Anda di halaman 1dari 11

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 1

Referat

Terapi Antibodi Monoklonal pada Pasien COVID-19


Muhammad Bagus HS1, Fenty Anggrainy1, Yessy Susanty Sabri1
1
Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UNAND

Abstrak
COVID-19 adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
sindrom pernapasan akut coronavirus 2 yang mengakibatkan lebih dari 5,4 juta kematian di
seluruh dunia. Penggunaan imunitas pasif untuk meningkatkan respons imun humoral terhadap
infeksi menjadi prioritas terapi pada pasien COVID-19. Plasma konvalesen, globulin imun, dan
antibodi monoklonal semuanya sedang dipelajari untuk meningkatkan respons imun. Antibodi
monoklonal (mAbs) dapat memberikan intervensi terapeutik yang efisien terhadap penyakit
tertentu, selain itu mAbs jauh lebih spesifik, tepat, dan aman dibandingkan dengan terapi plasma
konvalesen konvensional. Antibodi monoklonal yang menargetkan protein spike COVID-19
menunjukkan hasil in vitro yang baik dan dapat digunakan untuk mengelola pasien yang tidak
dirawat di rumah sakit dengan klinis ringan hingga sedang yang berisiko tinggi berkembang
menjadi berat.
Kata kunci: COVID 19, Antiboodi monoklonal

Abstract
COVID-19 is a highly contagious disease caused by the acute respiratory syndrome
coronavirus 2 viral which results in more than 5.4 million deaths worldwide. The use of passive
immunity to enhance the humoral immune response to infection is a priority for therapy in
COVID-19 patients. Convalescent plasma, immune globulins, and monoclonal antibodies are all
being studied to enhance immune responses. Monoclonal antibodies (mAbs) can provide an
efficient therapeutic intervention against certain diseases. In addition, mAbs are much more
specific, precise, and safe compared to conventional convalescent plasma therapy. Monoclonal
antibodies targeting the COVID-19 spike protein have yielded good in vitro results and can be
used to manage non-hospitalized patients with mild to moderate clinical risk who are at high risk
of developing severe disease

.
Keywords: COVID-19, monoclonal antibodies

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 2

antibodi monoklonal semuanya sedang


dipelajari sebagai cara untuk meningkatkan
Pendahuluan
respons imun terhadap SARS-CoV-2.⁶
Severe Acute Respiratory Syndrome
Antibodi monoklonal (mAbs) dapat
coronavirus 2 (SARS-CoV-2), yang
memberikan intervensi terapeutik yang
sebelumnya disebut sebagai 2019-nCoV,
efisien terhadap penyakit tertentu.7
merupakan virus yang menyebabkan
Antibodi monoklonal jauh lebih
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19).¹
spesifik, tepat, dan aman dibandingkan
COVID-19 adalah penyakit virus yang
dengan terapi plasma konvalesen
sangat menular yang disebabkan oleh
konvensional karena antibodi ini dapat
sindrom pernapasan akut SARS-CoV-2 yang
diisolasi dari darah pasien yang terinfeksi
mengakibatkan lebih dari 5,4 juta kematian
atau dapat direkayasa di laboratorium.
di seluruh dunia terutama varian delta yang
Vaksin COVID-19 yang aman dan efektif,
menyumbang banyak kasus.²
hingga saat ini, tetap menjadi pilihan terbaik
COVID-19 ditularkan ke individu yang
untuk melawan pandemi ini, mAbs dapat
sehat melalui tetesan udara kecil yang
membantu, terutama di tempat-tempat seperti
dihembuskan oleh orang yang terinfeksi,
panti jompo dan tempat-tempat di mana
kontak pribadi (berjabat tangan), dan dengan
penyebaran infeksi berlangsung cepat.⁷
menyentuh permukaan yang terkontaminasi
Antibodi monoklonal yang
kemudian masuk kedalam saluran
menargetkan protein spike SARS-CoV-2
pernapasan. Virus corona ini menjadi
telah menghasilkan hasil in vitro yang
patogen penyebab utama outbreak penyakit
positif, hal ini dianggap sebagai pendekatan
pernapasan.3
yang menjanjikan dalam mengelola pasien
Manifestasi klinis dari COVID-19
yang tidak dirawat di rumah sakit dengan
berubah dengan cepat dimana sebagian besar
COVID-19 ringan hingga sedang yang
pasien melaporkan demam atau dispnea.
berisiko tinggi mengembangkan penyakit
Sementara sebagian besar pasien memiliki
parah.⁹ Berdasarkan data tersebut, penulis
penyakit ringan, beberapa mungkin
tertarik membahas tentang terapi antibodi
mengembangkan komplikasi berat termasuk
monoklonal sebagai terapi COVID-19.
Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS)
dan kegagalan multi-organ.⁴,⁵ Definisi
Penggunaan imunitas pasif terhadap
Coronavirus adalah virus RNA untai
SARS-CoV-2 untuk meningkatkan respons
tunggal yang dapat menginfeksi hewan dan
imun humoral terhadap infeksi menjadi
manusia yang memiliki genom RNA positif-
prioritas evaluasi klinis pada pasien COVID-
sense yang tidak tersegmentasi, beruntai
19. Plasma konvalesen, globulin imun, dan
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
http://jurnal.fk.unand.ac.id 3

