Anda di halaman 1dari 6

PENATALAKSANAAN TERAPI

Gagal jantung merupakan gangguan yang kompleks dan progresif sehingga jantung tidak
mampu memompa darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tanda-tanda utama
gagal jantung adalah sesak napas, kelelahan dan retensi cairan. Penyebab gagal jantung meliputi
arteriosklerosis, infark miokardium, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup jantung,
kardiomiopati dilatasi dan penyakit jantung kongenital. Tujuan pengobatan gagal jantung adalah
meredakan gejala, memperlambat perburukan penyakit dan memperbaiki harapan hidup.
Penatalaksanaan gagal jantung baik itu akut maupun kronik ditujukan untuk memperbaiki gejala
dan prognosis, serta kualitas hidup, meskipun penatalaksanaan secara individual tergantung dari
etiologi serta beratnya kondisi. Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi
penatalaksanaan secara non farmakologis dan farmakologis, keduanya dibutuhkan karena akan
saling melengkapi untuk penatalaksaan paripurna penderita gagal jantung (Tri, 2012).

Tujuan Managemen Terapi

Tujuan dalam mendiagnosa gagal jantung dan memberi terapi dini tidak berbeda dengan
kondisi kronis lainnya, yaitu menurunkan mortalitas dan morbiditas. Karena angka kematian
tahunan gagal jantung sangatlah tinggi, penekanan pada end-point ini menjadi goal pada banyak
tujuan uji klinis. Walau demikian pada kebanyakan pasien, terutama orang tua, kemampuan
untuk hidup mandiri, terbebas dari gejala mengganggu yang tidak nyaman, dan menhindari
perawatan adalah tujuan yang seringkali seiring dengan keinginan untuk meningkatkan usia
harapan hidup. Upaya untuk mencegah timbulnya gagal jantung atau progresinya tetap
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari managemen terapi. Banyak uji klinis acak gagal
jantung mengevaluasi pasien dengan disfungsi sistolik dengan LVEF 35-40%. Patokan LVEF
<40% ini relative arbitrary, dan terdapat bukti yang terbatas bahwa gagal jantung dapat
simtomatik pada antara LVEF 40-50%.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengobatan gagal jantung antara lain :

a. Menurunkan mortalitas
b. Mempertahankan / meningkatkan kualitas hidup
c. Mencegah terjadinya kerusakan miokard, progresivitas kerusakan miokard, remodelling
miokard, timbulnya gejala-gejala gagal jantung dan akumulasi cairan, dan perawatan di
rumah sakit.

(Anugraha, 2012)

Management Therapy Gagal Jantung

Adapun manajemen terapi dari gagal jantung yaitu penatalaksanaan non-farmakologis dan
penatalaksanaan farmakologis.

A. Penatalaksanaan Non Farmakologis

1. Edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan serta pertolongan yang dapat
dilakukan sendiri (Tri, 2012).
2. Perubahan gaya hidup seperti pengaturan nutrisi dan penurunan berat badan pada
penderita dengan kegemukan. Pembatasan asupan garam, konsumsi alkohol, serta
pembatasan asupan cairan perlu dianjurkan pada penderita terutama pada kasus gagal
jantung kongestif berat. Penderita juga dianjurkan untuk berolahraga karena mempunyai
efek yang positif terhadap otot skeletal, fungsi otonom, endotel serta neurohormonal dan
juga terhadap sensitifitas terhadap insulin (Tri, 2012).
3. Gagal jantung kronis dapat dicetuskan oleh infeksi paru, sehingga vaksinasi terhadap
influenza dan pneumococal perlu dipertimbangkan. Profilaksis antibiotik pada operasi
dan prosedur gigi diperlukan terutama pada penderita dengan penyakit katup primer
maupun pengguna katup prosthesis (Tri, 2012).
4. Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien yang taat pada terapi farmakologi maupun
non-farmakologi (Bambang dkk, 2015).
5. Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat badan >
2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertimbangan dokter
(Bambang dkk, 2015).
6. Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala
berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien dengan gejala
ringan sampai sedang tidak memberikan keuntungan klinis (Bambang dkk, 2015).
7. Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung
dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan
meningkatkan kualitas hidup (Bambang dkk, 2015).
8. Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit atau di
rumah (Bambang dkk, 2015).

B. Penatalaksanaan Farmakologis

Pengobatan gagal jantung dengan farmakologis, secara garis besar bertujuan mengatasi
permasalahan preload, dengan menurunkan preload, meningkatkan kontraktilitas juga
menurunkan afterload. Pemilihan terapi farmakologis ini tergantung pada penyebabnya.
Selama bertahun-tahun, obat golongan diuretik dan digoksin digunakan dalam terapi gagal
jantung. Obat-obat ini mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup, namun belum
terbukti menurunkan angka mortalitas. Setelah ditemukan obat yang dapat mempengaruhi
sistem neurohumoral, RAAS dan sistem saraf simpatik, barulah morbiditas dan mortalitas
pasien gagal jantung membaik. Adapun obat yang diberikan yaitu (Anugraha, 2012) :

a. Angiotensin Converting Enzim Inhibitor (ACEI)


b. Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)
c. β -bloker / Penghambat Sekat-β
d. Diuretik
e. Antagonis Aldosteron
f. Hydralizin dan Isosorbide dinitrat
g. Glikosida Jantung (Digoxin)
h. Antikoagulan

Terapi gagal jantung terdiri atas (Tri, 2012):

1. Terapi spesifik terhadap kausa yang mendasari gagal jantung, misalnya revaskularisasi
pada PJK atau valve repair untuk penyakit jantung katup.
2. Terapi non spesifik terhadap sindroma klinis gagal jantung.
Management Outline Berdasarkan ESC (Europenan Society of Guideline)

Gambar Strategi pengobatan pada pasien gagal jantung kronik simptomatik (NYHA fc II-IV).
Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2012 (Bambang dkk, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Anugraha, D. 2012. Diagnosis dan Penatalaksanaan Gagal Jantung. Jakarta : Universitas


Muhammadiyah.

Bambang, B., dkk. 2015. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung. Jakarta : Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI) National
Cardiovascular Center Harapan Kita Hospital.

Tri, S. 2012. Penatalaksanaan Gagal Jantung. Surakarta : UNS.


FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI

“PENATALAKSANAAN TERAPI HEART FAILURE”

OLEH

KELOMPOK 5

Ni Luh Gede Diah Sawitri (171200144)

Ni Luh Suci Krismayanti (171200145)

Ni Made Arya Kori Ningsih (171200147)

Ni Made Cendani Dwi Laksmi (171200148)

Ni Putu Pipin Prasetya Sari (171200149)

A2A FARMASI KLINIS

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

2019

Anda mungkin juga menyukai