PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada penatalaksanaan penyakit jantung koroner dewasa
ini telah banyak kemajuan, namun tetap saja masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting terutama di
negara- negara berkembang seperti Indonesia. Mengingat
banyaknya jumlah penderita penyakit jantung koroner dan kerugian
yang ditimbulkan, maka diperlukan diagnosa yang lebih dini.
(Ramadhani, Widya Satria. 2016)
Uji latih jantung dengan menggunakan treadmill sering
dikenal dengan tes treadmill. Uji latih ini sudah sering dilakukan
sebagai cara untuk mengetahui adanya gangguan pada pembuluh
darah coroner, gangguan irama serta menjadi bahan referensi
untuk pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui adanya kelainan
jantung. (Sudoyo, Aru W, dkk. 2009)
Tes Toleransi Latihan (ETT) merupakan salah satu cara
utama untuk menegakkan diagnosa pasien dengan penyakit
jantung koroner khususnya dan penyakit jantung pada umumnya.
Tes Toleransi Latihan terutama ditujukan untuk menegakkan
diagnosa secara dini sehingga pencegahan dapat dilakukan,
kematian dapat dihindari dan harapan kualitas hidup dapat
ditingkatkan. (Ramadhani, Widya Satria. 2016)
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Treadmill Test?
2. Apa tujuan dilakukannya Treadmil Test?
3. Berapa durasi yang dibutuhkan pada tindakan Treadmill Test?
1
4. Apa indikasi yang terdapat pada Treadmill Test?
5. Apa kontraindikasi yang terdapat pada Treadmill Test?
6. Apa saja persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan
Treadmill Test?
7. Bagaimana cara pelaksanaan tindakan Treadmill Test?
8. Apa saja yang harus dilakukan pada tahap pemulihan Treadmill
Test?
9. Apa saja hal-hal yang harus dievaluasi pada hasil Treadmill
Test?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari Treadmill Test.
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya Treadmil Test.
3. Untuk mengetahui durasi yang dibutukan pada tindakan
Treadmill Test.
4. Untuk mengetahui indikasi yang terdapat pada Treadmill Test.
5. Untuk mengetahui kontraindikasi yang terdapat pada Treadmill
Test.
6. Untuk mengetahui persiapan yang harus dilakukan sebelum
melakukan Treadmill Test.
7. Untuk mengetahui cara pelaksanaan tindakan Treadmill Test.
8. Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan pada tahap pemulihan
Treadmill Test.
9. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dievaluasi pada hasil
Treadmill Test.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Mendeteksi aritmia yang timbul pada saat beraktivitas.
5. Menilai hasil pengobatan dengan obat-obatan antiaritmia atau
anti angina.
4
E. KONTRAINDIKASI TREADMILL TEST
Kontraindikasi Treadmill Test dikelompokkan dalam
keadaan yang mutlak dan relatif, yaitu: (Ramadhani, Widya Satria.
2016)
1. Mutlak :
a. Infark miokard akut dalam 2 hari
b. Angina tak stabil yang beresiko tinggi
c. Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan gangguan
hemodinamika
d. Stenosis aorta berat dengan gejala
e. Infark paru atau emboli paru akut
f. Perikarditis atau miokarditis akut
g. Diseksi aorta akut
2. Relatif:
a. Stenosis di pembuluh darah koroner left main
b. Penyakit jantung katup stenosis
c. 3) Gangguan elektrolit
d. Hipertensi berat
e. Takiaritmia dan bradiaritmia
f. Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke
luar jantung
g. Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pemeriksaan
h. Blok atrioventrikular derajat tinggi
5
b. Petugas perlu mengetahui obat-obat yang dikonsumsi
pasien sebelum melaksanakan tes ini. Obat spesifik jantung
sebaiknya dihentikan dua hari sebelum prosedur dimulai.
Namun apabila memungkinkan, penggunaan obat
penghambat beta sebaiknya tidak dihentikan bila memang
sangat diperlukan pasien walau dapat mempengaruhi hasil
test.
c. Pasien memakai baju dan sepatu yang nyaman untuk
melakukan prosedur
d. Jelaskan pada pasien bahwa prosedur test ini akan
dilakukan selama satu jama, termasuk persiapan.
e. Lakukan anamnese tentang riwayat penyakit pasien dan
kemampuan aktivitas fisik pasien terakhir.
f. Lakukan pemeriksaan TTV awal dalam keadaan istirahat
pada pasien dalam posisi yang nyaman.
g. Persiapan juga dilakukan terhadap kebersihan kulit agar
tidak menimbulkan banyak artefak pada rekaman EKG.
h. Lakukan tes awal EKG dengan 12 lead pada posisi
berbaring dan berdiri.
i. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang
akan dilakukan. Surat informed concern perlu ditandatangi
oleh pasien
6
h. Jelly
i. Alkohol 70 % dan kassa non steril
j. Tissue/Handuk kecil
k. Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill.
7
16. Hentikan test sesuai dengan prosedur.
8
1. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setelah test
dihentikan.
2. Persilahkan pasien untuk duduk/berbaring.
3. Pantau terus gambaran EKG selama pemulihan.
4. Rekam EKG 12 leads dan ukur tekanan darah setiap tiga menit.
5. Pemulihan biasanya selama enam menit/sembilan menit
(hingga gambaran EKG ,HR, dan tekanan darah kembali seperti
semula)
6. Memberitahukan pada pasien bahwa test sudah selesai.
7. Lepaskan elektrode dan manset BP.
8. Bersihkan jelly yang menempel di dada pasien .
9. Merapihkan kembali alat–alat pada tempatnya.
10. Sebaiknya selama 15 menit pasca treadmill test pasien masih
berada dalam pengawasan petugas.
9
ketat terhadap rekaman 10 detik pertama setelah kaki berhenti.
Pengawasan paska test dilakukan selama 5 menit kadang-
kadang bisa lebih, sampai gejala atau gambaran perubahan
EKG berkurang atau hilang. (Sudoyo, Aru W, dkk. 2009)
2. Frekuensi Nadi
Target denyut jantung yang akan dicapai sebaiknya
bukan menjadi masalah untuk tidak memastikan bahwa hasil tes
tidak dapat diolah. Semua hasil tes disimpulkan sesuai dengan
gejala atau gambaran rekaman yang terjadi selama
pelaksanaan tes. (Sudoyo, Aru W, dkk. 2009)
4. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik seharusnya naik saat test
berlangsung. Bila terjadi penurunan tekanan darah dibawah
tekanan darah sebelum test dilakukan, bisa menjadi kriteria
yang perlu diwaspadai. Bila terjadi aktivitas yang menyebabkan
terjadinya hipotensi, maka dicurigai terjadinya disfungsi ventrikel
kiri, iskemia atau obstruksi aliran darah keluar. Peningkatan
tekanan darah yang cepat saat test berlangsung juga menjadi
penilaian khusus pertanda adanya kemungkinan timbulnya
iskemia. (Sudoyo, Aru W, dkk. 2009)
10
5. Interpretasi EKG
Depresi segmen ST menunjukkan adanya iskemia
subendokardial. Digunakan gambaran pada lead II, aVF dan V5.
Gambaran EKG pada kemampuan maksimal (exercise maximal)
dan masa 3 menit saat recovery menjadi waktu yang perlu
diwaspadai. Segmen ST elevasi menggambarkan terjadinya
iskemia transmural yang bersifat aritmogenik, bisa berhubungan
dengan spasme dan lesi yang jelas pada arteri. Segmen ST
depresi umumnya berhubungan denganadanya spasme
maupun lokasi lesi. (Sudoyo, Aru W, dkk. 2009)
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Treadmill Test merupakan bagian dari Tes Toleransi Latihan
dan jenis tindakan non invasive untuk mengevaluasi kerja jantung.
Penting bagi seorang teknisi kardiovaskuler untuk memperhatikan
persiapan sebelum melakukan treadmill test terutama melakukan
pengkajian awal terhadap tanda-tanda vital dan rekaman EKG
untjuk mengevaluasi perkembangannya sebelum, selama dan
setelah tindakan. Apabila menunjukkan hal-hal yang tidak
diinginkan, perlu dipertimbangkan untuk menghentikan tindakan
tersebut.
Pemeriksaan treadmill dapat memberikan informasi apakah
jantung memiliki asupan darah dan oksigen dari sirkulasi saat
terjadi stres fisik yang mungkin tidak muncul pada EKG saat
istirahat. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan informasi penting
apabila ada kelainan dari irama jantung dan tekanan darah.
B. SARAN
Semoga dengan selesainya makalah ini, mahasiswa dapat
lebih meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif
terutama tentang Treadmill Test, untuk membantu terciptanya
sumber daya manusia yang kompeten dibidang kesehatan
khususnya pada bidang Teknik Kardiovaskuler.
12
DAFTAR PUSTAKA
13