Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Pasien

Berdasarkan kasus kelolaan yang sudah dijabarkan penulis diatas,

penulis melakukan analisis karakteristik pasien yaitu berdasarkan usia, jenis

kelamin, dan gaya hidup. Pada kasus kelolaan penulis, pasien bernama Tn.IB

dengan usia 86 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Menurut Brunner &

Suddarth (2017), Benigna prostate hyperplasia (BPH) adalah kondisi

patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang

paling sering untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun.

Menurut Sjamsuhidajat (2012), dengan bertambahnya usia, akan

terjadi perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen karena produksi

estrogen menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada

jaringan adiposa di perifer. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi

pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikrokopik ini berkembang, akan

terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun angka

kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun 80%. Sekitar 50% dari

angka tersebut menyebabkan gejala dan tanda klinis. Pada kasus kelolaan

pasien yang berusia 86 tahun, mulai terjadi perubahan patologi anatomi,

maka saat itu dokter ada melakukan pemeriksaan laboratorium PA untuk

memeriksakan lebih lanjut.

47
48

Faktor lain yang dapat meningkatkan kejadian BPH yaitu gaya hidup

yang kurang sehat, pada kasus kelolaan pasien Tn. IB memiliki kebiasaan

suka minum teh kemasan. Sejumlah kecil kafein yang ada dalam teh hijau

atau teh kemasan dapat memperburuk fungsi kandung kemih. Menurut ahli

kesehatan, asupan kafein dapat mengganggu masalah kontrol kandung kemih.

Jadi, jika minum teh hijau, kopi atau teh berlebih, kandungan kafein di

dalamnya bisa menyebabkan sering buang air kecil.

B. Analisis Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon

manusia terhadap kondisi kesehatan/proses hidup, atau kerentanan terhadap

respon tersebut dari individu keluarga atau komunitas (Herdman,2018).

Masalah keperawatan yang muncul dari kasus kelolaan penulis pada pasien

Tn.IB adalah nyeri akut berhubungan dengan adanya tindakan pembedahan.

Menurut (Nanda, 2015) nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,

dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari tiga bulan. Nyeri yang dirasakan oleh pasien

kelolaan penulis ini yakni Tn.IB adalah nyeri post operasi TURP dimana

kondisi nyeri yang dirasakan disebabkan oleh resektoskopi yang dimasukan

melalui uretra untuk mereksi kalenjar prostat yang obstruksi sehingga

menimbulkan luka bedah yang menyebabkan nyeri.


49

C. Analisis Intervensi

Intervensi keperawatan pada kasus kelolaan disusun sesuai dengan

diagnosa keperawatan NANDA 2018-2020. Dimana intervensi keperawatan

tersebut kemudian diadaptasi dari Nursing Clasification (NIC) dan Nursing

Outcome (NOC). Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang

dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat

untuk meningkatkan outcome pasien. Pada asuhan keperawatan yang

dilakukan terhadap Tn.IB penulis memfokuskan intervensi keperawatan yang

diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pasien dengan pemberian teknik

inovasi, berupa pemberian foot massage therapy/pijat kaki.

Dari beberapa penelitian menggambarkan bahwa foot massage adalah

salah satu metode yang paling umum dari terapi komplementer. Terapi pijat

dan refleksi merupakan pendekatan terapi manual yang digunakan untuk

memfasilitasi penyembuhan, kesehatan, dan dapat digunakan oleh perawat di

hampir setiap pelayan perawatan. Menurut Aay Rumhaeni (2019) tindakan

foot massage berarti sentuhannya dapat merangsang oksitosin yang

merupakan neurotransmiter di otak yang berhubungan dengan perilaku

seseorang, dengan kata lain sentuhan merangsang produksi hormon yang

menyebabkan perasaan aman dan menurunkan stres serta kecemasan sehingga

foot massage dapat bermanfaat secara fisik dan mental emosional. Hal ini

sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan Nurlaily Afianti (2017) foot

massage therapy dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot untuk

mengurangi rasa sakit, stres, dan kecemasan yang membantu pasien


50

meningkatkan kualitas tidur dan kecepatan pemulihan post operasi diruang

ICU.

D. Analisis Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan (Potter, 2017). Implementasi keperawatan pada

kasus kelolaan berfokus pada pemberian foot massage therapy yang dilakukan

selama 5-20 menit dengan frekuensi pemberian 1 sampai 2 kali hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Aay Rumhaeni, (2019) yang

menyatakan bahwa foot hand massage yang diberikan 4 kali selama 20 menit

dalam 2 hari dapat menurunkan intensitas nyeri pada klien dengan Infark

Miokard.

E. Analisis Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah

tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk

mengatasi suatu masalah. Evaluasi pada kasus dilakukan pada Kamis, 13

Januari 2022. Hasil evaluasi sumatif pada Tn. IB setelah diberikan foot

massage therapy, yaitu : Respon Subjektif : Pasien mengatakan nyeri mulai

berkurang dengan skala 3 dari skala 5, dan sudah bisa mengalihkan rasa nyeri

tersebut dengan hal lain seperti mengobrol dengan keluarga yang datang atau
51

perawat yang bertugas. Respon Objektif : Hasil pemeriksaan vital sign : TD=

110/80 mmHg, Nadi = 88x/menit, RR = 16 x/menit, Saturasi = 98%, pasien

tampak lebih tenang.

Pemberian foot massage therapy ini telah terbukti efektif dalam

mengurangi rasa nyeri pada pasien post operasi khususnya pada kasus

kelolaan ini adalah pada pasien post operasi TURP. Tidak banyak jurnal

penelitian tentang proyek inovasi foot massage terapi ini untuk penanganan

pasien TURP. Hanya saja pada kasus kelolaan penulis, metode foot massage

therapy ini dapat berhasil mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

kelolaan penulis. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Ice Septriani Saragih

(2019), dikatakan bahwa dari hasil penelitian tersebut merekomendasikan

bahwa foot massage dapat dilakukan sebagai salah satu teknik non

farmakologi untuk mengurangi intensitas nyeri, durasi nyeri, frekuensi nyeri .

Anda mungkin juga menyukai