Dosen pembimbing :
Diah atmarina, m. Kes
Disusun Oleh :
1. Florin Azzahra (2011060004)
2. Shafa Salsabila (2011060008)
3. Frila Juniar P (2011060012)
4. Meli Oktaviani (2011060013)
5. Isnawati (2011060021)
6. Intan Indra Permata (2011060022)
7. Nimatussifa Eva Riani (2011060023)
8. Dita Flarenza (2011060024)
9. Anisa Mulyani (2011060028)
10. Kholifah Hidayahtun (2011060032)
11. Dewanti Sri Maharani (2011060036)
12. Ita Erviana (2011060038)
Definisi :
1. Kelaianan kongenital?
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang
dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetic.
Kelainan kongenital adalah kelainan atau gangguan pada tubuh yang sudah ada
sejak lahir.
kondisi tidak normal yang terjadi pada masa perkembangan janin.
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang asudah ada sejak lahir yang
dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetic. Anomali kongenital
disebut juga cacat lahir, kelainan kongenital atau kelainan bentuk bawaan (Effendi,
2014).
2. Muskolo skeletal (taliped equinovarus)
Sistem yang meliputi otot, tulang, sendi dan struktur jaringan penunjang sekitar
sendi
Talipes equivanovarus tambahan dari ini.
Talipes equivanovarus adalah kelainan kongenital pada bayi baru lahir yaitu kaki
bengkok
3. 15 jenis kelainan kongenital :
1. Sindrom Down.
2. Fenilketonuria.
3. Hemofilia.
4. Anemia Sel Sabit (Sickle Cell Anemia).
5. Fibrosis Kistik (Cystic Fibrosis).
6. Lumpuh Otak (Cerebral Palsy).
7. Distrofi Otot Bawaan.
8. Bibir sumbing.
9. Kelainan jantung.
10. Thalasemia.
11. Kelainan sistem saraf.
12. Kelainan sistem pencernaan
13. Kelainan saluran kemih
14. kelainan sistem peredaran darah.
15. kelainan sistem pernapasan
4. Labioskisis dan palatoskisis
labioskisis yaitu bibir sumbing pada bagian bibir saja sedangkan labiopalato skisis
bibir sumbing hingga ke langit langit mulut atau daerah palatum
5. Sistem muskuloskeletal
muskoloskeletal adalah system yang meliputi otot, tulang, sendi dan struktur jaingan
penunjang sekitar sendi ligament, fasia, kapsul sendi, , dan karena berkaitan erat
dengan saraf maka sering disebut system neuro-muskoloskeletal.
6. Sistem saraf
Sistem saraf adalah sistem yang terdiri dari organ-organ saraf yang mengatur dan
mengendalikan seluruh aktivitas tubuh. sistem koordinasi berupa penghantaran impuls
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan.
7. Omphalacele
kelainan kongenital yang ditandai dengan keluarnya organ dalam rongga perut bayi
melalui pusar, omphalochele adalah kelainan pada padi baru lahir yaitu menonjolnya
organ diperut.
8. Spina bifida
spina bifida : cacat lahir yang terjadi akibat terganggunya pembentukan tabung saraf
selama bayi dalam kandungan spina bifida adalah adanya benjolan pada punggung
bayi.
9. Anephalli
anenchepali : kondisi cacat lahir dimana bayi lahir tidak memiliki tulang tengkorak
kepala.
10. Meningochele
Meningochele : kelainan kongenital berupa penonjolan dan berisi cairan pada selaput
otak di tulang kepala
11. Kematian neonatal
Kematian neonatal yaitu yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari
per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
LANGKAH 3 (BRAINSTROM)
1. Apa saja jenis-jenis kelaianan kongenital?
Anenchepali
Hidrocephalus
Labiokisiz dan labiopalatokisis
Spina bifida
Omphalocele
Meningochele
2. Berpendapat faktor resiko kelainan kongenital
Faktor resikonya : Kelainan genetik atau kromosom, Faktor infeksi, Faktor ibu, Gizi
selama hamil
Faktor resiko yang mempengaruhi yaitu kebutuhan nutrisi, usia, orang tua, dan
lingkungan.
3. Apa definisi kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan bawaan atau kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat di sebab kan oleh faktor genetik maupun non genetik
4. Apa penyebab dari kelainan kongenital?
Kelainan kongenital atau kelainan bawaan disebabkan oleh gangguan selama masa
tumbuh kembang janin dalam kandungan.
5. Bagaiamana cara mencegah kelainan kongenital pada bayi baru lahir?
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan menurut Effendi (2014) adalah:
a. Pencegahan primer
Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu hamil agar tidak mengalami
kelahiran bayi dengan kelainan kongenital yaitu dengan:
1) Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi seperti usia lebih dari 35 tahun agar tidak
berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
2) Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam folat pada
seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita tersebut hamil karena
kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini. Maka kepada wanita yang hamil agar
rajin memeriksakan kehamilannya pada trimester pertama dan dianjurkan kepada
wanita yang berencana hamil untuk mengonsumsi asam folat sebanyak 400mcg/hari.
Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari. Asam folat banyak
terdapat dalam sayuran hijau daun, seperti bayam, brokoli, buah alpukat, pisang,
jeruk, berry, telur, ragi, serta aneka makanan lain yang diperkaya asam folat seperti
nasi, pasta, kedelai, sereal.
3) Perawatan antenatal
Perawatan antenatal mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Dianjurkan agar pada setiap
kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur dan sesuai dengan jadwal yanglazim
berlaku. Tujuan dilakukannya perawatan antenatal adalah untuk mengetahui data
kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat dicapai
kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi serta
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan bayinya
( Manuaba,2012).
6. Bagaimana penatalaksanaan kasus kelainan kongenital?
Kelainan bawaan ini harus terdeteksi segera saat lahir untuk diinformasikan kepada
dokter kebidanan dan keluarga pasien, sedangkan segi penatalaksanaan terbagi atas:
Kelainan bawaan yang memerlukan tindakan emergensi
Kelainan bawaan yang tidak memerlukan tindakan emergensi, tetapi pendekatan
secara cermat.
Penatalaksanaan pada kelainan kongenital mungkin tergantung kelainan yang dialami,
misalnya pada labioskizis untuk Penatalaksanaannya dapat dengan operasi, selain itu
misal pada kelianan talipes equinovarus yaitu kaki bengkok Penatalaksanaannya
adalah dengan diberikan alat bantu untuk jalan.
7. Komplikasi pada kelainan kongenital?
komplikasi kelainan kongenital adalah terganggunya fungsi organ, misalnya pada kaki
yang mengalami talipes equinovarus adalah susah untuk berjalan, pada
labiopalatoskizis adalah susah untuk menalan dan mudah tersedak makanan.
LANGKAH 4 (MENJELASKAN MEMBUAT SISTEMATIKA PADA PENJELASAN
STEP 3)
PROBLEM TREE
Kelainan kongenital
Penatalaksanaan
b) Pencegahan sekunder 1)
1) Diagnosis
Diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan dengan salah cara yaitu
melakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui secara dini beberapa kelainan
kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan ganda, molahidatidosa, dan
sebagainya. Beberapa contoh kelainan kongenital yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan non invasive (ultrasonografi) pada midtrimester kehamilan adalah
hidrosefalus dengan atau tanpa spina bifida, defek tuba neural, porensefali,
kelainan jantung bawaan yang besar, penyempitan sistem gastrointestinal
(misalnya atresia duodenum yang memberi gambaran gelembung ganda),
kelainan sistem genitourinaria (misalnya kista ginjal), kelainan 20 pada paru
sebagai kista paru, polidaktili, celah bibir, mikrosefali, dan ensefalokel (Effendi,
2014). 2)
2) Pengobatan
Pada umumnya penanganan kelainan kongenital pada suatu organ tubuh
umumnya memerlukan tindakan bedah. Beberapa contoh kelainan kongenital
yang memerlukan tindakan bedah adalah hernia, celah bibir dan langit-langit,
atresia ani, spina bifida, hidrosefalus, dan lainnya. Pada kasus hidrosefalus,
tindakan non bedah yang dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan yang
dapat mengurangi cairan serebrospinal. Penanganan PJB dapat dilakukan dengan
tindakan bedah atau obat-obatan, bergantung pada jenis, berat, dan derajat
kelainan (Kyle, 2014). c.
c) Pencegahan Tersier Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi
komplikasi penting pada pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok
dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital
pencegahan tersier bergantung pada jenis kelainan. Misalnya pada penderita sindrom
down, pada saat bayi baru lahir apabila diketahui adanya kelemahan otot, bisa
dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan
dan perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik menjadi manusia
yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya (Effendi, 2014).
Banyak orang tua yang syok dan bingung pada saat mengetahui bayinya lahir dengan
kelainan. Memiliki bayi yang baru lahir dengan kelainan adalah masa masa yang
sangat sulit bagi para orang tua. Selain stres, orang tua harus menyesuaikan dirinya
dengan cara-cara khusus. Untuk membantu orang tua 21 mengatasi masalah tersebut,
maka diperlukan suatu tim tenaga kesehatan yang dapat mengevaluasi dan
melakukan penatalaksanaan rencana perawatan bayi dan anak sesuai dengan
kelainannya (Effendi, 2014).