tunggal, sekitar 30 kb, dikelilingi oleh ekor lingkungan eksternal, dan berfungsi untuk
5′-cap dan 3′-poly(A).⁹ memproses udara yang dihirup yang
Coronavirus tergolong ordo mengandung bakteri dan virus dalam jumlah
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. besar.13
Struktur coronavirus membentuk struktur
Patofisiologi COVD-19 digambarkan
seperti kubus dengan protein S berlokasi di
dengan masuknya SARS-CoV-2 ke dalam sel
permukaan virus. Protein S atau spike protein
inang dengan mengikat spike atau protein S
merupakan salah satu protein antigen utama
(S1) ke angiotensin-converting enzyme 2
virus dan merupakan struktur utama untuk
(ACE2). Reseptor diekspresikan pada epitel
penulisan gen. Protein S ini berperan dalam
respiratorik, seperti sel epitel alveolus tipe II.
penempelan dan masuknya virus kedalam sel
Proses ini dimediasi oleh receptor-binding
host (interaksi protein S dengan reseptornya
domain (RBD) pada protein spike diikuti
di sel inang).10
oleh priming protein spike (S2) oleh host
Epidemiologi
transmembran serin protease 2 (TMPRSS2)
Kasus COVID 19 sudah tersebar
yang memfasilitasi masuknya sel dan
diseluruh dunia. Individu dari segala usia
replikasi virus berikutnya.14
berisiko tertular COVID 19 terutama yang
berusia ≥60 tahun dan pasien dengan
komorbiditas medis yang mendasari
(obesitas, penyakit kardiovaskular, penyakit
ginjal kronis, diabetes, penyakit paru kronis,
merokok, kanker, riwayat transplantasi organ
padat atau pasien transplantasi sel induk
hematopoietik) memiliki peningkatan risiko
terinfeksi COVID-19 yang berat. Persentase
pasien COVID-19 yang membutuhkan rawat Gambar 1. Gambar antibodi yang mengikat

inap enam kali lebih tinggi pada mereka yang permukaan virus, menghalangi masuknya ke dalam
sel manusia.
memiliki komorbid sebelumnya daripada
mereka yang tidak memiliki komorbid Dikutip dari (14)

(45,4% vs 7,6%).11,12
Antibodi monoklonal mencegah
Patogenesis Covid-19 dan Antibodi perlekatan virus dengan mengikat epitop
Monoklonal yang tidak tumpang tindih pada protein spike
permukaan RBD SARS-CoV-2 dengan
Paru adalah area terbesar tubuh yang
afinitas tinggi, sehingga menghalangi
terus-menerus bersentuhan dengan

