Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL DAN


ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)

Dosen Penanggung Jawab : Niken Purbowati, SST, M.Kes

Disusun Oleh :

Puspita Amanah Ramadhani ( P3. 73. 24. 1. 19. 108 )

Tengku Farah Zahrani Baharudin ( P3. 73. 24. 1. 19. 173 )

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN TAHAP SARJANA


TERAPAN

2019
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah “Pemeriksaan pada Alat Vital dan
Elektrokardiogram (EKG)” ini dengan baik. Laporan ini dipergunakan untuk memenuhi tugas
kami.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini menjadi lebih bermanfaat untuk para
mahasiswa pada umumnya dan untuk teman kebidanan pada khususnya.

17 Agustus 2019

Penulis
Daftar isi
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Elektrokardiograf (EKG) merupakan salah satu alat medis yang digunakan untuk
memonitoring dan mendiagnosa penyakit jantung. Pada EKG ada dua hal yang penting,
yaitu depolarisasi penyebaran stimulus melalui otot jantung, dan repolarisasi,
kembalinya stimulus otot jantung untuk keadaan istirahat. EKG merekam aktivitas sinyal
biolistrik yang dihasilkan oleh jantung manusia yang biasa disebut elektrokardiogram.
EKG yang sering dijumpai di rumah sakit atau klinik adalah jenis EKG konvensional
dengan prinsip kerja menggunnakan beberapa titik sadapan dari tubuh yang dikhususkan
pada penderita penyakit jantung

Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendektesi adanya


perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh,
frekuensi pernafasan, suhu tubuh, berat badan, dan tinggi badan. Tanda vital mempunyai
nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka
mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Pada
prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan yang
lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering atau lebih ketat pada pasien
dengan tingkat kritis yang tinggi dibanding dengan pasien yang tidak kritis atau terlalu
parah. Disamping itu pemeriksaan tanda vital difungsikan sebagai pemeriksaan tambahan
untuk penegak diagnosis penyakit oleh dokter, sehingga dokter selain bertanya/anamnesis
juga melakukan pemeriksaan fisik berupa pengukuranpengukuran tersebut. Maka dokter
dapat menyingkirkan diagnosis banding atau kemungkinan penyakit lain dan menetapkan
diagnosis pasti. Dengan adanya pemeriksaan tinggi dan berat tubuh pasien dapat
diketahui kondisi umum dan status gizi pasien. Dimana kondisi dan status tersebut
berkaitan dengan onset obat dan fase absorbsi obat. Jika pemberian obat tidak sesuai
maka dampaknya terletak pada cara kerja obat yang tidak maksimal. Dimana dosis obat
akan habis terlebih dahulu karena proses penghantaran obat untuk mencapai target terlalu
panjang dan akan habis diserap oleh tubuh atau sebaliknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Elektrokardiografi (EKG)?
2. Apa kegunaan Elektrokardiografi?
3. Bagaimana sistem Konduksi Jantung?
4. Apa saja sifat sifat sel jantung?
5. Bagaimana karakteristik suhu tubuh/temperatur,nadi,frekuensi pernapasan,tekanan
darah secara normal dan abnormal?
6. Bagaimana prosedur pemeriksaan suhu tubuh/temperatur,nadi,frekuensi pernapasan
dan tekanan darah?

1.3 Tujuan masalah


1. Mengetahui pengertian Elektrokardiografi(EKG)
2. Mengetahui kegunaan Elektrokardiografi
3. Mengetahui sistem konduksi jantung
4. Mengetahuisifat-sifat jantung
5. Mengetahui karateristik suhu tubuh/temperatur,nadi,frekuensi pernapasan,tekanan
darah secara normal dan abnormal
6. Mengetahui prosedur pemeriksaan suhu tubuh/temperatur,nadi,frekuensi pernapasan
dan tekanan darah
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Tanda – tanda Vital

Tanda-tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan


oleh seorang tenaga media selama pengkajian.Tenaga medis mengkaji tanda-
tanda vital kapan saja klien masuk ke bagian pemeriksaan
kesehatan.Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pengukuran suhu
tubuh,frekuensi nadi,frekuensi pernapasan dan tekanan darah.Pemeriksaan
tersebut merupakan indikator dari status kesehatan,pemeriksaan ini menunjukkan
keefektifan sirkulasi,respirasi,fungsi neutral dan endoktrin tubuh.Karena sangat
penting.Maka disebut tanda-tanda vital (Potter,pettry 2005)

