id 1
Referat
Abstrak
COVID-19 adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
sindrom pernapasan akut coronavirus 2 yang mengakibatkan lebih dari 5,4 juta kematian di
seluruh dunia. Penggunaan imunitas pasif untuk meningkatkan respons imun humoral terhadap
infeksi menjadi prioritas terapi pada pasien COVID-19. Plasma konvalesen, globulin imun, dan
antibodi monoklonal semuanya sedang dipelajari untuk meningkatkan respons imun. Antibodi
monoklonal (mAbs) dapat memberikan intervensi terapeutik yang efisien terhadap penyakit
tertentu, selain itu mAbs jauh lebih spesifik, tepat, dan aman dibandingkan dengan terapi plasma
konvalesen konvensional. Antibodi monoklonal yang menargetkan protein spike COVID-19
menunjukkan hasil in vitro yang baik dan dapat digunakan untuk mengelola pasien yang tidak
dirawat di rumah sakit dengan klinis ringan hingga sedang yang berisiko tinggi berkembang
menjadi berat.
Kata kunci: COVID 19, Antiboodi monoklonal
Abstract
COVID-19 is a highly contagious disease caused by the acute respiratory syndrome
coronavirus 2 viral which results in more than 5.4 million deaths worldwide. The use of passive
immunity to enhance the humoral immune response to infection is a priority for therapy in
COVID-19 patients. Convalescent plasma, immune globulins, and monoclonal antibodies are all
being studied to enhance immune responses. Monoclonal antibodies (mAbs) can provide an
efficient therapeutic intervention against certain diseases. In addition, mAbs are much more
specific, precise, and safe compared to conventional convalescent plasma therapy. Monoclonal
antibodies targeting the COVID-19 spike protein have yielded good in vitro results and can be
used to manage non-hospitalized patients with mild to moderate clinical risk who are at high risk
of developing severe disease
.
Keywords: COVID-19, monoclonal antibodies
tunggal, sekitar 30 kb, dikelilingi oleh ekor lingkungan eksternal, dan berfungsi untuk
5′-cap dan 3′-poly(A).⁹ memproses udara yang dihirup yang
Coronavirus tergolong ordo mengandung bakteri dan virus dalam jumlah
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. besar.13
Struktur coronavirus membentuk struktur
Patofisiologi COVD-19 digambarkan
seperti kubus dengan protein S berlokasi di
dengan masuknya SARS-CoV-2 ke dalam sel
permukaan virus. Protein S atau spike protein
inang dengan mengikat spike atau protein S
merupakan salah satu protein antigen utama
(S1) ke angiotensin-converting enzyme 2
virus dan merupakan struktur utama untuk
(ACE2). Reseptor diekspresikan pada epitel
penulisan gen. Protein S ini berperan dalam
respiratorik, seperti sel epitel alveolus tipe II.
penempelan dan masuknya virus kedalam sel
Proses ini dimediasi oleh receptor-binding
host (interaksi protein S dengan reseptornya
domain (RBD) pada protein spike diikuti
di sel inang).10
oleh priming protein spike (S2) oleh host
Epidemiologi
transmembran serin protease 2 (TMPRSS2)
Kasus COVID 19 sudah tersebar
yang memfasilitasi masuknya sel dan
diseluruh dunia. Individu dari segala usia
replikasi virus berikutnya.14
berisiko tertular COVID 19 terutama yang
berusia ≥60 tahun dan pasien dengan
komorbiditas medis yang mendasari
(obesitas, penyakit kardiovaskular, penyakit
ginjal kronis, diabetes, penyakit paru kronis,
merokok, kanker, riwayat transplantasi organ
padat atau pasien transplantasi sel induk
hematopoietik) memiliki peningkatan risiko
terinfeksi COVID-19 yang berat. Persentase
pasien COVID-19 yang membutuhkan rawat Gambar 1. Gambar antibodi yang mengikat
inap enam kali lebih tinggi pada mereka yang permukaan virus, menghalangi masuknya ke dalam
sel manusia.
