Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada penatalaksanaan penyakit jantung koroner dewasa ini telah banyak
kemajuan,namun tetap saja masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang cukup penting terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia
penyakit jantung koroner ini merupakan penyebab kematian nomor wahid.
Mengingat banyaknya jumlah penderita penyakit jantung koroner dan
kerugian yang ditimbulkan, maka diperlukan diagnosa yang lebih dini.
Treadmill Test merupakan salah satu cara utama untuk menegakkan
diagnose pasien dengan penyakit jantung koroner khususnya dan penyakit
jantung pada umumnya. Treadmill Test terutama ditujukan untuk menegakkan
diagnosa secara dini sehingga pencegahan dapat dilakukan, kematian dapat
dihindari dan harapan kualitas hidup dapat ditingkatkan.
Treadmill Test adalah cara noninvasif untuk mengkaji berbagai aspek
fungsi jantung, dengan mengevaluasi aksi jantung selama dilakukan stress
fisik, respon jantung terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dapat
ditentukan. Tes ini digunakan untuk berbagai keperluan berikut seperti,
membantu mendiagnosa penyebab nyeri dada, menentukan kapasitas
fungsional jantung setelah miokard infak atau pembedahan jantung, mengkaji
efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia, mengidentifikasi
disritmia yang terjadi selama latihan fisik, dan membantu mengembangkan
latihan fisik selama rehabilitasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian treadmill test?
2. Apa tujuan treadmill test?
3. Bagaimana durasi treadmill test?
4. Bagaimana indikasi, kontra indikasi dan komplikasi treadmill test?

1
5. Bagaimana persiapan treadmill test?
6. Bagaimana cara pelaksanaan treadmill test?
7. Bagaimana protokol yang digunakan treadmill test?
8. Bagaimana evaluasi hasil treadmill test?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian treadmill test
2. Untuk mengetahui tujuan treadmill test
3. Untuk mengetahui durasi treadmill test
4. Untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi dan komplikasi treadmill test
5. Untuk mengetahui persiapan treadmill test
6. Untuk mengetahui cara pelaksanaan treadmill test
7. Untuk mengetahui protokol yang digunakan treadmill test
8. Untuk mengetahui evaluasi hasil treadmill test

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Treadmill Test


Tes toleransi latihan (ETT) adalah merekam aktivitas kelistrikan
jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen pada jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa pasien
berjalan pada ban berjalan atau treadmill.
Treadmill Test adalah uji latih jantung beban dengan cara memberikan
stress fisiologi yang dapat menyebabkan abnormalitas kardiovaskuler yang
tidak ditemukan pada saat istirahat. Pemeriksaan ini dapat memberikan
informasi apakah jantung Anda memiliki asupan darah dan oksigen dari
sirkulasi saat terjadi stres fisik yang mungkin tidak muncul pada EKG saat
istirahat. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan informasi penting apabila
ada kelainan dari irama jantung dan tekanan darah.
Treadmill Test adalah suatu tindakan untuk menguji efek aktivitas
stress atau berlatih terhadap jantung seseorang. Test ini memberi suatu
pengertian umum tentang kesehatan jantung. Tes beban dengan menggunakan
treadmill adalah cara yang paling sering digunakan. Alat tersebut berupa ban
berjalan dengan kecepatan mulai 1-10 mil/jam. Sudut ban berjalan bisa diatur
mulai dari 0o sampai 20o seperti layaknya jalan yang mendaki. Klien dapat
disuruh berjalan atau berlari sesuai kecepatan ban dan mendatar atau mendaki
sesuai besar sudut ban. Pada saat tes, dipasang alat pantau tekanan darah dan
EKG sadapan ganda.
Nama lain dari Treadmill test ini adalah:
1. Exercise ECG
2. ECG - exercise treadmill
3. EKG - exercise treadmill
4. Stress ECG
5. Exercise electrocardiography

3
6. Stress test - exercise treadmill
Sebagaimana tubuh melakukan kerja keras selama latihan/test, hal ini
juga membutuhkan oksigen yang lebih banyak, sehingga memaksakan jantung
untuk melakukan pompa lebih banyak darah sesuai yang dibutuhkan. Test ini
juga dapat menunjukkan jika suplay darah mulai berkurang dalam arteri
koroner.