8. Penatalaksanaan kelainan kongenital
• Meningochel
Penatalaksanaan dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang
menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan
kraniofasial yang terjadi (Setiyani, Astuti, enatalaksanaadkk, 2016)
• Penatalaksanaan Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Menurut Wong (2003) penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi.
Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat,
dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku
dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules
of Ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal
10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/ui.
• Penatalaksanaan spina bifida
Apabila Spina bifida berat dan dapat mengancam nyawa si bayi, maka begitu lahir sudah
disiapkan tim dokter untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah anak,
ortopedi, dan dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi
kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak bisa
dibiarkan adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat.Bila kelainan spina
bifidanya terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit dan tidak dibolehkan pulang.
"Sebab, ia termasuk bayi berisiko tinggi." Sementara pada spina yang dilapisi oleh kulit
yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan operasi. "Bisa dibawa pulang dan
kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari cedera seperti jatuh atau terbentur
• Ompalocele
Dilakukan operasi dengan tujuan memasukkan protusi usus dan menutup lubang hernia
tersebut. Perawatan Omfalocel:
- Pada saat lahir kantung omfalokel dengan segera ditutupi menggunakan kasa steril
- Tubuh bayi dijaga agar jumlah penguapan tubuh tidak bertambah
- Dipasang pipa nasogastrik untuk dekompresi perut sedangkan makanan diberikan
melalui intravena
- Antibiotik dengan spektrum luas dapat segera diberikan.
- Melindungi kantong omfalokel yang mudah pecah dari rupture dan infeksi serta
memenuhi kebutuhan bayi lainnya untuk bertahan.
- konsultasi
- Bayi dirawat diruang perawatan intensif, dimana keadaan umumnya dapat dievaluasi
terus-menerus.
- Orang tua diberikan dorongan untuk berkunjungan dan menggendong bayinya,
berbicara dengannya dan memberikan mereka suatu lingkungan yang merangsang seperti
mobil-mobilan, boneka dan musik sampai mereka cukup sembuh untuk kembali kerumah.
- Bila bayi dipulangkan pesankan kepada ibunya untuk mencegah infeksi dan ajarkan
cara merawatnya seperti yang dilakukan dirumah sakit serta kapan harus datang (Setiyani,
Astuti, dkk, 2016).
• Atrectia esophagus
Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah
tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk
mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan
pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang
• Penatalaksanaan Atresia Ani
Penanganan secara preventif antara lain Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak
usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol
yang dapat menyebabkan atresia ani.
Pemeriksaan segera setelah bayi lahir yaitu:
- Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai
tiga hari tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau
tinja akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
- Segera Rujuk RS untuk penatalaksanaan medis Penatalaksanaan Medis Letak rendah :
fistelektomi di tempat yg lunak / anus.Letak tinggi : colostomy
- Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik
(Setiyani, Astuti, dkk, 2016)
• Penatalaksanaan Obstuksi usus
pemberian cairan dan elektrolit dengan parenteral, pengosongan lambung dan usus
dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak obstruksi
• Penatalaksanaan tapilies euquinovairus
Pada kasus ini termasuk CTEV yang tidak dapat dikoreksi dengan manipulasi, casting
dan pemasangan gips yaitu CTEV resisten yang memberikan respon minimal terhadap
penatalaksanaan dengan pemasangan gips dan dapat relaps walaupun berhasil dengan
terapi manipulatif. Pada kasus ini dibutuhkan intervensi operatif. Penatalaksanaan
pembedahan pada anak usia kurang dari 5 tahun maka koreksi dapat dilakukan hanya
melalui prosedur jaringan lunak.
• Anenchepali
Anensefali atau anencephaly tidak memiliki penatalaksanaan kuratif. Kondisi ini adalah
defek fatal yang menyebabkan janin tidak kompatibel untuk hidup di luar uterus. Akan
tetapi, tata laksana suportif untuk keluarga berupa konseling psikologis perlu dilakukan.
Konseling genetik juga dapat dianjurkan bagi orang tua dengan janin anensefali
• Penatalaksanaan Pengobatan jantung bawaan
jantung bawaan didasarkan pada tingkat keparahan penyakit ini, cacat jantung ringan
tidak membutuhkan pengobatan apapun, namun pada tingkat yang lebih parah bisa
diobati dengan berbagai pengobatan dan dibutuhkan intervensi lebih lanjut. Beberapa
kondisi mungkin operasi dibutuhkan