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 4

pengikatan virus ke reseptor ACE2 juga dapat dibuat dengan rekayasa


manusia.¹⁴ molekuler.15
Antibodi monoklonal kemungkinan
Teknologi modern membantu dalam
besar membantu mengurangi viral load
identifikasi antibodi spesifik setelah
dengan mengganggu masuknya virus ke
produksi, isolasi, karakterisasi, dan
dalam sel dengan mengikat spike virus dan
pertumbuhannya di laboratorium sehingga
dengan demikian menghambat perlekatan
dapat digunakan berdasarkan tiga
virus ke reseptor permukaan sel atau dengan
persyaratan penting untuk menjadi obat:
menargetkan reseptor sel inang atau
keamanan, kemanjuran dan kualitas. 15
koreseptor, sehingga membuat tempat
pengikatan inang sel tidak tersedia untuk Antibodi monoklonal yang saat ini
SARS-CoV-2. Antibodi monoklonal dapat diuji terhadap COVID-19 dapat menetralkan
bertindak sebagai agen imunosupresif, aksi virus atau mengurangi proses inflamasi
membatasi kerusakan sel yang dimediasi akibat infeksi. Beberapa seperti
imun bawaan, dan berperan dalam bamlanivimab, sotrovimab dan siltuximab,
mengurangi morbiditas dan mortalitas.⁷ telah menerima izin penggunaan darurat.
Efek samping, bioavailabilitas yang tidak
Terapi Antibodi Monoklonal
dapat diprediksi, dan munculnya strain yang
Definisi resisten adalah batasan penting MAbs yang
Antibodi monoklonal (MAbs) diuji terhadap COVID-19.¹⁵
merupakan salah satu agen terapeutik baru
Konsep penggunaan MAb didasarkan
yang bermanfaat untuk mengobati penyakit
pada terapi protein dan dibandingkan dengan
menular seperti COVID-19, yang dianggap
protein dengan berat molekul rendah lainnya,
sangat spesifik. Antibodi monoklonal adalah
MAb memiliki presisi tinggi dalam
antibodi yang memiliki kemampuan meniru
menghasilkan manfaat dan juga memiliki
kerja sistem imun dalam melawan antigen
waktu paruh yang lebih lama.15
berbahaya yang dikembangkan di
laboratorium yang secara khusus Teknologi molekuler modern lebih
menargetkan patogen.15 lanjut telah menyesuaikan manfaat terapeutik
spesifik MAbs, meminimalkan
Antibodi monoklonal diproduksi oleh
imunogenisitas dan meningkatkan rasio
sel B dari tubuh orang setelah beberapa hari
risiko/manfaat, yang menjadi alasan MAbs
infeksi dan dapat diisolasi dari individu yang
mencapai tingkat persetujuan yang lebih baik
sudah sembuh, dapat dihasilkan di
(20%) dibandingkan dengan entitas kimia
laboratorium dengan imunisasi hewan dan
baru lainnya (5%).¹⁵

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 5

rumah sakit (berusia 12 tahun dan berat


badan 40 kg) dengan COVID-19 ringan
Guidline Terapi Antibodi Monoklonal
hingga sedang yang berisiko tinggi
pada Covid-19
mengalami perburukan klinis.
Genom SARS-CoV-2 mengkodekan 4 2. Pengobatan dengan anti-SARS-CoV-2
protein struktural utama: spike (S), envelope mAbs harus dimulai sesegera mungkin
(E), membran (M), dan nucleocapsid (N), setelah infeksi SARS-CoV-2 dikonfirmasi
serta protein nonstruktural dan aksesori. oleh tes antigen atau tes amplifikasi asam
Protein Spike selanjutnya dibagi menjadi 2 nukleat (NAAT) dan dalam waktu 10 hari
subunit, S1 dan S2, yang memediasi sejak timbulnya gejala.
perlekatan dan invasi sel inang. Melalui 3. Pengobatan dengan mAb anti-SARS-CoV-
receptorbinding domain (RBD), S1 2 harus dipertimbangkan untuk pasien
menempel pada angiotensin-converting dengan COVID-19 ringan hingga sedang
enzyme 2 (ACE2) pada sel inang; ini yang dirawat di rumah sakit karena alasan
memulai perubahan konformasi pada S2 selain COVID-19 jika mereka memenuhi
yang menghasilkan fusi membran sel inang kriteria Emergency Use Authorizations
virus dan entri virus. 22
(EUA) untuk perawatan rawat jalan.
4. Antibodi monoklonal Anti-SARS-CoV-2
Antibodi monoklonal yang
saat ini tidak diizinkan untuk digunakan
menargetkan protein spike telah terbukti
pada pasien yang dirawat di rumah sakit
memiliki manfaat klinis dalam mengobati
dengan COVID-19 yang parah; namun,
infeksi SARS-CoV-2. Beberapa mAb anti-
produk mungkin tersedia melalui program
SARS-CoV-2 telah ditemukan efektif
akses yang diperluas untuk pasien yang
sebagai post-exposure prophylaxis (PEP)
belum mengembangkan respons antibodi
setelah pajanan potensial.21 Antibodi
terhadap infeksi SARS-CoV-2 atau tidak
monoklonal anti-SARS-CoV-2 lainnya telah
diharapkan untuk meningkatkan respons
terbukti mengurangi risiko infeksi bila
imun yang efektif terhadap infeksi.
digunakan sebagai pre-exposure prophylaxis
5. Ketika kendala logistik atau pasokan
(PrEP).22
membuat tidak mungkin untuk
Rekomendasi: 22,23
menawarkan terapi yang tersedia untuk
semua pasien non-rumah sakit yang
1. Merekomendasikan penggunaan
memenuhi syarat.
sotrovimab 500 mg sebagai infus intravena
6. Tidak ada data tentang kombinasi
(IV) tunggal, diberikan sesegera mungkin
penggunaan agen antivirus dan mAb anti-
dan dalam waktu 10 hari sejak timbulnya
SARS-CoV-2 untuk pengobatan pasien
gejala, untuk pasien yang tidak dirawat di
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)
http://jurnal.fk.unand.ac.id 6

