Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

DL Usia 19 tahun G1 P0000


Ab000 gravida 40- 41 minggu dengan Suspect Anencephaly Janin

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Maternitas

Oleh:
Diah Retnoningtyastuti
NIM. 2014314201065

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI

2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu proses yang
normal dan alamiah, namun bisa terjadi komplikasi atau penyulit yang
membahayakan ibu dan bayi. Salah satu tugas pelayanan kesehatan adalah
memimpin proses kehamilan, persalinan dan nifas berjalan dengan baik tanpa
komplikasi sehingga ibu dan bayi dalam keadaan sehat, selain itu petugas
kesehatan juga harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan asuhan pada
ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas sesuai dengan standar asuhan yang berlaku
(Kemenkes,2015).
Kelainan kongenital merupakan suatu kelainan baik structural maupun
fungsional yang timbul pada masa gestasi. Kelainan kongenital sendiri dapat
diketahui sejak saat dalam kandungan, saat lahir maupun setelah lahir. Kelainan
kongenital merupakan salah satu contributor terbesar terhadap tingkat
kematiandankesakitanbaikpadausianeonatus,bayidananak-anak.Sekitar
276.000 bayi diperkirakan meninggal pada usia 4 minggu setiap tahunnya di
seluruh dunia karena menderita kelainan kongenital (WHO, 2016).
Bayi-bayi dengan kelainan kongenital menjadi masalah khusus untuk
negara berkembang karena angka kejadiannya yang cukup tinggi dan membuat
sumber daya berkurang. Bayi dengan kelainan kongenital yang dapat bertahan
hidup, saat tumbuh akan mengalami ketergantungan terhadap orang lain ataupun
alat bantu (WHO, 2016).
Angka kematian bayi baru lahir dengan kelainan kongenital di dunia yaitu
sekitar 303.000 jiwa pada 4 minggu pertama setelah lahir setiap tahunnya.
Kelainan kongenital yang paling sering yaitu kelainan jantung bawaan, neural
tube defect dan down syndrome (WHO, 2016). Data laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa sebesar 1,4% bayi baru lahir usia 0-6 hari
pertama kelahiran dan 19% bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal disebabkan
karena kelainan kongenital (Anita, 2017).
Data World Health Organization South-East Asia Region (WHO SEARO)
tahun 2010 memperkirakan prevalensi kelainan bawaan di Indonesia adalah

2
593 per 1.000 kelainan hidup. Jika setiap tahun lahir 5 juta bayi di Indonesia,
maka aka nada sekitar 295.000 kasus kelainan bawaan pertahun di Indonesia
(Anita, 2017).
Pada kasus ini dinyatakan jika janin mengalami kelainan kongenital
dengan suspek anencephaly. Anencephaly sendiri merupakan kecacatan lahir
bawaan dimana sebabnya masih belum diketahui dengan pasti, namun ada
kemungkinan disebabkan oleh gabungan faktor genetic (keturunan) dan
pengaruh lingkungan. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan kejadian anencephaly pada bayi adalah dengan
mengkonsumsi tambahan vitamin asam folat (folic acid). Beberapa obat-obatan
seperti pil KB, valproic acid, dan obat antimetabolic dapat menurunkan kadar
asam folat dalam tubuh dan dapat meningkatkan resiko akan bayi yang
dikandung menderita anencephaly. 25% bayi dengan anencephaly dapat
bertahan hidup sampai berakhirnya kehamilan, 50% mempunyai harapan hidup
dari beberapa menit sampai dengan 1 hari setelah dilahirkan dan 25% lainnya
dapat bertahan hidup sampai dengan 10 hari setelah dilahirkan (Yunani, 2016)

1.2. Tujuan
a. Mengetahui mengenai konsep dasar kelainan kongenital (anencephaly
janin).
b. Mengetahui mengenai asuhan keperawatan pada pasien gravida dengan
kelainan kongenital (anencephaly janin).

1.3. Manfaat
Diharapkan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi :
a. Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai kasus dan
intervensi yang diberikan pada pasien dengan kasus yang sama.
b. Institusi
1) Rumah Sakit
Diharapkan dari studi kasus ini dapat memberikan manfaat dalam
meningkat pelayanan terutama dalam memberikan asuhan keperawatan
pada ibu gravida dengan kelainan kongenital anencephaly janin.

3
2) Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi referensi pendidikan dan pembelajaran dalam
perkuliahan terutama mengenai gravida dengan kelainan kongenital
anencephaly janin.

