(34403014009)
(34403014017)
(34403014018)
(34403014019)
(34403014020)
(34403014032)
(34403014038)
(34403014043)
(34403014045)
Tingkat : II-A
AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA
DINKES PROVINSI DKI JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SAW yang telah memberikan Rahmat beserta
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan dengan Klien Ca. Kandung Kemih tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Koordinator Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah Ns. Siti Nadiroh
S,Kep M,Kep Sp.KMB
2. Dosen Mata Kuliah Terkait Ns. Tri Endah Pangastuti S,Kep M,Kep
Sp.KMB
3. Teman Tingkat II-A
Kami sadar makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami mengharpkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan
makalah yang kami buat sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi seluruh civitas
akademi keperawatan jayakarta khususnya mahasiswa dan mahasiswi sehingga
dapat menambah wawasan dan informasi bagi mahasiswa dan mahasiswi akademi
keperawatan jayakarta.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Tujuan
C Sistematika Penulisan
1
2
2
11
13
15
18
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada penatalaksanaan penyakit jantung koroner dewasa ini telah
banyak kemajuan, namun tetap saja masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang cukup penting terutama di negara- negara berkembang
seperti Indonesia penyakit jantung koroner ini merupakan penyebab kematian
nomor wahid. Mengingat banyaknya jumlah penderita penyakit jantung
koroner dan kerugian yang ditimbulkan, maka diperlukan diagnosa yang lebih
dini.
Tes Toleransi Latihan (ETT) merupakan salah satu cara utama untuk
menegakkan diagnosa pasien dengan penyakit jantung koroner khususnya dan
penyakit jantung pada umumnya. Tes Toleransi Latihan terutama ditujukan
untuk menegakkan diagnosa secara dini sehingga pencegahan dapat
dilakukan, kematian dapat dihindari dan harapan kualitas hidup dapat
ditingkatkan.
Tes Toleransi Latihan adalah cara noninvasif untuk mengkaji berbagai
aspek fungsi jantung, dengan mengevaluasi aksi jantung selama dilakukan
stress fisik, respon jantung terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dapat
ditentukan. Tes ini digunakan
Tujuan Khusus
a Mahasiswa mampu memahami Definisi Treadmill Test
b Mahasiswa mampu memahami Tujuan Treadmill Test
c Mahasiswa mampu memahami Durasi Treadmill Test
d Mahasiswa mampu memahami Indikasi dan Kontraindikasi Treadmill
e
f
g
Test
Mahasiswa mampu memahami Persiapan Treadmill Test
Mahasiswa mampu memahami Cara Pelaksanaan Treadmill Test
Mahasiswa mampu memahami Protokol yang Digunakan Treadmill
Test
Mahasiswa mampu memahami Evaluasi Hasil Treadmill Test
C. Sistematika Penulisan
Laporan ini disusun secara sistematis yang terdiridari 4 Bab, yaitu tersusun
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini terdapat Latar belakang, rumusan masalah yang diambil, tujuan
dari penulisan makalah ini, dan juga membuat sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada Bab ini menyajikan penjelasan tinjauan teoritis yang berisi Definisi,
Tujuan, Durasi, Indikasi dan Kontraindikasi, Persiapan, Cara Pelaksanaan,
Protokol yang Digunakan, Evaluasi Hasil Treadmill Test.
BAB III PENUTUP
Pada Bab ini penulis menuliskan kesimpulan dan saran dari makalah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Treadmill Test
Tes toleransi latihan (ETT) adalah merekam aktivitas kelistrikan
jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen pada jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa
pasien berjalan pada ban berjalan atau treadmill.
Treadmill test adalah uji latih jantung beban dengan cara memberikan
stress fisiologi yang dapat menyebabkan abnormalitas kardiovaskuler yang
gejala (asimtomatik)
Mendeteksi aritmia yang timbul pada saat kerja fisik
4
dingin).
5 Target HR maximal tercapai
Tes dihentikan apabila :
a. Klien merasa nyeri dada, sesak napas atau lelah
b. Denyut jantung :
1 Umur 20 29 th lebih dari 170/menit
2 Umur 30 39 th lebih dari 160/menit
3 Umur 40 49 th lebih dari 150/menit
4 Umur 50 59 th lebih dari 140/menit
5 Umur 60 69 th lebih dari 130/menit
5
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
3
Selain itu Uji latih dihentikan apabila ditemukan beberapa hal berupa hal
mutlak dan relative, diantaranya adalah:
a. Mutlak:
1 Tekanan darah sistolik turun drastic > 10 mmHg dari hasil
pemeriksaan sebelum uji latih disertai bukti lain adanya gejala
2
3
iskemia.
Angina sedang ke berat
Gejala system saraf meningkat (seperti ataksia, mengantuk dan
gejala sinkop)
4 Rendahnya perfusi (sianosis dan pucat)
5 Sulit untuk mengevaluasi EKG dan TD
6 Pasien meminta berhenti
7 Takikardia ventrikel sustained
8 Segmen ST elevasi (> 0.1 mm) tanpa ada diagnosis gelombang Q
b. Relatif:
9 Tekanan darah sistolik turun drastis > 10 mmHg dari hasil
pemeriksaan sebelumnya namun tanpa disertai gejala iskemik
10 Perubahan segmen ST dan kompleks QRS seperti ST depresi (> 3
mm) atau perubahan aksis tetap
11 Aritmia selain aritmia ventrikel sustained
12 Lemas, sesak napas, timbul mengi, kram kaki atau gejala
klaudikasio
13 Terjadi bundle branch block pada konduksi intraventrikuler
14 Nyeri dada yang meningkat
15 Hipertensi yang meningkat
D. Indikasi dan Kontraindikasi Treadmill Test
1. Indikasi
hemodinamika
Stenosis aorta berat dengan gejala
Infark paru atau emboli paru akut
Perikarditis atau miokarditis akut
Diseksi aorta akut
b. Relatif:
1) Stenosis di pembuluh darah koroner left main
2) Penyakit jantung katup stenosis
3) Gangguan elektrolit
4) Hipertensi berat
5) Takiaritmia dan bradiaritmia
6) Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke luar
jantung
7) Gangguan
fisik
dan
mental
yang
mengganggu
jalannya
pemeriksaan
8) Blok atrioventrikular derajat tinggi
E. Persiapan Treadmill Test
1. Beberapa hal yang penting diperhatikan oleh perawat dalam melakukan
persiapan pasien sebelum Treadmill Test, antara lain:
j. Tissue/Handuk kecil
k. Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill.
F. Cara Pelaksanaan Treadmill Test
Selama latihan, arteri koroner yang sehat mengalami dilatasi daripada
arteri koroner yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan banyaknya
darah yang dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan koroner hanya disediakan
oleh arteri yang masih normal saja. Aliran darah yang terbatas ini akan
mengurangi sejumlah darah yang akan dibutuhkan oleh area jantung tersebut.
Hal ini menyebabkan otot jantung yang terlibat akan mengalami kekurangan
darah (starvasi) selama latihan. "Starvasi" ini akan menghasilkan gejala
seperti tidak nyaman pada dada atau shortness of breath (SOB) dan dapat
ditemukan kelainan pada gambaran EKG.
1. Tata cara Sebelum Melakukan Treadmill Test :
l. Pertama-tama catat Heart Rate dan ukur tekanan darah dalam kondisi
istirahat (diam). Hal ini dilakukan di ruang laboratorium dimana
kegiatan akan dilaksanakan.
m. Rekatkan electroda pada dinding dada, bahu dan pinggul kemudian
hubungkan ECG ke bagian mesin.
n. 12-LEAD EKG akan direkam secara tertulis. Setiap lead dari EKG
akan menunjukkan hasil yang berbeda dari jantung.
Sebagai contoh:
1) Lead 2, 3, dan aVF = menunjukan bagian inferior jantung.
2) V1 dan V2 = Septum jantung
3) V3, V4, V5 dan V6 = Anterior jantung.
4) Lead 1 dan aVL = Superior jantung.
5) aVR menunjukan ruang (cavity) jantung dan tidak memberikan
nilai klinik yang bermakna dalam mengidentifikasi coronary
desease.
Komplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap melakukan
pengawasan pada tekanan darah, mengawasi hasil rekaman EKG,
bertanya kepada pasien tentang gejala yang dialami dan gejala
keletihan serta melakukan penilaian terhadap semua gejala atau
10
jantung dan alat resusitasi selama dilakukan tes tersebut. Suatu tes beban
dikatakan positif apabila sebelum dicapai standard toleransi untuk tes tersebut
telah timbul indikasi untuk menghentikan tes. Perubahan segmen ST dan
gelombang T pada waktu tes atau sesudahnya merupakan petunjuk adanya
penyakit jantung koroner. Pada saat ini, standard baku tes beban yang positif
adalah apabila terdapat salah satu gejala sbb :
1. Depresi segmen ST 1 mm, horisintal, selama 0,08 detik
2. Depresi segmen ST 1mm menurun selama 0.08 detik
3. Depresi segmen ST 1,5 2,0 mm menaik selama 0,08 detik
Macam-macam Protokol
1. Protokol Bruce
Phase Speed Elevation
1
1,7
10
2
2,5
12
3
3,4
14
4
4,2
16
5
5
18
Setiap phase selama tiga menit.
2. Protokol Modifikasi Bruce
Phase Speed Elevation
1
1,7
0
2
1,7
5,0
3
1,7
10
4
2,5
12
5
3,4
14
Setiap phase selama tiga menit
H. Evaluasi Hasil Treadmill Test
Hasil tes beban positif palsu dapat terjadi antara lain karena
hiperventilasi, obat-obatan tertentu dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Tes beban negative palsu dapat terjadi akibat penggunaan obat-obat beta
blocker dan nitrat. Selanjutnya perawat melakukan evaluasi terhadap beberapa
parameter berikut ini, antara lain:
12
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Treadmill Test merupakan bagian dari Tes Toleransi Latihan dan jenis
tindakan non invasive untuk mengevaluasi kerja jantung. Penting bagi
perawat untuk memperhatikan persiapan sebelum melakukan treadmill test
terutama melakukan pengkajian awal terhadap tanda-tanda vital dan rekaman
EKG untjuk mengevaluasi perkembangannya sebelum, selama dan setelah
14
15