COVID-19 yang tidak dirawat di rumah pasien dengan infeksi Omicron. Data yang
sakit. Uji klinis diperlukan untuk mendukung Emergency Use Authorization
menentukan apakah terapi kombinasi ini (EUA) untuk sotrovimab berasal dari uji
berperan dalam pengobatan COVID-19. coba COMET-ICE Fase 3, yang mencakup
7. Pasien dengan imunokomprenmais pasien rawat jalan dengan COVID-19 ringan
mungkin mengalami replikasi SARS-CoV- hingga sedang yang berisiko tinggi untuk
2 yang berkepanjangan yang mengarah berkembang menjadi penyakit parah dan/atau
pada evolusi virus yang lebih cepat. Ada rawat inap.14,23
kekhawatiran bahwa penggunaan mAb Sebanyak 583 peserta diacak dalam
anti-SARS-CoV-2 tunggal pada pasien ini waktu 5 hari dari onset gejala untuk
dapat menyebabkan munculnya virus yang menerima sotrovimab 500 mg IV (n = 291)
resisten. Studi tambahan diperlukan untuk atau plasebo (n = 292). Titik akhir adalah
menilai risiko ini. Peran sotrovimab plus proporsi peserta yang dirawat di rumah sakit
terapi antivirus dalam mengobati COVID- selama 24 jam atau yang meninggal karena
19 belum diketahui sebab apa pun pada hari ke 29. Kejadian
akhir terjadi pada 3 dari 291 peserta (1%)
Uji coba terkontrol dengan plasebo
pada kelompok sotrovimab dan 21 dari 292
secara acak pada pasien yang tidak dirawat di
peserta (7%) pada kelompok plasebo (P =
rumah sakit yang memiliki gejala COVID-19
0,002), menghasilkan pengurangan absolut
ringan hingga sedang dan faktor risiko
6% dan pengurangan relatif 85% dalam
tertentu untuk perburukan penyakit,
rawat inap atau kematian terkait dengan
penggunaan mAb anti SARS-CoV-2
sotrovimab. Saat ini sotrovimab belum
mengurangi risiko rawat inap dan kematian.
tersedia di Indonesia.23,24
Studi-studi ini dilakukan sebelum peredaran
luas Variant Of Concren (VOC) Delta dan
Bamlanivimab Plus Etesevimab
Omicron. Dampak potensial dari varian ini
Distribusi luas bamlanivimab plus
dan kerentanannya terhadap berbagai mAb
etesevimab telah dihentikan sementara di
anti-SARS-CoV 2 yang disahkan Food and
Amerika Serikat karena varian Omicron telah
Drug Administration (FDA) dibahas di
secara nyata mengurangi kerentanan in vitro
bawah ini.
terhadap rejimen mAb ini.16,23
Sebelum penyebaran varian Omicron, uji
Sotrovimab
coba Fase 3 BLAZE 1 telah menunjukkan
Sotrovimab mempertahankan aktivitas
manfaat klinis bamlanivimab plus
in vitro terhadap varian Omicron dan
etesevimab pada orang dengan COVID-19
diharapkan memberikan manfaat klinis pada
ringan hingga sedang yang berisiko tinggi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 7

untuk berkembang menjadi penyakit parah Kumpulan analisis lengkap yang


dan/atau rawat inap. Kombinasi dimodifikasi termasuk peserta berusia 18
bamlanivimab + etesevimab sedang tahun yang memiliki hasil PCR positif
dilakukan uji klinis di Indonesia. 23,24 SARS-CoV-2 secara acak dan yang memiliki
Casirivimab Plus Imdevimab 1 faktor risiko untuk berkembang menjadi
Distribusi luas casirivimab plus COVID-19 yang parah. Hasilnya
imdevimab telah dihentikan sementara di menunjukkan pengurangan absolut 2,2% dan
Amerika Serikat karena varian Omicron telah pengurangan relatif 70% dalam rawat inap
secara nyata mengurangi kerentanan in vitro atau kematian dengan menerima casirivimab
terhadap rejimen mAb ini. 14,23 600 mg ditambah imdevimab 600 mg.23
Sebelum penyebaran varian Omicron, Hasil untuk dosis casirivimab plus
FDA telah mengizinkan penggunaan imdevimab yang lebih tinggi sebanding:
casirivimab 600 mg ditambah imdevimab pengurangan absolut 3,3% dan pengurangan
600 mg yang diberikan sebagai infus IV relatif 71% dalam rawat inap atau kematian
tunggal untuk pengobatan orang dengan di antara pasien yang menerima casirivimab
COVID-19 ringan hingga sedang yang 1,200 mg ditambah imdevimab 1,200 mg. 23
berisiko tinggi untuk berkembang menjadi Kekuatan bukti penggunaan mAb anti-
parah dan/atau rawat inap. 17,23 SARS-CoV-2 bervariasi tergantung pada
Food and Drug Administration juga kondisi medis dan faktor lain yang
mengizinkan injeksi subkutan dari rejimen menempatkan pasien pada risiko tinggi untuk
jika infus IV tidak dapat diberikan atau akan berkembang menjadi COVID-19 parah
menunda pengobatan. Pemberian casirivimab dan/atau rawat inap. Peringkat untuk
plus imdevimab memerlukan 4 suntikan (2,5 rekomendasi penggunaan anti-SARS-CoV-2
mL per injeksi) di 4 tempat yang berbeda. 23 mAbs sebagai pengobatan didasarkan pada
Rekomendasi untuk menggunakan kriteria FDA dan EUA untuk
dosis rendah casirivimab 600 mg ditambah mengidentifikasi individu berisiko tinggi.
imdevimab 600 mg IV didasarkan pada data Kriteria tersebut meliputi kondisi berikut dan
dari double-blind randomized placebo- faktor lainnya 17,23:
controlled trial fase 3 pada pasien rawat • Berusia 65 tahun
jalan dengan COVID-19 ringan hingga • Obesitas (BMI >30)
sedang. Percobaan ini mengevaluasi dosis • Diabetes
yang berbeda dari casirivimab plus • Penyakit kardiovaskular (termasuk penyakit
imdevimab yang diberikan sebagai infus IV jantung bawaan) atau hipertensi.
tunggal.17,23 • Penyakit paru kronis (mis., penyakit paru
obstruktif kronik, asma sedang hingga berat,

