Anda di halaman 1dari 6

ASKEP

CTEV PADA ANAK

Di Susun Oleh :
YULFIN LITASYA L
WULAN MAGAFIRA

PROGRAM STUDI

AKADEMIK KEPERAWATAN JUSTITIA

PALU 2021

1
Definisi
Clubfoot (kaki pengkor), yang juga dinamakan talipes merupakan kelainan congenital yang paling
sering ditemukan pada ekstremitas bawah. Kelainan ini terutama ditandai oleh deformitas os
talus dan pemendekan tendon Achilles sehingga kaki terlihat seperti alat pemukul yang khas.
Pada talipes akuinovarus, kaki mengarah ke bawah (ekuinus) dan berputar ke dalam
(varus) sementaram bagian depan kaki terpuntir kearah tumit (aduksi kaki depan) (Kowalak, 2011).
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya terpuntir ke dalam
garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi (Smeltzer,2009).

Etiologi
Menurut Kowalak (2011), kombinasi faktor genetik dan lingkungan di dalam rahim tampak
menjadi penyebab talipes; faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Hereditas (mekanisme transmisinya belum dapat ditentukan: Saudara kandung bayi
yang lahir dengan talipes memiliki satu kemungkinan untuk menderita talipes dari 35
kelahiran dengan riwayat anomaly yang sama, dan anak yang salah satu orang tuanya
menderita talipes memiliki satu kemungkinan dari 10 kelahiran)
2. Tumbuh-kembang yang terhenti pada usia embrio antara 9 dan 10 minggu, ketika berlangsung
pembentukan kaki (pada anak-anak tanpa riwayat talipes dalam keluarga)
3. Kelainan otot yang menimbulkan variasi panjang dan insersio tendon
4. Kelaianan sekunder akibat paralisis, poliomyelitis, atau paralisis serebral (anak
yang lebih besar), dan penanganan pada kasus-kasus ini melputi pengelolaan
penyakit yang mendasarinya.

Klasifikasi
Menurut Kowalak (2011), literature medis menguraikan tiga kategori utama clubfoot, yaitu:
1. Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau memerlukan
latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas tulang, tetapi mungkin
ditemukan penencangan dan pemendekan jaringan lunak secara medial dan posterior.
2. Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia atau
artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukan koreksi bedah dan memiliki insidensi
kekambuhan yang sangat tinggi.
3. Clubfoot idiopatik kongenital, atau clubfo sejati” hampir selalu memerlukan intervensi
bedah karena terdapat abnormalitas tulang.
4. Patofisiologis Perkembangan kaki yang abnormal selama masa pertumbuhan janin akan
menyebabkan kelainan otot serta persendian dan kontraktur jaringan lunak.
Keadaan yang dinamakan apparent clubfoot (defek yang kelihatannya seperti talipes)
ini terjadi karena janin mempertahankan posisi in utero yang membuat kakinya terlihat
mengalami talipes sejak saat lahir. Biasanya kedaan ini bisa dikoreksi secara
manual. Bentuk apparenclubfoot yang lain adalah inversion kaki yang terjadi karena
atrofi muskuler progresif tipe denervasi dan distrofi muskuler progresif (Kowalak,
2011).

Manifestasi Klinis
Menurut Kowalak (2011), talipes ekuinovarus memiliki intensitas yang sangat beragam.
Deformitas dapat terjadi demikian ekstrem sehingga jari-jari kaki menyentuh sisi medial pergelangan
kaki atau deformitas hanya tampak samar-samar. Setiap kasus talipes ini meliputi:
1. Deformitas pada os talus
2. Pemendekan tendn Achilles
3. Os kalkaneus yang pendek dan rata pada tumit
4. Otot-otot betis yang memendek serta tidak berkembang dan kontraktu jaringan
lunak pada lokasi deformitas (bergantung pada derajat deformitasvarus)
5. Kaki yang secara ketat berada pada posisi deformasi dan resisten terhadap segala upaya
manual untuk menembalikannya ke posisi normal
6. Tidak ada keluhan nyeri kecuali pada pasien arthritis berusia lanjut dan
mengalami deformitas sekunder.

2
Pemeriksaan Diagnostik
Penegakan diagnosis dini talipes biasanya tidak menjadi masalah karena deformitas ini
tampak jelas. Namun, true clubfoot (talipes sejati) pada deformitas yang tidak jelas harus dibedakan
dari apparent clubfoot (varus metatarsus atau pigeon toe ) melalui:
Pemeriksaan radiologi ang memperlihatkan superimposisi os talus serta kalkaneus dan
gambaran tulang-tulang metatarsal yang mirip anak tangga ( true
Clubfoot ) (Kowalak, 2011).

Penatalaksanaan
Menurut Kowalak (2011), penanganan talipes dilaksankan dalam tia tahap: mengoreksi deformitas,
mempertahankan koreksi tersebut sampai kaki mendapatkan kembali keseimbangan otot yang
normal dan mengobservasi kaki dengan ketat selama beberapa tahun untuk mencegah deformitas
kembali timbul. Biasanya deformitas talipes dikoreksi dengan serangkaian urutan tindakan: pertama-
tama aduksi kaki, kemudian reposisi varus (inversio) dan akhirnya ekuinus (fleksi
plantaris). Mencoba mengoreksi sekaligus ketiga deformitas ini hanya menghasilkan kaki yang
salah bentuk dengan dasar seperti kursi goyang. Bagian esensial lain dalam penatalaksanaan talipes
meliputi:

1. Tekankan pada orang tua tentang pentingnya penanganan segera dan pengawasan
ortopedik sampai pertumbuhan anak selesai
2. Mengajarkan orang tua cara merawat gips dan mengenali gangguan sirkulasi sebelum anak
penderita talipes yang dipasang gips dipulangkan
3. Menjelaskan kepada anak yang ebih besar dan orang tuanya bahwa pembedahan
dapat memperbaiki kaki yang pengkor atau talipes dengan menghasilkan fungsi kaki
yang baik tetapi tidak sama sekali mengoreksinya; otot betis pada sisi yang terkena akan tetap
sedikit kurang berkembang
4. .Menegaskan tentang perlunya perawatan ortopedik jangka panjang untuk
mempertahankan koreksi; untuk menghasilkan koreksi defek yang permanen diperlukan
waktu dan kesabaran.

Komplikasi
Menurut Kowalak (2011), komplikasi yang mungkin terjadi pada talipes ekuinovarus
meliputi:
1. Gangguan kronis (talipes yang diabaikan)
2. Jarang bisa diperbaiki total (kalau kedaannya cukup parah sehingga memerlukan
pembedahan).

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, usia, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya. Usia
hanya terjadi pada bayi baru lahir, Jenis kelamin biasanya bayi laki-laki dua kali lebih banyak
menderita kaki bengkok dari pada perempuan.
1. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama: Keluhan yang membuat klien dibawah kerumah sakit
karena adanya keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai
kekakuankaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia dan fibula.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang: Biasanya klien tidak mengalami keluhan apa-apa
selain adanya keadaan yang abnormal pada kaki.

3
c) Riwayat Penyakit Dahulu: Defisiensi iodium, oprasi tiroid sebelumnya, atau
pengobatan hipertiroid sebelumnya yang berlebihan.
d) Riwayat Penyakit Keluarga Dalam keluarga klien, kaji mengenai penyakit menular
yang terdapat dalam keluarga.
e) Riwayat antenatal, natal dan post natal
f) Antenatal
Kesehatan ibu selam hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang
dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal, obat
yang perna diminum serta kebiasaan selam hamil.
g) Natal Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara
persalinan, presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan
congenital.Keadaan saat lahir, dan masa kehamilan (cukup, kurang atau lebih) bulan.
h) Post Natal Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gangguan sistem reproduksi, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna
kepala, pola eliminasi dan respon lainnya. Selam neonatal perlu dikaji adanya
trauma atau infeksi.
i) Riwayat Imunisasi
j) Riwayat imunisasi sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi pada anak
dapat mencegah terjadinya penyakit yang timbul.

2. Pola Fungsi Gordon


1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Pola hidup klien dengan club foot yang sudah dewasa dalam menjaga
kebersihan diri, perawatan dan tata laksana hidup sehat sedikit mengalami gangguan
karena kondisi fisiknya.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Pada pasien yang menderita club foot biasanya tidak mengalami gangguan pada pola ini.
3) Pola eliminasi
Pasien akan mengalami club foot biasanya tidak mengalami gannnguan pada
pola BAB dan BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Pada pasien yang menderita club foot biasanya mengalami keterbatasan aktivitas
karena kelainan fisik pada kaki.
5) Pola istirahat dan tidur
Pada pasien yang menderita club foot biasanya tidak mengalami gangguan pada pola ini.
6) Pola kognitif dan persepsi sensor
Mengenai pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit yang diderita klien.
7) Pola konsep diri
Pada pasien yang menderita club foot biasanya pasien menarik diri karena malu dengan
penyakitnya
8) Pola hubungan-peran
Biasanya klien dengan club foot akan menarik diri karena malu dengan
kelainan yang diderita
9) Pola seksual-seksualitas
Pada pasien yang menderita club foot biasanya tidak mengalami gangguan pada pola ini.
10) Pola mekanisme koping
Keluarga perlu memberikan dukungan dan semangat bagi pasien
11) Pola nilai dan kepercayaan
Pemeriksaan Fisik selalu optimis dan berdo’a agar penyakit pada pasien dapat segera
sembuh Keadaan Keluarga Umum

1. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum : composmentis
TTV : Td, Nadi, RR, dan Suhu biasanya tidak mengalami gangguan.
b. Review Of System

4
1) B1 (Breath) : tidak mengalami gangguan
2) B2 (Blood) : tidak ditemukan adanya kelainan
3) B3 (Brain) : tidak mengalami gangguan
4) B4 (Bladder) : tidak mengalami gangguan
5) B5 (Bowel) : tidak mengalami kelainan / gangguan
6) B6 (Bone) : adanya keterbatasan aktivitas karena bentuk kaki yang
abnormal, adanya keterlambatan berjalan kekakuan kaki, atrofi betis kanan,
hipoplasia tibia dan fibul

2. ANLISA DATA

1. DS : - CTEV Gangguan
DO : Adduksi serta inverse pada Mobilitas Fisik
Kelainan anatomi kaki ligament dan tendon peroneal
Adduksi pada kaki depan
Kelainan anatomi kak

2. DS: Orang tua Deformitas CTEV Kurang


menyatakan Terapi pembedahan pengetahuan
ketidaktahuan tentang Kurang pengetahuan terkait orang tua
penyakit yang di penyakkit yang diderita
derita anaknya Penatalaksanaan penyakit anak
DO: Orang tua tampak
kebingungan tentang
anaknya
DS: Ibu mengatakan
cemas
dengan
keadaannya

3. DS: Ibu mengatakan CTEV Ansietas


cemas Terapi pembedahan
dengan Dampak hospitalisasi pada
keadaan anaknya anak
DO: -

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Clubfoot adalah sebagai berikut:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelainan anatomi kaki
2. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penatalaksanaan penyakit anak
3. Ansietas berhubungan dentgan dampak hospitalisasi pada anak

4. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil NIC
1. Gangguan mobilitas NOC : NIC:
fisik berhubungan Joint movement: Active Exercise therapy
dengan kelainan Mobility level ambulation
anatomi kak Self care: ADLs 1. Monitoring vital sign
Transfer performan sebelum / sesudah
Setelah dilakukan tindakan latihan dan lihat
keperawatan selama 3x24 jam respon pasien saat
dengan tujuan ganggu mobilitas latihan
fisik teratasi dengan 2. Kaji kemampuan
Kriteria hasil: klien dalam mobilisasi

5
1. Klien mengetahui penyebab 3. Latih pasien dalam
dari gangguan mobilitas fisik pemenuhan kebutuhan
2. Klien mengerti tujuan dari ADLs secara mandiri
peningkatan mobilitas sesuai kemampuan
3. Klien mampu meningkatkan 4. Ajarkan keluarga
kemampuan dalam atau tenaga kesehatan
beraktivitas lain tentang teknik
4. Memverbalisasikanperasaan ambulasi
dalam meningkatkan 5. Berikan alat bantu
kekuatan dan kemampuan jika klien membutuhkan
berpindah 6. Ajarkan pasien
5. Memperagakan penggunaan bagaimana merubah
alat bantu untuk mobilisas posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
7. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuan ADLs pasie

2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat


orang tua keperawatan selama 1x 24 jam kemampuan
berhubungan dengan dengan tujuan kurang keluarga untuk
penatalaksanaan pengetahuan orang tua mempelajari
teratasi dengan informasi khusus
2. Berikan informasi
yang

3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan


dentgan dampak keperawatan selama 1x24 jam dokumentasikan
hospitalisasi pada dengan tujuan ansietas anak tingkat kecemasan
anak teratasi dengan klien
Kriteria hasil: 2. Melibatkan orang
1. Menunjukkan tuam dalam
pengendalian diri merawat anak
terhadap ansietas 3. Memodifikasi
2. Tingkat ansietas menurun ruang perawatan
3. Kemampuan untuk dengan cara
fokus pada stimulasi membuat situasi
tertentu meningka ruang perawatan
seperti dai rumah
4. Tunjukkan sikap
empati sebagai
pendekatan utama
dalam mengurangi
rasa takut
5. Kolaborasi
dengan pemberian
obat untuk
menurunkan
kecemasan jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai