PO715241202029
PO715241202029
Dengan Judul :
Denpasar, ……………………….
Segala puji bagi Tuhan yang maha esa atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul: “PROSES ASSESSMENT DAN
sebesar-besarnya kepada Lidia Valentin, S.Ft., Ftr selaku Clinical Educator di Siloam
Hospital Denpasar dan seluruh pihak yang terlibat serta membantu dengan memberikan
perhatian, dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun supaya nantinya dapat menjadi laporan
kasus yang lebih baik lagi. Atas kesalahan yang ada, penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan
Penulis
BAB I
A. Data Medis
B. Identitas Pasien
C. History Taking
Pada saat lahir dengan proses normal dan spontan namun dibantu dengan
vacuum karena kondisi panggul kecil, lahir langsung menangis dan warna tubuh
pink sehat, namun tanggan sampai bahun tidak terangkat seperti tangan kanan saat
asda gerakan gerakan spontan pada bayi, setelah dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut atas saran dokter ditemukan luka saraf yang mempersarafi tangan.
Vital Sign:
3. Suhu : 36,4o C
INSPEKSI
Statis: Bahu asimetris, kiri lebih tinggu dari kanan. Saat posisi duduk serta
berdiri tampak tangan kiri inaktif serta rigid. Dengan posisi internal rotasi bahu,
Dinamis: Terlihat sulit saat menggangkat tangan ke atas, sulit menekuk siku dan
E. Pemeriksaan Gerak
Test Gerak Aktif : Terdapat gerak aktif AGA kiri namun tidak disertasi nyeri
Tes Gerak Pasif: Tidak terdapat keterbatasan gerak pasif pada AGA kiri
F. Pemeriksaan Neurologis
TES SENSIBILITAS
Taktil: Normal
Suhu: Normal
PEMEERIKSAAN DERMATOME
Hiperestesia (-)
Baal (-)
PEMERIKSAAN MYOTOME
Brachoradialis
Normal
Reflek
Fleksor bahu 2
Ekstensor bahu 2
Abductor bahu 3
Adductor bahu 2
Fleksor siku 2
Ekstensor siku 3
Fleksor wrist 3
Ekstensor siku 2
H. Pengukuran Fisioterapi
Mallet scale
DIAGNOSA FISIOTERAPI:
Keterbatasam dan kelemahan otot AGA sehingga sulit menggerakan AGA kiri
K. Problematika Fisioterapi
aktifitas sehari – hari dan menjaga agar pasien tetap dapat mandiri.
1. Infra Red
kulit pasien, Lama terapi 4 Menit. Kemudian hidupkan tombel power dan
lampu menyala. Amati dan awasi jika warna kulit pasien berubah atau
tindakan terapi matikan alat, jauhkan alat dari tubuh pasien dan merapikan
Persiapan Alat dan Pasien : Posisikan pasien dalam posisi terlentang dan
senyaman mungkin
fleksi 90o lalu gerakan fleksi dan ekstensi secra acepat pada elbow kiri
secara cepat hitungan 1-2x per deting sebanya 30x per set dan istirahat 1
3. Execises
Long Sitting.
theraputty.
Klien diminta melakukan latihan pasif pada sendi AGA kiri di pagi
hari dan di sore hari 3 kali pengulangan seperti yang di lakukan pada saat
E. Evaluasi
Fleksor Bahu 2 2 2
Ekstensor Bahu 2 2 2
Abduktor Bahu 3 3 3
Adduktor Bahu 2 2 2
Flexor Siku 2 2 2
Ekstensor Siku 3 3 3
Fleksor wrist 3 3 3
Ekstensor wrist 2 2 2
Global External
Rotation Grade III (0° -
Grade III (0° -
20°) Grade III (0° - 20°)
20°)
PEMBAHASAN
Cedera seperti ini menghasilkan suatu tanda yang sangat khas yang disebut
deformitas Waiter's tip karena hilangnya otot-otot rotator lateral bahu, fleksor
lengan, dan otot ekstensor lengan (Mahadewa, 2013). Sebagian besar cedera plexus
masalah saat berada di bawah tekanan, seperti dengan bayi yang besar, presentasi
bokong atau persalinan yang lama. Hal ini juga dapat terjadi ketika kelahiran
menjadi rumit dan orang yang membantu persalinan harus melahirkan bayi dengan
cepat dan mengarahkan beberapa kekuatan untuk menarik bayi melalui jalan lahir.
Jika salah satu sisi leher bayi tertarik, saraf yang terdapat didalamnya juga akan
tertarik dan dapat mengakibatkan cedera. Saraf Plexus Brachialis memiliki beberapa
kemampuan untuk meregenerasi diri, selama lapisan luar selubung atau penutup
saraf yang diawetkan, yang serabut saraf yang rusak dapat menumbuhkan kembali
ke otot. Bayi mungkin tidak dapat menggerakan bahu, tetapi dapat memindahkan
jari- jari. Jika kedua saraf atas dan bawah yang meregang, kondisi ini biasanya lebih
Pada tanggal 6 Agustus 2021 terapis pertama kali bertemu dengan pasien,
dan dilakukan assessment fisioterapi. Pasien dengan inisial DGG, merupakan balita
berumur 1 tahun 4 bulan, yang memiliki keluhan kelemahan dan keterbatsan gerak
pada AGA kiri. Akibat trauma plexus brachialis saat proses kelahiran normal akibat
pinggul Ibu yang sempit. Tidak terdapat gangguan sensoris atau pun dermatome
pada pasien. Tonus otot pada AGA kiri cenderung hipotonus akibat inaktif bergerak
serta kelemahan akibat lesi saraf tepi. Dimana hasil MMT pada AGA kiri
tidak dapat bergerak full rom dan melawan grafitasi. Untuk pengukuran fisioterapi
khusus kondisi Erb’s Palsy yaitu Mallet scale didapatkan hasil untuk Global
Abduction yaitu Grade III (30° - 90°), Global External Rotation yaitu Grade III (0° -
20°), Hand to Neck yaitu Grade I (Not Possible), Hand to spine yaitu Not testable,
Hand to mouth yaitu Grade I (No Function), Internalrotation yaitu Grade II (Cannot
Touch). Selama 3 kali terapi tidak terdapat perubahan yang signifikan pada pasien
dari hasil pemeriksaan T1, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor selain umur
pasien yang masih kecil, kesulitan komunikasi dan kurang kooperatifnya pasien
anak – anak menjadi kendala tersendiri saat melakukan intervensi. Maka diharapkan
peran orangtua yang dapat lebih kreatif dan kooperatif membantu terapis.
Terapi dilakukan selama tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 16, 18 dan 20
agustus 2021. Intervensi terpilih yang diberikan pada pasien adalah Infra Red,
Massage dan Terapi Latihan serta edukasi dan home program sebagai pendukung.
Infrared merupakan terapi standar yang diberikan sebelum pemberian manual terapi
dan dapat menghasilkan efek panas pada jaringan. Efek panas ini akan
sehingga dapat memperlancar nutrisi masuk ke jaringan dan pengeluaran zat-zat sisa
tehnik dasar pada massage yang cocok untuk intervensi pada anak – anak yaitu
strocking dan efflurage. Strocking (menggosok), yaitu gerakan ringan berirama yang
permukaan telapak tangan dan jari-jari untuk menggosok daerah tubuh tertentu.
Tujuannya adalah memperlancar peredaran darah dan cairan getah bening (limphe).
Yaitu membantu mengalirkan darah di pembuluh balik atau vena agar dapat cepat
ujung-ujung jari, terutama tiga jari tengah, atau hanya ibu jari, pelaksanaanya seperti
berkesinambungan (Suharti dkk. 2018). Jenis terapi latihan yang digunakan adalah :
Passive movement, adalah suatu latihan yang digunakan dengan gerakan yang
dihasilkan oleh tenaga/kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau aktifitas
otot. Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek pada
latihan ini adalah memperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot, memelihara dan
perlengketan jaringan. Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien. Active
movement, suatu gerak yang dilakukan oleh otot-otot anggota tubuh itu sendiri.
Gerak yang dalam mekanisme pengurangan nyeri dapat terjadi secara reflek dan
disadari. Gerak yang dilakukan secara sadar dengan perlahan dan berusaha hingga
mencapai lingkup gerak penuh dan diikuti relaksasi otot akan menghasilkan
penurunan nyeri. Pada kondisi oedem sering menimbulkan keluhan nyeri, sehingga
Ai yeyeh rukiyah, Lia, Yulianti.2012.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita: Trans Info Media
Jakarta
Basson, A., Olivier, B., Ellis, R., Coppieters, M., Stewart, A., & Mudzi, W. (2015). The
Dewi, Lia Nanny Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita: Salemba Medika
Kharismawan, S. E., Gunasagaran, J., Goh, K. J., & Ahmad, T. S. (2016). Short-term
Therapy,
Klonisch, Hombach.S & T. Konisch, J. Peeier. (2019). Sobbot Clinical Atlas Anatomy 1st
Shah, S., & Bhalara, A. (2012). Myofascial Release. International Journal of Health