Anda di halaman 1dari 12

BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Profil Lahan Praktik

Karya tulis ini dilaksanakan di ruang ICU RSU Surya Husadha

Denpasar yang berlokasi di jalan Pulau Serangan no.7 Denpasar. Rumah sakit

umum Surya Husadha merupakan rumah sakit swasta di Kotamadya

Denpasar, yang dikelola dalam bentuk PT (Perseroan Terbatas). Rumah Sakit

Umum Surya Husadha Denpasar berdiri sejak tanggal 24 Februari 1987, saat

ini sudah berusia 35 tahun semakin mantap dan yakin untuk berkompetisi

sehat dalam dunia kesehatan di Bali. Ruang intensif sendiri merupakan salah

satu unit yang ada di RSU Surya Husadha Denpasar.

Ruangan intensif RSU Surya Husadha terdiri dari 10 tempat tidur,

dengan klasifikasi 3 tempat tidur untuk ruangan Intensive Care Unit (ICU), 3

tempat tidur untuk ruangan Intensive Cardiovascular Care Unit (ICCU), dan 4

tempat tidur untuk ruangan High Care Unit (HCU), masing-masing bed

dilengkapi dengan fasilitas bed monitor dan oksigen sentral. Ruang ICU

dilengkapi dengan fasilitas ventilator sebanyak 3 buah, yang digunakan untuk

memberikan bantuan nafas melalui jalan nafas buatan pada pasien yang

mengalami gagal nafas. Ruang intensif RSU Surya Husadha berada dibawah

Manager Pelayanan Medis dengan jumlah ketenagaan yang terdiri dari: 1

orang kepala unit ruang intensif yaitu dokter anaestesi sebagai intensifis yang

bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap ruang ICU, 2 orang dokter

35
36

Anaestesi tetap, dan 1 orang anaestesi purna waktu. Ketenagaan perawat

terdiri dari: 19 orang yang bertugas secara shift sesuai jadwal, 1 orang kepala

ruangan, 1 orang wakil kepala ruangan, 4 orang sebagai kepala tim, dan 13

orang sebagai perawat pelaksana. Tenaga perawat di ruang intensif 100% telah

memiliki sertifikat pelatihan baik itu pelatihan ICU maupun ICCU. Batas-

batas ruang intensif RSU Surya Husadha Denpasar adalah:

1. Utara : Ruang oksigen sentral

2. Selatan : Ruang IGD

3. Barat : Taman

4. Timur : Ruang HD, Ruang CAPD (Continous Ambulatory Peritonial

Dialisa), dan kamar operasi.

B. Ringkasan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian pada pasien dilakukan penulis pada hari rabu, 12

Januari 2022 pada pukul 13.00 WITA di Ruang ICU di RSU Surya

Husadha Denpasar. Sumber data dari pengkajian ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan pasien, keluarga pasien dan rekam medis pasien.

Pasien kelolaan penulis bernama Tn. IB yang berusia 86 tahun dengan

nomer RM 06.04.09, jenis kelamin laki-laki, pendidikan SMA, beragama

Hindu, suku Bali, alamat Banjar Dlod Rurung Batubulan Kangin

Sukawati Gianyar dan pasien didampingi anaknya yaitu Tn. IN sebagai

penanggung jawab.
37

Hasil wawancara terkait riwayat kesehatan terdahulu, pasien

mengatakan memiliki batu prostat memang sudah sekitar dari lima tahun

yang lalu. Pasien mengatakan diagnosis BPH dan harus dilakukan

tindakan TUR-Prostat ini dikarenakan keluhan nyeri saat kencing dan

kadang berdarah, terasa nyeri pada pinggang kanan dan kiri. Pasien

mengatakan memang pasien dahulu senang minum teh kemasan.

Gejala awal yang dirasakan pasien adalah nyeri saat kencing,

kadang berdarah, kencing terasa tidak tuntas, terasa nyeri pada pinggang

kanan dan kiri keluhan ini terjadi sudah 3 hari sampai pasien tidak tahan

karena nyeri. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan,

debu dan lain sebagainya. Dalam keluarga pasien tidak memiliki riwayat

sakit seperti yang dialami pasien.

Pasien datang diantar perawat ruang operasi ke ruang ICU dengan

post operasi TURP. Berdasarkan instruksi dokter, pasien harus observasi

diruang intensif. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital post operasi

pasien TD=140/70 mmHg, Nadi=78x/menit, RR=20x/menit dan

suhu=36C. pasien terpasang infus Nacl 0,9% 16tpm ditangan kiri dan

terpasang irigasi NACL 0,9% 1000cc . Kali ini adalah operasi kedua yang

dialami pasien setelah operasi URS Kanan dan URS kiri pada tahun 2020

di rumah sakit Dharma Yadnya oleh dokter yang sama.

Setelah operasi ini, pasien mengatakan dia merasakan nyeri, dan

dirasakan oleh pasien kencing nya tidak dapat keluar dan sakit di

kemaluannya. Pasien tampak tegang, wajah pasien tampak meringis dan


38

mengaduh-aduh, gelisah, dan tampak tidak tenang. Selang kateter tampak

masih mengalirkan urin berwarna merah, cairan irigasi dalam keadaan

tergrojog dan dalam waktu 15 menit diganti dengan cairan irigasi Nacl

0,9 % 1000 cc terus menerus tidak terhenti.

Kesadaran pasien composmentis dengan GCS yaitu 15. Hasil

pemeriksaan fisik secara head to toe yang dilakukan pada Tn. IB saat

pengkajian menunjukan hasil TD= 130/80 mmHg, Nadi= 101x/menit,

Saturasi= 98%, Suhu=37C. Hasil laboratorium yang dimiliki pasien pada

tanggal 7/1/2022 adalah WBC=4.96 10e3/µL, HB= 12.1 g/dL,

HCT=36.7%, PLT=149 10e3/µL, pada tanggal 12/1/2022 pasien cek

laboratorium persiapan operasi Blooding Time=2’00’’, Clooting

Time=14’00”, Random Glucose=102,5 mg/dL, Creatinin=1.48* mg/dL.

Natrium=135* mmo/I, Kalium=3.8 mmol/I. Pasien mendapatkan terapi

medik yaitu Injeksi Asam Tranexamat 2x1000mg, Furosemid 1x1ampul,

Ketorolac 3x1ampul, Levofloxacin tablet 2x1, dimana tujuan dari

pemberian terapi ini adalah untuk mencegah terjadinya pendarahan terus

menerus, mengurangi rasa nyeri, dan mencegah terjadinya infeksi lain.

2. Analisa Data

Berdasarkan data dari hasil pengkajian melalui wawancara yang

dilakukan pada Tn.IB diperoleh data subjektif yaitu pasien mengatakan

nyeri setelah operasi, pasien merasa kencingnya tidak bisa keluar dan

sakit di kemaluannya. Pasien didiagnosis BPH dan pro tindakan TURP


39

(TUR Prostat). Hasil data objektif berdasarkan dari pengamatan penulis

terhadap pasien yaitu pasien tegang, wajah pasien tampak meringis dan

mengaduh-aduh, gelisah, dan tampak tidak tenang. Hasil pemeriksaan

vital sign didapatkan TD= 130/80 mmHg, Nadi= 101x/menit, Saturasi=

98%, Suhu=37C. Pasien masih terpasang traksi dengan cairan irigasi Nacl

0,9% 1000cc.

3. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan dari data hasil pengkajian pada analisa data tersebut,

diperoleh bahwa diagnosa pada kasus kelolaan penulis adalah Nyeri

Akut. Data subjektif dan objektif dari analisa data tersebut memunculkan

diagnosa keperawatan pada kasus kelolaan ini yaitu Nyeri Akut

berhubungan dengan adanya tindakan pembedahan ditandai dengan

pasien mengatakan nyeri setelah operasi, pasien merasa kencingnya tidak

bisa keluar dan sakit di kemaluannya. Pasien didiagnosis BPH dan harus

menjalani operasi TUR-P. Hasil pemeriksaan vital sign didapatkan TD=

130/80 mmHg, Nadi= 101x/menit, Saturasi= 98%, Suhu=37C. Pasien

masih terpasang traksi dengan cairan irigasi Nacl 0,9% 1000cc.

4. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan hasil dari diagnosa keperawatan yang muncul pada

kasus kelolaan penulis yaitu nyeri akut, maka penulis merumuskan

rencana asuhan keperawatan atau intervensi keperawatan yang akan


40

diimplementasikan kepada pasien untuk mengatasi diagnosa nyeri akut

pada Tn.IB sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam penyusunan

asuhan keperawatan, penyusunan rencana asuhan keperawatan atau

intervensi keperawatan berdasarkan NIC dan NOC. Adapun tujuan dan

kriteria hasil yang ingin dicapai penulis untuk Tn.IB adalah sebagai

berikut : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x30menit

diharapkan nyeri akut yang dirasakan pasien menurun dengan kriteria

hasil :

NOC Label : Managemen nyeri

a. Melaporkan penurunan nyeri.

b. Skala nyeri menunjukkan 2 (0-10).

c. Klien tampak tenang.

Rencana keperawatan atau intervensi keperawatan yang

dirumuskan untuk diagnosa nyeri akut, yaitu :

a. Observasi dan catat lokasi, beratnya dan karakteristik nyeri (menetap,

hilang timbul)

b. Tingkatkan tirah baring,biarkan klien melakukan posisi yang nyaman.

c. Dorong menggunakan teknik relaksasi dengan pijat kaki.

d. Kaji ulang faktor-faktor yang menignkatkan atau menghilangkan

nyeri.

e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

5. Implementasi Keperawatan
41

Implementasi yang dilakukan adalah melatih teknik relaksasi

dengan pijat kaki/foot massage therapy kepada pasien. Latihan

pemberian foot massage therapy yang dilakukan pada pasien

disesuaikan dengan standar operasional prosedur dimana agar pasien

merasakan manfaat dari pemberian foot massage therapy yaitu dapat

memberikan rasa rileks sehingga rasa nyeri yang dirasakan pasien dapat

berkurang. Setelah diberikan foot massage therapy dilakukan evaluasi

apakah skala nyeri yang dirasakan pasien menurun.

Pada pasien kelolaan yang peneliti teliti, saat itu pasien mulai

merasakan nyeri yang sangat setelah sekitar satu jam dipindahkan dari

Recovery Room (RR) ke ICU, pasien mulai mengeluh sakit, gelisah dan

menyatakan ketidak nyamanan nya. Setelah diberikan analgetik pereda

nyeri oleh dokter anastesi, dan pasien mulai merasa nyeri mulai mereda.

Peneliti mulai masuk untuk mengkaji pasien, dan menanyakan skala nyeri

yang tadi pasien rasakan.

Pasien mengatakan nyeri baru saja tadi itu berada di skala 7 yaitu

nyeri berat namun masih dapat dikontrol pasien. Dan saat pengkajian ini

skala nyeri yang dirasa pasien sudah masuk skala 5 yaitu nyeri seperti

kram, kaku dan ditusuk-tusuk. Saat itu pasien sudah bisa menceritakan

diri nya, dari awal keluhan, pengobatan yang pernah dia jalani sampai

akhirnya dia operasi saat ini.

Pasien mulai cemas karena takut sakit lagi seperti tadi, dia merasa

sepertinya dia tidak sanggup, karena takut sakit. Kemudian peneliti


42

menjelaskan ke pasien tentang tahapan nyeri yang akan pasien rasakan

setelah operasi ini dan mengapa sampai nyeri sangat seperti tadi. Peneliti

mengatakan ke pasien nyeri memang hal yang wajar dirasakan pada

pasien-pasien post operasi karena adanya luka pembedahan pasti akan

menimbulkan rasa nyeri, tetapi dokter sudah menyiapkan terapi medis

yang akan diberikan ke pasien seperti obat-obat pereda nyeri seperti yang

dokter berikan tadi.

