Anda di halaman 1dari 17

PERANAN SIX MINUTE WALK TEST PADA REHABILITASI JANTUNG

PENDAHULUAN

Rehabilitasi jantung merupakan komponen yang penting bagi penatalaksanaan penyakit


jantung. Konsep latihan sebagai bagian dari program rehabilitasi mulai diperkenalkan di era 80-
an. Latihan pada penderita jantung ternyata relatif aman dan berdampak positif terhadap kondisi
fisik dan psikis penderita.1 Dampak positif yang diperoleh meliputi; perbaikan pada toleransi
terhadap latihan, penurunan keluhan sesak nafas, kelelahan dan kelemahan otot-otot, perbaikan
kelas fungsional, sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik.1,2,3,4,5

Defenisi rehabilitasi jantung menurut WHO adalah gabungan dari beberapa aktifitas dan
intervensi yang dibutuhkan untuk memastikan tercapainya kondisi fisik, mental dan sosial
terbaik yang dapat diraih, sehingga penderita dengan kelainan kronik ataupun yang telah
melewati fase akut kelainan kardiovaskular dapat mencapai atau melanjutkan kehidupan sosial
yang selayaknya, dan berperan aktif dalam kehidupan, dengan usahanya sendiri.6

Dalam rehabilitasi jantung diperlukan adanya penilaian performa pasien saat permulaan
dan setelah perawatan, biasanya yang digunakan adalah Uji latih jantung. Dalam
perkembangannya ada banyak peralatan yang tersedia untuk menilai secara objektif kapasitas
latihan seseorang. Beberapa tes menyediakan pengukuran yang sangat lengkap dari semua
sistem yang terlibat dalam latihan ( high tech), sedangkan yang lainnya ada yang secara
sederhana (low tech) dan mudah untuk dilakukan2. Secara umum peralatan yang digunakan pada
uji latih jantung adalah treadmill maupun sepeda ergometer yang memakai tingkatan dalam
prosedur pelaksanaannya. Uji latih yang maksimal ini secara luas dapat menentukan diagnosis,
prognosis dan kebutuhan latihan secara tepat pada penderita penyakit kardiovaskular. Namun uji
latih seperti ini membutuhkan fasilitas yang khusus, peralatan dan tenaga yang terkait erat
dengan jumlah dana yang relatif besar yang sering tidak dapat dipenuhi oleh institusi dengan
fasilitas dan dana terbatas1. Tes latihan yang sangat popular digunakan sesuai urutan
kompleksitasnya adalah stair climbing, Six minute walk test (6WMT), shuttle walk test, exrecise
induced asthma, cardiac stress test (Bruce protokol), cardio-pulmonary exercise test1,2,3,4,5,6,7.

Six minute walk test merupakan uji latih jantung yang paling sering digunakan dalam
menilai kapasitas fungsional seseorang, pengukuran respon terapi, bahkan bermanfaat dalam
memprediksi morbiditas dan mortalitas. Keunggulan uji latih jantung ini sangat sederhana, tidak
memerlukan biaya serta fasilitas yang memadai namun hasil yang akurat dan validitas yang
tinggi.1

Tujuan penulisan refarat ini adalah mengetahui seberapa jauh peranan Six minute walk
test serta aplikasinya pada program rehabilitasi jantung.
DEFENISI

Six Minute walk Test ( 6MWT ) adalah suatu bentuk uji latih jantung submaksimal
dengan cara mengukur jarak yang dapat ditempuh seseorang yang berjalan pada bidang datar
yang keras selama 6 menit sebagai refleksi dari kapasitas fungsionalnya.1,2

SEJARAH

Pada tahun 1960an, Balke membuat suatu test sederhana untuk menilai kapasitas latihan
seseorang dengan mengukur jarak tempuh berjalan dalam rentang waktu tertentu. Rentang
waktunya selama 12 menit untuk mengukur jarak tempuh berjalan pada individu sehat. Test ini
kemudian diadopsi untuk melihat kelainan pada penderita dengan kelainan paru yaitu bronkitis
kronis. Waktu duabelas menit ini ternyata dirasakan terlalu lama dan melelahkan pada penderita
penyakit pernafasan, sehingga digantikan dengan test berjalan selama 6 menit dengan efektifitas
pengukurannya sama seperti tes sebelumnya. 6MWT ini dipandang mudah dilakukan, dapat
ditoleransi lebih baik, dan mencerminkan aktifitas harian dibandingkan test berjalan yang
lain.1,2,5

Six minute walk test merupakan tes sederhana yang praktis yang memerlukan jalur
sepanjang 100 kaki (30 meter) tidak memerlukan peralatan latihan yang rumit maupun tenaga
pegawas yang sarat pengalaman dan latihan khusus. Tes ini pada prinsipnya mengukur jarak
yang dapat ditempuh pasien dengan berjalan pada jalur datar dan permukaan keras dalam waktu
6 menit. Tes ini secara keseluruhan mengevaluasi respon semua sistem organ yang terlibat
selama latihan termasuk sistem paru, jantung dan sirkulasi, darah, neuromuskular dan
metabolisme otot. Test ini tidak memberikan informasi spesifik mengenai fungsi tiap organ yang
terlibat ataupun mekanisme terjadinya keterbatasan aktifitas, yang mana hal ini dapat dihasilkan
dari uji latihan sistem kardiopulmonal yang maksimal1,2,5,8,9.

Banyak penelitian mengenai Six minute walk test, Harada ND dkk, 1997 menemukan
bahwa tes ini dapat dipercaya dalam hubungannya dengan hasil dan indikator fungsional fisik.
Ada juga yang meneliti tentang durasi dari tes ini. Awalnya tes ini dibuat 12 menit. Study telah
menunjukan bahwa antara durasi 3 menit dan 6 menit berjalan sejalan dengan 12 menit. Namun
durasi dibawah 4 menit tidak cukup sensitif untuk menggambarkan perbedaan jarak berjalan.
Penelitian yang menggunakan 6MWT pada pasien dengan penyakit jantung pertama kali
dilaporkan oleh Guyat dkk serta Lipkin dkk, yang menyatakan bahwa 6MWT dapat
membedakan tingkatan keparahan gagal jantung menurut pembagian New York Heart
Association (NYHA)1,2,10.
PERANAN SIX MINUTE WALK TEST PADA REHABILITASI JANTUNG

Six Minute Walk test sebagai langkah awal Exercise prescription

The American Heart Association ( AHA ) and American Association of Cardiovascular


and Pulmonary Rehabilitation ( AACPR ) telah menetapkan bahwa rehabilitasi jantung yang
terkoodinir dapat memberikan efek yang baik terhadap penderita jantung. Rehabilitasi jantung
meliputi rencana komprehensif program latihan dalam empat fase. Keempat fase ini meliputi
monitor latihan, konseling gizi, psikososial, dan edukasi pola hidup untuk menurunkan resiko
terjadinya masalah jantung. Biasanya program rehabilitasi jantung merancang bentuk aktifitas
fisik dan bentuk latihan yang aman untuk memperbaiki kapasitas fungsional, mengurangi resiko
sudden death dan reinfark, kontrol gejala jantung, dan stabilisasi proses atherosclerosis ( Wenger
et all, 1995 ). Penderita jantung memerlukan tes toleransi atau stress test sebelum program
rehabilitasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan acuan kapasitas latihan dan maksimum denyut
jantung yang akan memberikan panduan untuk membuat exercise prescription. Ada banyak tes
yang dapat dilakukan seperti treadmill test, bicycle ergo meter testing, namun Solway et all
( 2000 ) membuktikan six minute walk test banyak dipakai karena simple, sederhana, aman,
tidak mahal dan memerlukan banyak fasilitas, serta mempunyai korelasi dengan oxygen
consumption1,2,3,10,11.

Tabel 1 : bentuk exercise prescription3

Hasil yang didapat dari 6MWT ini juga dapat menuntut kita meresepkan jenis latihan
awal yang akan dilakukan pasien. Hasil test ini akan kita pakai dengan persamaan menurut
American College of Sports Medicine (ACSM) Walking Equation. Dikatakan bahwa
sekurangnya dibutuhkan 0,1 ml oksigen untuk memindahkan 1 kg massa tubuh pada bidang datar
setiap meternya (0,1ml/kgBB/menit),ini akan dikaitkan dengan kapasitas fungsional seseorang.
Six Minute Walk test menilai Kapasitas fungsional

Menurut American Thoracic Society ( ATS 2002 ) 6 MWT dapat menghitung tingkatan
exercise pada sistem kardiovascular dan pulmo, sirkulasi sistemik, perubahan hemodinamik,
sikulasi perifer, dan metabolism neuromuscular dan otot disamping pengukuran status
fungsional. Kapasitas fungsional ini dapat dihitung berdasarkan hasil six minute walk test yang
kita dapat.Seperti yang direkomendasikan American College of Sports Medicine ( ACSM )
Walking eqution sebuah metode pengukuran kafasitas fungsional seseorang yang dikatakan
dengan METs, ini paling akurat jika kecepatannya 50-100 m/menit (1,9 mph-3,7 mph). Di
bawah ini dilampirkan satu contoh perhitungan bagaimana melakukan konversi jarak yang
didapat dari hasil 6MWT menjadi nilai MET (Metabolic equivalent) dan walking speed. Nilai
METs dan walking speed digunakan untuk menyesuaikan kebutuhan latihan dan mengetahui
kapasitas fungsional penderita.1,2,3,4,14

Tabel 2 : Ilustrasi konversi hasil six minute walk test dengan Kapasitas Fungsional1

Six Minute Walk test berperan nilai prognostik

Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai nilai prognostik dari 6MWT. Test ini
mempunyai aplikasi yang terbaik pada populasi gagal jantung, dimana kapasitas fungsionalnya
telah terganggu. Kebanyakan studi nilai prognosis 6MWT dilakukan pada penderita gagal
jantung. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh Bittner dkk pada studi SOLVT (Studies of Left
Ventricular Dysfunction), melibatkan 898 partisipan dengan follow up selama 242 hari. Studi ini
menunjukan angka mortalitas sebesar 10.23 % pada penderita yang berjalan kurang dari 350
meter dan 2,99 % pada jarak lebih dari 450 meter saat 6MWT (p<0.01). Studi selanjutnya
menunjukkan hubungannya dengan angka hospitalisasi dan kematian. Curtis dkk menyatakan
pada penderita gagal jantung rawat jalan yang stabil resiko kematiannya lebih tinggi pada
kelompok yang jarak tempuhnya < 200 meter (59 %).2,3,16,17

Tabel 3 : Konversi hasil METs dengan Aktivitas sehari – hari9

Six minute walk test dalam stratifikasi faktor resiko dan perubahan gejala
Seperti American Association of Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation ( AACVPR )
mengatakan adanya hubungan antara performa berjalan dengan beberapa faktor resiko. Dimana
mereka menemukan severitas underlying disease, dysritmia, gejala iskemia, respon hemodinamik
pada performa berjalan kurang baik,juga ditemukan bahwa diabetes sebagai faktor independen
terhadap performa berjalan yang kurang baik.
Pada akhir program rehabilitasi, pasien cenderung melaporkan gejala yang lebih sedikit
dibanding sebelumnya. Kebanyakan pasien memperbaiki jarak berjalan, meskipun ada beberapa
yang tidak. Riset di Alabama 82 % perbaikan jarak berjalan, British cardiac rehabilitation juga
menemukan yang sama. Dengan adanya perbaikan jarak berjalan ini berbanding lurus dengan
perbaikan gejala klinis yang ada sebelumnya. Tapi mereka juga tidak memungkiri adanya faktor
– faktor lain yang mempengaruhinya.
Six Minute Walk Test dapat mengidentifikasi abnormal gait dan gangguan keseimbangan
Beberapa penelitian dibidang neurologi tentang disability fungsional pada gangguan berjalan
telah banyak dikembangkan dengan metode Six minute walk test. Gait pada Parkinson disease
misalnya. Dengan adanya six minute walk test dapat mengidentifikasi gangguan gaya berjalan
dan keseimbangan dapat serta merta menjadi acuan khusus bagi rehabilitasi jantung untuk
memodifikasi dan menyesesuaikan exercise prescription.1,2,3

Six Minute Walk Test dapat mendeteksi skrining awal pasien yang keluar dari rehabilitasi
Performa yang buruk saat melakukan 6 minute walk test sebagai predictor bebas keluarnya
dari rehabilitasi. Perburukan disini dapat dilihat dari berapa jarak yang dapat ditempuh pasien.

Disamping itu masih banyak peranan six minute walk test, seperti mendeteksi desaturasi
selama aktivitas sehari-hari dan keperluan oksigen flow dalam memperbaiki desaturasi yang
dipengaruhi oleh latihan. Hal ini dilakukan pada pasien-pasien COPD.Morante mengatakan
bahwa pengukuran pulse oksimetri selama six minute walk testdapat mendeteksi desaturasi lebih
baik daripada pengukuran yang dipicu oleh aktivitas sehari – hari.Beberapa study menunjukan
six minute walk test sebagai indikator yang baik mengukur kapasitas fungsional pada pasien
COPD dan prediktor yang baik bagi mortalitas dan morbiditas. Six minute walk test dapat
dijadikan sebagai ajuan keberhasilan dari rehabilitasi jantung.1,3,15,17,18,20,21

INDIKASI SIX MINUTE WALK TEST

Indikasi utama 6MWT adalah untuk mengukur respon pasien terhadap pengobatan pada
keadaan penyakit jantung atau paru tingkat sedang maupun berat. Test ini juga telah digunakan
sebagai pengukuran tunggal kapasitas fungsional pasien sebagai prediktor untuk morbiditas dan
mortalitas . Pada kenyataannya test ini tidak membuktikan sebagai test terbaik untuk menentukan
kapasitas fungsional ataupun perubahannya akibat pengobatan pada kasus-kasus tersebut.1,2,3,4,8,13

Uji latih jantung maksimal/formal memberikan informasi tentang respon latihan,


gangguan kapasitas latihan, menentukan intensitas yang diperlukan untuk memperpanjang
latihan, menilai faktor-faktor yang menyebabkan keterbatasan latihan, dan menjelaskan
mekanisme patofisiologi yang mendasari keterbatasan tersebut misalnya organ apa asa yang
terlibat. 6MWT tidak menilai peak oxygen uptake, penyebab dyspnea on exertion, atau
mengevaluasi penyebab keterbatasan latihan. Hasil atau informasi yang didapat dari 6MWT
harus dipertimbangkan sebagai pelengkap dan bukan pengganti uji latih jantung
maksimal/formal. Meskipun didapati perbedaan mendasar dari kedua test ini, beberapa penelitian
mengenai korelasi antara keduanya telah dilaporkan. Misalnya, korelasi signifikan ( r= 0,73)
antara 6MWT dan peak oksigen uptake telah dilaporkan pada penderita penyakit paru stadium
akhir2.

Pada beberapa keadaan klinis tertentu , 6MWT memberikan informasi yang lebih baik
terhadap index kemampuan penderita untuk melakukan aktifitas harian dibandingkan peak
oxygen uptake. 6MWT berkorelasi lebih baik dengan pengukuran kualitas hidup. Perubahan pada
6MWT setelah mendapat pengobatan berkorelasi dengan perbaikan dyspnea secara subjektif.
Reprodubilitas 6MWT lebih baik daripada reprodubilitas uji forced expiratory volume 1 detik
pada pasien COPD ( koefisien reprodubilitas 8 %). Penilaian kapasitas fungsional test ini lebih
baik dibandingkan dengan penilaian dengan kuisoner.1

Membandingkan sebelum dan sesudah terapi


- Transplantasi paru
- Reseksi paru
- Operasi reduksi volume paru
- Rehabilitasi paru
- COPD
- Hipertensi pulmonal
- Gagal jantung
Status Fungsional (single measurement)
- COPD
- Cystic fibrosis
- Gagal jantung
- Peripheral vascular disease
- Fibromyalgia
- Pasien orang tua
Memprediksi morbiditas dan mortalitas
- Gagal jantung
- COPD
- Hipertensi pulmonal primer
Tabel 4 : Indikasi Six Minute Walk Test 1

KONTRAINDIKASI 6MWT

Menurut pernyataan dari American Thoracic Society (ATS) kontraindikasi absolut test ini
adalah angina tidak stabil (UAP) dan infark miokardium akut. Kontraindikasi relatif adalah
denyut jantung (HR) saat istirahat lebih dari 120 kali permenit, tekanan darah sistolik lebih
dari 180 mmHg, dan diastolik lebih dari 100 mmHg. Pasien dengan kelainan seperti ini harus
dirujuk kepada dokter ahli untuk mengawasi test tersebut. Hasil dari EKG saat istirahat dari 6
bulan sebelumnya harus dievaluasi. Angina exertional yang stabil bukan merupakan
kontraindikasi absolute test ini, namun test dilakukan setelah pasien mengkonsumsi obat
antiangina, dan harus tersedia nitrat untuk keadaan darurat12,3,4,5,6,8,10.

Pasien dengan faktor resiko diatas dikatakan mempunya resiko yang tinggi untuk
terjadinya aritmia atau masalah kardiovaskular selama menjalani test. Kontraindikasi ini telah
digunakan oleh para peneliti berdasarkan keinginan mereka untuk keamanan dan keinginan
untuk mencegah kemungkinan buruk pada penderita saat melakukan 6MWT. Kapan terjadinya
resiko tersebut belum diketahui sehingga resiko—resiko tersebut menjadi relatif.3
PROSEDURE KEAMANAN 6MWT

1. Test ini harus dilakukan di lokasi dimana jika terjadi keadaan gawat darurat dapat
diberikan respon pertolongan yang cepat dan tepat (misalnya dalam lorong/aula rumah
sakit atau klinik ).
2. Harus tersedia oksigen, nitrat sub lingual, aspirin, dan albuterol (nebulizer). Saluran
telepon hendaknya tersedia untuk melakukan panggilan darurat
3. Petugas pengawas harus telah mendapat sertifikat dalam penangangan gawat darurat
jantung paru setidaknya tingkat Basic Life Support ataupun ACLS.
4. Jika pasien sebelumnya dengan terapi oksigen, maka oksigen tetap harus diberikan sesuai
dengan keadaan penyakitnya.
5. Pengawasan dari dokter umumnya tidak diperlukan, namun dalam kasus tertentu perlu
didampingi oleh dokter sampai test selesai.

Alasan untuk menghentikan test sesegera mungkin adalah sebagai berikut:


- Nyeri dada
- Sesak nafas intolerable
- Cramp otot kaki
- Hoyong atau sempoyongan
- Keringat dingin
- Pucat
Pengawas lapangan harus dilatih untuk mengenali keadaan diatas dan segera memberikan
respon yang tepat jika hal ini muncul. Jika test dihentikan karena salah satu alasan ini, pasien
segera didudukkan atau dibaringkan dan beri poksigen segera. Setelah itu segera lakukan
pengukuran tekanan darah, hitung denyut nadi, ambil saturasi oksigen, dan panggil dokter
pengawas1,2,3,4.

TEKNIS PELAKSANAAN 6MWT

Lokasi
Test ini hendaknya dilakukan dalam ruangan tertutup (indoor), dilakukan pada koridor
yang panjang, datar dan lurus dengan permukaan yang keras dan jarang dilalui orang. Menurut
beberapa pusat rehabilitasi jantung, test ini dapat dilakukan di ruang terbuka jika cuaca dalam
keadaan baik. Panjang rute jalan setidaknya 30 meter (100 kaki). Tiap 3 meter dari koridor
hendaknya diberi tanda. Titik putaran biasanya ditandai dengan kerucut orange. Titik awal yang
menandakan permulaan dan akhir yang mempunyai jarak 60 meter hendaknya ditandai dengan
warna cerah. 2
Gambar 1 . Skematis tempat pelaksanaan 6MWT3

Peralatan Penununjang.

Beberapa pusat rehabilitasi jantung dinegara maju seperti Amerika dan Eropa menganjurkan
adanya peralatan pendukung dalam pelaksanaan uji latih ini. Diantaranya yang dipandang
sebagai standar adalah:1,2,3

1. Stopwatch
2. Mechanical lap counter
3. 2 buah pembatas/kerucut untuk menandai titik putar
4. Kursi yang mudah dipindahkan sepanjang rute jalan
5. Worksheet
6. Sumber oksigen
7. Sphygmomanometer
8. Telephone
9. Automated electrical defibrilator

Persiapan pasien. 1,2,3

Tidak ada persiapan khusus terhadap pasien yang diperlukan dalam pelaksanaan uji ini. Hal-
hal yang perlu diperhatikan oleh pasien sebelum pelaksanaan uji ini adalah sebagai berikut:

1. Pakaian yang nyaman


2. Sepatu/alas kaki yang sesuai
3. Obat-obatan yang biasa digunakan tetap dikonsumsi
4. Makan ringan pagi atau sore sebelum dilakukan test
5. Pasien tidak melakukan aktifitas berat 2 jam sebelum memulai test

Prosedur Pelaksanaan 6MWT1,2,3

1. Tidak perlu dilakukan periode warm-up sebelum memulai test


2. Jika perlu dilakukan pengulangan latihan hendaknya dilakukan pada waktu yang sama
dengan hari sebelumnya, untuk mengurangi intraday variability
3. Pasien hendaknya duduk dikursi yang dekat dengan titik awal selama 10 menit.
Dilakukan pemeriksaan apakah ada kontraindikasi, pengukuran denyut nadi dan tekanan
darah, pastikan bahwa pakaian dan sepatu sudah tepat bagi pasien. Lengkapi bagian
pertama dari worksheet

Gambar 2. Contoh Worksheet 6MWT 1

4. Jika ada pulse oximetry ukur dan rekamlah denyut jantung dan saturasi O2 saat baseline.
5. Suruh pasien berdiri dan hitung keadaan dyspnea dan fatig dengan memakai skala Borg
sebelum memulai latihan
6. Atur penghitung putaran pada posisi nol dan timer untuk 6 menit, dan bergeraklah ke
posisi start.
7. Berikan instruksi pada pasien bahwa test ini menilai seberapa jauh pasien dapat berjalan
selama 6 menit dan tidak boleh berlari. Pasien dapat memperlambat jalannya, berhenti
atau istirahat jika perlu. Contohkan pada pasien satu putaran.
8. Posisikan pasien pada garis start. Pengawas harus berdiri dekat garis start selama latihan.
Jangan berjalan bersama pasien. Segera setelah pasien mulai berjalan hidupkan timer.
9. Jangan berbicara kepada siapapun selama test. Perhatikan pasien dan jangan lupa untuk
menghitung putaran yang telah dilalui. Pengawas dapat memberikan dorongan semangat
pada pasien tetapi bukan dorongan untuk mempercepat langkahnya. Beritahu waktu test
setiap menit ke 2, 4 dan 6 (berhenti)
10. Post test: Rekam dypsnea dan fatigue ( lelah ) paska latihan dengan skala Borg
11. Jika memakai pulse oximeter, ukur SpO2 dan jumlah pulse dari oxymeter dan kemudian
lepas sensor
12. Catat jumlah putaran dan berapa jauh jarak tempuh yang dicapai
13. Berikan ucapan selamat pada pasien atas usahanya dan tawarkan untuk minum segelas air
putih.

Skala Latihan Skala Angina Skala Dispnoe


6
7 Sangat,sangat ringan
8 0 Angina (-) 0 Dispnoe (-)
9 Sangat ringan
10
11 lebih ringan 1 Ringan 1 Ringan
12
13 Sedikit berat
14 2 Moderat 2 Ringan,
15 Berat
16
17 Sangat berat 3 Severe,tdk nyaman 3 Moderat
18
19 Sangat-sangat berat 4 Sangat sakit 4 Moderat,tdk ditoleri
20

Tabel 5 : Skala Borg, skala angina dan dyspnea pada 6MWT 1,2

FAKTOR VARIABILITAS HASIL 6MWT


Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil 6MWT. Ada faktor yang berasal dari prosedur
pelaksanaan dan ada faktor lain dari luar prosedur pelaksanaan (Tabel 3). Faktor yang berasal
dari prosedur pelaksanaan sendiri harus dikontrol sebisa mungkin. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengikuti standard pelaksanaan melalui quality assurance program.2

Practice test.2
Test sebagai ‘latihan’ tidak diperlukan pada kebanyakan keadaan klinis tetapi dapat
dipertimbangkan. Jika dilakukan test sebagai ‘latihan’ , hendaknya dilakukan paling tidak
selama 1 jam sebelum melakukan test kedua. Hasil test yang dilaporkan sebagai data baseline
6MWT adalah test dengan hasil paling tinggi.

Pelatihan Teknisi. 2
Tehnisi yang melakukan 6MWT harus dilatih memakai protokol standar dan dilakukan
supervisi beberapa kali sebelum mereka dipercaya untuk mlakukan test ini secara mandiri.
Mereka juga harus telah lulus dan berpengalaman dalam melakukan tindakan resusitasi jantung
paru.

Faktor Memperlambat 6MWT


TB rendah/pendek
Umur tua
Obesitas
Wanita
Kognisi terganggu
Koridor lebih pendek
Penyakit Paru( COPD, asma, Kistik fibrosis, penyakit paru
interstisial
Penyakit Kardiovaskular ( angina, MI, CHF, stroke, TIA, PVD )
Faktor Mempercepat 6MWT
Tingggi BB lebih tinggi ( langkah kaki lebih panjang )
Pria
Motivasi tinggi
Pasien telah melakukan tes
Tabel 6 : pemberian
Medikasi/ Faktor – faktor
O2 yang mempengaruhi 6MWT
. Tabel 6 : Faktor – faktor yang mempengaruhi 6MWT1,2

Pemberian dorongan/motivasi. 1,2


Gunakan kata-kata standard untuk memotivasi pasien selama masa test. Dorongan yang
bersifat memberikan semangat yang berlebihan akan membuat pasien mempercepat jalannya dan
dapat menambah jarak tempuh.

Oksigen suplemen.
Jika pemberian oksigen dibutuhkan selama test dan direncanakan melakukan serial test
(setelah mendapat terapi diluar oksigen terapi), maka harus diberikan dengan cara yang sama dan
dosis yang sama.2

Medikamentosa.
Jenis obat-obatan, dosis dan waktu makan obat harus dicatat sebelum dilakukan test.
Beberapa penelitian menunjukkan terjadi peningkatan jarak atau perbaikan skala dispnu, setelah
memakai obat bronkodilator pada penderita COPD, demikian juga pemakaian obat
kardiovaskular pada penderita gagal jantung.1,2,3

Jarak 6MWT pada populasi gagal jantung kronis dibandingkan dengan normal
6MWT telah banyak digunakan pada penderita gagal jantung untuk evaluasi kapasitas
fungsional. Pada studi oleh Curtis dkk dengan 351 partisipan, didapati jarak tempuh antara 134
m sampai 688 meter. Pada penderita dengan jarak < 300 m dikatakan sebagai batas
meningkatnya resiko kematian dan ada satu studi menyatakan pada jarak 200 meter. Adanya
perbedaan jarak ini mungkin dikarenakan penggunaan protokol test yang berbeda, misalnya
pemakaian dorongan yang berbeda dan faktor lain.1
Untuk mendapatkan nilai normal dan untuk keperluan interpretasi hasil, dilakukan uji latih
pada populasi dewasa sehat. Empat studi telah melaporkan nilai normal pada orang dewasa
sehat. Enright dan Sherrill telah menggunakan rumus untuk menilai jarak tempuh selama 6MWT
pada orang sehat yaitu:1

Jarak 6MWT = (7.57 x Tinggi badancm ) – (5.02 x umur ) – (1.76 x Berat badankg) –
309 meter  Pria Dewasa

Jarak 6MWT = (2,11 x Tinggi badancm ) – (5,78 x umur ) – (2,29 x Berat badankg) +
667 meter Wanita Dewasa

Dua persamaan ini berdasarkan pada performa 6MWT pada 117 pria dan 173 wanita sehat
berumur antara 40-80 tahun. Dalam studi ini, jarak rata-rata 6MWT adalah 576 meter pada pria
dan 494 meter pada wanita. Pada studi ini juga menunjukkan adanya hubungan antara variabel
antopometrik, jenis kelamin, umur dengan jarak tempuh saat 6MWT. Dimana dikatakan bahwa
jarak tempuh berkorelasi terbalik dengan umur dan pada pria jaraknya lebih jauh. 1,2,3,5,16,17

Reliabilitas Hasil 6MWT


Reliabilitas adalah kemampuan untuk mengukur variabel dengan hasil yang sama bila
dilakukan pengulangan. Interclass correlatrion coefficient (ICC) merupakan pengukuran untuk
reliabilitas. Bila nilai ICC lebih dari 0,75 dikatakan adekuat dan bila 0.90 dikatakan excellent.
Pada studi oleh Dermers dkk pada Randomized Evaluation of Startegies for Left Ventricular
Dysfunction (RESOLVD) yang merupakan pilot studi, diukur reliabilitas, validitas dan respon
dari 6MWT. Sampel studi ini adalah penderita CHF NYHA II-IV dengan simptom. Pada studi
ini dilakukan pengukuran jarak 6MWT sebanyak tiga kali dan tiap tiap test diukur dua kali
dalam rentang 34 minggu. Dan didapati nilai ICC yang cukup tinggi yaitu 0,85. Studi lainnya
menunjukkan angka ICC berkisar 0,75-0,97 untuk pengulangan 6 MWT.3,5-16

Validitas Hasil 6MWT


Validitas menggambarkan hubungan antara atribut yang diukur dan atribut lain. Sousa dkk
mempelajari manfaat 6MWT pada Chagas disease. Studi mereka menunjukkan adanya korelasi
negatif antara jarak 6MWT dan peningkatan level monosit khemoreactan protein (MCR-1) ,
korelasi negatif antar 6MWT dengan BNP, dan korelasi positif antara jarak 6 MWT dengan
fungsi ejeksi ventrikel kiri (LVEF). Test ini juga telah dibandingkan dengan test lain misalnya
NYHA fungsional class dan pengukuran health related quality of live (HRQoL). 6MWT
mempunyai korelai terbalik antara jarak yang dapat dicapai dengan skala NYHA (r=-0,45)
dan juga dengan dengan MLHFQ (r= -0,39) 1,3,5,12,13,15,17

Sensitifitas Hasil 6MWT


Pada RESOLVD studi dikatakan jarak tempuh pada 6MWT akan meningkat pada partisipan
yang mendapatkan candesartan dan enalapril. Juga pada studi RCT dengan perindopril dikatakan
terdapat peningkatan 37, 1 meter dalam waktu 10 minggu. Namun dikatakan bahwa sensitifitas
hasil 6MWT untuk eveluasi efektifitas pengobatan tidaklah meyakinkan.2,3,16,17

INTERPRETASI HASIL
Dalam pengalaman klinis sehari-hari, kebanyakan test ini dilakukan sebelum dan sesudah
pasien mendapat pengobatan, untuk menjawab pertanyaan apakah pasien mengalami perbaikan
yang signifikan setelah pengobatan. Dengan kualitas prosedure yang baik diketahui test ini
mempunyai angka reprodubilitas yang baik. Namun sampai saat ini belum diketahui hasil yang
bagaimana yang paling baik untuk menilai respon pengobatan. Apakah perubahan jarak pada 6
MWT ini dalam bentuk nilai absolut, persentase perubahan atau perubahan persentase nilai
prediksi1,2,3,7-16.
Pada studi oleh Bitter dkk, pasien penyakit jantung yang menjalani program rehabilitasi
didapati peningkatan jarak tempuh 6MWT rata-rata 170 meter (15%). Debock dkk,mendapati
pada 25 pasien tua yang menggunakan ace-inhibitor didapati peningkatan jarak rata-rata 64
meter dibandingkan yang memakai plasebo.
Belum ada kesepakatan yang menyatakan berapa nilai normal jarak tempuh 6MWT pada
populasi sehat. Miyamoto dkk, menyatakan median 6MWT adalah berkisar 580 meter pada 117
pria sehat dan 500 meter pada 173 wanita sehat. Studi lain menyatakan rata-rata jarak tempuh
adalah 630 meter pada 51 dewasa sehat. Perbedaan pada populasi sampel, jenis dan frekuensi
motivasi saat latihan , panjang koridor, jumlah latihan pendahuluan akan menyebabkan
perbedaan hasil test. Umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin secara bebas akan
mempengaruhi hasil 6MWT pada orang dewasa sehat. Sehingga faktor faktor ini harus
dipertimbangkan ketika melakukan interpretasi hasil pada pengukuran tunggal yang dibuat untuk
menentukan kapasitas fungsional seseorang1,2,3,4.
Hasil test yang rendah adalah nonspesifik dan nondiagnostik. Ketika 6MWT hasilnya
menurun harus dilakukan pencarian secara menyeluruh terhadap segala kemungkinan faktor
penyebabanya. Test berikutnya mungkin dapat menolong seperti: fungsi paru, fungsi jantung,
ankle-warm index, kekuatan otot, status gizi, fungsi ortopedi dan fungsi kognitif 1,2,315,17.

KESIMPULAN

Rehabilitasi jantung merupakan komponen yang penting bagi penatalaksanaan penyakit


jantung. Defenisi rehabilitasi jantung menurut WHO adalah gabungan dari beberapa aktifitas dan
intervensi yang dibutuhkan untuk memastikan tercapainya kondisi fisik, mental dan sosial
terbaik yang dapat diraih, sehingga penderita dengan kelainan kronik ataupun yang telah
melewati fase akut kelainan kardiovaskular dapat mencapai atau melanjutkan kehidupan sosial
yang selayaknya, dan berperan aktif dalam kehidupan, dengan usahanya sendiri.

Six minute walk test merupakan uji latih jantung yang paling sering digunakan dalam
menilai kapasitas fungsional seseorang, pengukuran respon terapi, bahkan bermanfaat dalam
memprediksi morbiditas dan mortalitas, membuat exercise prescription. Peran six minute walk
test ( 6MWT ) dalam rehabilitasi jantung sangat besar.

Keunggulan uji latih jantung ini sangat sederhana, tidak memerlukan biaya serta fasilitas
yang memadai namun hasil yang akurat dan validitas yang tinggi. Ada beberapa hal juga yang
dapat mempengaruhi hasil dari six minute walk test untuk dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bitter V. Role of the 6-Minute Walk Test in Cardiac Rehabilitation. Humana


Press,Totowa New Jersey 2007: 131-139.
2. Crapo RO, Casaburi R, Coates AL et al. ATS Statement: Guidelines for Six-Minute Walk
Test. Am J Respir Crit Care Med 2002; 166: 111-117
3. Lavie CJ, Thomas RJ, Squires WR, Allison GT, Milani RV: Exercise Training and
Cardiac Rehabilitation in Primary and Secondary Prevention of Coronary Heart
Disease.Mayo Clin Proc. 2009;84(4):373-383
4. Du HY, Newton PJ, Salamonson Y et al. A review of the six-minute walk test: Its
implication as a self-administered assessment tool. Eur Jour of Cardiovascular Nursing
2009; 8: 2–8
5. Opanish C, Feo DS, Pinna DG et al. Distance Walked in the 6-Minute Test Soon After
Cardiac Surgery. Chest 2004;126:1796-1801
6. Adnan R, Mckellar S, Appukutty M, et al. Efficacy of Six Minute Walk Test on Cardiac
Rehabilitation Program. Australian journal of Basic and Applied Sciences,2011;5 (9):
1740-1746.
7. Balady GJ, Kwan G. Cardiac Rehabilitation: Advancing the Field Through Emerging
Science. Circulation 2012; 125: e369-e373.
8. Perk J,Backer GD, Gohle H et al. European Guidelines on Cardiovascular disease
prevention in clinical practice,European Heart Journal 2012;33, 1635 – 1701
9. Piepoli FM, Corra U, Benzer W et al. Secondary prevention through cardiac
rehabilitation : physical activity counseling and exercise training. European Heart Journal
(2010) 31, 1969-1976
10. Alahdab MT, Mansour IN, Napan S,Stamos TD. Six Minute Walk Test Predicts Long
Term All Cause Mortality and Heart Failure Rehospitalization in African-American
Patients Hospitalized With Acute Decompensated Heart Failure. J Cardiac Fail
2009;15:130-135
11. Demers C, McKelvie R, Negassa A et al. Reliability, validity, and responsiveness of the
six-minute walk test in patients with heart failure. Am Heart J 2001; 142: 698-703
12. Morales FJ, Montemayor T, Martinez A. Shuttle versus six-minute walk test in the
prediction of outcome in chronic heart failure. International Journal Cardiology 2000; 76:
101-105
13. Tibb AS, Ennezat PV, Chen Ja et al. Diabetes lower aerobic capacity in heart failure. J
Am Coll Cardiol 2005; 46: 930-931
14. Kervio G, Ville NS, Leclercq C et al. Intensity and Daily Reliability of the Six-Minute
Walk Test in Moderate Chronic Heart Failure Patients. Arch Phys Med Rehabil 2004;
85:1513-1518
15. Alahdab MT, Mansour IN, Napan S et al. Six Minute Walk Test Predicts Long-Term
All-Cause Mortality and Heart Failure Rehospitalization in African-American Patients
Hospitalized With Acute Decompensated Heart Failure. J Card Fail 2009 ;15:130-135
16. Roul G, Germain P, Bareiss P. Does the 6-minute walk test predict the prognosis in
patients with NYHA class II or III chronic heart failure?. Am Heart J 1998; 449-457
17. Gayda M, Temfemo A, Choquet D et al. Cardiorespiratory Requirements and
Reproducibilityof the Six-Minute Walk Test in Elderly Patients With Coronary Artery
Disease. Arch Phys Med Rehabil 2004; 85: 1538-1543
18. Morante F, Güell R, Mayos M. Efficacy of the 6-Minute Walk Test in Evaluating
Ambulatory Oxygen. Therapy Arch Bronconeumol 2005; 41(11):596-600
19. Frankenstein L, Zugck C ,Nelles M et al . Sex-specific Predictive Power of 6-Minute
Walk Test in Chronic Heart Failure Is Not Enhanced Using Percent Achieved of
Published Reference Equations. J Heart Lung Transplant 2008; 427-434
20. Wu G, Sanderson B, Bittner V. The 6-minute walk test: How important is the
learning effect? Am Heart J 2003; 146 :129-133
21. Radke KJ, King KB, Blair ML et al. Hormonal responses to the 6-minute walk test in
women and men with coronary heart disease: A pilot study. J Heart Lung Transplant
2005; 34: 126-135
22. Balashov K, Feldman DE, Savard S et al.Percent Predicted Value for the 6-Minute Walk
Test: Using Norm-Referenced Equations to Characterize Severity in Persons With CHF. J
Card Fail 2008; 14: 75-81

Anda mungkin juga menyukai