memiliki komorbid sebelumnya daripada
mereka yang tidak memiliki komorbid Dikutip dari (14)
(45,4% vs 7,6%).11,12
Antibodi monoklonal mencegah
Patogenesis Covid-19 dan Antibodi perlekatan virus dengan mengikat epitop
Monoklonal yang tidak tumpang tindih pada protein spike
permukaan RBD SARS-CoV-2 dengan
Paru adalah area terbesar tubuh yang
afinitas tinggi, sehingga menghalangi
terus-menerus bersentuhan dengan
COVID-19 yang tidak dirawat di rumah pasien dengan infeksi Omicron. Data yang
sakit. Uji klinis diperlukan untuk mendukung Emergency Use Authorization
menentukan apakah terapi kombinasi ini (EUA) untuk sotrovimab berasal dari uji
berperan dalam pengobatan COVID-19. coba COMET-ICE Fase 3, yang mencakup
7. Pasien dengan imunokomprenmais pasien rawat jalan dengan COVID-19 ringan
mungkin mengalami replikasi SARS-CoV- hingga sedang yang berisiko tinggi untuk
2 yang berkepanjangan yang mengarah berkembang menjadi penyakit parah dan/atau
pada evolusi virus yang lebih cepat. Ada rawat inap.14,23
kekhawatiran bahwa penggunaan mAb Sebanyak 583 peserta diacak dalam
anti-SARS-CoV-2 tunggal pada pasien ini waktu 5 hari dari onset gejala untuk
dapat menyebabkan munculnya virus yang menerima sotrovimab 500 mg IV (n = 291)
resisten. Studi tambahan diperlukan untuk atau plasebo (n = 292). Titik akhir adalah
menilai risiko ini. Peran sotrovimab plus proporsi peserta yang dirawat di rumah sakit
terapi antivirus dalam mengobati COVID- selama 24 jam atau yang meninggal karena
19 belum diketahui sebab apa pun pada hari ke 29. Kejadian
akhir terjadi pada 3 dari 291 peserta (1%)
Uji coba terkontrol dengan plasebo
pada kelompok sotrovimab dan 21 dari 292
secara acak pada pasien yang tidak dirawat di
peserta (7%) pada kelompok plasebo (P =
rumah sakit yang memiliki gejala COVID-19
0,002), menghasilkan pengurangan absolut
ringan hingga sedang dan faktor risiko
6% dan pengurangan relatif 85% dalam
tertentu untuk perburukan penyakit,
rawat inap atau kematian terkait dengan
penggunaan mAb anti SARS-CoV-2
sotrovimab. Saat ini sotrovimab belum
mengurangi risiko rawat inap dan kematian.
tersedia di Indonesia.23,24
Studi-studi ini dilakukan sebelum peredaran
luas Variant Of Concren (VOC) Delta dan
Bamlanivimab Plus Etesevimab
Omicron. Dampak potensial dari varian ini
Distribusi luas bamlanivimab plus
dan kerentanannya terhadap berbagai mAb
etesevimab telah dihentikan sementara di
anti-SARS-CoV 2 yang disahkan Food and
Amerika Serikat karena varian Omicron telah
Drug Administration (FDA) dibahas di
secara nyata mengurangi kerentanan in vitro
bawah ini.
terhadap rejimen mAb ini.16,23
Sebelum penyebaran varian Omicron, uji
Sotrovimab
coba Fase 3 BLAZE 1 telah menunjukkan
Sotrovimab mempertahankan aktivitas
manfaat klinis bamlanivimab plus
in vitro terhadap varian Omicron dan
etesevimab pada orang dengan COVID-19
diharapkan memberikan manfaat klinis pada
ringan hingga sedang yang berisiko tinggi
penyakit paru interstisial, fibrosis kistik, sindrom genetik atau metabolik dan anomali
hipertensi pulmonal). kongenital yang parah)
Kondisi atau faktor lain yang memiliki • Ketergantungan teknologi terkait medis
representasi terbatas pada pasien dalam uji (misalnya, trakeostomi, gastrostomi, atau
klinis tetapi dianggap sebagai faktor risiko ventilasi tekanan positif yang tidak terkait
untuk perkembangan COVID-19 yang parah dengan COVID-19)
oleh pusat pengendalian dan encegahan • Bayi berusia <1 tahun.
