Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“TREADMILL TEST”

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Kesehatan


Dosen pengampu: Sukarno, S.Kep., Ns.

Disusun oleh:

Nurul Chotimah
010112a073

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada penatalaksanaan penyakit jantung koroner dewasa ini telah banyak kemajuan,
namun tetap saja masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting
terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia penyakit jantung koroner ini
merupakan penyebab kematian nomor wahid.
Mengingat banyaknya jumlah penderita penyakit jantung koroner dan kerugian yang
ditimbulkan, maka diperlukan diagnosa yang lebih dini.
Treadmill Test merupakan salah satu cara utama untuk menegakkan diagnosa pasien
dengan penyakit jantung koroner khususnya dan penyakit jantung pada umumnya.
Treadmill Test terutama ditujukan untuk menegakkan diagnosa secara dini sehingga
pencegahan dapat dilakukan, kematian dapat dihindari dan harapan kualitas hidup dapat
ditingkatkan.
Treadmill Test adalah cara noninvasif untuk mengkaji berbagai aspek fungsi
jantung, dengan mengevaluasi aksi jantung selama dilakukan stress fisik, respon jantung
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dapat ditentukan. Tes ini digunakan untuk
berbagai keperluan berikut seperti, membantu mendiagnosa penyebab nyeri dada,
menentukan kapasitas fungsional jantung setelah miokard infak atau pembedahan
jantung, mengkaji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia,
mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik, dan membantu
mengembangkan latihan fisik selama rehabilitasi.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian treadmill test.
2. Mengetahui dasar – dasar fisiologi treadmill test
3. Mengetahui penggunaan treadmill test
4. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi treadmill test
5. Mengetahui persiapan tindakan treadmill test
6. Mengetahui cara kerja treadmill test
7. Mengetahui recovery treadmill test
8. Mengetahui personal pelaksana treadmill test
9. Mengetahui protokol bruce dan protokol modifikasi bruce
10. Mengetahui komplikasi pada treadmill test
11. Mengetahui indikasi penghentian treadmill test
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Treadmill Test atau Treadmill Stress Test disebut juga uji latih beban jantung,
seringkali dihubungkan dengan penyakit jantung. Pada treadmill test, penderita diberi
beban latihan berupa berjalan diatas alat treadmill lalu direkam dengan alat EKG pada
saat yang bersamaan. Jadi, tes ini pada dasarnya merupakan gabungan antara latihan
fisik dan monitor rekaman aktifitas listrik jantung selama latihan. Walaupun tingkat
akurasi hanya berkisarr 70-80%, treadmill test adalah pemeriksaan yang paling umum
dilakukan oleh dokter jantung untuk deteksi penyakit jantung koroner. Pada penderita
penyakit jantung koroner, hasil pemeriksaan EKG istirahat bisa saja normal. Kadang
keluhan atau gejala penyakit jantung baru akan timbul pada saat aktifitas berlebihan,
misalnya berlari atau berolahraga. Sehingga, dengan treadmill test dapat ditemukan
adanya kelainan.
Tujuan dari tes ini antara lain untuk mendiagnosa penyakit jantung koroner,
karena pada pemeriksaan EKG istirahat seringkali tidak didapatkan perubahan yang
berarti, padahal dari keluhan penderita atau dari pemeriksaan lainnya dokter mencurigai
adanya penyakit jantung koroner. Pada penyakit jantung koroner akibat sumbatan yang
bermakna (total), maka pada EKG akan tampak jelas kelainannya. Namun, apabila
sumbatannya hanya sebagian maka pada saat istirahat kelainan tidak begitu tampak.
Sebab, ketika aktivitas tubuh meningkat, jantung akan memompa darah lebih cepat.
Saat itu pula jantung membutuhkan suplai darah yang lebih banyak untuk kontraksi
dari otot jantung itu sendiri, sehingga bila ada penyempitan sebagian dari lumen arteri
koroner maka suplai darah untuk kebutuhan otot jantung juga terhambat. Pada saat
itulah dapat timbul gejala berupa nyeri dada dan pada pemeriksaan EKG akan tampak
kelainan tersebut. Treadmill test efektif untuk mendiagnosa penyakit jantung koroner.
Melalui tes ini juga dapat diketahui sejauh mana penderita jantung koroner boleh
melakukan aktivitas dengan aman sesuai dengan kondisi jantungnya, menilai
kegawatan gangguan irama jantung, menilai respon tekanan darah terhadap latihan,
menilai kemampuan kardiopulmoner untuk aktivitas fisik, dan gambaran kasar tentang
kekuatan/fungsi otot jantung. Tes treadmill juga dapat dilakukan pada pasien
pascaperawatan serangan jantung, untuk menilai tingkat resiko untuk mengalami
kejadian akut koroner di kemudian hari dan menentukan penanganan lebih lanjut pada
pasien jantung koroner.
B. Dasar – Dasar Fisiologi
Dasar fisiologi Treadmill Test adalah latihan dinamik. Telah diketahui latihan
dinamik memberikan serial kompleks penyesuaian kardiovaskuler yang terjadi akibat
peningkatan suplai darah ke otot gerak sesuai dengan kebutuhan metabolisme yang
terjadi, disamping upaya untuk mempertahankan suplai darah ke organ vital seperti otak
dan jantung.