B. Tujuan Treadmill Test


Adapun tujuan dari pelaksanaan Treadmill Test ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari diagnose penyebab sakit dada
2. Menilai fungsi jantung sesudah serangan infark atau pembedahan
3. Mendeteksi penyakit jantung koroner yang tidak/belum menimbulkan
gejala (asimtomatik)
4. Mendeteksi aritmia yang timbul pada saat kerja fisik
5. Menilai hasil pengobatan dengan obat-obatan antiaritmia atau anti angina.

C. Durasi Treadmill Test


Menurut protokol Bruce latihan treadmill diawali dengan kecepatan
rendah (1,7 mil/jam), dan tiap 3 menit kecepatan ditingkatkan. Lalu tes
dilanjutkan maksimum 27 menit (biasanya dapat dicapai pada individu yang
terlatih) atau sampai pasien timbul gejala iskemik dan aritmia. Rata-rata waktu
pada usia dewasa muda 8-10 menit. Cara lain untuk mengukur kapasitas
fungsional adalah mengukur kebutuhan oksigen selama aktivitas yang
dikonversikan kedalam metabolik equivalen (METs), dimana 1 METs
sebanding dengan 3.5 mL O2/kg/min. Tes ini memakan waktu sekitar 20-40
menit tergantung dari kapasitas latihan pasien dan waktu munculnya gejala.
The Bruce Protocol memakan waktu total 21 menit, periode pemulihan 10
menit, dan persiapan 10 menit.
1. Indikasi penghentian test.
a. Keluhan subjektif
1) Timbul nyeri dada yang hebat

4
2) Sesak nafas
3) Vertigo / pusing
4) Nyeri pada persendian kaki
5) Kelelahan/cape sekali
6) Pasien minta agar test dihentikan
b. Objektif
1) Respon hipertensi/hipotensi
2) Timbul aritmia yang berarti
3) ST depresi/ST elevasi >3 mm
4) Timbul tanda- tanda perfusi yang buruk (pucat, sianotik,
ekstremitas dingin).
5) Target HR maximal tercapai

D. Indikasi, Kontraindikasi dan Komplikasi Treadmill Test


1. Indikasi
Stress test (Treadmill Test) dapat dilakukan pada keadaan-keadaan berikut
ini:
a. Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai
akibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke
jantung. suplay darah yang tidak adekuat (iskhemik) yang ditimbulkan
sel – sel otot kekurangan komponen darah. Manifestasi utama ischemia
miokardium adalah nyeri dada. Salah satu factor yang dapat
menimbulkan nyeri angina adalah latihan fisik karena kebutuhan
oksigen jantung meningkat. Diagnosa ini salah satunya dapat
ditegakkan dengan stress tes, terutama pada ischemia tersamar (secara
obyektif ischemia yaitu dengan stress tes tetapi pasien tidak
menunjukkan gejala).
b. Pasien dengan tanda gejala dan faktor resiko terhadap coronary artery
diseases dapat ditelusuri dari riwayat kesehatan, sebagai bagian dari
pengkajian kardiovaskuler terutama factor resiko. Factor resiko
dibedakan menjadi dua yaitu yang tidak dapat dirubah (riwayat

