Anda di halaman 1dari 8

Majalah Kedokteran Andalas http://jurnalmka.fk.unand.ac.

id
Vol. 44, No. 2, Juli 2021 Hal. 104-111

ARTIKEL PENELITIAN
Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Gejala Dengan Kejadian COVID-
19 di Sumatera Barat
Nia Ayuni Putri1, Andani Eka Putra2, Rinang Mariko3
1.Program Studi Magister Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas; 2. Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Indonesia; 3. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas/RSUP Dr. M.Djamil, Padang, Indonesia

Korespondensi: niaayuniputri27@gmail.com

Abstrak
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan karakteristik berupa usia, jenis kelamin dan
gejala dengan kejadian COVID-19 di Sumatera Barat. Metode: Case Control Study dengan sampel
berupa spesimen swab nasofaring Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi (LPDRPI)
yang diisolasi dan diperoleh isolat RNA virus. Isolat yang diperoleh kemudian diamplifikasi dengan
metode qRT-PCR. Hasil: Tidak ada hubungan antara karakteristik jenis kelamin dengan kejadian
COVID-19 dimana nilai P value yaitu 0,485 dan lebih besar dari 0,05 (Ho ditolak). Sedangkan terdapat
hubungan antara karakteristik usia dan gejala terhadap kejadian COVID-19 dimana nilai P value yaitu
0,000 dan 0,036 yang lebih kecil dari 0,05 (Ho diterima). Kesimpulan: Laki-laki maupun perempuan
memiliki probabilitas yang sama untuk terinfeksi COVID-19. Kelompok usia <50 tahun lebih berisiko
terinfeksi COVID-19 daripada kelompok usia ≥50 tahun. Lebih banyak orang tanpa gejala daripada
orang dengan gejala yang terinfeksi COVID-19.
Kata kunci: COVID-19;Virus;Infeksi

Abstract
Objective: Therefore, this study aims to see the relationship of characteristics such as age, sex and
symptoms with the incidence of COVID-19 in West Sumatra. Method: Case Control Study with the
samples is nasopharyngeal swab specimens from Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit
Infeksi (LPDRPI) isolated and viral RNA isolates were obtained. The isolates then amplified using the
qRT-PCR method. Results: There is no relationship between gender characteristics and the incidence
of COVID-19 where the P value is 0.485 and bigger than 0.05 (Ho is rejected). Meanwhile, there is a
relationship between age characteristics and symptoms on the incidence of COVID-19 where the P
values are 0.000 and 0.036 which are smaller than 0.05 (Ho is accepted). Conclusion: Men and women
have the same probability of being infected with COVID-19. The age group <50 years is more at risk of
being infected with COVID-19 than the age group 50 years. More people without symptoms than
people with symptoms are infected with COVID-19.
Keywords: COVID-19; Virus; Infection

p-ISSN: 0126-2092
e-ISSN: 2442-5230
Vol.41
No.2
2021

PENDAHULUAN (E) dan Nukleokapsid (N). Protein S


Pandemi COVID-19 atau Coronavirus merupakan tonjolan dari envelop yang
Diseases 2019 adalah wabah yang pertama berperan penting dalam proses
kali muncul pada akhir tahun 2019 di kota penempelan dengan reseptor spesifik
Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok. Pada host. Protein S pada SARS-CoV sama
awal tahun 2020, wabah ini mulai dengan yang dimiliki SARS-CoV-2 dan
menyebar ke berbagai negara termasuk protein ini memiliki reseptor spesifik yaitu
Indonesia. Pada tanggal 2 Maret 2020, reseptor ACE2 (Angiotensin I Converting
Indonesia mengumumkan kasus COVID-19 Enzyme 2).5
pertama yaitu ibu dan anak yang tertular SARS-CoV-2 merupakan virus yang sangat
setelah berkontak dengan warga negara dinamis dan mudah untuk bermutasi.
Jepang. Berdasarkan data dari Coronavirus Penelitian terbaru menemukan bahwa
Update Worldwide, sampai tanggal 17 terdapat variasi dari sekuen SARS-CoV-2.
September 2020, Indonesia telah Dari analisa isolat RNA ditemukan
melaporkan sebanyak 232.628 kasus beberapa region genom yang dapat
positif, yang menjadikan Indonesia sebagai meningkatkan variasi genetik.6 Satu dari
negara kedua terbanyak kasus positif di beberapa variasi protein S adalah D614G
Asia Tenggara setelah Filipina. Sedangkan pada bagian ujung karboksil pada domain
angka kematian yang diakibatkan oleh S1.7 Mutasi ini terjadi akibat dari
COVID-19 mencapai 9.222 kematian. penambahan glisin pada residu 614 (G614)
Berdasarkan data tersebut terlihat mencapai 70%. Mutasi ini menunjukkan
kejadian kasus COVID-19 terus meningkat penularan yang lebih signifikan
dan suslit untuk dikendalikan. Pandemi dibandingkan dengan D614. Mutasi yang
COVID-19 disebabkan oleh patogen berupa terjadi dapat meningkatkan viral load pada
virus corona yang termasuk ke dalam famili pasien COVID-19.
virus RNA rantai tunggal yang belum
pernah terdeteksi sebelumnya sehingga Infeksi COVID-19 ditularkan melalui
dinamakan novel coronavirus. Namun, droplet yang berasal dari proses batuk
setelah diidentifikasi lebih lanjut diketahui maupun bersin individu dengan gejala,
bahwa virus ini memiliki homologi > 95% tetapi infeksi juga dapat ditularkan oleh
dengan virus corona pada kelelawar dan individu tanpa gejala. Karena, Droplet
memiliki kemiripan sebesar > 70% dengan dapat menyebar hingga 1-2 meter dan
SARS-CoV.1 Sehingga virus ini ditetapkan virus yang terkandung didalamnya dapat
sebagai Severe Acute Respiratory bertahan selama beberapa hari, namun
Syndrome Corona Virus 2 atau SARS-CoV- virus ini dapat dihancurkan dengan
2. desinfektan.8 Infeksi dapat terjadi karena
menghirup droplet atau menyentuh
Spesies SARS-CoV-2 kemungkinan berasal permukaan benda yang terkontaminasi
dari Rhinolophus affinis.2 Dengan droplet. Penularan virus bisa melalui
intemediate host adalah trenggiling (Manis mukosa hidung, mulut dan mata.9
javanica).3 Reseptor terhadap SARS-CoV-2 Penularan COVID-19 tidak terbatas pada
terdapat pada beberapa hewan dan kelompok usia tertentu, yang berarti
ditemukan juga pada manusia.4 Partikel infeksi dapat terjadi pada semua kelompok
virus memiliki struktur yang terdiri dari usia.10 Menurut penelitian yang
protein Spike (S), Membran (M), Envelop membandingkan viral load pada berbagai

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 105


Vol.41
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No.2
2021

jenis sampel, menunjukkan bahwa viral Kedokteran, Universitas Andalas, Padang.


