Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R.

D DENGAN
DIAGNOSA ANGINA PEKTORIS STABIL DI RUANGAN
TREADMILL RSUP PROF DR R. D. KANDOU MANADO

Oleh : Kelompok 5
Reguler : RPL :

Kharismasita Maksum Sherly Mongkan


Laila Manumpil Marthen Datu
Leonard Kembuan Retno Naumang
Lili Tatawi Julifke Luas
Mahonis Rael Isye Tahulending
Margaret Korompis Sindy Dumat
Meydelin Sandag Sri Nur Intan Paputungan
Ester Laoh Sherly Runtuwene
Virginia Wuisan Marlim Soputan
Nadia Poluan Caroline Koraag
Sarah Ruimassa Sandra Tangka
Patricia Pinangkaan Nitta Tatontos
Wulandari Kambolan Silvia Mapile
Vahdini tri Bastian Sulastri Damopolii

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

2019
0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan hikmat, rahmat serta hidayahNya kepada penyusun sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah “TREADMILL dan ANGINA PEKTORIS” ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
penulisan maupun pemilihan kata, oleh karena itu penyusun meminta maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini. Penyusun
berharap dengan makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Manado, 13 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
BAB II. PEMBAHASAN TREADMILL
1 Treadmill
a. Definisi
b. Penggunaan
c. Komponen
d. Manfaat
e. Tes Treadmill
f. Indikasi Tes Treadmill
g. Persiapan Pasien Sebelum Latihan
h. Pelaksanaan Tes
i. Implikasi Keperawatan
2. Asuhan Keperawatan
BAB III. PENUTUP
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjaga kesehatan tubuh, idealnya kita perlu berolahraga secara teratur,

atau paling tidak Dua kali dalam satu minggu. Tapi seringkali kita meluangkan waktu

untuk berolahraga karena beberapa alasan, seperti; tidak ada fasilitas olahraga, tidak punya

waktu, tidak ada teman, malas, dan lain-lain. Nah, kalau sudah begini, kita perlu alat

fitness di rumah untuk berolahraga.

Pada penatalaksanaan penyakit jantung koroner dewasa ini telah banyak

kemajuan, namun tetap saja masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup

penting terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia. penyakit jantung

koroner ini merupakan penyebab kematian nomor satu.

Tes Toleransi Latihan ( ETT ) merupakan salah satu cara utama untuk

menegakkan diagnosa pasien dengan penyakit jantung koroner khususnya dan penyakit

jantung pada umumnya. Tes Toleransi Latihan terutama ditujukan untuk menegakkan

diagnosa secara dini sehingga pencegahan dapat dilakukan, kematian dapat dihindari dan

harapan kualitas hidup dapat ditingkatkan.

Alat fitness treadmill bisa digunakan untuk berjalan dan juga jogging. Biasanya

alat ini memiliki banyak jenis, mulai dari yang hanya memiliki satu fungsi hingga yang

memiliki banyak fungsi. Penggunaannya juga bermaca-macam, mulai dari cara manual,

magnetik, sampai elektrik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. TREADMILL

A. Pengertian

Treadmil adalah alat olahraga yang sering digunakan di pusat-pusat kebugaran

seperti Gym. Namun banyak orang yang akhirnya membeli peralatan olehraga sendiri

di dalam rumahnya termasuk treadmil. Treadmill adalah alat yang digunakan untuk

berjalan atau berlari di tempat yang sama.

Alat fitness treadmill bisa digunakan untuk berjalan dan juga jogging.

Biasanya alat ini memiliki banyak jenis, mulai dari yang hanya memiliki satu fungsi

hingga yang memiliki banyak fungsi. Penggunaannya juga bermaca-macam, mulai

dari cara manual, magnetik, sampai elektrik.

B. Penggunaan

1. Treadmill bisa digunakan oleh semua orang dengan berbagai kondisi tubuh

termasuk orang yang pernah mengalami cedera, misalnya; sakit punggung, cedera

lutut, pergelangan kaki dan lutut lemah. Hal ini karena treadmill mengurangi

tekanan pada sendi tidak seperti ketika kita berolah raga di jalan.

2. Treadmill juga dilengkapi dengan alat untuk memonitor detak jantung,

mengetahui kalori yang terbakar, kecepatan berjalan/ berlari, dan juga jarak

tempuh yang sudah dilalui.

3. Alat treadmill sangat idel digunakan bagi orang yang ingin menurunkan berat

badan yang berlebih dan juga dapat meningkatkan kepadatan tulang.

4
C. Komponen

1. Monitor

2. Belt (Karpet)

3. Stepper

4. Twister

5. Push Up

D. Manfaat

Treadmill memiliki beberapa keuntungan sebagai alat fitness, antara lain:

1. Selain sangat cocok digunakan untuk melatih kemampuan kardiovaskular, alat ini

juga bisa membantu membakar lemak dalam tubuh dan membantu melangsingkan

tubuh. Berlatih dengan treadmill sama dengan berlatih di jalan, dan jika dilakukan

dengan porsi yang tepat dan teratur maka akan membuat tubuh kita semakin bugar

dan sehat sekaligus membentuk tubuh menjadi lebih atletis.

2. Dengan alat treadmill yang baik, kita bisa mengatur latihan sesuai dengan

kebutuhan, misalnya; jalan santai, jalan cepat, jogging, dan lari menanjak. Kita

bisa mengatur tingkat kesulitan sesuai dengan keinginan dan kemampuan.

3. Sangat cocok untuk orang yang memiliki ruangan yang kurang besar, dan juga

tidak memiliki cukup waktu untuk pergi ke Gym.

4. Treadmill bisa digunakan oleh semua orang dengan berbagai kondisi tubuh

termasuk orang yang pernah mengalami cedera, misalnya; sakit punggung, cedera

lutut, pergelangan kaki dan lutut lemah. Hal ini karena treadmill mengurangi

tekanan pada sendi tidak seperti ketika kita berolah raga di jalan.

5. Treadmill juga dilengkapi dengan alat untuk memonitor detak jantung,

mengetahui kalori yang terbakar, kecepatan berjalan/ berlari, dan juga jarak

tempuh yang sudah dilalui.


5
6. Alat treadmill sangat idel digunakan bagi orang yang ingin menurunkan berat

badan yang berlebih dan juga dapat meningkatkan kepadatan tulang.

Keuntungan lainnya dalam menggunakan treadmill adalah kita tidak

melawan angin seperti ketika kita berlari di alam terbuka. Ketika kita berjalan atau

berlari di alat fitness ini, kita berjalan/ berlari di atas permukaan yang bergerak

sehingga tekanan pada kaki akan berkurang dan memperkecil resiko terjadinya

cedera kaki.

E. Tes Treadmill

Tes toleransi latihan ( ETT ) adalah merekam aktivitas kelistrikan jantung

selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan oksigen pada

jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa pasien berjalan pada ban

berjalan atau treadmill, bersepeda statis atau atau naik turun tangga. Pasein dilatih

dengan meningkatkan kecepatan berjalan dan mencondongkan ban berjalan atau

meningkatkan beban sepeda statis secara bertahap. Selama latihan gambaran monitor

elektrokardiografi, heart rate dan tekanan darah selalu dipantau dan dianalisa.

F. Indikasi Tes Treadmill

Tes toleransi latihan dilakukan untuk mendeteksi secara dini kelainan-

kelainan jantung, seperti pada keadaan-keadaan :

1. Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat

penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. suplay darah

yang tidak adekuat ( iskhemik ) yang ditimbulkan sel – sel otot kekurangan

komponen darah. Manifestasi utama ischemia miokardium adalah nyeri dada.

Salah satu factor yang dapat menimbulkan nyeri angina adalah latihan fisik karena

kebutuhan oksigen jantung meningkat. Diagnosa ini salah satunya dapat

6
ditegakkan dengan stress tes, terutama pada ischemia tersamar (secara obyektif

ischemia yaitu dengan stress tes tetapi pasien tidak menunjukkan gejala).

2. Pasien dengan factor resiko terhadap coronary artery diseases dapat ditelusuri dari

riwayat kesehatan, sebagai bagian dari pengkajian kardiovaskuler terutama factor

resiko. Factor resiko dibedakan menjadi dua yaitu yang tidak dapat dirubah

(riwayat keluarga dengan masalah jantung, peningkatan usia, jenis kelamin, ras)

dan dapat dirubah ( kadar kolesterol, tinggi tekanan darah, merokok, kadar

glukosa darah, obesitas, inaktivitas fisik, stress, penggunaan kontrasepsi

oral).untuk meyakinkan kondisi pasien dengan riwayat tersebut maka diperlukan

diagnosa dini untuk menentukan kesehatan pasien.

3. Mengevaluasi kemampuan latihan ketika pasien tidak dapat menjelaskan tentang

kelelahan dan nafas pendek, pada keadaan ini pasien kadang tidak dapat

menentukan penyebab dari adanya perubahan dalam tubuhnya hal akan

mempersulit dalam menegakkan diagnosa. Untuk membantu menegakkan

diagnosa maka dokter akan melakukan salah satu tes diagnosa yaitu stress tes.

Fokus utama pengkajian adalah terhadap curah jantung dan perubahan pola

EKG. Bila curah jantung berkurang, maka jumlah oksigen yang mencapai jaringan

akan berkurang. Dengan berkurangnya oksigen ini akan menimbulkan

rangsangan syaraf simpatik untuk memenuhi kebutuhan aksigen dan menurunnya

metabolisme sel sehingga akan menimbulkan kelelahan.

4. Mengevaluasi respon tekanan darah terhadap latihan pada pasien dengan

borderline hipertensi. Tes toleransi latihan pada kasus ini digunakan untuk

membedakan bahwa peningkatan tekanan darah itu disebabkan oleh rangsangan

aktifitas fisik atau keadaan patologi pada system kardiovaskuler.

7
5. Mengidentifikasi kelainan irama jantung, berupa disritmia adalah kelainan denyut

jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia

dapat diidentifikasi dengan menganalisa EKG. Disritmia dapat muncul, apabila

terjadi ketidakseimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidakseimbangan

ini dapat disebabkan oleh aktivitas normal seperti latihan atau stress tes, hal ini

terjadi karena peningkatan respon miokardium terhadap stilumus terutama syaraf

simpatik yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas.

6. Membantu mengembangkan program latihan yang aman selama rehabilitasi.

Pasien yang mengalami serangan miokard infak akut dan bebas dari gejala maka

program rehabilitasi aktif harus dimulai. Tujuan rehabilitasi adalah

mengembangkan dan memperbaiki kualitas hidup serta mendorong aktivitas fisik

dan penyesuaian fisik. Tujuan toleransi latihan dicapai melalui penyesuaian fisik,

yang dilakukan untuk memperbaiki efisiensi jantung.

7. Mengevaluasi efektivitas pengobatan pada angina dan ischemic. Obat – obatan

yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen, vasodilor ,

antikoagulan dan trombolitik. Nitrogliserin menyebabkan dilatasi arteri dan vena

yang mengakibatkan pengumpulan darah di perifer, sehingga menurunkan

jumlah darah yang kembali ke jantung ( preload ) dan mengurangi beban kerja

jantung.

G. Persiapan Pasien sebelum latihan

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai latihan, hal ini untuk

keamanan pasien dan keberhasila latihan.

Persiapan pakaian sebelum latihan:

8
1. Pasien dianjurkan untuk menggunakan sepatu olah raga bersole dari karet, celana

yang nyaman, dan baju yang longgar.

2. Tidur cukup sebelum latihan

Kondisi tidak segar atau stress atau emosi akibat situasi yang menegangkan akan

menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan

meningkatkannya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung akan

meningkat.

3. Tidak diinstruksikan untuk berhenti merokok, makan atau minum 4 jam sebelum

latihan.

Makan dan minum akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenteric untuk

pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung.

Kondisi ini akan mengakurkan hasil stress tes.

4. Tidak makan atau minum bahan – bahan yang mengandung cafein selama 12 jam

sebelum latihan.

Bahan – bahan yang mengandung kafein akan menimbulkan stimulasi terhadap

syaraf simpatik, hal ini akan mempengaruhi frekuensi jantung, irama, dan tekanan

darah.

5. Tidak minum obat – jantung selama 1 hari sebelum test kecuali atas anjuran

dokter

Obat – obatan yang di konsumsi menjelang latihan akan dapat memberikan hasil

yang meraguakan.

6. Jika pasien menggunakan inhaler, maka dianjurkan untuk dibawah pada saat test.

Demikian juga pada pasien diabetes jika pasien mendapatkan insulin untuk

mengontrol gula darah, dianjurkan dosis ½ nya pada pagi hari dan makan 4 jam

sebelum latihan. Jika pasien mendapatkan pil untuk mengontrol gula darah, maka
9
jangan minum obat sampai latihan selesai. Jika pasien dimonitor glukosanya,

maka glukosa harus dicek sebelum dan sesudah latihan.