Latihan dinamik dapat mengakibatkan:

1. Peningkatan curah jantung (cardiac output)


2. Tekanan darah arterial meningkat
3. Tahanan/resistensi perifer meningkat
Apabila terjadi pengurangan suplai darah ke organ vital seperti jantung akan
mengakibatkan perubahan pada rekaman listrik jantung (EKG) ataupun rekaman listrik
ke otak (EEG. Khusus pada EKG akan terlihat perubahan segmen ST berupa ST depresi
atau ST elevasi.

Respons denyut jantung.

Peningkatan denyut jantung merupakan respon dari sistem kardiovaskuler terhadap


latihan yang dapat diukur untuk pertama kalinya dan merupakan mekanisme utama dari
peningkatan curah jantung (CO) dimana :

CO = HR X SV

Denyut jantung meningkat secara linier sesuai dengan beban peningkatan beban
kerja (work loads) dan peningkatan ambilan oksigen (oksigen uptake)

Respons tekanan darah.

Tekanan darah meningkat dengan meningkatnya kerja dinamik yang


mengakibatkan peningkatan curah jantung (CO). Tekanan sistolik meningkat segera
dalam beberapa menit pertama dan kemudian terjadi tingkat penyesuaian yang disebut
“stedy state“ (saat penyesuaian). Sedang tekanan diastolik tidak mengalami perubahan
yang nyata, bila terjadi peningkatan tekanan diastolik (DBP) menandakan adanya
hipertensi yang labil .

C. Penggunaan
Tes toleransi latihan dilakukan untuk mendeteksi secara dini kelainan-kelainan
jantung, seperti pada keadaan-keadaan :
1. Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat
penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. suplay darah
yang tidak adekuat ( iskhemik ) yang ditimbulkan sel – sel otot kekurangan
komponen darah. Manifestasi utama ischemia miokardium adalah nyeri dada. Salah
satu factor yang dapat menimbulkan nyeri angina adalah latihan fisik karena
kebutuhan oksigen jantung meningkat. Diagnosa ini salah satunya dapat ditegakkan
dengan stress tes, terutama pada ischemia tersamar (secara obyektif ischemia yaitu
dengan stress tes tetapi pasien tidak menunjukkan gejala).
2. Pasien dengan factor resiko terhadap coronary artery diseases dapat ditelusuri dari
riwayat kesehatan, sebagai bagian dari pengkajian kardiovaskuler terutama factor
resiko. Factor resiko dibedakan menjadi dua yaitu yang tidak dapat dirubah (riwayat
keluarga dengan masalah jantung, peningkatan usia, jenis kelamin, ras) dan dapat
dirubah ( kadar kolesterol, tinggi tekanan darah, merokok, kadar glukosa darah,
obesitas, inaktivitas fisik, stress, penggunaan kontrasepsi oral).untuk meyakinkan
kondisi pasien dengan riwayat tersebut maka diperlukan diagnosa dini untuk
menentukan kesehatan pasien.
3. Mengevaluasi kemampuan latihan ketika pasien tidak dapat menjelaskan tentang
kelelahan dan nafas pendek, pada keadaan ini pasien kadang tidak dapat
menentukan penyebab dari adanya perubahan dalam tubuhnya hal akan mempersulit
dalam menegakkan diagnosa. Untuk membantu menegakkan diagnosa maka dokter
akan melakukan salah satu tes diagnosa yaitu stress tes. Fokus utama
pengkajian adalah terhadap curah jantung dan perubahan pola EKG. Bila curah
jantung berkurang, maka jumlah oksigen yang mencapai jaringan akan berkurang.
Dengan berkurangnya oksigen ini akan menimbulkan rangsangan syaraf simpatik
untuk memenuhi kebutuhan aksigen dan menurunnya metabolisme sel sehingga
akan menimbulkan kelelahan.
4. Mengevaluasi respon tekanan darah terhadap latihan pada pasien dengan borderline
hipertensi. Tes toleransi latihan pada kasus ini digunakan untuk membedakan bahwa
peningkatan tekanan darah itu disebabkan oleh rangsangan aktifitas fisik atau
keadaan patologi pada system kardiovaskuler
5. Mengidentifikasi kelainan irama jantung, berupa disritmia adalah kelainan denyut
jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia dapat
diidentifikasi dengan menganalisa EKG. Disritmia dapat muncul, apabila terjadi
ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidakseimbangan ini
dapat disebabkan oleh aktivitas normal seperti latihan atau stress tes, hal ini terjadi
karena peningkatan respon miokardium terhadap stilumus terutama syaraf simpatik
yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas.
6. Membantu mengembangkan program latihan yang aman selama rehabilitasi. Pasien
yang mengalami serangan miokard infak akut dan bebas dari gejala maka program
rehabilitasi aktif harus dimulai. Tujuan rehabilitasi adalah mengembangkan dan
memperbaiki kualitas hidup serta mendorong aktivitas fisik dan penyesuaian fisik.
Tujuan toleransi latihan dicapai melalui penyesuaian fisik, yang dilakukan untuk
memperbaiki efisiensi jantung.
7. Mengevaluasi efektivitas pengobatan pada angina dan ischemic. Obat – obatan yang
biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen, vasodilor , antikoagulan dan
trombolitik. Nitrogliserin menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang
mengakibatkan pengumpulan darah di perifer, sehingga menurunkan jumlah darah
yang kembali ke jantung ( preload ) dan mengurangi beban kerja jantung.

C. Indikasi dan Kontra Indikasi


1. Indikasi:
a. Untuk menegakkan diagnosa PJK.
b. Untuk mengevaluasi keluhan : nyeri dada , sesak nafas dll.
c. Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional
d. Untuk mengevaluasi adanya disritmia.
e. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
f. Untuk menentukan prognosa dari kelainan kardiovaskuler
2. Kontra indikasi :
1. Infark miokard akut < 5 hari.
2. Unstable angina pectoris
3. Hipertensi berat
4. Aritmia yang berarti
5. Sesak
6. Vertigo
D. Persiapan Tindakan Treadmill Test
1. Persiapan untuk pasien
a. Persiapan pakaian sebelum latihan
Pasien dianjurkan untuk menggunakan sepatu olah raga bersole dari karet, celana
yang nyaman, dan baju yang longgar
b. Tidur cukup sebelum latihan
Kondisi tidak segar atau stress atau emosi akibat situasi yang menegangkan akan
menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan
meningkatkannya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung akan
meningkat.
c. Diinstruksikan untuk berhenti merokok, makan atau minum 4 jam sebelum
latihan.
Makan dan minum akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenteric untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung.
Kondisi ini akan mengakurkan hasil stress tes.
d. Tidak makan atau minum bahan – bahan yang mengandung cafein selama 12 jam
sebelum latihan.
Bahan – bahan yang mengandung kafein akan menimbulkan stimulasi terhadap
syaraf simpatik, hal ini akan mempengaruhi frekuensi jantung, irama, dan tekanan
darah.
e. Tidak minum obat – jantung selama 1 hari sebelum test kecuali atas anjuran
dokter
Obat – obatan yang di konsumsi menjelang latihan akan dapat memberikan hasil
yang meraguakan.
f. Jika pasien menggunakan inhaler, maka dianjurkan untuk dibawah pada saat test.
Demikian juga pada pasien diabetes jika pasien mendapatkan insulin untuk
mengontrol gula darah, dianjurkan dosis ½ nya pada pagi hari dan makan 4 jam
sebelum latihan. Jika pasien mendapatkan pil untuk mengontrol gula darah, maka
jangan minum obat sampai latihan selesai. Jika pasien dimonitor glukosanya,
maka glukosa harus dicek sebelum dan sesudah latihan.
2. Persiapan Alat
a. Satu set alat treadmill
b. Kertas printer teradmill
c. Emergencytroly lengkap dan defibilator
d. Plester
e. Elektrode
f. Oksigen
g. Tensimeter dan stetoscpoe
h. jelly
i. Alkohol 70 % dan kassa non steril
j. Tissue/Handuk kecil
k. Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill.

E. Cara kerja
1. Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata cara, maksud, manfaat dan resiko
dari treadmill.
2. Menentukan target HR submaximal dan maximal (target HR max : 220 dikurang
umur dan submaximal adalah 85 % dari target HR max)
3. Pasien menandatangani formulir informed consent.
4. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan sepatu treadmill yang telah disediakan.
5. Pasien berbaring denagn tenang di tempat tidur
6. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan electrode dengan menggunakan
kassa alkohol.
7. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan.
8. Sambungkan dengan kabel treadmill
9. Fiksasi electrode dengan sempurna
10. Masukkan data pasien ke alat treadmill
11.Ukur tekanan darah
12. Rekam EKG 12 leads
13. Jalankan alat treadmill dengan kecepatan sesuai dengan prosedur.
14. Setiap tiga menit speed dan elevation akan bertambah sesuai dengan prosedur yang
sudah ditentukan.
15. Pantau terus perubahan EKG dan keluhan pasien selama tets.
16. Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga menit.
17. Hentikan test sesuai dengan prosedur.

F. Recovery
1. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah test dihentikan.
2. Persilahkan pasien untuk duduk/berbaring.
3. Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan.
4. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap tiga menit.
5. Pemulihan biasanya selama enam menit/sembilan menit (hingga gambaran EKG ,HR,
dan tekanan darah kembali seperti semula)
6. Menberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai.
7. Lepaskan elektrode dan manset BP.
8. Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien .
9. Merapihkan kembali alat–alat pada tempatnya.
10. Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test pasien masih berada dalam
pengawasan petugas.

G. Personal pelaksana Treadmill Test


1. Dua orang tenaga yang terlatih telah menguasai seluk beluk alat dan prosedur
treadmill.
2. Mempunyai pengetahuan tentang indikasi dan kontra indikasi Treadmill Test
3. Mempunyai pengetahuan tentang dasar – dasar fisiologi treadmill.
4. Mengetahui prinsip – prinsip interpretasi Treadmill Test
5. Mampu melakukan prosedur penanganan emergency termasuk kemampuan ACLS.

H. Protokol Bruce (Setiap phase selama 3 menit)


Phase Speed Elevation
1 1,7 10
2 2,5 12
3 3,4 14
4 4,2 16
5 5 18
Protokol Modifikasi Bruce (Setiap phase selama 3 menit)
Phase Speed Elevation
1 1,7 0
2 1,7 5,0
3 1,7 10
4 2,5 12
5 3,4 14

I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada saat Treadmill Test:
1. Hipotensi
2. Disritmia yang berat
3. Infark myocard acute
4. Syncope dan stroke
5. Trauma fisik (jatuh saat test)
6. Henti jantung (cardiac arrest)
7. Kematian

J. Indikasi Penghentian Treadmill Test


1. Keluhan subjektif
a. Timbul nyeri dada yang hebat
b. Sesak nafas
c. Vertigo / pusing
d. Nyeri pada persendian kaki
e. Kelelahan/cape sekali
f. Pasien minta agar test dihentikan
2. Keluhan Objektif
a. Respon hipertensi/hipotensi
b. Timbul aritmia yang berarti
c. ST depresi/ST elevasi >3 mm
d. Timbul tanda- tanda perfusi yang buruk (pucat,sianotik,ekstremitas dingin).
e. Target HR maximal tercapai
DAFTAR PUSTAKA

http://yochisenyum.blogspot.com/2011/04/tes-toleransi-latihan-treadmill-test.html
http://khayreeah.blogspot.com/2012/05/uji-latih-beban-jantung-treadmill-test.html
http://rumahsakit.unair.ac.id/berita_rumahsakit90.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai