SISTEM MUSKULOKELETAL
PADA PEDIATRI
ACHONDROPLASIA
Osteogenesis Imperfecta
Tipe I: tipe yang paling sering diderita, sklera mata biru, tingkat keparahan
paling rendah
Tipe II: letal (akibat gangguan pernapasan), paling sering infant tidak mampu
bertahan hidup diawal kehidupan setelah lahir
Tipe III: tipe dengan bentuk anggota tubuh paling parah yang dapat
mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, rentan fraktur dan mengalami
kecatatan akibat fraktur berulang, progresif, sklera mata normal.
Tipe IV: tingkat keparahan tidak separah tipe III, sering mengalami patah
tulang, mengalami bengkok pada ruas tulang panjang, sklera mata normal.
Arthrogryposis Multiplex
Congenital
Pergelangan tangan
sering tertekuk atau
melengkung keluar Kekuatan otot tangan
dan jari lemah
➢ Stretching
➢ Splinting
➢ Gait training
➢ Home program
2. Operatif:
➢ Capsulotomy, Tendo lengthening, dll.
Sensorik
Motorik
Bahasa
Sosial
Keterampilan yang dipergunakan anak untuk melakukan aktivitas sebagai seorang individu.
Locomotor
Kategori motor
Non locomotor
skill
Manipulatif
activities/pendengaran
➢ Tactile activities/informasi
➢ berguling
➢ merangkak
➢ berjalan
➢ dll
Autisme
ADHD
Learning disability
CP
Down Syndrome
Kecenderungan
Hiperaktif Gangguan tidur
bermain sendiri
koordinasi
➢ stimulasi kemampuan sensorik
dan motorik
➢ latihan kekuatan otot dan
mengurangi kekakuan
pergerakan sendi
➢ memberikan stimulasi kognitif
Learning disability
Individu dengan learning disability bisa mengalami 1 atau lebih dari 1 jenis
gangguan belajar ini.
Cerebral Palsy
❑ Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya, menyeret salah satu tungkai saat
merangkak atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
❑ Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak atau duduk.
❑ Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda.
❑ Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang, misalnya gunting, atau dengan
tungkai terbuka lebar.
❑ Otot kaku atau malah sangat lunglai.
❑ Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol (athetosis).
❑ Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.
❑ Masih mengompol walaupun usianya sudah lebih besar, akibat tidak bisa menahan kencing
(inkontinensia urine).
❑ Gangguan berbicara (disartria).
❑ Kesulitan dalam menelan (disfagia).
❑ Terus-menerus mengeluarkan air liur atau ngiler.
❑ Terapi fisik
Latihan otot untuk membantu meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot, keseimbangan,
perkembangan motorik, dan mobilitas.
Pada bayi sejak lahir hingga usia 2 tahun dapat dikombinasikan terapi fisik dan okupasi untuk
melatih kontrol gerak mengangkat kepala dan leher, berguling, dan menggenggam.
❑ Terapi bahasa dan bicara untuk meningkatkan kemampuan anak berbicara dengan jelas atau
untuk berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Selain itu, anak dengan gangguan bicara
bisa jadi mengalami gangguan mengunyah dan menelan.
❑ Terapi okupasi, untuk melatih kemandirian anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari,
termasuk menggunakan alat bantu (jika memerlukan). Misal penggunaan brace atau splint untuk
membantu berjalan dan mereganggkan kekakuan otot.
❑ Terapi rekreasi, untuk melatih kemampuan motorik, melatih bicara dan komunikasi, dan
meningkatkan kesejahteraan mental (mental well-being).
Down syndrome