H. Pelaksanaan test

1. Waktu pelaksanaan berkisar 30 – 60 menit

2. Electrode dilekatkan pada area dinding dada dapat dihubungkan memakai kabel

dengan electrocardiograph monitor atau dapat juga dengan menggunakan metode

Telemetry alat penangkap data yang portable yang menggunakan sistem transmisi

gelombang suara dan tanpa kabel.

3. Pasien di ukur heart rate dan tekanan darah sebelum latihan, pasien melakukan

ban berjalan atau treadmill, bersepeda statis, naik turun tangga. Latihan dimulai

pada kecepatan Warming-up dan tiap tiga menit kecepatan dinaikkan.

Pengukuran tekanan darah dan heart rate diambil di menit ke 2 pada setiap tahap.

4. Jarak tempuh ban berjalan atau sepeda statis adalah 2 – 3 mil/jam.

5. Hal – hal yang harus diperhatikan selama pelaksanaan tes adalah : tekanan darah,

heart rate, irama jantung, pernafasan, perubahan EKG, ketidaknyamanan pasien

pada dada.

6. Latihan dihentikan pada : pasien merasa tidak nyaman pada dada, nafas pendek,

pusing, kenaikan heart rate ( maksimal 85% dari rata HR ) ketidakteraturan irama

jantung, perubahan pada gambaran EKG.

7. Setelah pelaksanaan treadmill pasien akan dimonitor 10 sampai 15 menit setelah

tes selesai atau setelah irama jantung kembali ke kondisi dasar.

I. Implikasi Keperawatan

1. Catat obat – obat yang diminum klien dan waktu terakhir di minum.

10
2. Anjurkan pasien Tidur cukup sebelum latihan, tidak makan atau minum selama 4

jam sebelum latihan, tidak makan atau minum bahan – bahan yang mengandung

cafein selama 12 jam sebelum latihan.

3. Jelaskan bahwa pemeriksaan untuk melihat kelistrikan jantung pada saat jantung

menerima beban yang lebih tinggi.

4. Jelaskan waktu melaksanaan treadmill 30 – 60 menit.

5. Jelaskan bahwa dada, tangan, kaki pasien akan dipasang electrode yang akan di

hubungkan dengan EKG atau menggunakan telemetry

6. Jelaskan bahwa pemeriksaan treadmill cukup aman karena diawasi oleh dokter

atau tekniker yang mengetahui jika terjadi kondisi kegawatan.

7. Anjurkan klien untuk memakai baju yang longgar, celana yang nyaman dan sepatu

yang bersol dari karet pada waktu melakukan treadmill.

8. Jelaskan bahwa pemeriksaan sama dengan berlari atau bersepeda, dimana

bebannya akan dinaikkan setiap tiga menit

9. Anjurkan klien untuk memberitahu selama pemeriksaan apabila mengalami nyeri

dada, nafas pendek, pusing dan yang lebih penting lagi memberi kesempatan klien

untuk bertanya.

11
2. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Nama : Tn R. D
TTL. : 1 Januari 1972
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Agama : Islam
Alamat : Ternate
No RM : 70 45 06

Riwayat Kesehatan
Pasien mengeluh nyeri dada saat beraktifitas

Diagnosa Medis
APS CCS II

Terapi Obat
Amlodipin 10 ml
Micardis 80 ml
Nitrokaf 2,5 ml
Atorvastatun 20 ml
Aspilet 80 ml

Airway
Jalan nafas bebas, tidak ada gangguan
Breathing
R : 24 x/m, suara nafas vesikuler
Circulation
TD : 150/90 mmHg, Nadi : 77 x/m
Disability
GCS : E4, V5, M6
Exposure
Tidak ada kripitasi, tidak sianosis

Pemeriksaan Penunjang
Treadmill Stress Test
Hasul treadmill menunjukkan positif iskemik respon
Klasifikasi kebugaran lemah
Fungsional kelas II
Kapasitas latihan 4,43 METS

12
Analisa data
Data Etiologi Problem
Kekuatan otot menurun Resiko jatuh
Ds : ps mengeluh nyeri di Agen pencidera fisiologis Nyeri Akut
bagian dada saat melakukan (iskemia)
test
Do : P : nyeri akibat latihan
beban jantung
Q : nyeri seperti tertimpa
benda berat
R : nyeri di bagian dada
S : skala nyeri 4
T : nyeri ketika melakukan
latihan

Diagnosa
Exercise : Resiko jatuh b.d kekuatan otot menurun
Post exercise :Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologi (iskemia) dd s mengeluh nyeri dada
Intervensi
Dx 1. Resiko jatuh b.d kekuatan otot menurun
Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko jatuh tidak
terjadi dengan kriteria pasien mengerti apa yang dijelaskan perawat
Intervensi
Jelaskan pada pasien cara berjalan yang benar
Anjurkan pada pasien untuk memberitahukan jika ada keluhan
Mendampingi pasien selama test berlangsung

Dx 2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia)


Tujuan dan KH : setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
dengan kriteria; ps mengatakan tidak nyeri, skala nyeri 2
Intervensi
Kaji skala nyeri
Beri teknik relaksasi nafas dalam
Berikan posisi nyaman
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat ISDN 10 mg

13
Implementasi
1. Melakukan pengkajian
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Mengisi formulir persetujuan tindakkan
4. Mengukur TB 170 cm BB 72 kg
5. Memasang manset dan mengukur TD 150/90 mmHg
6. Memasang elektroda dan menghubungkan ke kabel monitor
7. Membantu pasien pindah ke alat treadmill
8. Monitoring exercise
9. Mengukur TD 170/90 mmHg
10. Membantu ps ke tempat tidur
11. Monitoring post exercise ( memberikan oksigen 4L, memberikan ISDN 5 ml,
memberikan obat aspilet 80 mg)
12. Mengukur TD 130/90 mmHg
13. Merapikan pasien dan alat

Evaluasi
Dx 1 Resiko jatuh b.d kekuatan otot menurun
S:
O : pasien mengikuti anjuran dari perawat
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Dx 2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia)


S : pasien mengatakan nyeri berkurang
O : ps tampak lebih rileks, skala nyeri 2
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

14
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Treadmil adalah alat olah raga yang sering digunakan di pusat-pusat

kebugaran seperti Gym. Namun banyak orang yang akhirnya membeli peralatan oleh

raga sendiri di dalam rumahnya termasuk treadmil. Treadmill adalah alat yang

digunakan untuk berjalan atau berlari di tempat yang sama.

Hal – hal yang harus diperhatikan selama pelaksanaan stres tes adalah :

tekanan darah, heart rate, irama jantung, pernafasan, perubahan EKG, ketidak

nyamanan pada dada, karena bila keadaan tersebut dibiarkan akan dapat

menyebabkan infark jantung yang selanjutnya sangat membahayakan pasien.

Implikasi keperawatan merupakan hal yang sangat menunjang keberhasilan

dan kelancaran pelaksanaan test, disini perawat dituntut tidak hanya dalam

komunikasi terapeutik dalam hal menyampaikan informasi sehubungan dengan

pelaksanaan test tetapi juga perawat dituntut untuk dapat menganalisa hasil dari

perekaman ECG sehingga dapat segera berkolaborasi dengan dokter untuk mengambil

suatu tindakan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Tes toleransi latihan atau stressing test merupakan alat canggih kesehatan

berbasis tehnologi informasi terutama pada aplikasi telemetry

Perawat dituntut tidak hanya dalam komunikasi terapeutik dalma hal

menyampaikan informasi sehubungan dengan pelaksanaan test tetapi juga perawat

dituntut untuk dapat menganalisa hasil dari perekaman ECG

15
DOKUMENTASI

16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi III. Jakarta: Kedokteran Egc.
Charlene J.Reeves,Robin Lockhart. 2001. Medical Surgical Nursing. Jakarta: Salemba
Medika.
Dipiro,Joseph Dkk. 1999. Pharmacotherapy.”A Pathophysiology Appronch: New York
Mc.Graw-Hill.
Ely Ismudianti Rilantono Dkk.1998. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Fkui
Kapita Selekta Kedokteran. 1982. Edisi Kedua Editor Junaedi Purnawan Dan Kawan-Kawan,
Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
www.informasikedokteran.com/2015/09/angina-pectoris.html
digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/.../694 D.delima.2011.

17

Anda mungkin juga menyukai