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Gravida dengan Kelainan Kongenital AnencephalyJanin


2.1.1. Definisi
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkandengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari fertilisasi hingga kelahiran bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional (Yanti, 2015).
Kehamilan adalah proses ilmiah yang dialami oleh setiap wanita dalam
siklus reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir dengan
permulaan persalinan. Selama kehamilan ini terjadi perubahan- perubahan,
baik perut, fisik maupun psikologi ibu (Yanti, 2015).
Anencephaly adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anencephaly merupakan suatu
kelainan tabung saraf (suatu kelainan yang terjadi pada awal
perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
pembentuk otak dan korda spinalis). Tabung saraf biasanya terbentuk pada
awal kehamilan dan menutup pada hari ke-28 setelah pembuahan.
Penutupan tabung saraf yang tidak berjalan dengan baik ini mengakibatkan
otak dan sumsum tulang belakang bayi yang sedang berkembang jadi
terpapar oleh cairan ketuban yang mengelilingi di dalam rahim.
Anencephaly biasanya terjadi 23 dan 26 hari usia kehamilan. Sementara
pemeriksaan selama kehamilan untuk mengetahui anencephaly bisa
dilakukan antara usia kehamilan minggu ke-14 dan minggu ke-18. Karena
kelainan sistem saraf ini begitu parah, hamper semua bayi anencephaly
meninggal sebelum lahir atau dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.

2.1.2. Epidemiologi

5
Anencephaly adalah salah satu jenis cacat tabung saraf yang paling
umum, mempengaruhi sekitar 1 dari 1.000 kehamilan. Namun, Sebagian
besar kehamilan ini berakhir dengan keguguran, sehingga prevalensi
kondisi ini pada bayi baru lahir jauh lebih rendah. Diperkirakan 1 dari
10.000 bayi di Amerika Serikat lahir dengan anencephaly.
Kelainan kongenital anencefalus terjadi pada 1,4-4,6 per 10.000
kelahiran dan hal tersebut terjadi sebagai akibat dari gagalnya penutupan
celah neural anterior pada 24-26 hari post fertilisasi. Pada pertumbuhan
normal, sel-sel tersebut saling melipat satu sama lainnya untuk membentuk
yang dinamakan tabung saraf (neural tube), yang selanjutnya membentuk
menjadi tulang punggu dan urat sarafnya. Setelah beberapa transformasi,
kutub utama (superior pole) akhirnya terbentuk menjadi otak. Pada kasus
anensefalus, ujung tabung saraf ini gagal menutup dengan sempurna.

2.1.3. Etiologi/FaktorResiko
Tidak semua penyebab anencephaly dipahami. Anencephaly juga bisa
menjadi ciri dari beberapa kelianan kromosom seperti trisomy 18 yang
biasanya bersifat sporadis dan tidak familial (diturunkan). Anencephaly
mungkin juga disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor- faktor lain, seperti
hal-hal yang bersentuhan dengan ibu di lingkungan atau makanan atau
minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang ia gunakan selamakehamilan.
Sering kali anencephaly terjadi pada kehamilan yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan kelainan tabung netral. Namun, penelitian telah
menunjukkan bahwa sekali seorang wanita mengalami satu kehamilan
yang mengakibatkan janin dengan cacat tabung saraf, setiap kehamilan
tambahan memiliki peningkatan resiko bahwa cacat serupa akan terjadi lagi
(resiko kambuh). Resiko kekambuhan ini diperkirakan 3-4% dibandingkan
dengan resiko latar belakang yang jauh lebih kecil dari 1%.
Meskipun tidak semua penyebab anencephaly diketahui, banyak
penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa suplementasi asam
folatsebelumkonsepsidanselamatrimesterpertamadapatmenurunkan

6
prevalensi kelahiran spina bifida dan anencephaly setidaknya 50%. Untuk
mendapatkan 400 mikrogram asam folat yang direkomendasikan setiap
hari, seorang wanita usia subur dapat mengonsumsi suplemen yang
mengandung asam folat atau makan makanan yang diperkaya dengan
asam folat, atau keduanya, tergantung pada kebiasaan makannya.

2.1.4. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan
kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi
dan pertukaran CO2 atau O2 akibat tidak timbul his, sehingga pemasukan
nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri
spinalis yang menyebabkan janin beresiko asfiksia sampai kematian dalam
rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat atau
dismatur. Sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan
operasi persalinan, jumlah air ketuban berkurang dan dapat terjadi
perubahan abnormalitas pada jantung janin (Heather, 2010).

7
8
Pathway

8
2.1.5. Tanda danGejala
Tanda dan gejala anencephaly atau anensefali yang paling terlihat
jelas yakni hilangnya bagian tengkorak bayi yang seharusnya ada menjadi
bagian dari tulang di belakang kepala. Selain itu, tulang yang ada di bagian
samping atau depan tengkorak juga bisa hilang maupun terbentuk tetapi
dengan kondisi yang kurang bai. Bahkan, otak bayi biasanya juga tidak
terbentuk dengan jelas. Padahal, tanpa adanya otak kecil yang berfungsi
dengan baik, kecil kemungkinannya bagi bayi untuk mampu bertahan hidup.
Beberapa tanda lain yang dapat terlihat akibat anencephaly atau anensefali
yakni kondisi lipatan telinga, langir-langit mulut, serta refleks tubuh yang
kurang baik. Tak hanya itu, ada beberapa bayi yang lahir dengan anensefali
juga mengalami kelainanjantung.

2.1.6. Terapi
a. Prostaglandin E2 (PGE2). PGE2 ini pada umumnya digunakan untuk
mematangkan serviks pada wanita dengan nilai bishop <5 dan
digunakan untuk induksi persalinan pada wanita yang nilai bishopnya
antara 5-7. PGE2 tersedia dalam bentuk gel atau pesarium yang dapat
dimasukkan intravaginal atauintraserviks.
b. Prostaglandin E1. Misoprostol atau Cytotec adalah PGE1 sintetik untuk
pematangan serviks prainduksi dan dapat diberikan per oral atau per
vagina.
c. Pemberikan oksitosinintravena.
d. Kateter Transservikal (Kateter Foley). Kateter foley merupakan alternatif
yang efektif disamping pemberian prostaglandin untuk mematangkan
serviks dan induksipersalinan.
e. Stimulasi puttingsusu.

2.1.7. BayiAnencephaly
Dokter akan mengatakan bahwa anencephaly tidak dapat melihat,
mendengar, merasakan rasa sakit, bahwa ia sekedar hidup saja. Akan
tetapi, pernyataan ini sering tidak sesuai dengan pengalaman keluarga
yang pernah mengurus bayi anencephaly. Bagian otak yang terpengaruh

9
kecacatannya itu berbeda-beda dari satu bayi ke bayi yang lainnya.
Jaringan otak dapat berkembang pada tahap berbeda-beda. Ada bayi yang
bisa menelan, minum, menangis, mendengar, merasakan vibrasi (suara
yang keras) dan ada reaksinya kalau disentuh dan bahkan bereaksi pada
sinar. Tetapi yang paling penting, mereka memberi tanggapan terhadap
kasihsayang.
Pada bayi anencephaly kelenjar di bawah otak dan kelenjar ginjal tidak
ada atau terhambat petumbuhannya, sehingga gejala-gejala akan
melahirkannya sering tidak muncul dengan sendirinya. Hal ini bisa
mengakibatkan ibu meminta perangsang persalinan pada masa
kehamilannya sudah genap. Berhubung bayi tidak memiliki tempurung
kepala, pada saat melahirkan penting agar air ketuban tidak pecah selama
memungkinkan, sehingga leher rahim bisa membuka dengan tekanan air
ketuban. Jika air ketuban tidak pecah, proses melahirkan seorang bayi
anencephaly hamper sama dan sama lamanya dengan halnya kelahiran
bayi normal. Hasil pengamatan menunjukkan, bahwa jika air ketuban
sengaja dipecahkan, maka memungkinkan bayinya lahir dalam keadaan
hidup menurun drastic.
Pengaruh anencephaly pada persalinan:
a. Sering menimbulkan kehamilanserotinus.
b. Biasanya disertaihidramnion.
c. Anak sering lahir dengan letakmuka.
d. Badan anak kadang-kadang besar dan menimbulkan kesukaran waktu
baru lahir.

2.1.8. PemeriksaanPenunjang
a. Kadar asam lemak dalam serum ibu hamil.
b. Amniosintesis untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-
fetoprotein.
c. Kadar alfa-fetoprotein meningkat, menunjukkan adanya kelainan
tabungsaraf.
d. Kadar estriol pada air kemihibu.
e. USG.

10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. DL

3.1. Pengkajian
a. Data UmumKlien
Initial pasien : Ny.DL
Status obstetrik : G1P0000Ab000
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun 3 bulan 4 hari
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. A. Yani RT002/002 – Malang
Tanggal MRS : 3 Juni 2021, jam 11.50
Tanggal pengkajian : 3 Juni 2021, jam 12.15
b. Keluhan Utama
Ny. DL masuk RS karena hingga usia kehamilan 40 minggu belum didapatkan
tanda inpartu dan dicurigai janin terdapat kelainan anencephaly (tanpa
tempurung kepala).
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
- Pasien control ANC di poli hamil RSSA dikatakan janin curiga terdapat
anencephaly. Pasien mengetahui janin dicurigai terdapat gangguan sejak
usia kehamilan 6bulan.
- Pasien merupakan pasien rujukan RS Ben Mari dengan diagnosa gravida
+ susp. Anencephaly janin. Pada tanggal 18 Mei 2021 pasien control ANC
di dokter SpOG RS Ben Mari, dikatakan curiga janin terdapat kelainan
(tanpa tempurung kepala) kemudian dirujuk ke RSSA. Pada tanggal 24
Mei 2021 pasien control di poli hamil RSSA kemudian dari hasil USG FM
didapatkan janin anencephaly pro persalinan pervaginam uk 40 minggu
jika tidak inpartu. Pada tanggal 3 Juni 2021 pasien control di poli hamil
RSSA, belum didapatkan tanda inpartu proMRS.
d. Riwayat KesehatanUmum
1. Riwayat operasi : tidakada
2. Riwayat penyakit, trauma dan infeksi (TORCH) : tidakada

11
3. Riwayat alergi : tidak ada
4. Riwayat penyakit :
- Riwayat hipertensi : tidakada
- Riwayatasma : tidak ada
- Riwayat demam : tidak ada
- Riwayat batuk : tidakada
- Riwayat sesak : tidak ada
- Riwayat kontak dengan pasien covid : tidakada
e. Profil Keluarga
Pasien menikah pada usia yang cukup muda (sebelum usia 19 tahun). Pada
usia ini organ reproduksi belum sepenuhnya matang sehingga meningkatkan
adanya resiko tinggi apabila terjadi kehamilan.
f. Riwayat Obstetrik dan Ginekologi
1. Data kehamilan saat ini
- HPHT : 26 Agustus 2020
- HPL : 2 Juni 2021
- Pemeriksaan ANC:
Jumlah kunjungan ke dr.SpOG : 3 kali kunjungan
Jumlah kunjungan ke bidan : 9 kali kunjungan
Jumlah kunjungan di poli hamil RSSA: 2 kali kunjungan
- Gerakan janin dirasakan pertama kali usia kehamilan 20minggu
2. Riwayat Obstetrik
- Usia saat menache : 12 tahun
- Lama menstruasi : 6hari
- Siklus menstruasi : teratur tiap bulan
- Keluhan saat menstruasi : tidakada
3. Riwayat Ginekologi
- Riwayat keputihan sebelumnya : tidak ada
- Perdarahan diluar siklus haid : tidak ada
g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Hamil ini
h. Data Umum Kesehatan Saat Ini

12
Keadaan umum : Composmentis (kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya).
Kesadaran (GCS) : 456 (respon mata spontan, orientasi baik, gerakan
mengikuti perintah pemeriksa).
1. Tanda-tanda vital
TD : 110/70mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,40C
RR :18x/menit
2. PemeriksaanFisik
a) Kulit : normal
b) Kepala : normal
- Telinga : Tidak ada otorrhea
- Hidung : Tidak ada rhinorhea
- Rongga mulut dan tenggorokan : Tidak ada edema
- Mata : an - / - , ict - /-
- Lain-lain : normal
c) Leher : Tidak ada benjolan
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
- Lain-lain : normal
d) Thoraks : normal
- Jantung : S1 S2 tunggal
- Paru : tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
- Lain-lain : normal
e) Abdomen
- Hati : tidak ada hepatomegaly
- Lien : tidak ada splenomegaly
- Lain-lain:
Tinggi FundusUteri(TFU) : 31 cm
Taksiran BeratJanin(TBJ) : 2945 gram
Denyut JantungJanin(DJJ) : 139x/menit
His/kontraksi : tidak ada

13
f) Punggung : tidak ada deformitas
g) Ekstremitas : akral hangat
h) Perineum dan Genetalia
- Pemeriksaan dalam (VT): 0-1cm
- Penipisan serviks(eff) : 25%
- Penurunan kepala janin : Hodge I (pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simfisis dan promotorium).
- Ketuban :Ada
- Presensi kepala (kepala mengarah ke jalanlahir)
- Abdomen dalam batas normal
- Pelvic Score(PS) 2
i) Sistem Saraf :normal
i. Pengkajian Aktifitas-Latihan
Aktifitas-Latihan Rumah Rumah Sakit
Makan/Minum 0 0
Mandi 0 0
Berpakaian/Berdandan 0 0
Toileting 0 2
Mobilitas di tempat tidur 0 2
Berpindah 0 2
Berjalan 0 2
Naik tangga 0 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 =
tidak mampu

j. Terapi yang Diberikan Saat Ini


Misoprostol 25mcg/6jam sampai dengan PS≥6, lanjut OD (oksitosin drip).
k. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil USG FM (25 Mei 2021)
Letak kepala : anencephaly
Abdominal Circumference (AC) : 28,42 cm
FemurLength(FL) : 6,41 cm
Amniotic FluidIndex(AFI) : 14,5 cm
Estimation Fetal Weight (EFW) : 2081 gram
Plasenta implantasi diposterior

14
Maturasi grade II
2. Hasil PemeriksaanLaboratorium
Darah Lengkap (DL) : 14,1 / 11.950 / 42,7 / 364.000
Faal Hemostasis (FH) : 9,8 / 32,6
CPP : 2,48 mmHg
Procalcitonin : 0,15
Total Antibody Anti SARS Cov : NR

3.2. AnalisaData
No. Data Penunjang Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Perubahan fisiologis saat Nyeri Akut
- Klien mengatakan kehamilan (trimesterIII)
nyeri pada bagian ↓
perutnya. Sistemmuskuloskeletal

DO: Terdapat massa abdomen
- Wajah tampak ↓
meringis Penekanan syaraf lumbal
- Tanda-tanda vital: ↓
RR: 18 x/menit Merangsang reseptor nyeri
Nadi: 84x/menit (histamine,prostaglandine,
TD: 110/70 mmHg dan bradikinin)
Suhu: 36,4°C ↓
- Terdapat massa Impuls nyeri ke otak
pada abdomen ↓
(janin) Medulla spinalis (traktus
- Pasien MRS spinotalamikus lateral)
dengan usia ↓
kehamilan: 40 Otak bagian korteks
minggu, diberi ↓
terapi misoprostol Somatosensorik
25 mcg per 6 jam ↓
lalu dilanjut Persepsi nyeri
denganpemberian ↓
oksitosin drip(OD) Nyeri akut
2. DS: Perubahan fisiologis saat Pola Nafas Tidak
- Klien mengeluh kehamilan Efektif
sesak nafas ↓

15
karena perutnya Sistem pernafasan
semakin ↓
membesar Desakan uterus ke
selama diafragma
kehamilan. ↓
Rongga dada sempit
DO: ↓
- Tampak Gerakan paru-paru
pernafasan terbatas
pendek dan ↓
dangkal Ventilasi meningkat
- GCS:456 ↓
- Tanda-tanda Pernafasan meningkat
vital: ↓
RR: 18x/menit Nafas pendek dan dangkal
Nadi: 84x/menit ↓
TD: 110/70 Perubahan pola nafas
mmHg ↓
Suhu: 36,4 C° Pola Nafas Tidak Efektif

3. DS: Perubahan fisiologis saat Gangguan


- Klien mengatakan kehamilan Eliminasi Urin
sering buangair ↓
kecil selama Sistem reproduksi
kehamilan ↓
Janin berkembang
DO: semakin besar
- Umur kehamilan ↓
40-41 minggu. Mempengaruhi sistem
- Tinggi fundus urinaria
uteri 31 cm ↓
- Pembukaan 1cm Terjadi penekanan pada
- Penipisanserviks vesika urinaria
25% ↓
Peningkatan frekuensi
BAK

Gangguan Eliminasi Urin

4. DS: Pasien mengetahui janin Ansietas


- Pasien dicurigai terdapat
mengetahui janin

16
dicurigai terdapat gangguan sejak uk 6 bulan
gangguan sejak uk ↓
6 bulan
Tidak memiliki riwayat
- Pasien mungkin
merasa khawatir hamil atau melahirkan
dengan keadaan sebelumnya
janinnya karena

terduga
mengalami Pasien dirujuk. 24 Agustus
Anenchepaly 2020, kontrol poli hamil→
hasil USG FM didapatkan
DO:
- Hamil ini, tidak janin anenchepaly→ pro
memiliki riwayat persalinan pervagina UK
hamil atau 40 minggu jika tidak
melahirkan
sebelumnya. inpartu
- G1P000 Ab000 gr ↓
40-41 minggu T/H 3 September 2020, kontrol
dengan susp.
poli hamil→ belum
Anenchepaly janin
- TTV: didapatkan tandainpartu→
RR 18x/mnt proMRS
Nadi 84x/mnt