Banyak faktorseperti suhu lingkungan,latihan fisik,dan efek sakit yang


menyebabkan perubahan tanda-tanda vital,kadang-kadang di luar batas
normal.Pemeriksaan tanda-tanda vital memberi data status kesehatan klien,seperti
respon terhadap stres fisik dan psikologis,terapi medis dan
keperawatan,perubahan tanda-tanda vital,dan menandakan perubahan fungsi
fisiologis. Perubahan pada tanda-tanda vital dapat juga menandakan kebutuhan
dilakukannya intervensi perawatan dan medis (Potter,perry 2005)
3.1 Pengertian Elektrokardiografi (EKG)

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh


aktivitas listrik jantung. Salah satu informasi penting yang dapat diambil dari sinyal EKG
adalah aktivitas kelistrikan jantuang yang membentuk gelombang PQRST, Parameter ini
biasanya digunakan untuk melihat keadaan jantung normal dan tidak normal (Alhazen
2015 )

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik


jantung.  Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P,
QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem
hantaran dan miokardium.
Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan
untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitaslistrik
jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuh di
lokasistandar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari
polakarakteristik pada EKG.
Elektrokardiogram, EKG atau ECG: Sebuah EKG adalah bagian penting dari evaluasi awal
pasien yang diduga memiliki masalah jantung yang terkait. Elektroda lengket kecil
diterapkan ke dada pasien, lengan dan kaki. Namun, dengan beberapa sistem, elektroda
dapat diterapkan untuk bahu dada, dan sisi dada bagian bawah, atau pinggul. Kabel
digunakan untuk menghubungkan pasien dengan mesin EKG. Anda akan diminta untuk
tetap diam sementara perawat atau teknisi catatan EKG. Aktivitas listrik yang diciptakan
oleh pasien jantung diproses oleh mesin EKG dan kemudian dicetak pada kertas grafik
khusus. Ini kemudian ditafsirkan oleh dokter Anda. Ini membutuhkan waktu beberapa
menit untuk menerapkan elektroda EKG, dan satu menit untuk membuat rekaman yang
sebenarnya. 

3.2  Kegunaan Elektrokardiografi


EKG dapat memberikan data yang mendukung diagnosis dan pada beberapa kasus
penting untuk penetalaksanaan pasien. EKG penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan
kelainan irama jantung. EKG membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada, dan ketepatan
penggunaan trombolisis pada infark miokard tergantung padanya. EKG dapat membantu
mendiagnosis penyebab sesak nafas.
Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai
oleh kelainan aktivitas kontraktil jantung. Evaluais terhadap EKG dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan
kesehatan otot-ototnya.
1.    Kelainan Kecepatan
Jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di sebuah rekaman EKG
dikalibrasikan ke kecapatan jantung. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut
per menit dikenal sebagai takikardia(cepat), sedangkan denyut yang lambat yang kurang
dari 60 kali per menit disebut bradikardi(lambat).
2.    Kelainan Irama
Irama mengacu pada keteraturan gelombang EKG. Setiap variasi irama normal
dan urutan eksitasi jangtung disebut aritmia.
-       Flutter Atrium ditandai oleh urutan deplolarisasi atrium yang reguler tetapi cepat dengan
kecepatan antara 200 sampai 300 denyut per menit.
-       Fibrilasi Atrium ditandai oleh depolarisasi atrium yang cepat, ireguler, dan tidak
terkordinasi tanpa gelombang P yang jelas.
-       Fibrilasi Ventrikel adalah kelainan irama yang sangat serius dengan otot-otot ventrikel
memperlihatkan kontraksi yang kacau dan tidak terkoordinasi.
3.    Miopati Jantung
Gelombang EKG abnormal juga penting dalam mengenali dan menilai miopati
jantung (kerusakan otot jantung).