Peneliti menjelaskan kenapa pasien merasa amat nyeri seperti tadi,

itu dikarenakan trauma reseksi jaringan prostat, pemasangan folley kateter

yang memang ukuran yang terpasang pada pasien cukup besar, dan pasien

tidak nyaman karena traksi kateter masih terpasang cukup ketat. Dan

biasanya ini hanya sampai kurang lebih satu hari pasca operasi.

Kemudian dihari berikutnya saat dokter datang kembali visite, sekaligus

mengendorkan traksi nya dan pasien diperbolehkan untuk mobilisasi

miring kanan dan kiri, bahkan bisa duduk di tempat tidur sambil

diobservasi warna urine yang keluar apakah masih berwarna merah darah.

Jika urine sudah jernih, biasanya pasien akan disarankan untuk mobilisasi

jalan dengan di klem selang cairan irigasi nya. Atau sudah tinggal selang

kateternya saja tanpa selang cairan irigasi nya, untuk dibawa pasien

mobilisasi. Karena saat ini pasien baru hari ke nol pasca operasi, pasien

memang dilarang untuk menggerakan badannya, menekuk kaki yang

terpasang traksi, mengedan, batuk terlalu keras atau dipaksakan. Supaya


43

tidak terjadi cloting di dalam kandung kemih yang mengakibatkan cairan

kencing tidak dapat keluar dan membuat sumbatan pada kateter.

Clot tersebut adalah sisa sisa jaringan hasil reseksi didalam yang

harus dikeluarkan makanya pasien dibilas oleh cairan irigasi dan kateter

yang dipasangkan itu cukup besar. Setelah dijelaskan pasien mulai

paham, dan mengerti asal nyeri tersebut.

Peneliti juga menjelaskan kembali bahwa nyeri dapat diatasi

dengan obat-obatan analgetik dan juga terapi relaksasi. Peneliti mulai

menjelaskan tentang foot massage therapy kepada pasien. Foot

massage therapy ini merupakan metode pengalihan rasa tidak nyaman

khususnya nyeri. Peneliti mulai kontrak waktu untuk terapi kepada

pasien, supaya tidak mengganggu waktu istirahatnya. Sebab pasca operasi

dan pengaruh dari obat analgetik yang diberikan dokter anastesi membuat

pasien mulai relaks dan membuat mata pasien tampak mengantuk.

Saat sore peneliti mulai mendatangi bed pasien kelolaan lagi,

pasien mulai merasakan nyeri lagi. Kemudian peneliti mulai memberikan

intervensi foot massage therapy pada pasien. Alat-alat yang dipakai saat

foot massage therapy yaitu minyak baby oil, handuk, dan tangan peneliti.

Prosedur pelaksanaan foot massage yang akan dilakukan adalah pertama

perawat mencuci tangan, kemudian angkat papan kaki tempat tidur pasien

dan tempatkan handuk dibawah tumit pasien, setelah itu peneliti

melumuri kedua telapak dengan baby oil dan mulai pemijitan dari kaki

kanan kemudian bergantian ke kaki kiri.


44

Langkah-langkah nya yaitu: Dengan memakai bagian tumit telapak

tangan peneliti, peneliti menggosok dan memijat telapak kaki pasien

secara perlahan dari arah dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian terluas

kaki kanan selama 15 detik, dengan menggunakan tumit telapak tangan

peneliti dibagian sempit dari kaki kanan, peneliti menggosok dan memijat

secara perlahan bagian telapak kaki pasien dari arah dalam ke sisi luar

kaki selama 15 detik, pegang semua jari-jari oleh tangan kanan dan

tangan kiri menopang tumit pasien, kemudian peneliti memutar

pergelangan kaki tiga kali searah jarum jam dan tiga kali berlawanan arah

jarum jam selama 15 detik, tahan kaki diposisi yang menunjukan ujung

jari kaki mengarah keluar (menghadap ke peneliti), gerakan maju dan

mundur tiga kali selama 15 detik.

Untuk mengetahui fleksibilitas, tahan kaki di area yang lebih luas

bagian atas dengan menggunakan seluruh jari (ibu jari ditelapak kaki dan

dan empat jari dipunggung kaki)dan kedua belah bagiankemudia kaki

digerakan ke sisi depan dan belakang tiga kali selama 15 detik, tangan

kiri menopang kaki kemudian tangan kanan memutar dan memijit

masing-masing jari kaki sebanyak tiga kali di kedua arah, untuk

memeriksa ketegangan (15 detik), pegang kaki kanan dengan kuat dengan

menggunakan tangan kanan pada bagian punggung kaki sampai kebawah

jari-jari kaki dan tangan kiri yang menopang tumit, genggam bagian

punggung kaki, berikan pijatan lembut selama 15 detik, posisi tangan

berganti, tangan kanan menopang tumit dan tangan kiri yang memegang
45

punggung kaki, sampai bawah jari kaki kemudian pijat dengan lembut

selama 15 detik, pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan

kanan dibagian punggung kaki hingga kebawah jari-jari dan gunakan

tangan kiri untuk menopang tumit dan pergelangan kaki dan berikan

tekanan lembut selama 15 detik, ,menopang tumit menggunakan tangan

kiri dan dengan menggunakan tangan kanan untuk memutar searah jarum

jam dan berlawanan arah jarum jam serta menerapkan tekanan lembut

selama 15 detik, menopang tumit dengan menggunakan tangan kiri dan

dengan menggunakan tangan kanan pada bagian sela-sela jari bagian

dalam dengan gerakan keatas dan kebawah, gerakan lembut selama 15

detik, tangan kanan memegang jari kaki dan tangan kiri memberikan

tekanan ke arah bagian bawah kaki menggunakan tumit tangan dengan

memberikan tekanan lembut selama 15 detik.

Setelah itu, observasi tingkat kenyamanan pasien pada saat

dilakukan massage, cuci tangan setelah tindakan, evaluasi catat prosedur

termasuk : tindakan yang dilakukan, posisi yang ditetapkan, kondisi kulit,

adanya edema, gerakan sendi, dan kenyamanan pasien, melakukan

kontrak selanjutnya pada pasien, kemudian perawat mencuci tangan, dan

tidak lupa dokumentasikan kegiatan di catatan perkembangan pasien.

Penulis memiliki kontrak 2x30menit pada pasien, jadi tanggal

13/1/2022 penulis kembali kepasien sekaligus mengevaluasi apa yang

pasien rasakan setelah diberikan foot massage therapy. Melakukan

langkah-langkah yang sama seperti yang di sebutkan diatas.


46

6. Evaluasi

Intervensi yang telah dirumuskan sebelumnya telah

diimplementasikan kepada pasien kelolaan yaitu Tn.IB selama 2x30

menit di ruang ICU RSU Surya Husadha Denpasar. Evaluasi dari

pelaksanaan rencana keperawatan tersebut adalah skala nyeri akut yang

dirasakan pasien menurun yang dibuktikan dengan :

a. Respon Subjektif : Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang dengan

skala 3 dari skala 5, dan sudah bisa mengalihkan rasa nyeri tersebut

dengan hal lain seperti mengobrol dengan keluarga yang datang atau

perawat yang bertugas.

b. Respon Objektif : Hasil pemeriksaan vital sign : TD= 110/80 mmHg,

Nadi = 88x/menit, RR = 16 x/menit, Saturasi = 98%, pasien tampak

lebih tenang.

Anda mungkin juga menyukai