Anda di halaman 1dari 4

Critical Analysis

Dalam literatur kami menganalisis rekomendasi yang tepat digunakan untuk mencegah
konstipasi selain melakukan observasi defekasi adalah dengan melakukan abdominal massage.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa abdominal massage adalah salah
satu jenis terapi komplementer yang mampu mencegah dan mengurangi gangguan pada sistem
gastrointestinal (Kahraman & Ozdemir, 2015; Tekgunduz, Gurol, Apay, & Caner, 2014;
Lamas, Lindholm, Stenlund, Engstrom, & Jacobsson, 2010; Lai et al., 2010; Sinclair, 2011,
Uysal, Eser, & Akpinar, 2012).
1. Perbandingan Abdominal Massage dengan Teknik Swedish Massage dan Teknik
Effleurage terhadap Kejadian Konstipasi pada Pasien yang Terpasang Ventilasi
Mekanik di ICU (Estri, A. K., Fatimah, S., & Prawesti, A., 2016).
Penelitian ini menggunakan Metode quasi eksperimental post test only non
equivalent control group. Pada penelitian ini mengidentifikasi perbedaan kejadian
konstipasi antara dua kelompok sebanyak 22 responden yang dilakukan abdominal
massage dengan teknik swedish massage dibandingkan kelompok yang dilakukan
abdominal massage dengan teknik effleurage pada pasien yang dirawat di ICU.
Walaupun kejadian konstipasi antara kelompok abdominal massage dengan teknik
swedish massage dan kelompok abdominal massage dengan teknik effleurage tidak
berbeda, namun abdominal massage dengan teknik effleurage waktu lebih efisien,
energi yang dikeluarkan lebih minimal dan meningkatkan kenyamanan. Oleh karena
itu, abdominal massage dengan teknik effleurage dan teknik swedish massage
disarankan untuk menjadi pilihan intervensi bagi perawat ICU.

2. Analisis Praktik Klink Asuhan Keperawatan pada Klien Terpasang Ventilasi Mekanik
dengan Intrevensi Inovasi Abdominal Massage Menggunakan Teknik Effleurage
Terhadap Pencegahan Konstipasi di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda (Anita, 2017).
Pada penelitian ini, kasus yang dibahas adalah Ny. S penulis menggunakan
metode wawancara, observasi, serta catatan rekam medis. Diagnosa medis pasien
adalah Acute Lung Oedema (ALO) + Hiperglikemia DM + Hipotensi. Pada kasus ini
Ny. S terpasang ventilator NIV, PS 18, PEEP 6 cmH2o, FiO2 50%, klien di imobilisasi
dan klien dalam pengaruh obat-obatan yang beresiko untuk menurunkan motilitas
traktus gastrointestinal sehingga beresiko untuk gagal weaning dan memperlambat
perbaikan kondisi klien. Dalam kasus ini klien menggunakan ventilasi mekanik dengan
PEEP sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intrathoraks. Peningkatan tekanan
intrathoraks mengakibatkan penurunan venus return yang pada akhirnya
mengakibatkan penurunan curah jantung. Kondisi curah jantung yang menurun
mengakibatkan tubuh melakukan mekanisme kompensasi dengan menurunkan aliran
darah ke sistem gastrointestinal. Penulis menerapkan terapi komplementer berupa
Abdominal massage dengan teknik effleurage yang merupakan teknik pemijatan berupa
usapan lembut, lambat dan memanjang atau tidak putus-putus pada bagian abdomen.
Tujuan dilakukan abdominal massage adalah menstimulasi sistem persyarafan
parasimpatis sehingga menurunkan tegangan pada otot abdomen, meningkatkan
motilitas pada sistem pencernaan, meningkatkan sekresi pada sistem intestinal dan
memberikan efek pada relaksasi sfingter. Hasil analisa pada klien yang dilakukan
Abdominal Massage menggunakan teknik effleurage didapatkan hasil secara objektif
tidak terjadinya konstipasi pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik ditunjukan
dengan hasil klien BAB pada hari kedua feses kuning dengan konsistensi lunak.

3. Analisis Praktek Klinik Keperawatan pada Pasien Syok Kardiogenik dengan Intervensi
Inovasi Abdominal Message Menggunakan Teknik Effluerage dan Pemberian Air
Hangat untuk Mencegah Konstipasi di Ruang ICU RSUD AW Syahranie Samarinda
(Prayitno, Bambang, & W. Feriani, 2018).
Kasus kelolaan Pasien Bpk P dengan diagnosa medis Syok Kardiogenik dgn
CHF dan telah di rawat selama 3 hari. Pada saat dilakukan proses pengkajian Tekanan
darah: 149/84 mmHg, nadi: 123 x/menit, pernafasan: 19 x/menit, suhu: 36,9 °C, dan
saturasi oksigen: 99%. Sehingga prioritas masalah keperawatan adalah Gangguan
pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar-kapiler pada Bpk. P dengan diagnosa
medis syok kardiogenik dengan CHF Penulis melakukan tindakan massage abdomen
menggunakan Teknik efflurige pada Bpk. P, dari hasil inovasi intervensi yang diberikan
didapatkan hasil vital sign inovasi intervensi sebelum pemberian massage abdomen,
TD: 125/79 mmHg, HR: 112x/menit, RR: 19x/menit, BU: 5 x/mnt. Sedangkan hasil
vital sign inovasi intervensi setelah pemberian massage abdomen, TD = 135/83 mmHg,
RR = 19 x/menit, Hr = 112 x/ menit, BU: 8 x/mnt sehingga dapat disimpulkan dengan
pemberian intervensi inovasi massage abdomen dapat meningkatkan peristaltik usus
dan tidak mempengaruhi hemodinamik secara signifikan. Intervensi inovasi tambahan
yang diberikan penulis adalah melakukan tindakan pemberian air hangat pada Bpk. P,
dari hasil inovasi intervensi yang diberikan didapatkan bahwa air hangat dapat lebih
meningkatkan Bising usus, terlihat dari peningkatan bising usus setelah massage
abdomen 8 x/mnt menjadi 13 x/mnt.

4. Studying the effect of abdominal massage on the gastric residual volume in patients
hospitalized in intensive care units (Momenfar, F., Abdi, A., Salari, N., Soroush, A., &
Hemmatpour, B, 2018).
Penelitian ini dilakukan sebagai uji klinis di unit perawatan intensif Rumah
Sakit Fatemeh Zahra (Ahvaz, Iran) pada tahun 2017. Populasi penelitian adalah semua
pasien yang dirawat di unit perawatan intensif, dan sampel adalah 60 pasien yang
dirawat di unit perawatan intensif. Dalam penelitian ini, pijat yang didasarkan pada
prinsip tensegrity digunakan, dan hasil utama adalah perubahan GRV setelah pijat
perut. Periode intervensi untuk kelompok kasus adalah 3 hari. Pasien-pasien ini
menerima 20 menit intervensi pijat perut dua kali sehari, dan interval antara dua pijat
adalah 2 jam. Setiap hari, sebelum intervensi dan 1 jam setelah pijat kedua, GRV diukur
dan diselidiki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek pijat perut
pada GRV pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif. Hasil penelitian ini
mewakili efek pijat perut pada pengurangan volume residu lambung, sehingga prosedur
ini direkomendasikan untuk dipertimbangkan sebagai metode perawatan untuk
meningkatkan status gizi pada pasien yang dirawat.

5. Effect of Selected Nursing Intervention on Clinical Outcomes among Patients with


Nasogastric Tube in Intensive Care Units (Dr. Hanaa El-Sayad, 2017).
Desain penelitian eksperimental semu digunakan oleh peneliti yang dilakukan
di empat Unit Perawatan Intensif di Rumah Sakit Darurat Universitas Menoufia. Unit-
unit ini adalah satu unit kateter Jantung, dua unit Medis umum dan satu unit intensif
jantung. Sampel purposive dari semua pasien dewasa yang tersedia 70 orang yang
dirawat di ICU dan memiliki tabung nasogastrik untuk makan selama periode
pengumpulan data.
Pemberian selang enteral adalah bentuk pemberian makanan buatan yang paling
umum pada pasien rawat inap. Dalam praktek klinis, banyak komplikasi yang diamati
terkait dengan pemberian makan tabung telah didokumentasikan di antara pasien yang
sakit kritis seperti penundaan pengosongan lambung dan intoleransi makan yang dapat
dideteksi oleh volume residu lambung yang tinggi, meningkatkan frekuensi muntah dan
adanya distensi abdomen. Pijat perut diasumsikan untuk mencegah perkembangan
komplikasi ini dengan mengurangi volume residu lambung dan distensi abdomen,
tetapi sedikit penelitian telah dilakukan untuk efisiensi pijat perut dalam mencegah atau
mengurangi masalah gastrointestinal ini pada pasien yang diberi makan enteral.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa pijat perut efektif dalam
mengurangi volume residu lambung, frekuensi muntah dan distensi perut di antara
pasien yang sakit kritis dengan tabung nasogastrik. Pijat perut harus dianggap sebagai
bagian dari perawatan rutin yang dilakukan untuk semua pasien dengan pemberian
selang nasogastrik untuk mengurangi volume residu lambung, mengurangi muntah dan
distensi perut.

Anda mungkin juga menyukai