5
keluarga dengan masalah jantung, peningkatan usia, jenis kelamin, ras)
dan dapat dirubah ( kadar kolesterol, tinggi tekanan darah, merokok,
kadar glukosa darah, obesitas, inaktivitas fisik, stress, penggunaan
kontrasepsi oral).untuk meyakinkan kondisi pasien dengan riwayat
tersebut maka diperlukan diagnosa dini untuk menentukan kesehatan
pasien.
c. Untuk mengevaluasi toleransi aktivitas ketika pasien mengalami
kelelahan yang tak dapat dijelaskan serta adanya keluhan shortness of
breath (SOB). Mengevaluasi kemampuan latihan ketika pasien tidak
dapat menjelaskan tentang kelelahan dan nafas pendek, pada keadaan
ini pasien kadang tidak dapat menentukan penyebab dari adanya
perubahan dalam tubuhnya hal akan mempersulit dalam menegakkan
diagnosa. Untuk membantu menegakkan diagnosa maka dokter akan
melakukan salah satu tes diagnosa yaitu stress tes. Fokus utama
pengkajian adalah terhadap curah jantung dan perubahan pola EKG.
Bila curah jantung berkurang, maka jumlah oksigen yang mencapai
jaringan akan berkurang. Dengan berkurangnya oksigen ini akan
menimbulkan rangsangan syaraf simpatik untuk memenuhi kebutuhan
aksigen dan menurunnya metabolisme sel sehingga akan
menimbulkan kelelahan.
d. Mengevaluasi respon tekanan darah terhadap latihan pada pasien
dengan borderline hipertensi. Tes toleransi latihan pada kasus ini
digunakan untuk membedakan bahwa peningkatan tekanan darah itu
disebabkan oleh rangsangan aktifitas fisik atau keadaan patologi pada
system kardiovaskuler.
e. Mengidentifikasi kelainan irama jantung, berupa disritmia adalah
kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama
atau keduanya. Disritmia dapat diidentifikasi dengan menganalisa
EKG. Disritmia dapat muncul, apabila terjadi ketidakseimbangan pada
salah satu sifat dasar jantung. Ketidakseimbangan ini dapat
disebabkan oleh aktivitas normal seperti latihan atau stress tes, hal ini

6
terjadi karena peningkatan respon miokardium terhadap stilumus
terutama syaraf simpatik yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas.
f. Membantu mengembangkan program latihan yang aman selama
rehabilitasi. Pasien yang mengalami serangan miokard infak akut dan
bebas dari gejala maka program rehabilitasi aktif harus dimulai.
Tujuan rehabilitasi adalah mengembangkan dan memperbaiki kualitas
hidup serta mendorong aktivitas fisik dan penyesuaian fisik. Tujuan
toleransi latihan dicapai melalui penyesuaian fisik, yang dilakukan
untuk memperbaiki efisiensi jantung.
g. Mengevaluasi efektivitas pengobatan pada angina dan ischemic. Obat –
obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen,
vasodilor, antikoagulan dan trombolitik. Nitrogliserin menyebabkan
dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan darah di
perifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali ke jantung
(preload) dan mengurangi beban kerja jantung.
2. Kontra Indikasi
Sedangkan Kontraindikasi Treadmill Test ini adalah
dikelompokkan dalam keadaan yang mutlak dan relatif, yaitu:
a. Mutlak :
1) Infark miokard akut dalam 2 hari
2) Angina tak stabil yang beresiko tinggi
3) Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan gangguan
hemodinamika
4) Stenosis aorta berat dengan gejala
5) Infark paru atau emboli paru akut
6) Perikarditis atau miokarditis akut 7) Diseksi aorta akut
b. Relatif:
1) Stenosis di pembuluh darah koroner left main
2) Penyakit jantung katup stenosis
3) Gangguan elektrolit
4) Hipertensi berat

7
5) Takiaritmia dan bradiaritmia
6) Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke luar
jantung
7) Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pemeriksaan
8) Blok atrioventrikular derajat tinggi
3. Komplikasi
a. Hipotensi
b. Disritmia yang berat
c. Infark myocard acute
d. Syncope dan stroke
e. Trauma fisik (jatuh saat test)
f. Henti jantung (cardiac arrest)
g. Kematian