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 8

penyakit paru interstisial, fibrosis kistik, sindrom genetik atau metabolik dan anomali
hipertensi pulmonal). kongenital yang parah)
Kondisi atau faktor lain yang memiliki • Ketergantungan teknologi terkait medis
representasi terbatas pada pasien dalam uji (misalnya, trakeostomi, gastrostomi, atau
klinis tetapi dianggap sebagai faktor risiko ventilasi tekanan positif yang tidak terkait
untuk perkembangan COVID-19 yang parah dengan COVID-19)
oleh pusat pengendalian dan encegahan • Bayi berusia <1 tahun.
penyakit23: Terdapat juga mAb yang sedang
• Kondisi imunokompromis atau pengobatan dilakukan uji klinis di sembilan rumah sakit
imunosupresif di Indonesia yaitu vilobelimab. Regdanvimab
• Kelebihan berat badan (BMI 25–30) juga termasuk mAb yang sudah dilakukan
sebagai satu-satunya faktor risiko penelitian di Korea. Direkomendasikan untuk

• Penyakit ginjal kronis


Gambar 2. Algoritma penanganan pasien COVID-19
Dikutip dari (24)

 Kehamilan
pasien COVID-19 dewasa yang termasuk
• Penyakit sel sabit
klinis ringan, tidak memerlukan oksigen
• Gangguan perkembangan saraf (misalnya,
tetapi
serebralpalsi) atau kondisi lain yang
memberikan kompleksitas medis (misalnya,

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 9

berisiko tinggi menjadi berat. Dosis yang dapat dihentikan pemberiannya pada ibu
direkomendasikan adalah 40mg/kgBB secara hamil. Jika memungkinkan, ibu hamil dan
intravena, diberikan segera setelah menyusui harus disertakan dalam uji klinis
terdiagnosis dan tidak lebih dari 7 hari dari yang mengevaluasi penggunaan mAb anti
mulai bergejala.23 SARS-CoV-2 untuk pengobatan dan/atau
Menggunakan Antibodi Monoklonal Anti- pencegahan COVID-19. 20,23
SARS-CoV-2 pada Pasien yang dirawat di
Efek Samping
Rumah Sakit karena COVID-19
Antibodi monoklonal adalah Ig
Antibodi Monoklonal anti-SARS-CoV-
monoklonal terapeutik yang bekerja dengan
2 yang tersedia melalui FDA EUA tidak
mengikat sangat spesifik pada antigen
diizinkan untuk digunakan pada pasien
targetnya dan dengan berinteraksi dengan
berikut: 23
sistem kekebalan. Efek samping terutama
• Pasien yang dirawat di rumah sakit karena
terkait dengan mekanisme aksinya. Efek
COVID-19; atau
samping yang paling sering adalah reaksi
• Pasien yang membutuhkan terapi oksigen
infus. Pengawasan pasca-pemasaran sangat
karena COVID-19; atau
penting untuk mengidentifikasi reaksi yang
• Pasien yang menjalani terapi oksigen kronis
merugikan dan meningkatkan pengetahuan
karena penyakit penyerta yang
tentang mekanisme aksi mereka.²⁰
mendasarinya dan yang memerlukan
Hipersensitivitas, termasuk anafilaksis dan
peningkatan pemberian aliran oksigen dari
reaksi terkait infus, telah dilaporkan pada
awal karena COVID-19.
pasien yang menerima anti SARS-CoV-2
mAbs. Ruam, diare, mual, pusing, dan gatal-
Pertimbangan dalam Kehamilan
gatal juga telah dilaporkan.23
Penggunaan mAbs anti-SARS-CoV-2
dapat dipertimbangkan untuk ibu hamil
KESIMPULAN
dengan COVID-19, terutama yang memiliki
Penggunaan imunitas pasif terhadap
faktor risiko tambahan untuk penyakit berat.
sindrom pernapasan akut berat coronavirus 2
Sebagai imunoglobulin (Ig) G mAbs, mAbs
(SARS-CoV-2) untuk meningkatkan respons
anti-SARS CoV-2 resmi diharapkan dapat
imun humoral terhadap infeksi menjadi
melewati plasenta.20,23
prioritas evaluasi klinis pada pasien Covid-
Tidak ada data khusus kehamilan
19. Antibodi monoklonal yang menargetkan
tentang penggunaan mAbs namun, produk
protein spike SARS-CoV-2 telah
IgG lainnya telah digunakan dengan aman
menghasilkan hasil in vitro yang positif.
pada ibu hamil ketika penggunaannya
Mereka dianggap sebagai pendekatan yang
diindikasikan, mAb anti-SARS-CoV-2 tidak

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 10

menjanjikan dalam mengelola pasien yang Monoclonal Antibody for


tidak dirawat di rumah sakit dengan COVID- Hospitalized Patients with Covid-19.
N Engl J Med. 2021 Mar
19 ringan hingga sedang yang berisiko tinggi
11;384(10):905-14.
mengembangkan penyakit parah. 7. Deb P, Molla MMA, Saif-Ur-
DAFTAR PUSTAKA Rahman KM. An update to
monoclonal antibody as therapeutic
1. Chavez S, Long B, Koyfman A, option against COVID-19. Biosaf
Liang SY. Coronavirus Disease Health. 2021 Apr;3(2):87-91.
(COVID-19): A primer for 8. Aleem A, Slenker AK. Monoclonal
emergency physicians. Am J Emerg Antibody Therapy For High-Risk
Med [Internet]. 2020;(xxxx). Coronavirus (COVID 19) Patients
Available from: With Mild To Moderate Disease
https://doi.org/10.1016/j.ajem.2020.0 Presentations. [Updated 2021 Oct
3.036 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
2. Cascella M, Rajnik M, Aleem A, et Island (FL): StatPearls Publishing;
al. Features, Evaluation, and 2021 Jan-. Available from:
Treatment of Coronavirus (COVID- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
19) [Updated 2021 Sep 2]. In: NBK570603/
StatPearls [Internet]. Treasure Island 9. Dhama K, Khan S, Tiwari R, Sircar
(FL): StatPearls Publishing; 2021 S, Bhat S, Malik YS et al.
Jan-. Available from: Coronavirus Disease 2019-COVID-
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ 19. Clin Microbiol Rev. 2020 Jun
NBK554776/ 24;33(4):e00028-35.
3. Eedara BB, Alabsi W, Encinas- 10. Shen K, Yang Y, Wang T, Zhao D,
Basurto D, Polt R, Ledford JG et al. Jiang Y, Jin R, et al. Diagnosis,
Inhalation Delivery for the Treatment treatment, and prevention of 2019
and Prevention of COVID-19 novel coronavirus infection in
Infection. Pharmaceutics. 2021 Jul children: experts’ consensus
14;13(7):1077-80 statement. World J Pediatr.
4. Dhont S, Derom E, Van Braeckel E, 2020;16(3):223–31.
Depuydt P, Lambrecht BN. The 11. World Health Organization. COVID-
pathophysiology of “happy” 19 weekly epidemiological update.
hypoxemia in COVID-19. Respir World Heal Organ [Internet]. 2021;
Res. 2020;21(1):198-3 (58):1–23. Available from:
5. Shen K, Yang Y, Wang T, Zhao D, https://www.who.int/publications/m/i
Jiang Y, Jin R, et al. Diagnosis, tem/covid-19-weekly-
treatment, and prevention of 2019 epidemiological-update
novel coronavirus infection in 12. Stokes EK, Zambrano LD, Anderson
children: experts’ consensus KN, Marder EP, Raz KM, El Burai et
statement. World J Pediatr [Internet]. al. Coronavirus Disease 2019 Case
2020;16(3):223–31. Surveillance — United States,
6. Lundgren JD, Grund B, Barkauskas January 22–May 30, 2020. MMWR
CE, Holland TL, Gottlieb RL, Morb Mortal Wkly Rep.
Sandkovsky U et al. A Neutralizing 2020;69(24):759–65.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 11

