berfungsi

meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan untuk meningkatkan compliance paru dalam

meningkatkan fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi. Sedangkan range of Motion

latihan fisik dilakukan pada pasien dengan CHF yang sudah stabil. Latihan fisik dilakukan 20-

30 menit dengan frekuensi 3-5 kali setiap minggu. Sebelum memulai latihan fisik, pasien

dengan CHF memerlukan penilaian yang komprehensif untuk stratifikasi risiko dan

dianjurkan untuk beristirahat jika kelelahan (Moser, 2016; Wahyudi, 2016).

IV.PEMBAHASAN
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Nirmalasari, 2017; Westerdahl, 2014)

menunjukkan bahwa intervensi deep breathing exercise dan active range of motion efektif

dan menurunkan dyspnea pasien CHF. Hal ini terlihat dari penurunan secara bermakna

sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Intervensi deep breathing exercise dan active

range of motion merupakan nonfarmakologis untuk membantu memenuhi kebutuhan

oksigenasi pasien dengan mengembangkan teori adaptasi Roy (Nirmalasari, 2017).


Pasien dengan masalah dyspnea pada penyakit kardiovaskuler merupakan sebuah

adapta- si terhadap stimulus yang ada. Kemampuan adaptasi terhadap fungsi fisiologis yang

dalam hal ini adalah pernafasan, menjadi hal utama untuk terbebas dari kondisi tersebut.

Deep breathing exercise berfungsi untuk meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan

,meningkatkan compliance paru dalam meningkatkan fungsi ventilasi dan memperbaiki

oksigenasi. Oksigenasi yang adekuat akan menurunkan dyspnea (Alkan O, 2017)

Latihan pernafasan juga akan meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan kecemasan,

menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi,

melambatkan frekuensi pernafasan dan mengurangi kerja pernafasan (Nirmalasari, 2017;

Westerdahl, 2014). Pernafasan yang lambat, rileks dan berirama membantu dalam

mengontrol klien saat mengalami dyspnea. Latihan pernapasan atau breathing exercise

suatu kegiatan yang dapat mengoptimalkan pengembangan paru dan meminimalkan

penggunaan otot bantu pernapasan. Dengan melakukan latihan pernapasan secara teratur,

maka fungsi pernafasan akan membaik (Sagar VA and Davies EJ, 2015)

Range of motion (ROM) merupakan latihan gerak dengan menggerakkan sendi seluas

gerak sendi. Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otot sehingga

meningkatkan perfusi jaringan perifer (Nirmalasari, 2017). Pergerakan tubuh yang sifatnya

teratur sangat penting untuk menurunkan resistensi pembuluh darah perifer melalui dilatasi

arteri pada otot yang bekerja sehingga meningkatkan sirkulasi. Sirkulasi darah yang lancar

akan melancarkan transportasi oksigen ke jaringan, sehingga kebutuhan oksigen akan

terpenuhi dengan adekuat. Latihan fisik akan meningkatkan curah jantung. Peningkatan

curah jantung akan meningkatkan volume darah dan hemoglobin sehingga akan

memperbaiki penghantaran oksigen di dalam tubuh. Hal ini akan berdampak pada

penurunan dyspnea (Johnson, 2016).

Dari seluruh tindakan mandiri keperawatan yang dilakukan baik latihan pernafasan dan

latihan fisik hanya pada kondisi gagal jantung NYHA I sampai dengan III yang dapat
diharapkan mampu memperkuat otot jantung dan memaksimalkan ekspansi pulmonal dalam

mencukupi kebutuhan oksigen di semua jaringan . Tindakan mandiri keperawatan tersebut

diatas pada pasien CHF diharapkan mampu berkontribasi dalam pengelolaan pasien dalam

meningkatkan kesejahteraan dan derajat kesehatan pasien (Nadia, 2015).

V. KESIMPULAN
Gagal jantung atau congetive heart failure ( CHF ) merupakan suatu kondisi curah

jantung yang tidak cukup untuk mempertahankan dan memenuhi metabolism dari tubuh saat

istirahat ataupun aktivitas. Pasien dengan gagal jantung kongestif (CHF) mengalami

karakteristik yang khas yaitu tanda-tanda dyspnea dan kelelahan selama beraktifitas

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa intervensi deep

breathing exercise dan active range of motion efektif menurunkan dyspnea pada pasien

dengan congestive heart failure (CHF). Sehingga diharapkan tindakan mandiri keperawatan

tersebut dapat diterapkan kepada setiap pasien yang mengalami kasus gagal jantung

terutama pada derajat NYHA I sampai dengan NYHA III serta tidak dilakukan pada kondisi

gagal jantung NYHA IV.


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ns. Nur Hidayat, S.Kep

Nim : 186070300111010

Penulisan karya ilmiah dalam penugasan ujian tengah semester pada Mata Kuliah

Keperawatan Medikal adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Malang, 31 maret 2019

Ns. Nur Hidayat,S.Kep.


DAFTAR PUSTAKA

Alkan O, H., Yigit, Z et al. (2017). Alkan O, H, Yigit, Z et al. (2017). Influence of Breathing

Exercise Education Applied on Patients with Heart Failure on Dyspnoea and Quality of

Sleep: A Randomized Controlled Study. International Journal of Medical Research

&Health Sciences, Vol.6, 107-113.

Bosnak-guclu , M., et al (2016). . Effects of inspiratory muscle training in patients with heart

failure. Respiratory Medicine. . Singapore Jurnal Elsevier, Vol.11, 142-147.

Johnson, M. a. S. G. (2016). The Management of Dyspnoea in Chronic Heart Failure. Current

Opinion in Supportive and Palliative Care. Vol.4, 63-68.

Mann.D.L. (2015). Heart Failure And Cor Pulmonale Cardiovaculer Medicine, Vol.4, 117-121.

Moser, D. K. e. a. (2016). Improvement In Health-Related Quality Of Life After Hospital Preditcts

Even Free Survival In Patients With Advanced Heart Failure. Journal Of Cardiac

Nursing, Vol.15, 763-769.

Nadia, P. D., P. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal

Jantung Kronik. Jurnal Managemen dan Pelayanan Farmasi. Jurnal Managemen Dan

Pelayanan Farmasi,, 2443-2946.

Nirmalasari, N. (2017). Deep Breathing Exercise Dan Active Range Of Motion Efektif

Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure. Nurseline jurnal, Vol.2,

159-165.

Sagar VA and Davies EJ, e. a. (2015). Exercise-based rehabilitation for heart failure?:

systematic review and meta-analysis.

Wahyudi, J. Y. D. (2016). Studi Komparasi Activities Of Daily Living Pasca Perawatan Pada

Pasien Jantung Berdasarkan Jenis Penyakit Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.


Westerdahl, E. e. a. (2014). Deep Breathing Exercises Performed 2 Months Following Cardiac

Surgery A Randomized Controlled Trial. Journal Cardiopulmonary Rehabilitation, Vol.1,

34-42.

Anda mungkin juga menyukai