Anda di halaman 1dari 1

Pemeriksaan fisik hipertensi :

1. Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah 2 kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada tangan kontralateral. Dikaji
tinggi badan dan berat badan pasien.
2. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya
retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mengetahui bising carotid,
pembesaran vena atau kelenjar tiroid.
3. Dicari gangguan irama dan denyut jantung, pembesaran ukuran, bising, derap dan
bunyi ke tiga atau keempat.
4. Paru diperiksa untuk mencari adanya ronki dan broncospasme.
5. Untuk pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya masa, pembesaran
ginjal dan pulsasi aorta yang abnormal.
6. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi perifer yang menghilang, edema dan
bising. Dilakukan pemeriksaan neurology.
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya penyakit
penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi sekunder.
Pengukuran tekanan darah :
Pengukuran rutin di kamar periksa
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Preassure Monitoring-ABPM)
Pengukuran sendiri oleh pasien
Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien
istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Ukuran
dan peletakan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang dewasa) dan
stetoskop harus benar ( gunakan suara korotkoff fase I san V untuk penentuan sistolik dan
diastolic). Pengukuran dilakukan 2 kali, dengan sela antara 1-5 menit, pengukuran
tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat berbeda.
Konfirmasi pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan
jika didapatkan kenaikan tekanan darah. Pengukuran denyut jantung dengan pengukuran
nadi (30 detik) dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah. Untuk
orang usia lanjut, diabetes dan kondisi lain dimana diperkirakan adanya hipotensi
ortostatik, perlu dilakukan juga pengukuran tekanan darah pada posisi berdiri.
Beberapa indikasi penggunaan ABPM antara lain :
Hipertensi ya ng borderline atau yang bersifatb episodic
Hipertensi office atau white coat
Adanya disfungsi syaraf otonom
Hipertensi sekunder
Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan antihipertensi
Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi.

Anda mungkin juga menyukai