13. Khalaf K, Papp N, Chou JT, Hana D, potentielles des anticorps


Mackiewicz A, Kaczmarek M. monoclonaux [Mechanism of action
SARS-CoV-2: Pathogenesis, and and adverse effects of monoclonal
Advancements in Diagnostics and antibodies]. Med Sci (Paris). 2019
Treatment. Front Immunol. 2020 Oct Dec;35(12):1114-20
6;11:570927-31. 21. Cohen MS, Nirula A, Mulligan MJ, et
14. Aleem A, Slenker AK. Monoclonal al. Effect of bamlanivimab vs placebo
Antibody Therapy For High-Risk on incidence of COVID-19 among
Coronavirus (COVID 19) Patients residents and staff of skilled nursing
With Mild To Moderate Disease and assisted living facilities: a
Presentations. [Updated 2021 Oct randomized clinical trial. JAMA.
26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure 2021;326(1):46-55.
Island (FL): StatPearls Publishing; 22. AstraZeneca Pharmaceuticals LP.Fact
2021 Jan-. Available from: sheet for healthcare providers:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ emergency use authorization for
NBK570603/ Evusheld (tixagevimab co-packaged
15. Asdaq SMB, Rabbani SI, Alkahtani with cilgavimab). Wilmington.
M, Aldohyan MM, Alabdulsalam 2021;1-27.
AM, Alshammari MSet al. N. A 23. National Institutes of Health.
Patent Review on the Therapeutic Coronavirus Disease 2019 (COVID-
Application of Monoclonal 19) Treatment Guidelines.US
Antibodies in COVID-19. Int J Mol Government. 2022;p236-9
Sci. 2021 Nov 4;22(21):11953 - 57 24. PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN,
16. Food and Drug Administration.Fact IDAI. PEDOMAN
Sheet For Health Care Providers TATALAKSANA COVID-19.Edisi
Emergency Use Authorization (EUA) 4.Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI,
of Bamlamivimab and Etesevimab. PERDATIN, IDAI; 2022.h.43-53.
The U.S.FDA.2020;1`-45.
17. Food and Drug Administration .Fact
Sheet For Health Care Providers
Emergency Use Authorization (EUA)
of Casirivimab and Imdevimab.The
U.S.FDA.2020;1-54.
18. Food and Drug Administration .Fact
Sheet For Health Care Providers
Emergency Use Authorization (EUA)
of Sotrovimab.The U.S.FDA.2021;1-
37.
19. Ryman JT, Meibohm B.
Pharmacokinetics of Monoclonal
Antibodies. CPT Pharmacometrics
Syst Pharmacol. 2017 Sep;6(9):576-
88
20. Bejan-Angoulvant T, Alexandre J.
Mécanismes d’action et toxicités

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

Anda mungkin juga menyukai