3.3 Kegunaan Elektrokardiografi (EKG)


-          Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
-          Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)
-          Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
-          Mengetahui adanya gangguan elektrolit
-          Mengetahui adanya gangguan perikarditis

Pada umumnya pemeriksaan EKG berguna untuk mengetahui : aritmia, fungsi alat pacu
jantung, gangguan konduksi interventrikuler, pembesaran ruangan-ruangan jantung, IMA,
iskemik miokard, penyakit perikard, gangguan elektrolit, pengaruh obat-obatan seperti
digitalis, kinidin, kinine, dan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung bawaan,
korpulmonale, emboli paru, mixedema.

3.4 Sistem Konduksi Jantung 


1.    Sinoatrial Node (SA Node)
Suatu tumpukan neuromuskular yang kecil, berada di dalam dinding atrium kanan di
ujung kristo terminalis. Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung, dari sini
impuls diteruskan ke antrioventrikuler node.
2.    Antrioventrikular Node (AV Node)
Susunannya sama seperti sinoatrium node. Berada di dalam septum atrium dekat
muara sinus koronarius. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel
melalui berkas wenkebach.
3.    Antrioventrikuler Bundel (AV Bundel)
Mulai dari AV bundel berjalan ke arah depan pada pinggir posterior dan pinggir
bawah pars membranasea septum interventrikulare. Pada bagian cincin yang terdapat
antara atrium dan ventrikel analus vibrosus, rangsangan terhenti 1/10detik selanjutnya
menuju ke arah apeks kordis dan bercabang dua :
a.   Pars septalis dekstra melanjut ke arah AV bundel di dalam pars mucularis septum
interventrikulare menuju ke dinding depan depan ventrikel kanan.
b.  Pars septalis sinistra berjalan di antara pars membranacea dan pars mucularis sampai di sisi
kiri septum interventrikularis menuju basis M. Papilaris inferior ventrikel kiri. Serabut-
serabut pars septalis kemudian bercabang-cabang menjadi serabut terminal (serabut
purkinje).
4.    Seraburt penghubung Terminal
Serabut penghubung terminal (serabut purkiunje) berupa anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.

3. 5 Sifat-Sifat Sel Jantung 


Sel-sel otot jantung mempunyai susunan ion yang berbeda antara ruang dalam sel
(intraselular) dan ruang luar sel (ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion
Natrium (Na+) dan ion Kalium (K+). Kadar K+ intraselular sekitar 300 kali lebih tinggi
dalam ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular.
Membran sel otot jantung ternyata lebih permiabel untuk ion negatif daripada ion
+
Na . Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial membran bagian
dalam dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada
keadaan polarisasi, dengan bagian luar berpotensial lebih positif dibandingkan dengan
bagian dalam. Selisih potensial ini disebut sebagai potensial membran, uang dalam
keadaan istirahat berkisar -90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel
membran berubah sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel, yang menyebabkan potensial
membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV (potensial diukur intraselular terhadap
ekstraselular). Perubahan potensial membrab karena stimulus ini disebut depolarisasi.
Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan
semula yang disebut sebagai repolarisasi.

3.6     Siklus Jantung dalam EKG


1.      Gelombang P
Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi atrium berasal
dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan dengan eksitasi nodus sinus
terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG. Gelombang P dalam keadaan yang normal
berbentuk melengkung dan arahnya ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran antrium
dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang
P. Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang
bersal dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah
depolarisasi atrium terbalik.
2.      Interval PR
Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval ini
tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan impuls pada nodus AV.
Interval normal adalah 0,12 sampai 0.20 detik. Perpanjangan interva l PR yang abnormal
menandai adanya gangguan hantaran impuls, yang disebut blok jantung tingkat pertama.
3.      Kompleks QRS
Menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang ini besar karena banyak
massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun, impuls menyebar begitu cepat,
normal lama kompleks QRS adalah antara 0,06 dan 0,01 detik. Pemanjangan penyebaran
impuls melalui berkas cabang disebut sebagai blok berkas cabang akan menlebarkan
kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga
akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur khusus yang
mempercepat penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas. Hipertropi ventrikel akan
meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena penambahan massa otot jantung.
Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan
menutupi gambaran pemulihan atrium yang tercatatdi elektrokardiografi.
4.      Segmen ST
Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel.
Tahap awal perubahan repolarisasi ventriklel terjadi selama periode ini, tetapi perubaha ini
terlalu lemah dan tidak tertangkap EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan
iskemia miokardium sedangkan penigkatan segmen ST dikaitkan dengan infark. Penggunaan
digitalis akan menurungkan segmen ST.
        5.      Gelombang Interval QT
Interval ini diukur mulai dari awal kompleksQRS sampai akhir gelombang T, meliputu
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata-rata adalah 0,36 sampai 0,44 detik
dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval QT memanjang pada pemberian
obat-obat anti disritmia seperti kunidin, prokainamid, setalol (betapace), dan amidaron
(cordarone).
  

