Disusun Oleh
20164030019
2017
A. DEFINISI
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak
(WHO, 2014). Stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak
(Chaira dkk, 2016). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
gangguan peredarahan darah ke otak yang dapat mengakibatkan gangguan fungsional otak
fokal maupun global secara mendadak dan akut.
B. ETIOLOGI
Stroke disebabkan oleh banyak faktor, yang sebagian besar sesungguhnya bisa
dikendalikan. Hal ini tampak pada perilaku mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol
dan rendah serat, kurang dalam aktivitas fisik serta berolahraga, akibat stress/ kelelahan,
konsumsi alkohol berlebihan, kebiasaan merokok. Berbagai faktor risiko itu selanjutnya
akan berakibat pada pengerasan pembuluh arteri (arteriosklerosis), sebagai pemicu stroke.
Menurut The WHO Task Force on Stroke and other Cerebrovascular Disorders (1988),
faktor risiko stroke iskemik adalah: (1) hipertensi, (2) diabetes mellitus, (3) penyakit
jantung, (4) serangan iskemik sepintas (TIA), (5) obesitas, (6) hiper-agregasi trombosit, (7)
alkoholism, (8) merokok, (9) peningkatan kadar lemak darah (kolesterol, trigliserida LDL),
(10) hiperurisemia, (11) infeksi, (12) faktor genetik atau keluarga, dan (13) lainlain (migren,
suhu dingin, kontrasepsi tinggi estrogen, status sosio-ekonomi, hematokrit, peningkatan
kadar fibrinogen, proteinuria dan intake garam berlebih).
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk usia, jenis kelamin, dan
hereditas. Walaupun faktor ini tidak dapat diubah, namun tetap berperan sebagai
pengidentifikasi yang penting pada pasien yang berisiko terjadinya stroke, di mana
pencarian yang agresif untuk kemungkinan faktor risiko yang lain sangat penting (Roger
2012).
C. PATHWAY
(Terlampir)
D. KLASIFIKASI
Terdapat dua macam bentuk stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak terkontrol di otak.
Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah
stroke hemoragik. Stroke iskemik mempunyai berbagai etiologi, tetapi pada prinsipnya
disebabkan oleh aterotrombosis atau emboli, yang masing-masing akan mengganggu atau
memutuskan aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF) (WHO, 2014).
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik pada pasien stroke pada umumnya mengalami kelemahan pada
salah satu sisi tubuh dan kesulitan dalam berbicara atau memberikan informasi karena
adanya penurunan kemampuan kognitif atau bahasa serta disfungsi : 12 syaraf kranial,
kemampuan sensorik, refleks otot, kandung kemih (Fagan and Hess, 2008).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berdasarkan guidelines American Stroke Association (ASA), untuk pengurangan
stroke iskemik secara umum ada dua terapi farmakologi yang direkomendasikan dengan
grade A yaitu t-PA dengan onset 3 jam dan aspirin dengan onset 48 jam :
1. Aktivator Plasminogen (Tissue Plasminogen Activator/ tPA)
Obat ini dapat melarutkan gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah,
melalui enzim plasmin yang mencerna fibrin (komponen pembekuan darah). Akan tetapi,
obat ini mempunyai risiko, yaitu perdarahan. Hal ini disebabkan kandungan terlarut tidak
hanya fibrin yang menyumbat pembuluh darah, tetapi juga fibrin cadangan yang ada
dalam pembuluh darah.
2. Antiplatelet
The American Heart Association/ American Stroke Association (AHA/ASA)
merekomendasikan pemberian terapi antitrombotik digunakan sebagai terapi pencegahan
stroke iskemik sekunder. Aspirin, klopidogrel maupun extended-release dipiridamol-
aspirin (ERDP-ASA) merupakan terapi antiplatelet yang direkomendasikan
3. Pemberian Neuroprotektan
Pada stroke iskemik akut, dalam batas–batas waktu tertentu sebagian besar jaringan
neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang
disebut sebagai strategi neuroprotektif. Beberapa diantaranya adalah golongan
penghambat kanal kalsium (nimodipin, flunarisin), antagonis reseptor glutamat
(aptiganel, gavestinel, selfotel), agonis GABA (klokmethiazol), penghambat peroksidasi
lipid (tirilazad), antibody anti-ICAM-1 (enlimobab), dan aktivator metabolic (sitikolin).
Pemberian obat golongan neuroprotektan sangat diharapkan dapat menurunkan angka
kecacatan dan kematian.
4. Pemberian Antikoagulan
Warfarin merupakan pengobatan yang paling efektif untuk pencegahan stroke pada
pasien dengan fibrilasi atrial. Pada pasien dengan fibrilasi atrial dan sejarah stroke atau
TIA, resiko kekambuhan pasien merupakan salah satu resiko tertinggi yang diketahui.
Secara umum pemberian heparin, LMWH atau Heparinoid setelah stroke iskemik tidak
direkomendasikan karena pemberian antikoagulan (heparin, LMWH, atau heparinoid)
secara parenteral meningkatkan komplikasi perdarahan yang serius (Fagan and Hess,
2008).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Semua pasien yang diduga stroke harus menjalani pemeriksaan MRI atau CT scan
tanpa kontras untuk membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik serta
mengidentifikasi adanya efek tumor atau massa (kecurigaan stroke luas). Pencitraan otak
atau CT scan dan MRI adalah instrumen diagnose yang sangat penting karena dapat
digunakan untuk mengetahui sejauh manastroke yang diderita oleh seseorang.
Selain itu juga terdapat berbagai pemeriksaan lain yang digunakan untuk membantu
menegakkan diagnose stroke yaitu: Angiografi serebri, membantu menemukan penyebab
dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk
mencari sumber perdarahan seperti aneurimsa atau malformasi vaskuler. USG Doppler,
untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis). EEG,
pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak. Pemeriksaan
laboratorium 1) Darah rutin, 2) Gula darah, 3) Urine rutin, 4) Cairan serebrospinal,
5) Analisa gas darah (AGD), 6) Biokimia darah dan 7) Elektrollit (Fagan and Hess,
2008).
H. KOMPLIKASI
Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan lainnya atau
komplikasi, dan sebagian besar komplikasi tersebut dapat membahayakan nyawa si
penderita.
Selain kematian, komplikasi stroke meliputi:
1. Aritmia (detak jantung tidak beraturan) dan infark miokardial (kematian sel-sel jantung)
2. Pneumonia dan edema paru
3. Disfagia (kesulitan menelan) dan aspirasi
4. Trombosis vena
5. Infeksi saluran kencing, tidak dapat menahan kencing (inkontinensia urine), dan tidak
dapat melakukan kegiatan seksual (disfungsi seksual)
6. Perdarahan di saluran cerna
7. Mudah jatuh sehingga mengalami patah tulang
8. Depresi (Roger, 2012).
I. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan yang dapat dilakuakan pada pasien penderitas stroke yaitu:
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Data riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu
c) Riwayat penyakit keluarga
4. Riwayat psikososial dan spiritual
5. Aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi
b) Minum
c) Eliminasi
6. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
b) Mata
c) Hidung
d) Mulut
e) Dada (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
f) Abdomen (Inspeksi, Auskultasi Palpasi, Perkusi,)
g) Ekstremitas (Doenges, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Chaira dkk. (2016). Pengaruh Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Menjalani Neurorehabilitasi pada Pasien Pasca Stroke di Unit Rehabilitasi Medik Rsudza
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswaa Kedokteran Medisia. 1 (4) 12-17
Doenges, Marylinn E. (2009). Nursing care plan: guidelines for Planning and documenting
patient care. 3rd ed. FA. Davis
Fagan, S.C., dan Hess, D.C., 2008, Stroke dalam Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke,
G., Wells, B.C., & Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach,
seventh Edition, Appleton and Lange New
Roger, V.L., Go, A.S., Lloyd-Jones, D.M., Benjamin, E.J., Berry, J.D., Borden, W.B., et al.,
2011, Heart Disease and Stroke Statistics--2012 Update : A Report From the American
Heart Association, American HeartAssociation, Circulation 2012 (125), e68-e87.York.
World Health Organization (WHO). 2014. Stroke, Cerebrovascular Accident. Diakses pada
tanggal 18 Agustus 2017 (Online)
Pathway
A. Analisa Data
DO:
- Pasien merokok saat pengkajian
5. Mengajarkan ROM
Hasil:
- Pasien mampu mengikuti kegiatan latihan ROM
22-8- Perilaku 1. Bantu individu untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan S:
2017 kesehatan untuk merubah perilaku (mengurangi merokok) - Pasien mengatakan sudah mencoba mengurangi
cenderung Hasil: merokok
09.30 berisiko - Pasien mengatakan sudah mencoba mengurangi merokok - Pasien mengatakan belum merasakan manafaat
dari mengurangi merokoknya
2. Berikan penguatan kepercayaan diri dalam membuat
perubahan perilaku dan mengambil tindakan O:-
Hasil:
- Pasien mengatakan belum merasakan manafaat dari A: Perilaku kesehatan cenderung berisiko belum
mengurangi merokoknya teratasi
5. Mengajarkan ROM
Hasil:
- Pasien mampu mengikuti kegiatan latihan ROM
23-8- Perilaku 1. Bantu individu untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan S:
2017 kesehatan untuk merubah perilaku (mengurangi merokok) - Pasien mengatakan sudah mengurangi
cenderung Hasil: merokoknya saat ini
09.00 berisiko - Pasien mengatakan sudah mengurangi merokoknya saat - Pasien mengatakan belum merasakan manafaat
ini dari mengurangi merokoknya
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. (Brosur)