Anda di halaman 1dari 5

IBK III

PENYAKIT KATUP JANTUNG (KELOMPOK 4)


Definisi

Penyakit katup jantung adalah penyakit yang menyebabkan kelainan pada aliran darah yang
melintasi katup jantung, sehingga menyebabkan timbulnya ganguan hemodinamik. Penyakit katup
jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup
normal memiliki dua ciri aliran yang penting: aliran searah dan aliran yang tidak dihalangi.

Etiologi

Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif. Meskipun
terjadi penurunan insidensi penyakit demam rematik, namun penyakit rematik masih merupakan
penyebab lazim deformitas katup.

1. Stenosis Mitral

stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada
masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik.

2. Insufisiensi Mitral

Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik dan non
reumatik (degeneratif, endokarditis,penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma
dan sebagainya).

3. Stenosis Aorta

Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, dan bisa
disebabkan juga oleh demam rematik dan kelainan bawaan pada anak anak

4. Isufisiensi Aorta

Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan katub dan kanker aorta juga bisa
menimbulkan isufisiensi aorta.

Epidemiologi
Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi perubahan etiologi penyakit jantung katup.
Walaupun sebagian besar terjadi pada negara maju, namun pada negara berkembang mulai terlihat
perubahan komposisi etiologi tipe penyakit jantung katup tersebut. Pada umumnya, penyakit
jantung katup (organik)disebabkan karena infeksi rematik, kelainan degeneratif, dan “modern
type” atau etiologi baru penyakit jantung katup. Etiologi baru atau ”modern type” ini antara lain
adalah akibat infeksi HIV, akibat obat-obatan (obat penekan napsu makan), dan kelainan idiopatik
lainnya (sindrom antiphospholipid). Pada registri katup Eropa, kelainan katup yang paling banyak
adalah stenosis aorta akibat degeneratif (kalsifikasi).1 Indonesia belum mempunyai data resmi
mengenai prevalensi penyakit jantung katup menurut etiologi maupun jenis kelainannya. Pada RS
Jantung Harapan Kita (RSJHK) sebagai pusat rujukan jantung nasional, terlihat bahwa stenosis
aorta akibat degeneratif adalah jenis kelainan katup yang jarang dijumpai. Hal ini belum tentu
disebabkan karena prevalensi yang rendah, namun mungkin karena deteksi yang kurang atau
rendahnya kesadaran pasien untuk datang berobat. Kelainan yang paling sering dijumpai pada
RSJHK adalah kelainan katup mitral akibat degeneratif dan rematik. Berbeda dengan laporan dari
negara maju, penyakit rematik masih cukup banyak dijumpai dalam masyarakat Indonesia baik di
perkotaan apalagi di pedesaan. Penyakit jantung rematik paling sering mengenai katup mitral,
diikuti oleh kelainan katup aorta. Tidak jarang terjadi kelainan kombinasi beberapa katup.
Kelainan degeneratif yang paling banyak dilaporkan pada registri katup Europa adalah stenosis
aorta, sedangkan pada RSJHK prolaps katup mitral adalah kelainan degeneratif yang paling sering

dijumpai. Kelainan katup akibat infeksi HIV, obatobatan, maupun kelainan idiopatik lain sangat
jarang dijumpai di RSJHK.

Patofisiologi

Demam reuma-inflamasi akut dimediasi imun yang menyerang katup jantung akibat reaksi silang
antar antigen streptokokus hemolitik grup Abdan protein jantung. Penyakit ini dapat menyebabkan
penyempitan pembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat menutup sempurna (inkompetensi) atau
terjadi keduanya. Disfungsi jantung menyebabkan kerja jantung meningkat. Insufiensi katup
memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang
mengalami inkompetensi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja jantung.
Stenosis katup memaksa jantung meningkatkan tekanan agar dapat mengatasi resistensi terhadap
aliran yang meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium. Respon
miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang
dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang
bertujuan meningkatkan kemampuan pemompa jantung.

Tanda Gejala

1.Kesulitan mengambil napas

2.Tekanan pada bagian dada terutama saat sedang beraktivitas

3.Pusing

4.Kelelahan

5.Detak jantung tidak beraturan atau tidak normal

6.Penambahan berat badan

7.Pingsan

8.Edema (pembengkakan berlebih di bagian kaki, daerah perut, atau pergelangan kaki sebagai
akibat tersumbatnya cairan)

Pemeriksaan penunjang

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Kateterisasi jantung: Untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya.Gradien tekanan (pada
diastole) antara atrium kiri dan ventrikel kirimelewati katup mitral, penurunan orivisium katup
(1,2 cm), peninggiantekanan atrium kiri, arteri pulmunal,, dan ventrikel kanan ; penurunancurah
jantung.

2. Ventrikulografi kiri: Digunakan untuk mendemontrasikan prolapse katupmitral.

3. ECG: Pembesaran atrium kiri (P mitral berupa takik), hipertropi ventrikelkanan, fibrilasi atrium
kronis.
4. Sinar X dada: pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatanvaskular, tanda-tanda
kongesti/edema pulmonal.

5. Ekokardiogram: Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapatmemastikan masalah katup.


Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.

6. Elektrokardiogram (teknik penggambaran jantung dengan menggunakangelombang ultrasonik)

Penatalaksanaan Medis

Stenosis MitralTerapi antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnyainfeksi.Penatalaksanaan


gagal jantung kongesti adalah dengan memberikankardiotinikum dan diuretik. Intervensi bedah
meliputi komisurotomi untuk membuka atau “menyobek” komisura katub mitral yang lengket atau
mengganti katub miral dengan katub protesa.Pada beberapakasus dimana pembedahan merupakan
kontraindikasi dan terapimedis tidak mampumenghasilkan hasil yang diharapkan, makadapat
dilakukan valvuloplastitransluminal perkutan untuk mengurangi beberapa gejala

Adams D, Rosenhek R, Falk V. Degenerative mitral valve regurgitation: best practice revolution.
Eur Heart J 2010; 31: 1958-67.

Feldman T, Kar S, Rinaldi M, Fail P, Hermiller J, Smalling R, et al. Percutaneous Mitral Repair
With the MitraClip System Safety and Midterm Durability in the Initial EVEREST (Endovascular
Valve Edge-to-Edge REpair Study) Cohort. Journal of the American College of Cardiology. 2009;
8: 686-94.

Goldman ME, Mora F, Guarino T, Fuster V, BP. M. Mitral valvuloplasty is superior to valve
replacement for preservation of left ventricular function: an intraoperative two-dimensional
echocardiographic study. J Am Coll Cardiol 1987 Sep;10(3):568-75. 1987.

Smith CR, Leon MB, Mack MJ, Miller DC, Moses JW, Svensson LG, et al. Transcatheter versus
Surgical Aortic-Valve Replacement in High-Risk Patients. N Engl J Med 2011; 264: 2187-98.
SOURCE

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/8000/2/astriameli-934-1-13-astri-6%201-2.pdf

https://www.academia.edu/37422837/LAPORAN_PENDAHULUAN_PENYAKIT_KATUP_JA
NTUNG

https://www.academia.edu/37422837/LAPORAN_PENDAHULUAN_PENYAKIT_KATUP_JA
NTUNG

https://www.academia.edu/37422837/LAPORAN_PENDAHULUAN_PENYAKIT_KATUP_JA
NTUNG

https://www.academia.edu/37422837/LAPORAN_PENDAHULUAN_PENYAKIT_KATUP_JA
NTUNG

https://www.academia.edu/37422837/LAPORAN_PENDAHULUAN_PENYAKIT_KATUP_JA
NTUNG

Anda mungkin juga menyukai