3.7     Prinsip Membaca EKG


Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca mengikuti
urutan petunjuk di bawah ini
1.         Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS didahului
oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus.
Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang mungkin fibrilasi, blok AV derajat
dua atau tiga, irama jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain.
       2.         Laju QRS (QRS Rate)
Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100 kali/min, kurang dari 60
kali disebut bradikardia sinus, lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus.
Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh takikardia supraventrikular
(kompleks QRS sempit), atau takikardia ventrikular (kompleks QRS lebar). Pada blok AV
derajat tiga, selain laju QRS selalu harus dicantumkan juga laju gelombang P (atrial rate).
EKG normal selalu regular. Irama yang tidak regular ditemukan pada fibrilasi atrium,
atau pada keadaan mana banyak ditemukan ekstrasistol (atrium maupun ventrikel), juga
pada sick sinus syndrome.
3.         Aksis
Aksis normal selalu terdapat antara -30° sampai +110°. Lebih dari -30° disebut deviasi
aksis kiri, lebih dari +110° disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180° disebut
aksis superior.
Kadang kadang aksis tidak dapat ditentukan, maka ditulis undeterminable, misalnya
pada EKG dimana defleksi positif dan negatif pada kompleks QRS di semua sandapan sama
besarnya.
4.         Interval -PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0,2 detik. Lebih dari 0.2 detik disebut blok AV
derajat satu. Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang delta menunjukkan Wolff-
Parkinson- White syndrome.
5.         Morfologi
a.    Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P-pulmonal atau
P-mitral.
b.    Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial infarction (tentukan bagian
jantung mana yang mengalami infark melalui petunjuk sandapan yang terlibat). Bagaimana
amplitudo gelombang R dan S di sandapan prekordial. Gelombang R yang tinggi di
sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan (atau infark dinding posterior).
Gelombang R yang tinggi di sandapan V5 dan V6 dengan gelombang S yang dalam di
sandapan V1 dan V2 menunjukkan hipertofi ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0,1
detik harus dicari apakah ada right bundle branch block, left bundle branch block atau
ekstrasistol ventrikel.
c.    Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari jantung
yang mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan iskemia.
d.   Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-
inverted) menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing
menandakan hiperkalemia.
e.    Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi. Gelombang U
yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang berat.
  
