Anda di halaman 1dari 14

TEKNOLOGI MODALITAS

PARAFFIN BATH

Disusun Oleh :

Kelompok 2

 Bima Permata Sari (1611123691


 Dede Hidayat (1711121847)
 Dila Amelia (1711113670)
 Dwi Amalia Ramadhan (1711113673)
 Dwi Reskhi Novithasari (1711114901)
 Fakhrana Hanniyati (1711114901)
 Fauziah Irwan (1711113748)
 Firliany Triamanda (1711113767)
 Fitri Karmila (1711114636)
 Fitri Handayani (1711114861)
 Fitri Rabika Zariyati Putri (1711113737)
 Gita Febriani Pratiwi (1711122591)
 Idzni Nelia Mustafa (1711113717)
 Ilham Muarif (1711113741)
 Ilwana (1711122958)

Dosen Pembimbing :

Rismadefi Woferst., SSi., M. Biomed

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga makalah ini yang berjudul “Parrafin Bath” ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.

Makalah ini dituukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Modalitas Dalam
Keperawatan, dan juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak
sempat penulis ucapkan satu persatu yang turut membantu kelancaran penyusunan makalah
ini.

Dalam makalah ini disajikan bahasan tentang “Paraffin Bath”, makalah ini masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Oleh karena
itu mengharap]ka kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan
memberikan manfaat khususnya bagi mahasiswa dan umumnya bagi pembaca.

Pekanbaru, 28 Februari 2020

Penulis

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...ii

BAB I Pendahuluan

A.Latar Belakang………………………………………………………………….1
B.Rumusan Masalah……………………………………………………………....1
C.Tujuan…………………………………………………………………………..2

BAB II Pembahasan

A.Definisi Paraffin Bath ……………………………………………………….....3

B.Mekanisme Paraffin Bath…………………………………………………........3


C.Kelebihan Paraffin Bath………………………………………………………..5
D.Kekurangan Paraffin Bath……………………………………………………...5
E.Indikasi Paraffin Bath…………………………………………………………..5
F.Kontraindikasi Paraffin Bath…………………………………………….…....6
G.. Penatalaksanaan penggunaan Paraffin Bath…………………………….……...6
H.Evidence Based Nursing terkait Paraffin Bath………………………….…….9
BAB III Penutup
A.Kesimpulan …………………………………………………………………....11
B.Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidrotherapi merupakan kegiatan yang di lakukan Fisioterapis dalam
pelaksanaannya memanfaatkan pegaruh suhu, mekanik, chemis dan tekanandari zat
cair. Parafin bath merupakan salah satu metode hidrotherapi yang menggunakan
parafin sebagai medianya, pada prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang
memanfaatkan suhu yang relatif tinggi (panas). Paraffin bath sangat efektif untuk para
atlet yang mengalami cidera pada daerah tertentu yang bertujuan meningkatkan aliran
darah, mengurangi rasa sakit/nyeri, kekakuan otot dan sendi karena mampu
menghilangkan kelebihan cairan di jaringan lunak sekitarnya.
Penggunaan hydroterapi harus melewati berbagai cara agar hasil dari terapi
tersebut sesuai dengan apa yang di harapkan. Stimulasi sensasi panas pada jaringan
akan menimbulkan penigkatan suhu pada jaringan yang berkaitan. Akibat yang paling
nyata dari aplikasi panas adalah timbulnya hiperaemia. Saat pemakaian Paraffin Bath
menggunakan suhu yang terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan aturan maka akan
terjadinya luka bakar pada kulit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Paraffin bath ?
2. Bagaimana mekanisme dari Paraffin bath ?
3. Apa saja kelebihan Paraffin Bath ?
4. Apa saja kekurangan Paraffin bath ?
5. Apa saja indikasi parafin bath ?
6. Apa saja kontraindikasi parafin bath ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dalam penggunaan parafin bath ?
8. Bagaimankah Evidence Based Nursing terkait Paraffin Bath?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Parafin Bath
2. Mengetahui mekanisme dari Paraffin Bath
3. Mengetahui kelebihan dari Paraffin Bath
4. Mengetahui Kekurangan dari Paraffin Bath
5. Mengetahui Indikasi Parafin Bath
6. Mengetahui Kontraindikasi Parafin bath
7. Mengetahui Penatalaksanaan penggunaan Parafin Bath
8. Mengetahui Evidence base nursing terkait Paraffin Bath

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi
Paraffin Bath merupakan salah satu metode hidroterapi (modalitas fisioterapi)
dengan menggunakan lilin sebagai medianya yang dipanaskan pada suhu tertentu.
Pada prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang relatif
tinggi (panas). Parafin yang digunakan untuk terapi ini adalah parafin biasa yang
ditambah parafin oil, kemudian dipanaskan hingga meleleh dengan suhu > 55oc.
Parafin merupakan semacam lilin cair yang tidak berwarna yang terbuat dari
hidrokarbon yang dipergunakan sebagai pelumas (Arovah, 2010). Parafin bath sendiri
ialah pengobatan dengan cara mencelupkan atau mengoleskan anggota gerak ke
dalam parafin.
2. Mekanisme kerja
Secara umum diketahui bahwa segala bentuk rangsang akan mempengaruhi
atau menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya jika tubuh diberikan stimulasi
berupa suhu tinggi (panas). Efek-efek fisiologis yang dimaksud adalah seperti
stimulasi sensasi panas pada jaringan akan menimbulkan peningkatan suhu pada
jaringan yang berkaitan. Akibat yang paling nyata dari aplikasi panas adalah
timbulnya hyperaemia (peningkatan aliran darah ke jaringan). Efek fisiologis yang
mungkin timbul adalah seperti berikut :

 Peningkatan suhu / temperatur tubuh


 Penigkatan metabolisme
 Terjadi vasodilatasi arteriole
 Peredaran darah kapiler menjadi lancar
 Tekanan hirostatik kapiler meningkat
Sedangkan pada organ dan sistem organ tubuh adalah sebagai berikut:
i. Kulit
Rangsangan panas dengan meia yang mempunya temperatur lebih besar dari
40oC pada kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat,
karena timbul vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila
penggunaan panas dengan temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut
akan segera diikuti adanya vasodilatasi sehingga timbul warna kemerah-
merahan (eritema). Kelenjar keringat dan lemak akan terangsang, sehingga
kulit menjadi lemas dan lentur.
ii. Sirkulasi darah setempat
Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi.

3
iii. Respirasi
Pernafasan pertama akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan
dangkal. Terapi dengan temperatur yang cukup menyebabkan pernafasan
menjadi mudah dan dalam.
iv. Jaringan otot
Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan
nyeri berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot.
v. Sirkulasi darah
Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Hal itu
disebabkan timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan
superfisial tubuh yang kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila
segera timbul vasodilatasi maka tekanan darah sistemik akan turun dengan
begitu beban kerja jantung juga menurun.
vi. Metabolisme
Metabolisme akan meningkat dengan panas yang cukup
vii. Sistem saraf
Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-
ujung saraf sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika
temperatur lebih rendah, yang terjadi adalah timbulnya efek sedatif (nyaman).

Selain itu, pada bagian-bagian tubuh yang nyeri atau cedera, akan disiram atau
dicelupkan pada suatu wadah yang berisi lilin parafin yang dilelehkan menggunakan
suhu tertentu. Efek panas yang diperoleh dari lilin yang mencair akan menenangkan
(merelaksasi) jaringan lunak yang diterapi, membuka pori-pori dan meningkatkan
aliran darah dan sirkulasi tubuh. Hal ini baik untuk mengurangi rasa sakit/nyeri,
kekakuan otot dan sendi karena mampu menghilangkan kelebihan cairan di jaringan
lunak sekitar.

3. Kelebihan Paraffin bath


i. Panas yang ditimbulkan parafin meskipun temperaturnya tinggi hanya mampu
bertahan sebentar, berbeda dengan air. Sehingga resiko terbakar pada jaringan
sangat kecil.
ii. Keterhantaran termal rendah mengakibatkan pemanasan jaringan secara pelan,
dengan begitu mengurangi resiko jaringan menjadi terlalu panas.
iii. Keadaan parafin yang berupa cairan mengakibatkan terjangkaunya area – area
yang sulit dijangkau seperti jari tangan dan jari kaki.
iv. Minyak yang digunakan untuk terapi ini membuat embun meresap ke kulit.

4
v. Bekas parafin yang digunakan tetap lunak, sehingga masih dapat digunakan
sebagai alat untuk latihan.
vi. Nyaman, terasa panas serta lembab.
vii. Murah.

4. Kekurangan Paraffin bath


i. Hanya efektif untuk extrimitas bagian distal dalam aplikasinya.
ii. Metode dengan menggunakan parafin yang paling cocok hanya dengan metode
bath dengan keterbatasan daerah untuk bagian tubuh yang diterapi.
iii. Tidak ada pengaturan temperatur / temperatur tidak bisa dikontrol setiap kali
diterapkan.
iv. Panas hanya mampu bertahan sekitar 20 menit.
v. Merupakan pasif terapi, sehingga tidak diprogramkan untuk dilakukan pelatihan
pada pasien.

