2. ETIOLOGI
Sebagian besar kasus kardiomiopati dilatasi adalah penyakit idiopatik dan selebihnya
berhubungan dengan fenomena genetik, inflamasi dan imunolog
3. EPIDEMIOLOGI
● Global
4. PATOFISIOLOGI
● DILATASI KARDIOMIOPATI
DCM memiliki ciri dengan adanya pembesaran ruang ventrikel dan disfungsi sistolik.
Pada DCM ventrikel kiri akan sering meningkat namun berbeda dengn kasus
hipertrofi kardiomiopati dimana ketebalan dinding ventrikel kiri normal. Penyebab
yang mendasari DCM berdasarkan histopatologi adalah miosit yang membesar
dengan adanya karakteristik kematian sel dan fibrobast miokard yang meningkat.
Kedua hal tersebut merupakan kelainan yang dapat memicu aritmia dan gagal jantung.
Jadi dengan tahap awal dimana terdapat suatu sel infeksi/cardiac toxin yang masuk
kedalam tubuh dan akan menimbulkan terjadinya kerusakan sel miokard yang
meningkat. Reaksi miokard ini termasuk pada golongan autoimun. Karna autoimun
sudah mulai aktif maka akan berpengaruh pada pembesaran ruang ventrikel dan
disfungsi sistolik di masa depan. Namun beberapa sumber juga mengatakan bahwa
patofisiologi DCM bisa karna idiopatik maupun herediter.
● HIPERTROFI KARDIOMIOPATI
HCM memiliki ciri patologis dengan adanya hipertrofi ventrikel kiri yang tdk dapat
dijelaskan. Terjadi penyempitan ventrikel kiri yang akan terlihat di fase sistolik. HCM
akan menghasilkan septum asimetris hipertrofi. Katup mitral yang tertarik ke arah
septum saat muskulus papilaris berkontraksi akan menyebabkan terjadinya obstruksi
HCM. Dengan adanya posisi katup mitral yang abnormal pada tractus ventrikel kiri
menyebabkan tekanan yang lebih rendah saat darah dipompa dengan kecepatan tinggi
melalui jalur yang menyempit. Kesimpulannya akan terjadi disfungsi dan abnormal
pada diastoliknya.
Mutasi HCM identik dapat menghasilkan morfologi LVH yang berbeda, jumlah yang
bervariasi fibrosis miokard, dan kerentanan yang berbeda untuk aritmia. Pengubah
genetik, perbedaan epigenetik, dan faktor lingkungan yang berbeda cenderung terjadi
mempengaruhi variabel tersebut.
● Penglihatan berkunang-kunang
6. PEMERIKSAAN
tidak berkontraksi dengan baik, karena aliran darah yang buruk atau cedera
akibat serangan jantung sebelumnya. Jenis tes ini juga disebut USG Doppler
yang dapat menunjukkan seberapa baik darah mengalir melalui ruang dan
katup jantung.Ekokardiografi memiliki peran mendiagnosis, menskrining dan
memantau pasien dengan hipertrofi kardiomiopati.
7. PENANGANAN/TREATMENT
● Obat - Obatan
8. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Saat melakukan intervensi atau exercise dilakukan secara bertahap atau dari easy-
moderate-hard karena jika terlalu berat Latihannya akan menyebabkan jantung sulit
mengedarkan darah ke tubuh yang akan menyebabkan gagal jantung.
Contoh aktivitas :
● Fase III
- Program latihan pada fase ini pada umumnya sama hanya ditekankan
pada latihan aerobik seperti jogging atau bersepeda.
- Frekuensi latihan sebaiknya berkisar 3-4 kali dalam seminggu dan
durasi.
- latihan dapat dimulai dari 10 menit dan ditingkatkan secara bertahap
sampai dengan mencapai 6 menit
● Fase IV
Referensi
1. MD, J. B., BREEDEN, M. A., & MD, J. T. (2017). Cardiomyopathy: An Overview.
American Family Physician, 640-647
2. Yeantesa, P., & Karani, Y. (2018). Etiologi dan Patofisiologi Kardiomiopati Dilatasi. Jurnal
Kesehatan Andalas., 135 - 143.
3. Shanti, SpJP, d. A. (2022). Mengenal apa itu Kardiomiopati, Penyebab, Gejala, dan
Pencegahannya. Hermina Bogor, 1.
5. Burke, M. A., Cook, S. A., Seidman, J. G., & Seidman, C. E. (2016). Clinical and Mechanistic
Insights Into the Genetics of Cardiomyopathy. Journal of the American College of Cardiology,
68(25), 2871–2886. doi:10.1016/j.jacc.2016.08.079