penyakit23: Terdapat juga mAb yang sedang
• Kondisi imunokompromis atau pengobatan dilakukan uji klinis di sembilan rumah sakit
imunosupresif di Indonesia yaitu vilobelimab. Regdanvimab
• Kelebihan berat badan (BMI 25–30) juga termasuk mAb yang sudah dilakukan
sebagai satu-satunya faktor risiko penelitian di Korea. Direkomendasikan untuk
Kehamilan
pasien COVID-19 dewasa yang termasuk
• Penyakit sel sabit
klinis ringan, tidak memerlukan oksigen
• Gangguan perkembangan saraf (misalnya,
tetapi
serebralpalsi) atau kondisi lain yang
memberikan kompleksitas medis (misalnya,
berisiko tinggi menjadi berat. Dosis yang dapat dihentikan pemberiannya pada ibu
direkomendasikan adalah 40mg/kgBB secara hamil. Jika memungkinkan, ibu hamil dan
intravena, diberikan segera setelah menyusui harus disertakan dalam uji klinis
terdiagnosis dan tidak lebih dari 7 hari dari yang mengevaluasi penggunaan mAb anti
mulai bergejala.23 SARS-CoV-2 untuk pengobatan dan/atau
Menggunakan Antibodi Monoklonal Anti- pencegahan COVID-19. 20,23
SARS-CoV-2 pada Pasien yang dirawat di
Efek Samping
Rumah Sakit karena COVID-19
Antibodi monoklonal adalah Ig
Antibodi Monoklonal anti-SARS-CoV-
monoklonal terapeutik yang bekerja dengan
2 yang tersedia melalui FDA EUA tidak
mengikat sangat spesifik pada antigen
diizinkan untuk digunakan pada pasien
targetnya dan dengan berinteraksi dengan
berikut: 23
sistem kekebalan. Efek samping terutama
• Pasien yang dirawat di rumah sakit karena
terkait dengan mekanisme aksinya. Efek
COVID-19; atau
samping yang paling sering adalah reaksi
• Pasien yang membutuhkan terapi oksigen
infus. Pengawasan pasca-pemasaran sangat
karena COVID-19; atau
penting untuk mengidentifikasi reaksi yang
• Pasien yang menjalani terapi oksigen kronis
merugikan dan meningkatkan pengetahuan
karena penyakit penyerta yang
tentang mekanisme aksi mereka.²⁰
mendasarinya dan yang memerlukan
Hipersensitivitas, termasuk anafilaksis dan
peningkatan pemberian aliran oksigen dari
reaksi terkait infus, telah dilaporkan pada
awal karena COVID-19.
pasien yang menerima anti SARS-CoV-2
mAbs. Ruam, diare, mual, pusing, dan gatal-
Pertimbangan dalam Kehamilan
gatal juga telah dilaporkan.23
Penggunaan mAbs anti-SARS-CoV-2
dapat dipertimbangkan untuk ibu hamil
KESIMPULAN
dengan COVID-19, terutama yang memiliki
Penggunaan imunitas pasif terhadap
faktor risiko tambahan untuk penyakit berat.
sindrom pernapasan akut berat coronavirus 2
Sebagai imunoglobulin (Ig) G mAbs, mAbs
(SARS-CoV-2) untuk meningkatkan respons
anti-SARS CoV-2 resmi diharapkan dapat
imun humoral terhadap infeksi menjadi
melewati plasenta.20,23
prioritas evaluasi klinis pada pasien Covid-
Tidak ada data khusus kehamilan
19. Antibodi monoklonal yang menargetkan
tentang penggunaan mAbs namun, produk
protein spike SARS-CoV-2 telah
IgG lainnya telah digunakan dengan aman
menghasilkan hasil in vitro yang positif.
pada ibu hamil ketika penggunaannya
Mereka dianggap sebagai pendekatan yang
diindikasikan, mAb anti-SARS-CoV-2 tidak