5. Indikasi
Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi
nyeri dan kekakuan, untuk menghindari spasme otot, meningkatkan range of motion
sendi, serta mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran
darah sehingga peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan
yang berkaitan terpenuhi. Paraffin bath dapat juga digunakan untuk :
i. Reduksi nyeri dan spasme otot
ii. Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran
otot untuk mereduksi nyeri.
iii. Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi,
namun hal ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.
iv. Pasca fraktur
v. Pasca trauma
vi. Sprain dan strain
vii. Arthritis kronis
6. Kontraindikasi
Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu atau
temperatur adalah gangguan sensibilitas. Kontra indikasi untuk terapi Paraffin bath
adalah sebagai berikut :
i. Gangguan sensibilitas.
ii. Luka terbuka.
Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka
bakar pada jaringan yang bersangkutan.
iii. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
iv. Diabetes Mellitus (kencing manis)
v. Varises (kelainan pembuluh darah vena superfisial/paling luar)

7. Cara penggunaan
Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
5
i. Rendaman anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh.
ii. Menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu
dioleskan ke bagian tubuh yang di terapi.
iii. Parafin pack.

Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian
dipanaskan hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55oC. Perbandingan parafin
dengan parafin oilnya adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil (6:1).
Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerah-
merahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk
diberi massage, streching dan terapi manipulasi lunak.

Toleransi seseorang terhadap parafin bath berkisar antara 47,8°c hingga 54°c,
oleh sebab itu sebelum digunakan temperatur parafin diturunkan hingga + 47°c. Alat
yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi. Berikut alat-
alat dan bahan yang digunakan untuk parafin bath:

 Parafin & parafin oil


 Handuk
 Kuas

a) Teknik pelaksanaan
Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi. Berikut adalah
penatalaksanaan Paraffin bath dengan beberapa metode :
i. Rendaman
 Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
 Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk
pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
 Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian
dicelupkan ke dalam parafin cair tersebut selama beberapa detik

6
 Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa
hangatnya berkurang
 Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair
selama beberapa detik dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu
seterusnya sampai parafin yang menempel sudah tebal dan saat dicelup
ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.
 Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut
dibungkus dengan handuk.

 Diamkan selama 10-15 menit.


 Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas
(dikelupas) dari bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu
akan tampak eritema pada bagian tubuh tersebut.

 Rapikan peralatan.

ii. Pada wajah


 Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
 Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk
pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
 Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien
(selain daerah mata, mulut dan lubang hidung).
 Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapis-
lapis melainkan hanya satu lapis.
 Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.
 Begitu seterusnya.

Parafin cair hanya dapat mempertahankan suhunya yang sekitar 45-50°c hanya
20 menit. Parafin bekas (yang sudah dipakai pasien) yang sudah dikelupas masih bisa

7
digunakan lagi untuk terapi. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari parafin
selain mudah didapat dengan harga yang murah.

Parafin berbeda dengan air, parafin bekas diperbolehkan untuk digunakan


terapi lagi tetapi air tidak diijinkan. Kemungkinan menularnya penyakit kulit melalui
parafin bekas yang kemudian digunakan lagi untuk terapi hampir tidak ada. Hal itu
sangat berbeda dengan air yang masih memiliki kemungkinan menularnya penyakit
kulit yang cukup besar.

Pada bagian tubuh (kulit) pasien yang diterapi timbul eritema. Eritema ini
muncul sebagai efek fisiologis yang ditimbulkan karena adanya stimulasi berupa
sensasi panas yang ditimbulkan oleh parafin cair. Eritema lebih tepatnya lagi terjadi
karena respon tubuh terhadap panas, respon ini berupa vasodilatasi pembuluh darah
yang pada akhirnya menyebabkan eritema.

Efek fisiologis lain yang tampak secara nyata adalah pasien berkeringat.
Keringat dikeluarkan tidak hanya pada bagian tubuh yang bersangkutan saja,
melainkan seluruh tubuh pasien. Kelenjar keringat pada kulit pasien terangsang
sehingga memberikan respon terhadap temperatur yang tinggi yang digunakan dalam
terapi ini (45°c - 50°c).

8. Evidence based nursing


a) TERAPI PARAFFIN BATH UNTUK MENGURANGI NYERI PADA
PENDERITA DE QUERVAIN SYNDROME
De Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang disertai
rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di sarung synovial, yang
menyelubungi extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus (Appley &
Solomon,1995). Secara umum permasalahan yang timbul pada kondisi tersebut
adalah adanya nyeri tekan pada processus styloideus radii, nyeri gerak aktif dan
pasif pada pergelangan tengan kearah deviasi ulnar (stretch).
Untuk penanganan yang efektif dan efisien, maka dilakukan metode
pemeriksaan yaitu pemeriksaan nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS). Untuk
membantu mengatasi masalah-masalah tersebut, salah satu modalitas fisioterapi
yang dapat digunakan adalah modalitas berupa terapi Paraffin Bath. Setelah
dilakukan sebanyak 3 kali terapi, didapatkan hasil berupa berkurangnya nyeri
tekan serta gerak.

8
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
penggunaan modalitas fisioterapi berupa modalitas yaitu terapi paraffin bath
dapat membantu menggurangi permasalahan yang timbul akibat de quervain
syndrome.

b) PENGARUH PEMBERIAN PARAFIN BATH TERHADAP PENURUNAN


NYERI OSTEOARTHRITIS LUTUT
Osteoartritis mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi
penumpu berat badan. Kelainan ini bersifat progresif lambat dan tidak diketahui
penyebabnya. Dari beberapa kelainan sendi, osteoartritis merupakan kelainan
sendi yang paling banyak dijumpai. Osteoatritis lutut menyebabkan nyeri pada
sendi lutut dan daerah sekitarnya. Nyeri akan bertambah jika melakukan
kegiatan yang membebani lutut seperti berjalan, naik turun tangga, berdiri lama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah paraffin bath dapat
mengurangi nyeri pada osteoarthritis sendi lutut yang dilaksanakan di Panti
Wreda Dharma Bhakti Surakarta di Jalan Dr. Rajiman. Uji pengaruh
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks test. Hasil penelitian bahwa terdapat
pengaruh pemberian parafin bath terhadap penurunan nyeri osteoarthritis lutut
dari sebelumnya dengan nilai VAS antara 3,80-8,40 cm menjadi 1,70-6,40 cm
dan juga didasarkan hasil uji wilcoxon test didapatkan p-value sebesar 0,000,
sehingga p-value < 0,05.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Paraffin Bath merupakan salah satu metode hidroterapi (modalitas fisioterapi)
dengan menggunakan lilin sebagai medianya yang dipanaskan pada suhu tertentu.
Prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang relatif tinggi
(panas) dan akan menimbulkan efek pada tubuh karena suhu panas yang ditimbulkan
dari paraffin. Efek panas yang diperoleh dari lilin yang mencair akan menenangkan
(merelaksasi) jaringan lunak yang diterapi, membuka pori-pori dan meningkatkan
aliran darah dan sirkulasi tubuh. Hal ini baik untuk mengurangi rasa sakit/nyeri,
kekakuan otot dan sendi karena mampu menghilangkan kelebihan cairan di jaringan
lunak sekitar. Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya rendaman
anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh, menggunakan kuas
atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu dioleskan ke bagian
tubuh yang di terapi, parafin pack.

B. Saran
Bagi mahasiswa kesehatan khususnya diharapkan mampu menerapkan ilmu
tersebut dan dapat dijadikan referensi untuk penulisan makalah terkait paraffin bath.

DAFTAR PUSTAKA

10
Atin, Rofi’, (2015), Penatalaksanaan Fisioterapi pada Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Dextra
di RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Brand, Kenneth D, (2000), Prinsip – prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4 in Osteoarthritis,
Penerbit Buku Kedokderan Indonesia, Jakarta.

Parjoto, Slamet (2000), Assesment Fisioterapi Pada OA Sendi Lutut; TITAFI XV, Semarang.

Parjoto, Slamet. 2006; Pelatihan Pelaksanaan Fisioterapi komprehensif pada Nyeri, UNDIP,
Semarang.

Prasetya Hudaya, (2002), Rematologi. Cetakan Ketujuh. Surakarta: Akademi Fisioterapi


Surakarta. smi Riyani

Ismi Riyani. (2014). Terapi Paraffin Bath Untuk Mengurangi Nyeri Pada Penderita De
Quervain Syndrome. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
https://scholar.google.com/scholar?
cluster=10367088070466455397&hl=en&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u=%23p
%3DZcdXQ6xL348J. Diakses pada : 27 Februari 2020, 20.00.

Wisnu Sasongko. (2011).Pengaruh pemberiam parafin bath terhadap penurunan nyeri


osteoarthritis lutut. Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta. Diakses pada : 28
Februari 2020, 10.30.

11

Anda mungkin juga menyukai