Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. COVID - 19

1. Pengertian

Menurut Suganthan (2020) bahwa coronavirus (COVID - 19)

merupakan suatu virus RNA beruntai positif yang dapat dibagi menjadi

empat general yaitu alpha, beta, delta dan gamma. Sebuah membrane

host diturunkan mengelilingi genom yang terbungkus dalam

nucleocapside heliks, mereka tidak perlu enzim carry untuk memulai

infeksi. Virus genom telah diurutkan dengan hasil yang menunjukkan

bahwa 75% – 80% identik dengan SARS - CoV dan bahkan lebih erat

terkait dengan beberapa coronavirus kelelawar. alpha dan beta

coronavirus ditemukan pada manusia dan hewan, gamma dan delta

coronavirus ditemukan pada kalangan burung dan mamalia, dengan

kelelawar menjadi tuan rumah terbesar bagi genotype, maka dari itu

COVID - 19 merupakan virus yang struktur genomnya paling dikenal di

antara virus RNA.

1
1

Menurut Sahin, Aysegul, Pelin, Yellz, et al (2020) bahwa pada RNA virus

COVID - 19 dua pertiga memiliki kode virus polymerase (RdRp), bahan

RNA sintesis, dan dua polyproteins nonstructural besar yang tidak

terlibat dalam respon modulasi host (ORF1a-ORF1b) sedangkan

sepertiga lainnya dari genom yang memiliki empat kode protein

struktural (spike (S), amplop (E), membrane (M) ve nukleokapsid (N))

dan protein pembntu lainnya.

2. Macam – Macam Coronavirus

Menurut Suganthan (2020) bahwa empat virus yang telah

diidentifikasi sebagai penyebab umum terjadinya penyakit saluran

pernafasan pada manusia setelah coronavirus deteksi awal tahun 1960

adalah :

a. 229E (alpha coronavirus)

b. NL63 (alpha coronavirus)

c. OC43 (beta coronavirus)

d. HKUI (beta coronavirus)

Sebagai hasil dari rekombinasi genetik terjadi antara anggota kelompok

coronavirus yang sama atau berbeda, virus baru muncul dari hewan

kemudian menular atau bertransmisi ke manusia. Menurut Suganthan

(2020) ada tiga coronavirus baru telah muncul sebagai akibat

rekombinasi genetik, yaitu :

a. Mer - CoV (beta coronavirus) – East Respiratory Syndrome

Tengah (mer)
2

b. SARS - CoV (beta coronavirus) – sindrom pernafasan akut parah

(SARS)

c. 2019 - nCoV (beta coronavirus) – 2019 coronavirus baru akut

penyakit pernafasan

3. Transmisi dan Inkubasi Periode 2019 - nCoV (COVID - 19)

Menurut WHO dalam Suganthan (2020) bahwa 2019 - nCoV atau

biasa disebut dengan COVID - 19 merupakan coronavirus yang zoonosis

dan disebut juga coronavirus hewan yang dapat menginfeksi orang dan

kemudian menyebar antar orang seperti Mer, SARS dan sekarang 2019 -

nCoV yang bertransmisi ke manusia.

Menurut Subissi, Posthuma, Collet, Zevenhoven - Dobbe dalam

Sahin, Aysegul, Pelin, Yellz, et al (2020) bahwa langkah pertama virus

bertransmisi dalam infeksi virus adalah interaksi sel manusia yang

sensitif dengan spike protein, encoding genom terjadi setelah memasuki

sel dan memfasilitasi ekspresi gen pada encoding protein aksesori yang

berguna untuk adaptasi CoVs ke host manusia. Saat terinfeksi

kebanyakan tidak menunjukkan gejala selama masa inkubasi, masa

inkubasi diperkirakan selama 5 hari dan atau lebih panjang yakni sampai

14 hari.

4. Alur Penularan COVID - 19

Menurut Suganthan (2020) bahwa COVID - 19 ditularkan melalui

kontak langsung dengan sekret yang telah terinfeksi atau tetesan aerosol
3

yang telah terinfeksi yang dapat menular dari manusia ke manusia

lainnya. Menurut Sahin, Aysegul, Pelin, Yellz, et al (2020) bahwa

penularan terjadi dengan kontak dekat terutama ketika orang yang

terinfeki bersin dan melalui droplet pernafasan yang dihasilkan seperti

penyebaran influenza dan patogen pernafasan lainnya yang dapat

menetap dan hidup di mulut atau mukosa serta paru - paru orang dengan

udara yang dihirupnya.

5. Manifestasi Klinis

Menurut Holshue, DeBolt, Lindquist, Kathy et al (2020) bahwa

Infeksi COVID - 19 memungkinkan terjadinya asimtomatik atau dapat

mengakibatkan penyakit pernafasan akut. COVID - 19 kemungkinan

disertai dengan penyakit ringan, sedang, berat termasuk pneumonia berat,

ARDS, Sepsis dan Syok septic dengan atau tanpa disertai gejala. Pada

hari pertama adanya batuk kering, mual dan muntah, kemudian pada hari

berikutnya, pasien sesak nafas, demam. Gejala yang sering dilaporkan

adalah demam, batuk, mialgia atau kelelahan, sakit kepala, hemoptisis

dan diare. Selain gejala yang muncul, pendirian diagnosa COVID - 19

harus ditunjukkan dengan hasil laboratorium seperti hasil laboratorium

dari swab, produksi sputum.

6. Pemeriksaan Penunjang COVID - 19

Menurut Holshue, DeBolt, Lindquist, Kathy et al (2020) bahwa

diagnosa COVID - 19 dapat didirikan setelah hasil laboratorium keluar,

pada laboratorium dilakukan pengujian spesimen yang menunjukkan


4

adanya limfopenia, trombositopenia, leukopenia, leukositosis, adanya

peningkatan transaminases, penandaan adanya inflamasi ditunjukkan

adanya peningkatan pada majorly (CRP - 68%, ESR - 84%) dan

sebagaian besar procalcitonin normal, spesimen diuji dengan rRT - PCR

yang dikembangkan dari urutan virus, uji rapid test dilakukan sebagai uji

awal dengan cangkupan besar, dimana uji rapid test diharapkan dapat

mendeteksi secara dini penderita COVID – 19 untuk sesegera mungkin

dilakukan karantina dan pengobatan untuk mengurangi penyebaran

COVID – 19, rapid test dilakukan dengan mengambil sampel darah dan

dilakukan pemeriksaan immunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M

(IgM) terkait ada tidaknya virus yang masuk ke dalam tubuh. Setelah

dilakukanya rapid test maka pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan

swab dengan mengambil sampel sekret/dahak yang kemudian diperiksa

laboratorium untuk mengetahui jenis infeksi, dalam menunjukkan adanya

infiltrat bilateral dapat dilihat dari hasil Sinar - X dada dan CT - Scan

untuk melihat saluran pernafasan atas dan rontgen dada yang

menunjukkan kekeruhan pada paru - paru.

Menurut WHO dalam Suganthan (2020) bahwa selain melihat hasil

dari kondisi pernafasan atas, maka diperlukan pula melihat kondisi

pernafasan bawah, hal tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan

spesimen pernafasan bawah, WHO menyatakan bahwa spesimen

pernafasan bawah meliputi sputum, aspirasi endotrakeal, atau lavage

bronchoalveolar, pengujian spesimen dilakukan dengan menggunakan


5

real time terbalik transkripsi PCR (RRT - PCR) dan waktu pengujian

PCR berkisar 24 - 48 jam selama pengujian laboratorium.

Menurut Rui Han, Lu Huang, Hong Jiang, Jin Dong et al (2020)

bahwa dari hasil laboratorium awal COVID - 19 adalah jumlah WBC

normal walaupun pasien mengalami kelelahan dan batuk kering,

pengurangan jumlah limfosit dan peningkatan kadar protein C-reaktif

sensitivitas tinggi, pada temuan CT awal adalah GGO lambat sulam

dengan atau tanpa konsolidasi yang melibatkan beberapa lobus terutama

di zona perifer disertai dengan tanda halo, penebalan pembuluh darah,

pola paving atau tanda bronkogram udara, serta perlunya pemeriksaan

swab.

Menurut Holshue, DeBolt, Lindquist, Kathy et al (2020) bahwa

pada pemeriksaan swab diantaranya pemeriksaan spesimen pernafasan

awal yaitu pada swab nasofaring dan orofaring yang memiliki nilai

ambang untuk nasofaring 18 hingga 20 dan nasofaring 21 sampai 22.

7. Pengobatan

Untuk pengobatan COVID - 19 belum ada anti - virus yang

spesifik yang dapat direkomendasikan. Menurut Suganthan (2020) bahwa

telah ditemukan obat anti - viral di Amerika Serikat yang telah diuji

cobakan pada Ebola dan Kaletra dan menunjukkan hasil yang

menguntungkan, obat anti - viral tersebut merupakan kombinasi dari

antivirus lopinavir dan ritonavir, akan tetapi perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut. Menurut Suganthan (2020) bahwa pengobatan COVID - 19


6

merupakan suatu tindakan penerapan langkah - langkah pengendalian

infeksi, perawatan suportif untuk meringankan gejala dan mendukung

fungsi organ, pencegahan dan pengendalian tindakan adalah bagian

penting dan integral dari manajemen klinis pasien dan harus dimulai pada

titik masuknya pasien ke rumah sakit, standar kewaspadaan diterapkan

secara rutin disemua bidang fasilitas kesehatan sebagai tindakan

pencegahan.

Menurut WHO dalam Suganthan (2020) bahwa yang termasuk

tindakan pencegahan standar ialah :

a. Kebersihan tangan

b. Penggunaan APD untuk menghindari kontak langsung dengan

darah pasien, cairan tubuh pasien, sekresi (termasuk sekresi

pernafasan) dan kulit tidak utuh

c. Pencegahan cidera dari benda tajam seperti jarum suntik

d. Pengelolahan limbah dengan aman

e. Pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi peralatan

f. Membersihkan lingkungan

Dalam WHO terdapat penanganan COVID - 19 yang terdiri dari

langkah – langkah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Langkah - Langkah Penanganan COVID - 19


Triage a. Berikan masker medis pada pasien
b. Arahkan pasien ke ruangan terpisah seperti
isolasi
c. Berikan jarak 1 meter antara pasien yang
dicurigai dengan pasien lainnya
d. Instruksikan semua pasien menutup mulut
7

dan hidung saat batuk ataupun bersin dengan


menggunakan tissue atau siku tertekuk
e. Bersihkan tangan setelah kontak dengan
sekret pernafasan.
Terapkan tindakan a. Gunakan masker medis jika bekerja dalam
pencegahan droplet jarak 1 - 2 meter dari pasien
b. Tempat tinggal pasien atau kelompok orang
- orang yang memiliki diagnosa penyakit
dan penyebab yang sama
c. Lakukan pemisahan spasial pada kelompok
yang memiliki diagnosa klinis yang sama
berdasarkan faktor risiko epidemiologis
dengan penyebab diagnositik penyakit yang
berbeda
d. Gunakan pelindung mata atau face - mask
atau kacamata saat memberikan pelayanan
dalam kontak dekat pada pasien dengan
gejala pernafasan seperti batuk, bersin
e. Berikan batasan gerak atau karantina pasien
Terapkan tindakan a. Gunakan APD (masker bedah, pelindung
pencegahan kontak mata, sarung tangan, sepatu, appround, dan
gaun ketika memasuki ruangan dan melepas
APD ketika meninggalkan ruangan
b. Jika memungkinkan gunakan peralatan
sekali pakai atau dedicated seperti stetoskop,
spignomanometer, thermometer
c. Bersihkan dan disinfeksikan terlebih dahulu
kebutuhan peralatan yang akan digunakan ke
pasien dan atau antar pasien
d. Pastikan untuk menahan diri dari menyentuh
mata, hidung dan mulut dengan ataupun
tanpa sarung tangan
e. Hindari permukaan lingkungan yang tidak
berhubungan langsung dengan perawatan
pasien seperti gagang pintu, lampu, standing
infuse, dst
f. Pastikan ventilasi ruangan memadai,
lakukan kebersihan tangan
Terapkan tindakan a. Pastikan bahwa petugas kesehatan
pencegahan udara melakukan aerosol prosedur pembangkit
selama aerosol prosedur yaitu terbukanya penyedotan saluran
generasi pernafasan, intubasi, bronkoskopi, resusitasi
cardiopulmonary. Penggunaan APD
b. Bila mungkin, usahakan setiap kamar
memiliki ventiasi yang memadai untuk
8

mempermudah dalam melakukan prosedur


yang dapat menimbulkan aerosol yang
berarti tekanan kamar negativ dengan 160
liter / detik/ pasien difaslitas dengan
ventilasi alami
c. Menghindari adanya individu yang tidak
perlu didalam ruangan
d. Merawat pasien dengan jenis kamar atau
ruangan yang sama setelah dimulai ventilasi
mekanik.

Menurut Holshue, DeBolt, Lindquist, Kathy et al (2020) selain

tindakan pencegahan yang harus diperhatikan, pengobatan pada pasien

dengan COVID - 19 perlu diperhatikan, dalam pemberian obat selama

perawatan, pasien diberikan obat sesuai dengan kebutuhannya, sebagian

obat yang dipakai adalah terapi antipiretik yang terdiri 650 mg

asetaminofen setiap 4 jam dan 600 mg ibuprofen setiap 6 jam serta 600

mg guaifenesin untuk mengobati batuknya.

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengertian

Menurut Dinkes RI dalam Lina (2016) bahwa perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) merupakan strategi yang digunakan untuk

menciptakan kemandirian dalam menciptakan dan meraih kesehatan dan

merupakan suatu perilaku yang diterapkan berdasarkan kesadaran yang

merupakan hasil dari pembelajaran yang dapat membuat individu atau

anggota keluarga bisa meningkatkan taraf kesehatannya di bidang


9

kesehatan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

yang tinggi.

Menurut WHO dalam Lina (2016) mengatakan bahwa derajat

kesehatan yang tinggi merupakan hak yang mendasar bagi individu yang

berlaku bagi semua orang tanpa membedakan asal - usul, agama, ras,

politik dan tingkat ekonomi, derajat kesehatan yang tinggi dapat

diperoleh apabila setiap orang memiliki perilaku yang memperhatikan

kesehatan.

Menurut Notoatmodjo dalam Lina (2016) bahwa konsep perilaku

yang memperhatikan kesehatan yang telah dikembangkan oleh Becker

merupakan konsep yang didasarkan pada konsep perilaku sehat Bloom.

Becker menjabarkan bahwa perilaku sehat terbagi menjadi tiga domain

yaitu :

a. Pengetahuan terhadap kesehatan (health knowledge)

Yaitu apa saja yang diketahui individu tentang cara meningkatkan

dan memelihara kesehatan

b. Sikap untuk merespon tindakan kesehatan (health attitude)

Yaitu penilaian individu atas hal - hal yang berhubungan dengan

cara mmeningkatkan dan memelihara kesehatan

c. Praktek atau tindakan kesehatan (health practice)

Yaitu tindakan langsung yang terdiri dari semua kegiatan untuk

memperoleh kehidupan yang sehat


10

Berdasarkan visi Indonesia sehat 2010 dalam Lina (2016) terdapat

paradigma sehat yang terdiri dari tiga pilar yaitu :

a. Lingkungan sehat

b. Perilaku sehat, merupakan perilaku yang digunakan untuk

memelihara, meningkatkan kesehatan, menghindari atau mencegah

terjadinya penyakit, melindungi diri dari berbagai macam penyakit,

dan keikutsertaan dalam meningkatkan kualitas kesehatan

c. Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

Menurut Marlina dalam Lina (2016) program perbaikan tidak hanya

sebatas pada lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan melainkan

memperhatikan faktor perilaku, hal ini disebabkan faktor perilaku dapat

menjadi faktor terjadinya berbagai penyakit, baik penyakit menular

ataupun penyakit tidak menular.

2. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan

sehari - hari

Menurut Maryunani dalam Lina (2016) bahwa program PHBS

dapat dikelompokkan menjadi lima tatanan lingkungan kehidupan, yaitu :

a. PHBS di lingkungan sekolah, terdiri dari delapan indikator, yaitu :

1) Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan memakai

sabun

2) Mengonsumsi jajanan sehat dikantin sekolah

3) Menggunakan fasilitas jamban bersih dan sehat

4) Melaksanakan olahraga secara teratur


11

5) Memberantas jentik nyamuk di sekolah

6) Mengukur berat badan dan tinggi badan

7) Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan

b. PHBS di lingkungan rumah tangga, merupakan upaya untuk

memberdayaan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktiv

dalam gerakan kesehatan di masyarakat, terdapat 16 indikator :

1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

2) Kunjungan K4

3) Bayi diberi ASI eksklusif

4) Balita ditimbang setiap bulan

5) Gizi seimbang

6) Menggunakan air bersih

7) Mencuci tangan dengan air mengalir yang bersih dan

menggunakan sabun

8) Menggunakan jamban sehat

9) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

10) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

11) Memiliki tempat pembuangan sampah

12) Menggosok gigi secara rutin

13) Menggosok lantai rumah

14) Tidak mengkonsumsi miras dan narkoba

15) Memiliki jaminan kesehatan nasional


12

16) Tidak merokok

c. PHBS di lingkungan institusi kesehatan

d. PHBS di lingkungan tempat umum

e. PHBS di lingkungan tempat kerja

Dari kelima tatanan PHBS tersebut maka diharapkan dapat meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat sejalan dengan program

Indonesia sehat yang telah dicanangan oleh pemerintah.

Menurut Mulasari (2019) bahwa sasaran dari program Indonesia

sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat

melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung

dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan yang

terdiri dari 12 pilar, yaitu :

a. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)

b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

c. Bayi dapat imunisasi dasar lengkap

d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

e. Balita mendapatkan pemantaun pertumbuhan

f. Penderita dengan tubekuosis paru (TBC) mendapatkan pengobatan

sesuai standar

g. Penderita dengan hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

h. Penderita dengan gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan

tidak boleh ditelantarkan

i. Anggota keluarga ataupun kepala keluarga tidak ada yang merokok


13

j. Keluarga sudah menjadi anggota dalam jaminan kesehatan nasional

(JKN) sesuai dengan arahan pemerintah

k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih untuk memenehui

kebutuhan sehari-hari

l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat sesuai

dengan kebutuhan dan memenuhi syarat jamban sehat

Dari program tersebut manunjukkan pentingnya pemahaman perilaku

hidup bersih dan sehat dalam pencegahan COVID - 19.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Penceghan COVID - 19

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam pencegahan COVID

- 19 dapat dilakukan melalui cuci tangan dengan air yang mengalir dan

sabun, memperhatikan air, sanitasi, kebersihan pengolahan sampah.

Menurut WHO (2020) bahwa air, sanitasi dan perawatan limbah

merupakan suatu perilaku yang dapat mencegah terjangkitnya COVID -

19, dimana penyediaan air bersih, sanitasi dan kondisi higienis sangat

penting untuk melindungi kesehatan manusia dari semua wabah penyakit

menular, termasuk COVID- 19, masyarakat diharapkan dapat melakukan

cuci tangan dan pengolahan limbah dengan baik dan benar serta

konsisten.

Menurut WHO (2020) perlunya cuci tangan dalam pencegahan

COVID - 19, sehingga WHO memberikan langkah - langkah sebagai

berikut :
14

a. Sering dan tepat dalam membersihkan tangan merupakan salah satu

tindakan yang paling penting dapat digunakan untuk mencegah

infeksi dengan virus COVID - 19. Praktiksi cuci tangan harus

bekerja untuk memungkinkan kebersihan tangan lebih sering dan

teratur dengan meningkatkan fasilitas dan menggunakan teknik

perubahan perilaku

b. Pedoman cuci tangan dapat dilakukan dengan manajemen yang

aman dari layanan air minum dan sanitasi serta disinfektan untuk

mencegah COVID – 19

c. Mentaati rekomendasi kebersihan publik seperti mencuci tangan

setelah menyentuh benda - benda yang lazim digunakan orang sakit

d. Mengelola layanan air dan sanitasi serta menerapkan praktik -

praktk dalam menjaga kebersihan yang baik, upaya tersebut dapat

mencegah berbagai penyakit menular lainnya

e. Melakukan cuci tangan dengan teknik yang benar dalam

melakukan pembersihan dan teknik disinfeksi, melakukaan cuci

tangan dengan benar dapat dilakukan dengan 5 langkah dengan

antiseptik selama 20 - 30 detik atau dapat dilakukan dengan sabun

dan air selama 40 - 60 detik

f. Memastikan aman dalam mengelola limbah perawatan kesehatan

dengan langkah yang benar dan tepat

g. Menyediakan air minum yang aman bagi staf, perawat, ataupun

pasien, memastikan bahwa kebersihan pribadi dapat dipertahankan


15

h. Menyediakan sanitasi atau toilet flush sendiri bagi mereka yang

terkontaminasi COVID - 19 dan dinyatakan positif, toilet harus

memiliki pintu tertutup untuk mencegah terpeciknya tetesan dan

aerosol awan. Jika tidak mungkin menyediakan toilet terpisah bagi

setiap pasien, maka toilet harus dibersihkan dan didisinfeksikan

setidaknya dua kali sehari oleh pembersih yang terlatih dan

menggunakan APD lengkap. Jika pasien tidak mampu untuk

melakukan toileting maka tinja harus ditampung baik ditampung

meggunakan popok ataupun ditampung dengan pispot bersih

kemudian segera dibuang dengan hati - hati ke dalam toilet atau

jamban terpisah dengan yang lainnya dan dibuang ke tinja infeksius

bagi tinja yang ditampung di popok dan pispot segera dibersihkan

dan didisinfeksikan serta di sterilkan

i. Pembersihan dan disinfektan pada pelayanan kesehatan harus

dilakukan secara rutin dan konsisten dengan cara yang benar,

pembersihan dan disinfektan dilakukan pada permukaan disemua

lingkungan terutama di lingkungan yang terkontaminasi COVID —

19

j. Dalam pencucian baju, sprei, selimut pada pasien yang

terkontaminasi COVID - 19 dengan cara menghapus atau

membersihkan kotoran yang ada pada sprei, selimut, baju dengan

hati - hati lalu masukkan ke dalam ember tertutup dan atau

masukkan ke dalam mesin cuci dengan air hangat berkisar 60 0 C -


16

900 C dengan ditergent, bilas dengan air yang bersih kemudian

jemur di bawah terik matahari

k. Dalam pembuangan sampah, sampah di masukkan ke dalam plastik

infeksius lalu dibuang dengan hati - hati dan tertutup, buang

dengan baik barang - barang yang bersentuhan dengan mulut,

misalnya tisue, peralatan makan plastik, hingga sikat gigi bekas

l. Hindari menyentuh wajah, hidung, mulut, serta jangan menggosok

kelopak mata

m. Praktikkan etika batuk dan bersin yang baik dan benar

n. Jika memungkinkan, lakukan aktivitas fisik dan berolahraga setiap

harinya untuk menjaga kebugaran tubuh

C. Social Distancing

1. Pengertian Social Distancing

Menurut Chaplin dalam Amanda (2014) bahwa social distancing

atau jarak sosial merupakan suatu bentuk tingkatan atau derajat untuk

melihat sejauh mana seorang individu atau kelompok memperlihatkan

perbedaan mereka dari individu atau kelompok lainnya. Menurut Henslin

dalam Amanda (2014) bahwa jarak sosial adalah kadar untuk mengukur

kedekatan atau penerimaan yang kita rasakan terhadap kelompok lain.

Sedangkan menurut Amanda (2014) bahwa social distancing merupakan

jarak psikologis yang terdapat diantara dua orang atau lebih yang
17

berpengaruh terhadap keinginan untuk melakukan kontak sosial yang

akrab.

Menurut Amanda (2014) Pengaruh jarak sosial dalam melakukan

kontak sosial menunjuk kepada kemungkinan relasi atau hubungan sosial

antara pelaku tertentu, mengingat seberapa jauh seseorang tersebut atau

suatu kelompok dapat bergabung atau bertemu dan dipengaruhi oleh

norma - norma yang mengatur suatu situasi dan kondisi di suatu

lingkungan dimana hubungan itu dilakukan dan dapat menimbulkan

suatu prasangka di dalam hubungan tersebut yang didasarkan pada

prapenilaian yang sering kali merefleksikan evaluasi yang dilakukan

sebelum tahu tentang karakteristik seseorang.

Adanya prasangka yang dapat menimbulkan refleksi evaluasi,

dalam hal pencegahan COVID - 19 sangat diperlukan, karena saat

seseorang memiliki prasangka terhadap orang lain tentang COVID-19

dapat meningkatkan kehati - hatian dan kewaspadaan yang dapat

menahan dirinya untuk keluar rumah dan dapat menjaga jarak antar satu

dengan yang lainnya walaupun social distancing atau jarak sosial atau

jaga jarak masih dinilai belum tepat dalam pencegahan COVID - 19

karena masih banyaknya masyarakat yang tidak mau mengikuti arahan

tersebut.

2. Peraturan Tentang Social Distancing

Diberlakukannya social distancing di Indonesia selain untuk

mencegah penyebaran COVID - 19 juga dikarenakan Indonesia tidak bisa


18

menerapkan lockdown. Social distaning atau pembatasan jarak sosial

tertera di dalam UU No 6 tahun 2018 dalam Telaumbanua (2020), yang

meliputi :

a. Karantina kesehatan

Dalam UU No 6 tahun 2018 pasal 1 ayat 2 dalam Telaumbanua

(2020) mengatakan tentang kekarantinaan kesehatan ialah suatu

kondisi kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan

ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang

disebabkan oleh adanya radiasi nuklir, pencemaran biologi,

kontaminasi kimia, bioterorisme dan pangan yang dapat

menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar ke lintas

wilayah atau lintas Negara. Karantina kesehatan dapat diberlakukan

saat adanya kegawatdaruratan kesehatan masyarakat yaitu suatu

kondisi yang ditetapkan dengan adanya jenis penyakit dan faktor

resiko yang dapat menimbulkan kegawatdaruratan masyarakat yang

harus ditetapkan secara cepat dan tepat berdasarkan besarnya

ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya dan teknik

operasional.

b. Karantina wilayah

Karantina wilayah merupakan suatu pembatasan penduduk dalam

suatu wilayah termasuk wilayah pintu masuk beserta isinya yang

diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa

untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau


19

kontaminasi. Untuk saat ini, sudah banyak wilayah di Indonesia

yang melakukan karantina wilayah guna untuk menghindari

penyebaran COVID – 19.

c. Karantina rumah

Karantina rumah merupakan suatu pembatasan penghuni dalam

suatu rumah beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau

terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan

penyebaran penyakit atau kontaminasi. Karantina rumah sudah

diterapkan sejak awal mula Indonesia terdapat COVID - 19, akan

tetapi masih banyak masyarakat yang melanggarnya, hal tersebut

dikarenakan kurangnya edukasi kepada masyarakat tentang

karantina rumah. Walaupun demikian tidak semua masyarakat

melanggar karantina rumah, terdapat sebagian dari masyarakat

yang mengikuti arahan dari pemerintah untuk tetap di rumah.

Gerakan di rumah saja sudah diberlakukan di berbagai daerah guna

mencegah COVID – 19.

d. Karantina rumah sakit

Karantina rumah sakit merupakan suatu pembatasan seseorang

dalam rumah sakit yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau

terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan

penyebaran penyakit atau kontaminasi. Rumah sakit di Indoonesia

sudah melakukan karantina rumah sakit sejak awal Indonesia

terdapat COVID - 19, kebijakan rumah sakit sudah banyak beredar


20

dimasyarakat seperti peniadaan pengunjung, pembatasan penunggu

dan pemakaian APD secara lengkap.

e. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) merupakan suatu

pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang

diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa

untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau

kontaminasi. Pembatasan sosial berskala besar atau PSBB sudah

mulai diterapkan di Indonesia sejak 30 Maret 2020 dan telah

didukung oleh pemerintah daerah maupun pusat.

Peraturan - peraturan diatas dapat disimpulkan bahwa social distancing

sangat penting dan diperlukan dalam pencegahan COVID - 19, maka dari

itu masyarakat perlu mematuhi dan melakukan social distancing.

3. Social Distancing dalam Pencegahan COVID - 19

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang social distancing

dan peraturan yang mengikatnya, maka dari itu pentingnya melakukan

social distancing untuk mencegah penyebaran dan penularan COVID -

19. Menurut anjuran dari pemerintah dalam Astuti, D.R, Abdul Aziz,

Ahmad, dan Paryati, (2020) bahwa selama melakukan social distancing

kita dapat melakukan kegiatan dari rumah, dengan cara :

a. Bekerja dari rumah alih - alih di kantor

b. Menutup sekolah atau beralih ke kuliah online sesuai dengan

kebijakan institusi
21

c. Bertemu orang lain dengan telepon atau video call alih - alih secara

langsung

d. Membatalkan atau menunda konferensi dan rapat besar

Selain melakukan kegiatan - kegiatan dari rumah, kita perlu melakukan

hal - hal sebagai berikut guna mendukung berlangsungnya social

distancing seperti yang diharapkan oleh pemerintah untuk mencegah

penyebaran dan penularan COVID - 19, seperti :

a. Hindari berinteraksi dengan orang yang menunjukkan tanda - tanda

mengalami sakit

b. Jika bekerja dalam jarak dekat dengan rekan kerja, pastikan untuk

menjaga jarak hingga dua meter, jika tidak memungkinkan,

setidaknya hingga satu meter paling dekat

c. Hindari juga untuk berkumpul di area publik, seperti ruang teater,

atau pertandingan olahraga

d. Selama masa social distancing, manfaatkan waktu berkualitas

untuk keluarga. Berikan pembelajaran dan kenalkan pola - pola

hidup sehat kepada anak - anak


22

D. Kerangka Teori

COVID - 19

Transmisi Penularan COVID – 19


1. Droplet
2. Sentuhan

Perilaku Menejemen
buruk
pencegahan

Tertular

PHBS Social Distancing


Tanda tanda
klinis

Keterangan : Sehat

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Isi dari variabel

: Pengaruh atau hasil yang didapatkan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


23

E. Kerangka Konsep

COVID - 19

Pencegahan COVID - 19

Perilaku hidup bersih Social Distancing


dan sehat (PHBS)

Sehat

Gambaran Pencegahan
COVID - 19

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai