Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 5

1. Bunga tiara adsa J120210006


2. Gatra azzuma wicaksana J120210024
3. Rahmania ulfi ariyanti J120210030
4. Dika apriani J120210037
5. Hasan mujaddid J120210040
6. Muthia endang safitri J120210044
7. Zirly zayyinah zakiah J120210049
8. Muhammad isa hanafi J120210067

Resume IBK 3 : KARDIOMIOPATI


1. DEFINISI
Kardiomiopati adalah sekumpulan kelainan pada otot jantung atau penyakit akibat
kelainan pada otot jantung dan seringkali berakhir dengan gagal jantung. Penyakit ini
ditandai dengan melemahnya kemampuan jantung dalam memompa darah.

2. ETIOLOGI
Sebagian besar kasus kardiomiopati dilatasi adalah penyakit idiopatik dan selebihnya
berhubungan dengan fenomena genetik, inflamasi dan imunolog

3. EPIDEMIOLOGI

● Global

1. Data epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi kardiomiopati dilatasi pada


dewasa yaitu 1 kasus per 2500 orang, dan lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.
2. Kardiomiopati merupakan salah satu penyebab utama gagal jantung.
3. Pada pasien pediatrik, kardiomiopati dilatasi mencakup 60% dari seluruh kasus
kardiomiopati.
4. Prevalensi kardiomiopati hipertrofi diperkirakan sebanyak 0,05–0,2% pada
populasi umum, dan lebih umum pada pasien laki-laki. Prevalensi yang lebih tinggi
ditemukan pada pasien rawat jalan yang menjalani pemeriksaan elektrokardiografi ,
yaitu sebanyak 0,5%.
5. Kardiomiopati restriktif adalah tipe terjarang dari kardiomiopati, persentase nya
adalah sekitar 5% dari seluruh kasus kardiomiopati.
● Indonesia

Belum ada data epidemiologi kardiomiopati di Indonesia. Namun, prevalensi gagal


jantung di Indonesia diperkirakan sebesar 5% atau lebih.

4. PATOFISIOLOGI

● DILATASI KARDIOMIOPATI

DCM memiliki ciri dengan adanya pembesaran ruang ventrikel dan disfungsi sistolik.
Pada DCM ventrikel kiri akan sering meningkat namun berbeda dengn kasus
hipertrofi kardiomiopati dimana ketebalan dinding ventrikel kiri normal. Penyebab
yang mendasari DCM berdasarkan histopatologi adalah miosit yang membesar
dengan adanya karakteristik kematian sel dan fibrobast miokard yang meningkat.
Kedua hal tersebut merupakan kelainan yang dapat memicu aritmia dan gagal jantung.
Jadi dengan tahap awal dimana terdapat suatu sel infeksi/cardiac toxin yang masuk
kedalam tubuh dan akan menimbulkan terjadinya kerusakan sel miokard yang
meningkat. Reaksi miokard ini termasuk pada golongan autoimun. Karna autoimun
sudah mulai aktif maka akan berpengaruh pada pembesaran ruang ventrikel dan
disfungsi sistolik di masa depan. Namun beberapa sumber juga mengatakan bahwa
patofisiologi DCM bisa karna idiopatik maupun herediter.

● HIPERTROFI KARDIOMIOPATI

HCM memiliki ciri patologis dengan adanya hipertrofi ventrikel kiri yang tdk dapat
dijelaskan. Terjadi penyempitan ventrikel kiri yang akan terlihat di fase sistolik. HCM
akan menghasilkan septum asimetris hipertrofi. Katup mitral yang tertarik ke arah
septum saat muskulus papilaris berkontraksi akan menyebabkan terjadinya obstruksi
HCM. Dengan adanya posisi katup mitral yang abnormal pada tractus ventrikel kiri
menyebabkan tekanan yang lebih rendah saat darah dipompa dengan kecepatan tinggi
melalui jalur yang menyempit. Kesimpulannya akan terjadi disfungsi dan abnormal
pada diastoliknya.
Mutasi HCM identik dapat menghasilkan morfologi LVH yang berbeda, jumlah yang
bervariasi fibrosis miokard, dan kerentanan yang berbeda untuk aritmia. Pengubah
genetik, perbedaan epigenetik, dan faktor lingkungan yang berbeda cenderung terjadi
mempengaruhi variabel tersebut.

5. TANDA DAN GEJALA


Kardiomiopati pada awalnya jarang sekali menimbulkan gejala. Gejalanya akan
muncul dan berkembang seiring dengan menurunnya kinerja pada jantung dalam
memompa darah. Berikut beberapa gejala yang bisa muncul diantaranya:

● Tungkai kaki membengkak (edema tungkai) karena kelebihan cairan

● Menjadi mudah Lelah dan letih

● Mengalami nyeri dada dan pusing

● Denyut jantung yang tidak teratur (aritmia)

● Penglihatan berkunang-kunang

● Jantung berdebar-debar secara terus menerus

● Terjadi batuk disaat tidur telentang

● Napas pedek, setelah melakukan aktivitas fisik berat

● Pingsan tiba-tiba saat beraktivitas

6. PEMERIKSAAN

● Ekokardiografi : Pemeriksaan ini dapat menentukan area otot jantung yang

tidak berkontraksi dengan baik, karena aliran darah yang buruk atau cedera
akibat serangan jantung sebelumnya. Jenis tes ini juga disebut USG Doppler
yang dapat menunjukkan seberapa baik darah mengalir melalui ruang dan
katup jantung.Ekokardiografi memiliki peran  mendiagnosis, menskrining dan
memantau pasien dengan hipertrofi kardiomiopati.

● MRI (magnetic resonance imaging) : Pemeriksaan MRI dilakukan bila

ekokardiografi belum cukup untuk memastikan diagnosis.

● Pemeriksaan Treadmill : Treadmill test  atau yang juga dikenal dengan

sebutan stress test, merupakan pemeriksaan yang dilakukan guna melihat


kinerja jantung selama seseorang melakukan aktivitas fisik. Karena aktivitas
fisik dapat membuat jantung memompa lebih keras dan cepat. Pemeriksaan
treadmill dapat membantu mengungkapkan adanya masalah aliran darah
dalam jantung. 

● CT Scan : CT scan akan dilakukan dokter untuk memperoleh perkiraan

jantung, dan memantau fungsi jantung dan kondisi katup jantung.

● Elektrokardiogram adalah tes untuk mengukur aktivitas elektrik atau

kelistrikan jantung. Dalam setiap detak, impuls atau gelombang elektrik


bergerak melalui jantung. Otot akan menegang dan memompa darah dari
jantung akibat adanya gelombang ini. Dari tes EKG ini bisa diketahui kelainan
pada jantung pasien untuk dilakukan langkah selanjutnya

7. PENANGANAN/TREATMENT

● Perubahan Pola Hidup 

1. Mengurangi konsumsi sodium (garam)


2.  Kurangi konsumsi makanan tinggi gula 
3. Hindari konsumsi alkohol 
4. Konsumsi makanan yang rendah lemak

● Obat - Obatan 

1. Menurunkan tekanan darah : ACE inhibitors dan angiotensin II receptor


blockers.
2. Menurunkan denyut jantung : Beta blockers dan digoxin
3. Mempertahankan detak jantung dengan ritme yang normal : antiarrhythmics
4. Menyeimbangkan elektrolit dalam tubuh : aldosterone blockers.
5. Mencegah pembentukan pembekuan darah : Anticoagulants (PDF)
6. Mengurangi inflamasi : kortikosteoid.

● Prosedur untuk Kardiomiopati

1. Septal myectomy : Operasi jantung terbuka ini dipertimbangkan untuk orang


yang memiliki kardiomiopati hipertrofi obstruktif dan gejala yang parah.
2. Perangkat implan bedah : Ahli bedah dapat menanamkan beberapa jenis
perangkat di dalam tubuh untuk membantu jantung bekerja lebih baik.
Contohnya seperti : 

● Pacemaker/Alat pacu jantung: Perangkat kecil ini menggunakan pulsa


elektrik untuk mendorong jantung berdetak dengan kecepatan normal.

● Cardiac resynchronization therapy ( CRT) /alat terapi sinkronisasi jantung:


Perangkat ini mengoordinasikan kontraksi antara ventrikel kiri dan kanan
jantung.

● Left ventricular assist device ( LVAD) / Alat bantu ventrikel kiri :


Perangkat implan ini membantu jantung memompa darah ke tubuh. LVAD
dapat digunakan untuk terapi jangka panjang atau sebagai pengobatan
sementara bagi mereka yang menunggu transplantasi jantung. 

● Implantable cardioverter defibrillator (ICD)I : ICD membantu menjaga


detak jantung normal dengan mengirimkan kejutan listrik ke jantung jika
aritmia terdeteksi.
3. Transplantasi jantung : Jantung seseorang yang sakit diganti dengan jantung
donor yang sehat. Transplantasi jantung adalah pilihan terakhir bagi orang
yang mengalami gagal jantung stadium akhir. (Tahap akhir berarti bahwa
semua opsi perawatan lain telah dieksplorasi, tanpa hasil.

● Tujuan dari Treatment Kardiomiopati : 

1. Menghentikan penyakit agar tidak bertambah parah


2. Mengelola kondisi apa pun yang menyebabkan atau berkontribusi pada
penyakit
3. Mengurangi komplikasi dan risiko henti jantung mendadak (SCA)
4. Mengontrol gejala sehingga Anda dapat hidup senormal mungkin

8. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

Saat melakukan intervensi atau exercise dilakukan secara bertahap atau dari easy-
moderate-hard karena jika terlalu berat Latihannya akan menyebabkan jantung sulit
mengedarkan darah ke tubuh yang akan menyebabkan gagal jantung.

● Fase I (Dimulai dari 3-6 hari)

- Edukasi pasien dan keluarga


- Pada hari ke 3-5 mulai dapat melakukan latihan dengan berjalan,
treadmill atau ergometri.

Contoh aktivitas :

● Fase II (Berlangsung 5-12 minggu)

- Latihan umum (senam pernafasan, peregangan, latihan relaksasi,


latihan di air).
- Latihan ketahanan
- Latihan berintervensi menggunakan sepeda ergometer atau treadmill
selama 15-30 menit dengan 2-3 menit periode istirahat.
- Latihan berkesinambungan dengan sepeda atau berjalan selama 15- 30
menit
-

● Fase III

- Program latihan pada fase ini pada umumnya sama hanya ditekankan
pada latihan aerobik seperti jogging atau bersepeda.
- Frekuensi latihan sebaiknya berkisar 3-4 kali dalam seminggu dan
durasi.
- latihan dapat dimulai dari 10 menit dan ditingkatkan secara bertahap
sampai dengan mencapai 6 menit

● Fase IV

- Pasien yang telah menyelesaikan fase III dianjurkan untuk mengikuti


program ini secara individual. Contoh program latihan pada fase ini
yaitu mengikuti program fitness
- Latihan lebih banyak menggunakan kekuatan otot.

selain itu pasien dapat diberikan breathing exercise, coughing exercise

Referensi
1. MD, J. B., BREEDEN, M. A., & MD, J. T. (2017). Cardiomyopathy: An Overview.
American Family Physician, 640-647

2. Yeantesa, P., & Karani, Y. (2018). Etiologi dan Patofisiologi Kardiomiopati Dilatasi. Jurnal
Kesehatan Andalas., 135 - 143.

3. Shanti, SpJP, d. A. (2022). Mengenal apa itu Kardiomiopati, Penyebab, Gejala, dan
Pencegahannya. Hermina Bogor, 1.

4. SSt.FT., M.Or , R. W. (2017). Pelaksanaan Praktek Klinik. MODUL PRAKTIKUM FISIOTERAPI.

5. Burke, M. A., Cook, S. A., Seidman, J. G., & Seidman, C. E. (2016). Clinical and Mechanistic
Insights Into the Genetics of Cardiomyopathy. Journal of the American College of Cardiology,
68(25), 2871–2886. doi:10.1016/j.jacc.2016.08.079

Anda mungkin juga menyukai