3.8     Kelainan Kompleks pada Beberapa Penyakit
Pada dasarnya bagi yang berpengalaman, tidaklah sulit membedakan antara kompleks
EKG normal dan yang ada kelainan. Tetapi kadang-kadang ditemukan adanya gambaran EKG
yang tidak khas dan membingungkan kita. Oleh karena itu sebagai patokan, maka berikut ini
disajikan kelainan kompleks P-QRS-T pada beberapa penyakit.
1.    Kelainan gelombang P.
Kelainan penampilan (amplitudo, lamanya, bentuknya) gelombang P pada irama dan
kecepatan yang normal. Misalnya P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang tinggi,
lebar dan “not ched” pada sandapan I dan II : gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V2.
adanya hipertrofi atrium kiri terutama pada stenosis mitralis. Sedangkan P pulmonale ditandai
dengan adanya gelombang P yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin
disertai gelombang P tinggi dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada
korpulmonale dan penyakit jantung kogenital.
Kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang dapat berupa kelainan
tunggal gelombang P misalnya “atrial premature beat” yang bisa ditemukan pada penyakit
jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis. Selain itu dapat ditemukan kelainan pada semua
gelombang P disertai kelainan bentuk dan iramanya misalnya fibrilasi atrium yang dapat
disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), pada infark miokard. Kelainan gelombang P
lainnya berupa tidak adanya suatu gelombang P, kompleks QRS-T timbul lebih cepat dari
pada biasanya. Misalnya “ AV nodal premature beat” pada PJK, intoksikasi digitalis,
dimanabentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat kompensatoir. Kelainan
lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.
Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah
normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat
intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH). Gelombang P
seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks QRS. Misalnya
ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit jantung hipertensi
(PJH).
2.    Kelainan interval P-R
-    Interval P-R panjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok
konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang 7 P diikuti P-R > 0,22
detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi digitalis,
PJK, idiopatik. PadaAV blok tingkat II yaitu gelombang P dalam irama dan kecepatan
normal, tetapi tidak diikuti kompleks QRS, dan seringkali disertai kelainan QRS, S - T dan T.
Interval P-R pada kompleks P-QRS-T mungkin normal atau memanjang, tetapi tetap jaraknya.
Blok jantung A-V2 : 1 atau 3 : 1., berarti terdapat 2 P dan hanya 1 QRS atau 3P&1QRS. Tipe
lain dari blok jantung ini ialah fenomena Wenkebach. Pada blok jantung tingkat III atau blok
jantung komplit irama dan kecepatan gelombang P normal, irama kompleks QRS teratur
tetapi lebih lambat (20-40 kali permenit) dari gelombang P. jadi terdapat disosiasi komplit
antara atriumdan ventrikel.
-    Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS.
Ditemukan pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma WPW.
3.    Kelainan gelombang Q.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau > 0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih
1/3 dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard yang
nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan gambaran yang normal.
4.    Kelainan gelombang R dan gelombang S.
Dengan membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I
dan R di III menunjukkan adanya “right axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada
hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale.
Sedangkan gelombang R di I dan S di III menunjukkan adanya “ left axis deviati on”.
Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kiri (LVH). Biasanya dengan menjumlahkan
voltase (kriteria voltasi) dari gelombang S di V1 dan R di V5 atau S V1 + R V6 > 35 mm atau
gelombang R>27 mm di V5 atau V6 menunjukkan adanya LVH.
5.    Kelainan kompleks QRS
-  Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau
“notched” dengan gelombang P dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit
Jantung Rematik).
-  Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya
teratur yaitu pada sinus bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK,
PJR, penyakit jantung bawaan.
-  Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus
takikardi, atrial takikardi, nodal takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan
pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung Hipertensi), PJR (Penyakit
Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.
-  Irama QRS tidak tetap.
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “ AV nodal premature
beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK dan intoksikasi digitalis. Irama
kompleks QRS sama sekali tidak teratur yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan
pada PJH, PJR, infark miokard dan intoksikasi digitalis.
6.    Kelainan segmen S-T.
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya
dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman.
Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak
melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau depresi
segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang sama pada sandapan
yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Adanya elevasi segmen S-T
merupakan petunjuk adanya infark miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada
sandapan prekordial menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding
inferior dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan aVF.
Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan tampak elevasi di
hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R ditemukan pada infark ventrikel
kanan
7.    Kelainan gelombang T.
Adanya kelainan gelombang T menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel. Untuk itu
dikemukakan beberapa patokan yaitu :
-   Arahnya berlawanan dengan defleksi utama QRS pada setiap sandapan.
-   Amplitudo gelombang T > 1 mm pada sandapan I atau II dengan gelombang R menyolok.
-   Gelombang T terbalik dimana gelombang R menyolok.
-   Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau lebih tinggi 8 mm pada sandapan I,II, III.
Oleh karena begitu banyak penyebab kelainan gelombang T, maka dalam
menginterpretasi kelainan ini sebaiknya berhati-hati dan mempertimbangkan seluruh
gambaran klinik. Suatu diagnosis khusus tidak dapat dibuat atas dasar perubahan -perubahan
yang tidak khas. Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T
konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang gelombang T sangat
tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana defleksi QRS positif pada sandapan I,
sedangkan gelombang T pada sandapan I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di
sandapan III menunjukkan adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam
pada semua sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi. Gelombang T
yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T menunjukkan adanya infark dinding
posterior.
  8.    Kelainan gelombang U.
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi dari gelombang T pada sandapan yang
sama terutama V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.

Anda mungkin juga menyukai