E. Persiapan Treadmill Test


1. Beberapa hal yang penting diperhatikan oleh perawat dalam melakukan
persiapan pasien sebelum Treadmill Test, antara lain:
a. Pasien puasa tiga jam sebelum prosedur, dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya rasa mula muntah. Pasien diabetes yang sedang
menjalani terapi insulin akan mendapat instruksi atau pengawasan
khusus dari dokter
b. Petugas perlu mengetahui obat-obat yang dikonsumsi pasien sebelum
melaksanakan tes ini. Obat spesifik jantung sebaiknya dihentikan dua
hari sebelum prosedur dimulai. Namun apabila memungkinkan,
penggunaan obat penghambat beta sebaiknya tidak dihentikan bila
memang sangat diperlukan pasien walau dapat mempengaruhi hasil
test.
c. Pasien memakai baju dan sepatu yang nyaman untuk melakukan
prosedur

8
d. Jelaskan pada pasien bahwa prosedur test ini akan dilakukan selama
satu jam, termasuk persiapan.
e. Lakukan anamnese tentang riwayat penyakit pasien dan kemampuan
aktivitas fisik pasien terakhir.
f. Lakukan pemeriksaan TTV awal dalam keadaan istirahat pada pasien
dalam posisi yang nyaman.
g. Persiapan juga dilakukan terhadap kebersihan kulit agar tidak
menimbulkan banyak artefak pada rekaman EKG.
h. Lakukan tes awal EKG dengan 12 lead pada posisi berbaring dan
berdiri.
i. Surat informed concern perlu ditandatangi oleh pasien
2. Persiapan Alat
a. Satu set alat treadmill
b. Kertas printer teradmill
c. Emergencytroly lengkap dan defibrilator
d. Plester
e. Elektrode
f. Oksigen
g. Tensimeter dan stetoscpoe
h. Jelly
i. Alkohol 70 % dan kassa non steril
j. Tissue/Handuk kecil
k. Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill.

F. Cara Pelaksanaan Treadmill Test


Tes ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu exercise stress
test, Pasien akan diminta untuk berjalan diatas treadmill dengan prosedur
latihan spesifik, dimulai dari langkah lambat. The Bruce Protocol, protokol
yang paling sering digunakan, memiliki total 7 tahapan dengan peningkatan
kecepatan secara periodik dan inklinasi kecuraman setiap 3 menit. Tekanan
darah, denyut jantung, dan EKG pasien akan dipantau dan direkam secara

9
bersamaan, pada saat istirahat, dan setiap 3 menit dalam setiap tahapan
latihan. Dokter akan bertanya kepada pasien sebelum suatu tahapan berakhir,
apakah pasien masih sanggup untuk melanjutkan ke tahapan berikutnya. Ada
beberapa pertimbangan yang harus diikuti apabila tes ini akan dihentikan dan
pasien tidak perlu menyelesaikan 7 tahapan. Tahapan 4-6 sudah memerlukan
usaha yang intens, dan tahapan 7 memerlukan usaha maksimal. Tes ini akan
dihentikan apabila target denyut nadi telah tercapai, atau apabila Anda
mengalami gejala seperti nyeri dada, pusing, kenaikan tekanan darah yang
berlebihan, atau kelelahan yang ekstrim.
Bagian kedua dari tes ini adalah periode pemulihan atau fase “slowing
down”. Kecepatan akan diturunkan secara bertahap dalam 10 menit. Tekanan
darah, denyut jantung, dan EKG pasien akan tetap dipantau selama bagian
kedua ini berlangsung.
Selama latihan, arteri koroner yang sehat mengalami dilatasi daripada
arteri koroner yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan banyaknya
darah yang dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan koroner hanya disediakan
oleh arteri yang masih normal saja. Aliran darah yang terbatas ini akan
mengurangi sejumlah darah yang akan dibutuhkan oleh area jantung tersebut.
Hal ini menyebabkan otot jantung yang terlibat akan mengalami kekurangan
darah (starvasi) selama latihan. "Starvasi" ini akan menghasilkan gejala seperti
tidak nyaman pada dada atau shortness of breath (SOB) dan dapat ditemukan
kelainan pada gambaran EKG.
1. Tata cara Sebelum Melakukan Treadmill Test :
a. Pertama-tama catat Heart Rate dan ukur tekanan darah dalam kondisi
istirahat (diam). Hal ini dilakukan di ruang laboratorium dimana
kegiatan akan dilaksanakan.
b. Rekatkan electroda pada dinding dada, bahu dan pinggul kemudian
hubungkan ECG ke bagian mesin.
c. 12-LEAD EKG akan direkam secara tertulis. Setiap lead dari EKG
akan menunjukkan hasil yang berbeda dari jantung.
Sebagai contoh:

10
1) Lead 2, 3, dan aVF = menunjukan bagian
inferior jantung.
2) V1 dan V2 = Septum jantung
3) V3, V4, V5 dan V6 = Anterior jantung.
4) Lead 1 dan aVL = Superior jantung.
5) aVR menunjukan ruang (cavity) jantung dan
tidak memberikan nilai klinik yang bermakna
dalam mengidentifikasi coronary desease.
Komplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap
melakukan pengawasan pada tekanan darah, mengawasi hasil
rekaman EKG, bertanya kepada pasien tentang gejala yang
dialami dan gejala keletihan serta melakukan penilaian
terhadap semua gejala atau tanda yang muncul saat test. Selama
test berlangsung sebaiknya lengan pasien tidak memegang
dengan kencang pada tempat pegangan agar tidak
menimbulkan hasil yang tidak sesuai dengan kemampuan
pasien.
2. Pelaksanaan Treadmill Test :
a. Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata cara, maksud,
manfaat dan resiko dari treadmill.
b. Menentukan target HR submaximal dan maximal (target HR max :
220 dikurang umur dan submaximal adalah 85 % dari target HR max)
c. Pasien menandatangani formulir informed consent.
d. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan sepatu treadmill yang
telah disediakan.
e. Pasien berbaring dengan tenang di tempat tidur
f. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan electrode dengan
menggunakan kassa alkohol.
g. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan.
h. Sambungkan dengan kabel treadmill
i. Fiksasi electrode dengan sempurna

11
j. Masukkan data pasien ke alat treadmill
k. Ukur tekanan darah
l. Rekam EKG 12 leads
m. Jalankan alat treadmill dengan kecepatan sesuai dengan prosedur.
n. Setiap tiga menit speed dan elevation akan bertambah sesuai dengan
prosedur yang sudah ditentukan.
o. Pantau terus perubahan EKG dan keluhan pasien selama tets.
p. Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga menit.
q. Hentikan test sesuai dengan prosedur.
3. Recovery
a. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah test dihentikan.
b. Persilahkan pasien untuk duduk/berbaring.
c. Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan.
d. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap tiga menit.
e. Pemulihan biasanya selama enam menit/sembilan menit (hingga
gambaran
f. EKG ,HR, dan tekanan darah kembali seperti semula)
g. Memberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai.
h. Lepaskan elektrode dan manset BP.
i. Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien .
j. Merapihkan kembali alat–alat pada tempatnya.
k. Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test pasien masih berada
dalam pengawasan petugas.

G. Protokol yang Digunakan Treadmill Test


Salah satu protokol yang digunakan adalah protokol Bruce. Pada
metode ini, selama menjalani uji latih, pasien akan mendapatkan beban dari
alat dengan menaikan ban berjalan beberapa derajat disertai penambahan
kecepatan setiap peningkatan stage. Metode Bruce dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.

12
Ini merupakan suatu test yang maksimum. Artinya bahwa individu
harus mengikuti latihan test ini sampai individu tersebut merasa lelah.
Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap parameter-parameter terutama
tekanan darah dan membaca hasil pencatatan EKG.
Meskipun kejadian klien yang meninggal karena tes tersebut sangant
jarang sebaiknya selalu dipersiapkan trolli darurat yang berisi obat-obat
jantung dan alat resusitasi selama dilakukan tes tersebut. Suatu tes beban
dikatakan positif apabila sebelum dicapai standard toleransi untuk tes tersebut
telah timbul indikasi untuk menghentikan tes. Perubahan segmen ST dan
gelombang T pada waktu tes atau sesudahnya merupakan petunjuk adanya
penyakit jantung koroner. Pada saat ini, standard baku tes beban yang positif
adalah apabila terdapat salah satu gejala sbb :
1. Depresi segmen ST 1 mm, horisintal, selama 0,08 detik
2. Depresi segmen ST 1mm menurun selama 0.08 detik
3. Depresi segmen ST 1,5 – 2,0 mm menaik selama 0,08 detik.

H. Evaluasi Hasil Treadmill Test


Hasil tes beban positif palsu dapat terjadi antara lain karena
hiperventilasi, obat-obatan tertentu dan gangguan keseimbangan elektrolit. Tes
beban negative palsu dapat terjadi akibat penggunaan obat-obat beta blocker

13
dan nitrat. Selanjutnya perawat melakukan evaluasi terhadap beberapa
parameter berikut ini, antara lain:
1. Fase pemulihan setelah tes
Setelah mencapai kemampuan maksimal, pasien diminta untuk
berhenti secara teratur. Setelah alat treadmill berhenti secara sempurna,
pasien tetap menggerakkan kakinya seperti sementara berjalan di tempat
dengan santai. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya perubahan
gambaran EKG. Setelah dianggap cukup, pasien duduk atau dapat pula
berbaring. Perawat tetap melakukan pengawasan dan observasi ketat
terhadap rekaman 10 detik pertama setelah kaki berhenti. Pengawasan
paska test dilakukan selama 5 menit kadangkadang bisa lebih, sampai
gejala atau gambaran perubahan EKG berkurang atau hilang.
2. Pemullihan denyut jantung
Denyut jantung atau frekuensi nadi akan berkurang dengan cepat
setelah tes dihentikan. Apabila berkurangnya denyut jantung < 20
kali/menit pada menit pertama dan kedua, maka ini menjadi prediktor
meningkatnya resiko kematian.
3. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat test berlangsung. Bila
terjadi penurunan tekanan darah dibawah tekanan darah sebelum test
dilakukan, bisa menjadi kriteria yang perlu diwaspadai. Bila terjadi
aktivitas yang menyebabkan terjadinya hipotensi, maka dicurigai
terjadinya disfungsi ventrikel kiri, iskemia atau obstruksi aliran darah
keluar. Peningkatan tekanan darah yang cepat saat test berlangsung juga
menjadi penilaian khusus pertanda adanya kemungkinan timbulnya
iskemia.
4. Interpretasi EKG
Depresi segmen ST menunjukkan adanya iskemia subendokardial.
Digunakan gambaran pada lead II, aVF dan V5. Gambaran EKG pada
kemampuan maksimal (exercise maximal) dan masa 3 menit saat recovery
menjadi waktu yang perlu diwaspadai.

14
Segmen ST elevasi menggambarkan terjadinya iskemia transmural
yang bersifat aritmogenik, bisa berhubungan dengan spasme dan lesi yang
jelas pada arteri. Segmen ST depresi umumnya berhubungan dengan
adanya spasme maupun lokasi lesi.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Treadmill Test merupakan bagian dari Tes Toleransi Latihan dan
jenis tindakan non invasive untuk mengevaluasi kerja jantung.Penting bagi
perawat untuk memperhatikan persiapan sebelum melakukan treadmill test
terutama melakukan pengkajian awal terhadap tanda-tanda vital dan
rekaman EKG untuk mengevaluasi perkembangannya sebelum, selama dan
setelah tindakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kee, J.L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6.


EGC : Jakarta

Smeltzer, A. C & Bare, B.B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. EGC : Jakarta

Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 2. FKUI :
Jakarta

Cleveland Clinic (2004) Diagnosing Heart disease: stress test. Diambil 6


Oktober 2017: www.yahoo.com/treadmill.urac’s

Maryland Medical Center Programs, (2001) Stres Test. Diambil 6 Oktober


2017 : www.yahoo.com/treadmill.UMHS

17

Anda mungkin juga menyukai