TD 110/70 mmHg
- 24 Agustus 2020, Ansietas
kontrol polihamil
→ UGS FM
didapatkan janin
anenchepaly → pro
persalinan
pervagina UK 40
minggu jika tidak
inpartu
- 3 September 2020,
kontrol poli hamil→
belumdidapatkan
tanda inpartu

17
3.3. Prioritas DianosisKeperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
adanya kontraksi uterus dan desakanjanin.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
klien mengalami dispnea dan nyeri serta terdapat desakan janin pada
diafragma.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penyebab multipel ditandai
dengan adanya dorongan berkemih sehingga terjadi peningkatanBAK.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini ditandai dengan janin
mengalamianenchepaly.

18
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1 Nyeri akut b.d agen SLKI : KontrolNyeri SIKI : Manajemen Nyeri


cedera biologis d.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
adanya kontraksi selama 1x24 jam, diharapkan kemampuan klien 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
uterus dan desakan untuk mengontrol nyeri meningkat, dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
janin kriteria hasil: 2. Identifikasi skalanyeri.
1. Melaporkan nyeriterkontrol 3. Identifikasi respons nyeri nonverbal.
2. Kemampuan mengenali penyebabnyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Kemampuan menggunakan teknik non- memperingannyeri.
farmakologis. 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentangnyeri.
SLKI : Tingkat Nyeri 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hidup.
selama 1x24 jam, diharapkan tingkat nyeri Terapeutik
yang dirasakan klien menurun, dengan kriteria 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
hasil : mengurangi rasa nyeri, misalnya terapi
1. Keluhannyeri music, relaksasi nafas dalam, kompres air
2. Meringis dingin atau hangat (disesuaikan dengan
3. Gelisah kenyamananklien).
4. Frekuensinadi 2. Kontrol lingkungan yangmemperberat

19
5. Pola nafas rasa nyeri.
6. Tekanan darah 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakannyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri,
misalnya dengan mengatur posisi menjadi
semifowler atau klien yang dalam keadaan
hamil bisa berjalan-jalan untuk
meredakannyeri.
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasanyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2. Pola nafas tidak SLKI : Pola Nafas SIKI : Pemantauan Respirasi
efektif b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
hiperventilasi d.d. selama 1x24 jam, diharapkan pola nafas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
klien mengalami pasien membaik, dengan kriteria hasil : upayanafas.
dispnea dan nyeri 1.Dispnea 2. Monitor pola nafas (sepertibradypnea,

20
serta terdapat 2. Penggunaan otot bantunafas takipnea, hiperventilasi)
desakan janin pada 3. Frekuensinafas 3. Auskultasi bunyinafas.
diafragma 4. Kedalaman nafas 4. Monitor saturasioksigen.
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisipasien.
2. Dokumentasikan hasilpemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
2. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu.
3. Gangguan eliminasi SLKI : Eliminasi Urine SIKI : Dukungan Perawatan Diri : BAB/BAK
urin b.d. penyebab Setelah dilakukan tindakan kepeawatan Observasi
multiple d.d adanya selama 1x24 jam, diharapkan eliminasi urine 1. Identifikasi kebiasaan BAK.
dorongan berkemih klien membaik, dengan kriteria hasil : Terapeutik
sehingga terjadi 1. Desakan berkemih(urgensi) 1. Buka pakaian yang diperlukan untuk
peningkatan BAK 2. Distensi kandungkemih memudahkaneliminasi.
3. FrekuensiBAK 2. Dukung penggunaan toilet secara
konsisten.
3. Jaga privasi selamaeliminasi.

21
4. Bersihkan alat bantu BAK setelah
digunakan.
Edukasi
1. Anjurkan BAK secararutin.
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jikaperlu.
4. Ansietas b.d SLKI : Tingkat Ansietas SIKI : Reduksi Ansietas
ancaman pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
status terkini d.d selama 3x24 jam, diharapkan tingkat ansietas 1. Identifikasi saat tingkat ansietasberubah
janin mengalami klien menurun, dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan mengambil
Anenchepaly 1. Verbalisasikebingungan keputusan.
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3. Monitor tanda-tandaansietas.
dihadapi Terapeutik
3. Perilakugelisah 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
4. Perilaku tegang menumbuhkankepercayaan.
5. Konsentrasi 2. Pahami situasi yang membuatansietas.
6. Frekuensipernafasan 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan
7. Frekuensinadi meyakinkan.
8. Tekanandarah 4. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akandatang.
Edukasi
1. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama

22
pasien.
2. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangiketegangan.
3. Latih teknikrelaksasi.

SIKI : Terapi Relaksasi


Observasi
1. Identifikasi teknik relaksasi yang sudah
efektifdigunakan.
2. Monitor respon terhadap terapirelaksasi.
Terapeutik
1. Ciptakan lingkingan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jikamemungkinkan.
2. Gunakan nada lembut dengan irama
lambat danberirama.
3. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetic atau tindakan
medis lainnya, jikasesuai.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan

23
jenis relaksasi yang tersedia.
2. Anjurkan mengambil posisinyaman.
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi.
4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yangdipilih.
5. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. nafas dalam,peregangan).

3.5. Implementasi dan Evaluasi

No. Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Tandatangan


Keperawatan
1 Juni 2021 Nyeri Akut 1. Memonitor lokasi S:
nyeri, panjangnya Pasien mengeluhkan nyeri di area perut
episode nyeri dan dan punggung
ekspresi wajah O:
pasien. 1. Ekspresi wajah klien lebih rileks
2. Memonitor tanda- 2. TD : 100/90 mmHg
tanda vitalpasien. 3. Nadi :84x/menit
3. Menyediakantempat 4. RR :18x/menit

24
tidur yang A:
ketinggiannya sesuai 1. Klien mampu menerapkan teknik
dan memberikan relaksasi nafas dalam :34
bangku pijakan. 2. Klien melaporkan nyeri yang
4. Mengedukasi dan terkontrol:34
mengajarkan 3. Ekspresi wajah lebih rilek :34
relaksasi nafas 4. Klien bisa beristirahat :35
dalam. P:
1. MonitorTTV
2. Keluarga membantu pasien relaksasi
nafas dalam secaramandiri
2 Juni 2021 Pola Nafas 1. Memonitor dan S:
Tidak Efektif mencatat status Klien mengatakan nafas terasa sesak
pernafasan karena perutnya semakin membesar
(kecepatan irama, selama kehamilan
kedalaman O:
pernafasan, 1. Pernafasan tampak pendek dan
kesulitan, pola nafas dangkal
danoksigenasi). 2. RR :18x/menit
2. Membantu 3. Nadi :84x/menit
memposisikan 4. TD : 110/70 mmHg

25
pasien untuk A:
memaksimalkan 1. Klien mampu memposisikan
ventilasi (semi tubuhnya untuk memaksimalkan
fowler). ventilasi (posisi semi fowler) :35
3. Mengeduaksi dan 2. Klien dapat memahami dan
mengajarkan Teknik mempraktekkan terkait teknik
bernafas pelan dan bernafas pelan dan dalam :35
dalam. P:
1. Rencana tindakan dilanjutkan yaitu
melanjutkan monitor status
pernafasan (frekuensi pernafasan,
irama pernafasan, kedalaman
inspirasi)
2. Memberikan bantuan terapinafas
(nebulizer), jika diperlukan
3 Juni 2021 Gangguan 1. Menjelaskan kepada S:
Eliminasi Urin klien bahwa klien Klien mengatakan bahwa sudah
akan mengalami memahami terkait perubahan pola
perubahan terkait berkemih karena ada janin
pola berkemih O:
karena kandung 1. Tidak tampak distensi pada kandung

26
kemih terdesak oleh kemih klien
janin. A:
2. Bantu klien untuk 1. Kemampuan ibu dalam
berkemih dengan pengosongan kandung kemih masih
tetap menjaga tetap berada di indikator3
privasiklien. 2. Klien mampu mengenali frekuensi
3. Bertanya pada klien berkemih :34
apa ada 3. Klien mampu memahami adanya
ketidaknyamanan perubahan pola berkemih :34
mengenai privasi P:
dalam berkemih. Tetap melanjutkan implementasi
4. Beritahukan pada keperawatan, yaitu membantu klien
klien untuk tidur berkemih
sebaiknya miring kiri
dan menghindari
posisi tegak atau
supine.
5. Menjelaskan
informasi mengenai
bahaya penggunaan
obat diuretic

27
terhadap ibu hamil
4 Juni 2021 Ansietas 1. Memberikan aktifitas S:
pengganti untuk Klien mengatakan kecemasannya
mengurangi cemas berkurang dan sedikit tenang saat
berupa instruksi klien dilakukan relaksasi nafas dalam
untuk menggunakan O:
teknikrelaksasi. 1. Klien tampak rileks dan sudah bisa
2. Nyatakan dengan sedikittersenyum
jelas harapan 2. Klien tampak sedikittegang
terhadap perilaku A:
klien dengan 1. Menggunakan teknik relaksasi nafas
menggunakan dalam untuk mengurangikecemasan
pendekatan yang : 24
tenang dan 2. Mampu menggunakan strategi
meyakinkan. koping yang efektif : 23
3. Membantu klien 3. Mempertahankan tidur yangadekuat
untuk : 23
mengartikulasikan 4. Mengenali realita situasi Kesehatan :
deskripsi yang 24
realistis mengenai 5. Mengekspresikan kedamaian dari
kejadian yangakan dalam diri : 23

28
datang. 6. Menunjukkan kegembiraan :22
7. Mencari informasi tentang
kesehatan:34
P:
Lanjutkan intervensi
1. Memeriksa TTV
2. Melanjutkan terapi non farmakologis
seperti teknik relaksasi nafas dalam
dan dilanjutkan dengan teknik
distraksi seperti keluarga klien harus
selalu mengajak bicara atau bercerita
dengan klien untuk mengurangi
nyeri dan
kecemasannya
3. Memberikan suasanapenerimaan
terkait dengan keterbatasan fisik
pada janin yang akan lahir

29
DAFTAR PUSTAKA

American College of Obstetricians and Gynecologists. 2016. Management Preterm


Labor. Online. http://emedicine.medscape.com/article/975909-
treatment#showall. Diakses pada tanggal 4 September2020.
Anita, A. 2017. Faktor Penyakit Infeksi, Penggunaan Obat dan Gizi Ibu Hamil terhadap
Terjadinya Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan, 8(1),
120-126.
Bulechek, G. M., et Al. 2017. NANDA-I Diagnosis Keperawtaan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC.
Gole, R. A., Meshram, P. M., & Hattangdi, S. S. 2014. Anencephaly and Its Associated
Malformations. Journal of Clinical and Diagnostic Research: JCRD, 8(9), AC07.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable
Development Goals (SDGs). Jakarta: Kementerian KesehatanRI.
Mai, C. T., Isenburg, J.l., Canfield, M. A., Meyer, R. R., Correa A., Alverson, C. J., &
Kirby, R. S. 2019. National Populasion-Based Estimates for Major Birth Defects,
2010-2014. Birth Defects Research, 111(18),1420-1435.
Medley, N., Poljak, B., Mammarella, S., & Alfirevic, Z. 2018. Clinical Guidelines for
Prevention and Management of Preterm Birth: A Systematic Revies. BJOG: An
International Journal of Obstetrics & Gynarcology,125(1), 1361-1369.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Rahmawati, Y. N., & Yusnawati, N. 2019. Hubungan Kehamilan Serotinus dengan
Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Bantul Yogyakarta: Jurnal Kebidanan
jilid 3, 27-33.
Susilorini, Nugrahini, E. Y., & Harfiyanti, F. K. 2017. Hubungan antara Kehamilan Post
Date dengan Persalinan Lama di RSIA Nyai Ageng Pinatih Gresik. Jurnal
Penelitian Kesehatan, 14(1).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPPPPNI.

30
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Tonni, G., Centini, G., Bonasoni, M. P., Ventura, A., Pattacini P., & Cavalli, P. 2017.
Acrania-anencephaly associated with Hypospadias. Prenatal Ultrasound and
MRI Diagnosis and Molecular Folate Metabolism Pathway Analysis. Fetal and
Pediatric Pathology, 31(6), 379-387.
World Health Organization. 2014. Maternal Mortality: World Health Organization.
World Health Organization. 2016. Congenital Anomalies. Online.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/congenital-anomalies.
Diakses pada tanggal 4 September 2020.
Yanti, Y. E. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami pada Ibu Hamil
terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas Wates
Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal Kebidanan Malahayati, 1(2).
Yulistiani, A., Moendanoe, Y., & Lestari, Y. 2017. Gambaran Karakteristik Ibu,
Penanganan Persalinan dan Fetal Outcome pada Kehamilan Post-term. Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(1), 134-141.
Yunani, Y. 2016. Faktor Kelainan Kongenital pada Bayi Baru Lahir di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Abdul. Jurnal Dunia Kesmas, 5(2).

31

Anda mungkin juga menyukai