load dari swab nasofaring lebih tinggi Koleksi spesimen yang memenuhi kriteria
dibandingkan dengan swab tenggorokan, inklusi akan dipisahkan dari spesimen
namun tidak ditemukan perbedaan yang lainnya dengan cara pemeriksaan dan
signifikan antara individu dengan gejala pencocokan spesimen dengan data pasien
maupun pada individu tanpa gejala.11 yang bersangkutan. Spesimen yang telah
memenuhi kriteria akan menjadi sampel
Insiden COVID-19 di Indonesia
dalam penelitian ini. Data hasil penelitian
terus meningkat diikuti dengan angka
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
kematian yang semakin tinggi. Meskipun
Data kuantitaif dianalisa menggunakan
pemerintah telah berupaya mengeluarkan
SPSS dengan pengujian hipotesis dengan
kebijakan untuk menekan angka tersebut.
Uji Chi Square.
Sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 1984
bahwa pemerintah bertanggung jawab
melakukan usaha penyelesaian wabah Alat dan Bahan
seperti pelacakan epidemiologis, Alat yang digunakan berupa BSC,
pengecekan, penyembuhan, pemeliharaan mikropipet, tip filter, rak microtube,
serta pengasingan pengidap seperti microtube, spin column, collection tube,
karantina. Namun, terdapat banyak faktor beaker glass, spin down, vortex, sentrifus,
yang mengakibatkan wabah COVID-19 inkubator, stopwatch, Biorad CFX96 Touch
menjadi sulit dikendalikan. Faktor Real-Time PCR. Bahan yang digunakan
penghambat tersebut dapat berupa mutasi berupa etanol absolut, alkohol 70%,
virus maupun mutasi reseptor pada desinfektan, kit isolasi RNA (KH Medical
manusia itu sendiri. Maka dari itu RADI PREP Swab DNA/RNA KIT), kit PCR (SD
penelitian ini perlu dilakukan untuk Biosensor STANDARD M nCoV Real-Time
mengetahui gambaran dari epidemi Detection Kit).
COVID-19 di Sumatera Barat.
Pemeriksaan COVID-19
Sampel swab nasofaring yang masuk ke
METODE Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset
Penelitian ini merupakan penelitian Penyakit Infeksi biasanya disimpan dalam
observasional dengan menggunakan tabung yang telah berisi VTM. Kemudian
desain penelitian case control yaitu untuk dipipet sekitar 200 ul sampel untuk
mengetahui hubungan karakteristik usia, diisolasi RNA virusnya dengan mengikuti
jenis kelamin dan gejala dengan kejadian prosedur kit KH Medical RADI PREP Swab
COVID-19 di Sumatera Barat. Teknik DNA/RNA KIT. Selanjutnya dilakukan
pengambilan sampel menggunakan teknik amplifikasi RNA virus menggunakan qRT-
consecutive sampling yaitu spesimen PCR (Biorad CFX96 Touch Real-Time PCR).
koleksi swab nasofaring yang memenuhi Pembuatan mix mengikuti prosedur dari
kriteria inklusi dimasukkan kedalam SD Biosensor STANDARD M nCoV Real-
subyek penelitian sampai jumlah sampel Time Detection Kit dengan komposisi 20 ul
tercapai. Tahapan pengambilan sampel mix ditambah 10 ul isolat untuk satu reaksi
berupa, sampel swab nasofaring yang sehingga volume total menjadi 30 ul.
masuk ke Laboratorium Pusat Diagnostik Kemudian data individu yang memiliki
dan Riset Penyakit Infeksi, Fakultas hasil qRT-PCR positif akan dianalisa untuk

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 106


Vol.41
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No.2
2021

memperoleh karakteristik berupa jenis yaitu 0,000 dan 0,036 yang lebih kecil dari
kelamin, usia dan gejala yang dialami oleh 0,05 (Ho diterima). Meskipun berdasarkan
individu tersebut. Gambar 1 jumlah perempuan yang
terinfeksi lebih banyak daripada laki-laki
namun perbedaan ini tidak berarti setelah
HASIL DAN PEMBAHASAN dianalisa secara statistik. Hal ini tidak
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian
sesuai dengan literatur yang mengatakan
dengan kejadian COVID-19
Hasil Pemeriksaan COVID- bahwa laki-laki lebih berpeluang terinfeksi
Karakteristik 19 daripada perempuan. Berdasarkan studi
Positif % P value meta analisis yang menghubungkan jenis
Jenis Kelamin kelamin dengan risiko infeksi COVID-19
Laki-laki 34 46 0,485 diketahui bahwa laki-laki 28% lebih
Perempuan 40 54
berisiko terinfeksi dibandingkan dengan
Usia
<50 67 91 0,000 perempuan. Sebanding dengan hubungan
≥50 7 9 jenis kelamin terhadap mortalitas yang
Gejala menunjukkan bahwa laki-laki lebih
Ada 28 38 0,036 berisiko mengalami kematian 1,86%
Tidak Ada 46 62 dibandingkan dengan wanita.12
*P Value < 0,05 = Ho diterima, P Value > 0,05 = Ho
ditolak Laki-laki diketahui memiliki ekspresi ACE2
yang lebih tinggi, hal ini terkait hormon
seksual yang menyebabkan laki-laki lebih
berisiko untuk terinfeksi SARS-CoV-2.
Ekspresi ACE2 dikode oleh gen yang
terdapat pada kromosom X, perempuan
merupakan heterozigot sedangkan laki-
laki homozigot, sehingga berpotensi
meningkatkan ekspresor ACE2. Infeksi
SARS-CoV-2 dan beberapa gejala klinis
lainnya mampu dinetralkan karena
perempuan membawa alel X heterozigot
yang disebut diamorfisme seksual. 13 Hasil
penelitian tidak sesuai dengan literatur
bisa dikarenakan ketidakseimbangan
Gambar 1. Perbandingan jenis kelamin jumlah sampel antara jenis kelamin laki-
dengan kejadian COVID-19 laki dan perempuan yang terlibat dalam
penelitian ini. Karena berdasarkan data
jumlah laki-laki yang menjadi sampel
Berdasarkan Tabel 1 menujukkan bahwa penelitian lebih sedikit dibandingkan
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perempuan.
dengan kejadian COVID-19 dimana nilai P
value yaitu 0,485 dan lebih besar dari 0,05
(Ho ditolak). Sedangkan terdapat
hubungan antara usia dan gejala terhadap
kejadian COVID-19 dimana nilai P value

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 107


Vol.41
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No.2
2021

komorbid dan beberapa penyebab lainnya


yang meningkatkan risiko kematian.

A B

Gambar 2. Perbandingan kelompok usia


dengan kejadian COVID-19

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


jumlah kelompok usia <50 tahun lebih
banyak terinfeksi COVID-19 daripada
kelompok usia >50 tahun (Gambar 2).
Secara statistik antara kedua kelompok
memiliki perbedaan yang signifikan. Studi
sebelumnya yang menghubungkan faktor
usia dengan mortalitas membagi usia ke
dalam dua kelompok yaitu usia <50 tahun
dan usia >50 tahun. Hasil dari penelitian
tersebut berupa, kelompok usia >50 tahun Gambar 3. Perbandingan (A) kemunculan
yang terinfeksi COVID-19 memiliki risiko gejala dengan kejadian COVID-19 (B) Jenis
mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan gejala yang muncul
dengan kelompok usia <50 tahun.12
Terdapat hubungan antara usia dengan
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
tingkat imunitas alami, dimana individu
bahwa dari semua individu yang memiliki
berusia lanjut lebih memiliki
hasil pemeriksaan qRT-PCR positif, jumlah
kecenderungan untuk terinfeksi seiring
individu bergejala lebih sedikit
dengan menurunnya imunitas alami.14
dibandingkan dengan individu tanpa
Selain itu, individu berusia lanjut telah
gejala (Gambar 3 A). Setelah dianalisa
banyak mengkonsumsi obat atau
secara statistik juga terdapat perbedaan
mengkonsumsi beberapa jenis obat dalam
yang signifikan antara dua kelompok
waktu yang bersamaan dalam upaya
(Tabel 1). Hal ini menandakan orang yang
terapi komorbid yang mengakibatkan
terlihat sehat lebih banyak yang terinfeksi
penurunan fungsi organ.15 Studi terbaru
COVID-19 dan cenderung lebih mudah
menjelaskan bahwa pasien dengan usia
menginfeksi orang lain karena orang-
>50 tahun kemungkinan mengalami
orang tanpa gejala ini tidak melakukan
ekspresi ACE2 yang berlebihan sebagai
isolasi dan tetap beraktivitas seperti biasa.
akibat dari penurunan imunitas,
Berdasarkan Gambar 3 B diketahui bahwa
penurunan fungsi organ, kehadiran
dari 74 individu positif COVID-19 yang
menjadi sampel dalam penelitian ini

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 108


Vol.41
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No.2
2021

diketahui bahwa gejala utama yang paling Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien
sering dialami adalah batuk kering, dengan infeksi akut saluran napas atas
anosmia dan demam. Meskipun ada tanpa komplikasi, biasanya disertai
beberapa gejala lain seperti flu, meriang, dengan demam, fatigue, batuk kering,
sesak napas, lesu, batuk berdahak dan batuk berdahak, anoreksia, malaise, nyeri
mual muntah namun kehadirannya tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit
cenderung lebih rendah dibandingkan kepala. Dan pasien tidak membutuhkan
dengan tiga gejala tersebut. suplementasi oksigen. Pada beberapa
kasus pasien juga mengeluhkan diare dan
Hasil peneltian sesuai dengan penelitian
muntah. Pasien COVID-19 dengan
sebelumnya yang menunjukkan bahwa
pneumonia berat ditandai dengan
gejala tersering adalah demam, batuk
demam, kemudian gejala lain berupa
kering, dan fatigue, data tersebut
frekuensi pernapasan >30 kali per menit,
dihimpun dari 55.924 kasus. Gejala lain
distres pernapasan berat, atau saturasi
yang dapat ditemukan adalah batuk
oksigen 93%.19
produktif, sesak napas, sakit tenggorokan,
nyeri kepala, mialgia atau artralgia, Perjalanan penyakit dimulai dengan masa
menggigil, mual atau muntah, kongesti inkubasi sekitar 3-14 hari (median 5 hari).
nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, Pada masa tersebut kadar leukosit dan
dan kongesti konjungtiva. Lebih dari 40% limfosit dalam darah masih tergolong
demam pada pasien COVID-19 memiliki normal sehingga pasien tidak
suhu puncak antara 38-39°C, sementara menunjukkan gejala. Pada fase berikutnya
34% mengalami demam suhu lebih dari (gejala awal), virus akan menyebar melalui
39°C.16 Menurut penelitian lain, sebagian aliran darah, terutama pada jaringan yang
besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 mengekspresi ACE2 seperti paru-paru,
menunjukkan gejala-gejala pada sistem saluran cerna dan jantung. Gejala pada
pernapasan seperti demam, batuk, bersin, fase kedua umumnya berupa gejala
dan sesak napas.17 ringan. Serangan kedua terjadi empat
hingga tujuh hari setelah timbul gejala
Penelitian mengenai manifestasi klinis
awal. Pada tahap tersebut pasien akan
pasien COVID-19 menunjukkan bahwa
mengalami demam dan mulai sesak,
penyakit ini memiliki spektrum yang luas,
perburukan lesi paru-paru, dan penurunan
mulai dari tanpa gejala (asimtomatik),
limfosit. Inflamasi ditandai dengan mulai
gejala ringan, pneumonia, pneumonia
terjadi hiperkoagulasi. Inflamasi yang tidak
berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis.
terkontrol, akan mengakibatkan badai
Terdapat sekitar 80% kasus yang tergolong
sitokin penyebab ARDS, sepsis, serta
ringan sampai sedang, 13,8% mengalami
komplikasi lainnya.20
gejala berat, dan sebanyak 6,1% masuk ke
dalam kategori kritis. Untuk besar proporsi
infeksi asimtomatik belum diketahui
sampai saat ini.9 Viremia dan viral load
yang tinggi dari swab nasofaring pada
pasien yang asimptomatik telah
dilaporkan.18

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 109


Vol.41
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No.2
2021

SIMPULAN berisiko terinfeksi COVID-10 serta individu


Berdasarkan hasil peneltian ini diketahui tanpa gejala lebih banyak terinfeksi COVID-
bahwa laki-laki dan perempuan sama- 19. Hal ini perlu menjadi perhatian bahwa
sama berisiko terinfeksi COVID-19. semua orang harus meningkatkan
Sedangkan pada karakteristik usia dan kewaspadaan terhadap COVID-19 dan
gejala, rentang usia <50 tahun lebih tetap menjaga jarak satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA 8. Kampf G, Todt D, Pfander S dan


1. Singhal T. A Review of Coronavirus Steinmann E. Persistence of
Disease-2019 (COVID-19). The Indian J. Coronavirus on Inanimate Surfaces
of Pediatrics; 2020. 8 (4) : 281-286. and its Inactivation with Biocidal
2. Zhou P, Yang XL, Wang XG, Hu B, Zhang Agents. J. Hosp Infect; 2020.
L dan Zhang W. A pneumonia outbreak 9. WHO. Situations Report.
associated with a new coronavirus of http://www.who.int/emergencies/dis
probable bat origin. Nature; 2020. eases/novel-coronavirus-
3. Liu P, Chen W dan Chen JP. Viral 2019/situations-reports/. 2019.
metagenomics revealed Sendai virus Diakses 19 September 2020.
and coronavirus infection of Malayan 10. Andersen KG, A. Rambaut, W.I. Lipkin,
pangolins (Manis javanica). Viruses; E.C. Holmes dan R.F. Garry. The
2019. 11 (11) : 979. Proximal Origin of SARS-CoV-2. Nat.
4. Luan J, Lu Y, Jin X dan Zhang L. Spike Med; 2020. 26(4) : 450-452.
protein recognition of mammalian 11. Zou L, F. Ruan dan M. Huang. SARS-
ACE2 predicts the host range and an CoV-2 Viral Load in Upper Respiratory
optimized ACE2 for SARS-CoV-2 Specimens of Infected Patiens. Int.
infection. Biochem Biophys Res Engl. J. Med; 2020.
Commun; 2020. 12. Biswas M, S. Rahaman, T.K Biswas, Z.
5. Chen Y, Guo Y, Pan Y dan Zhao ZJ. Haque dan B. Ibrahim. Association of
Structure analysis of the receptor Sex, Age, and Comorbidities with
binding of 2019-nCoV. Biochem Mortality in COVID-19 Patiens: A
Biophys Res Commun; 2020. (20) Symtematic Review and Meta-
30339-9. Analysis. Intervirology; 2020. 64 : 36-
6. Lokman SM, Rasheduzzaman M, 47.
Salauddin A dan Barua R. Exploring the 13. Gemmati D, B, Bramanti, M.L. Serino,
Genomic Proteomic Variations of P. Secchiero, G. Zauli dan V. Tisato.
SARS-CoV-2 Spike Glycoprotein : A COVID-19 and Individual Genetic
Computational Biology Approach. Susceptibility/Receptivity : Role of
bioRxiv; 2020. ACEI/ACE2 Genes, Immunity,
7. Zhang L, Wang SF, Ren Q dan Yang J. Inflamation, and Coagulation. Might
Genome-wide Variations of SARS-CoV- the Double X-Chromosome in Females
2 Infer Evolution Relationship and be Protective Against SARS-CoV-2
Transmission Route. bioRvix; 2020. Compared to the Single X-

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 110


Vol.41
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No.2
2021

Chromosome in Males?. Int. J. Mol Sci; 18. Kam KQ, C.F. Yung, L.Cui, R. Lin Tzer
2020. 10 : 3474 Pin, T.M. Mak dan M. Maiwald. A Well
14. Leng J. dan D.R. Goldstein. Impact of Infant with Coronavirus Disease 2019
Aging on Viral Infection. Microbes (COVID-19) with High Viral Load. Clin
Infect; 2010. 12(14-15): 1120-4. Infect Dis; 2020.
15. Lavan AH dan P. Gallagher. Predicting 19. Conforti C, R. Giuffrida, C. Dianzani, N.
Risk of Adverse drug Reactions in Di Meo dan I. Zalaudek. COVID-19 and
Older Adults. Ther Adv Drug Saf; 2016. psoriasis: Is it time to limit treatment
7(1):11-22. with immunosuppressants? A call for
16. Huang C, Y. Wang, X. Li, L. Ren, J. Zhao action. Dermatol Ther; 2020.
dan Y. Hu. Clinical features of patients 20. Susilo A. M. Rumende, C.W. Pitoyo,
infected with 2019 novel coronavirus W.D. Santoso, M. Yulianti dan
in Wuhan, China. Lancet; 2020. Herikurniawan. Coronavirus Diases
395(10223) : 497-506. 2019 : Tinjauan Literatur Terkini. J.
17. Rothan HA dan S.N. Byrareddy SN. The Penyakit Dalam Indonesia; 2020. 7 (1)
epidemiology and pathogenesis of : 45-67.
coronavirus disease (COVID-19)
outbreak. J Autoimmun; 2020.

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 111

Anda mungkin juga menyukai