A. PENDAHULUAN
1. Definisi
Stroke merupakan kelainan neruologis dengan karakteristik adanya penggumpalan pada
pembuluh darah. Adanya sumbatan aliran darah ke otak, yang dapat mengakibatkan rusaknya
pembuluh darah termasuk arteri bahkan dapat mengakibatkan pendarahan di otak. Dengan
rusaknya arteri yang membawa darah ke otak mengakibatkan banyak sel otak yang mati akibat
kekuranga oksigen. Berdasarkan the International Classification of Disease 11 (ICD-11), stroke
termasuk dalam klasifikasi gangguan pembuluh darah, namun setelah dilakukan kalsifikasi
ulang dan hasilnya stroke termasuk bagian dai neurological disease (1. Diji).
Stroke yang juga dikenal dengan istilah Cerebrovascular accidents (CVAs) didefinisikan
sebagai kelainan neurologis dengan onset yang cepat akibat terhambatnya aliran darah ke otak.
Onset dari stroke ini biasanya terjadi secara mendadak. Individu yang terkena stroke akan
mengalami kelainan atau hilangnya fungsi organ tubuh speerti mengalami kelemahan anggota
gerak tubuh secara permanen atau temporary (2. Suzanne buku). Stroke merupakan penyakit
yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada populasi dan saat ini menempatai
penyakit terbesar kedua yang dapat meningkatkan kematian. Stroke dikategorikan dalam stroke
iskemik, hemoragik atau subarachnoid, dan diantara ketiganya stroke iskemik yang menduduki
kasus paling tinggi. ( 3. channing ebook).
Stroke iskemik diakibatkan oleh adanya penyumbatan pada aliran darah terutama pada
arteri cerebral , biasanya oleg thrombus atau emboli. Sebanyak 75% kasusnya diakibatkan oleh
adanya emboli yang berasal dari arterioarterial atau cardiac genesis sehingga aliran darah ke
otak terhambat dan sel di otak mnegalami nekrosis karena kekurangan oksigen. ( 4. P. ebook).
2. Data Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kematian kelima di seluruh dunia bila dibanidngkan dnegan
penyakit kardiovaskular lainnya. Di Amerika, terjadi kasus sekitar 795.000 pasien stroke yang
berhasil pulih dengan prevalensi usia beragam. Risiko untuk terkena stroke lebih banyak pada
wanita dibandingkan pria dengan ekspetasi hidup tidak lama (3).
Stroke dialami oleh sebanyak 13,7 juta orang dan telah membunuh sebanyak 5,5 juta
populasi. Sebanyak 87% stroke iskemik yang dialami dengan prevalensi yang terus meningkat
dari tahun 1990 hingga 2016. Kejadian stroke dua kali lebih banyak dialami oleh populasi
dengan kondisi ekonomi menengah kebawah di negara berkembang, namun sebesar 42% negara
maju juga mengalami stroke. Berdasarkan usia, rerata terjadi stroke adalah diusisa 55 tahun,
akan tetapi rentang usia 20-54 tahun memiliki riisko yang tinggi dan meningkat dari 12,9%
menjadi 18,6% dari tahun 1990 hingga 2016. Berdasarkan jenis kelamin, stroke lebih banyak
dialami oleh wanita dewasa muda namun insiden pada laki-laki meningkat diusia lebih dari 50
tahun. Adanya perbedaan hormonal mengakibatkan wanita lebih rentan untuk terkena stroke.
Sedangkan pada laki-laki penyebab stroke didapat dari kebiasan buruk seperti merokok,
konsumsi alcohol. (1).
Di Indonesia sendiri, stroke menduduki peringkat atas sebagai penyebab kematian terbesar
selama 5 tahun belakang, dengan angka 15,4% kematian dari berbagai gender, usia dengan
99/100 000 kasus. Prevalensi stroke di daerah pedesaan di Indonesia cukup besar yaitu sebanyak
0,0017% , di daerah urban lebih banyak sekitar 0,022% dan di daerah perkotaan seperti Jakarta
sebanyak 0.5% dan di Indonesia secara keseluruhan sebanyak 0,8% angka kejadian stroke.
(5.kusuma).
Epidemiologi kasus stroke selama kasus pandemic merupakan tantangan besar bagi petugas
di stroke centre. Catatan kasus di Wuhan sendiri dari 27 Januari 2020 hingga 5 Maret 2020
sebanyak 50 apsien kasus baru stroke dengan 90% adalah kasus ischemic dan 10% hemoragik.
Sedangkan dari total pasien 3556 pasien yang terdiagnosis COVID-19 yang dirawat dari 15
Maret 2020 hingga 19 April 2020 sebanyak 0,9% mengalami stroke di New York. (6 Georgius).
3. Etiologi
Ada dua factor yang mengakibatkan stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Berdasarkan data
CDC tahun 2015, sebanyak 85% kasus adalah iskemik sedangakan 15% adalah kasus
hemoragik dan kasus hemoragik menyumbang kasus kematian paling banyak. (2)
Untuk kasus stroke iskemik sendiri diakibatkan oleh dua factor yaitu thrombotic atau
embolic yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke otak. Pada kasus dengan
thrombotic diakibatkan oleh penurunan aliran darah karena kerusakan dari pembuluh darah
sehingga terjadi disfungsi dari pembuluh darah itu sendiri yang akibatnya adalah terjadi
kekurangan pasokan energi dan oksigen di otak. Thrombotic sendiri diakibatkan oleh adanya
atherosclerosis, arterial dissection, fibromuscular dysplasia atau kondisi inflamasi. Sedangkan
untuk kasus emboli diakibatkan adanya zat atau gumpalan lemak dan menyumbat pembuluh
darah sehingga aliran darah berkurang. Kedua penyebab stroke tersebut memiliki prognosis dan
penanganan yang berbeda pula. (3).
4. Patologi
Aliran darah yang menuju ke otak dibawa oleh 2 internal carotids anterior dan 2 arteri
vertebral posterior (the circle of Willis). Stroke iskemik yang disebabkan oleh adanya
penyumbatan pada aliran darah di kedua pembuluh darah tersebut, sehingga
mengakibatkan kekurangan oksigen pada sel di otak. Stroke iskemik disebabkan oleh dua
factor yaitu emboli dan thrombotic yang mengakibatkan necrosis yang merusak membrane
plasma dari sel di otak, bengkak pada organelle sel, sehingga merusak organ sel secara
keseluruhan. Akibat rusaknya sel otak, fungsional dari neuronal juga akan menghilang.
Inflamasi pada sel otak menyebabkan peningkatan energi yang besar ke dalam sel otak oleh
tubuh, sehingga hilangnya homesotatis dari organ, acidosis dan meningkatkanya level
kalsium intraseluler, excitocity dan juga meningkatknay radikal bebas, cytokine, dan juga
oxidative berlebih. Hal ini memicu meunculnya infiltrasi leukosit yang mengakibatkan
parahnya kerusakan pada sel neuronal di otak. Rusak sel neuronal yang berfungsi pada
pergerkan tubuh mengakibatkan efek pada otot, fungsi berbicara hingga keseimbangan
tergantung dari luas atau banyaknya sel yang mengalmai nekrosis di otak.
1. History Taking
Paisien A Pasien B Case Report
Pasien mengeluh Pasien Pasien stroke yang digunakan sebagai sampel dalam studi
lemah pada tubuh mengeluh merupakan pasien stroke yang mengalami stroke ischemic
sisi kanan, kelemahan pada dengan kerusakan di left middle cerebral artery. Dimana
terutama
kesulitan untuk tubuh sisi pasiennya mengeluh mengalami kelemahan pada sebagin
kanan,
Mnegangkat bicara pelo, tubuhnya. Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien
lengan dan juga onset seminggu sampel antara lain Lovenox, imovan , Zoloft dan lexomil.
belum mampu dan juga (Becheva).
duduk sendiri. memiliki
Onset kejadian Riwayat
selama sebulan penyakit
dan sudah penyerta yaitu
Merupakan hipertensi.
kejadian berulan
dengan Riwayat
Stroke
sebelumnya 3
tahun lalu.
Kelemahan yang
dirasakan lebih
Parah
Dibandingkan
sebelumnya.
Pasien memiliki
Riwayat
hipertensi tidak
terkontrol.
Kesimpulan :
Keluhan pasien stroke pada contoh kasus diatas sama yaitu dengan kelemahan disisi dextra dan
dengan Riwayat penyakit hipertensi yang merupakan salah satu factor risiko untuk mengalami
penyumbatan pada pembuluh darah ke otak sehingga mengakibatkan Stroke ischemic.
2. Inspeksi/Obsevasi
Pasien A Pasien B Case Report
Inspeksi statis: - Inspeksi statis Pada study case report yang dilakukan oleh
- Wajah terlihat Becheva and danail, 2017, pasien yang
- Tidak terdapat diperiksa namnpak mengalmai paralysis facials
oedema. asimetris
di sebelah kanan, mengalami sensory apahsia
- Bibir kiri mencong
- Pengembangan dada Pipi kiri sedikit terlihat
dan juga mengelami kelemhana otot.
simetris,
turun
otot wajah
simetris. Inspeksi dinamis :
- Pasien mampu
- Bahu tampak mengerakan AGA dan
asimetris (bahu kanan
AGB bagian dextra
lebih
tinggi daripada bahu - Pasien kesulitan
kiri) mengerakan AGA dan
AGB bagian sinistra
Inspeksi dinamis:
- Reaksi asosiasi ada
- Pasien datang pada AGB dextra
menggunakan
- Saat tersenyum wajah
kursi roda dan
terlihat tidak simetris
berpindah dari
kursi roda ke bed - Saat bicara gerakan
dengan bantuan bibir tidak simetris Saat
oranglain. bicara suara pelo
- Pasien mampu
miring kanan dan
kiri secara
mandiri.
Kesimpulan :
Inspeksi pasien dilakukan 2 kali yaitu saat kondisi statis dan dinamis, inpeksi statis dilakukan saat
pertama kali melihat pasien dalam posisi diam sedangkan inspeksi dinamis dilakukan saat pasien
melakukan Gerakan ataupun diisntruksikan melakukan Gerakan. Pasien stroke diatas saat diinspeksi
dinamis mengeluhkan kelemahan atau abhakn tidak mampu bergerak yang merupakan gejala dari stroke.
3. Pemeriksaan/Pengukuran
Paisien A Pasien B Case Report
1. Pemeriksaan ROM - Pemeriksaan Pada study case report yang dilakukan,
aktif : Terdapat ROM aktif : pengukuran yang digunakan adalah untuk
gerakan kompensasi Mampu mengukur pergerakan pasien dengan Michel’s
berupa gerakan neck, mengerakan dengan rating -1 sampai -2. Kemudian
trunk, dan shoulder extremitas atas pengukuran berjalan dengan melihat
sisi kontralateral saat sisi kanan menggunakan atau tanpa alat bantu jalan. Dan
mengerakkan fleksi secara minimal terakhir skala nyeri diukur dengan menggunakan
dan abduksi shoulder., - Mampu skala nyeri EVA .
Terdapat gerakan mengerakan
kompensasi berupa extremitas bawah
gerakan hip, knee, dan sisi kanan secara
ankle sisi kontralateral minimal
saat fleksi hip., Pada - Mampu
Paisien A Pasien B Case Report
saat diinstruksikan mengerakan
melakukan gerakan extremitas atas
aktif pada kedua sisi kiri normal
ekstremitas bawah, - Mampu
pasien belum mampu mengerakan
melakukannya., extremitas bawah
Pasien mampu sisi kiri normal
melakukan gerakan - Belum mampu
mengangkat pantat ke menarik sudut
atas (core stability) bibir kanan,
dengan posisi fleksi belum mampu
knee kurang dari 10 memanyunkan
detik. bibir kanan,
2. Pemeriksaan Refleks 2. Pemeriksaan
Babinski dextra kesadaran dengan
positif. GCS mendapat hasil
3. Pemeriksaan Sensoris compos mentis
masih kategori baik 3. Refleks Babinski =
4. Pemeriksaan orientasi postif
dengan history taking 4. Pemeriksaan
mendapatkan hasil kekuatan otot dengan
normal Manual Muscel Test
5. Pemeriksaan (MMT) sinistra = 3
allesthesia dengan 5. Skala Stroke dengan
sentuhan : pasien NIHSS = 5 (Stroke
dapat membedakan Sedang )
bagian anggota gerak 6. Pemeriksaan
atas dan bawah sisi kemampuan
kanan. fungsional dengan
6. Pemeriksaan National Index Barthel =
Institute of Health ketergantunagn berat
Stroke Scale (NIHSS) 7. Penilaian Risiko
= 6 (stroke sedang) jatuh dengan Morse
7. Penilaian risiko jatuh scale = tinggi.
dengan Skala Morse =
12 (tinggi)
8. Pemeriksaan
Kemampuan
Fungsional dengan
Barthel Index = 10
(ketergantungan
sedang).
9. Pemeriksaan kekuatan
otot dengan Manual
Muscle Test (MMT)
sinistra = 3
Kesimpulan :
Pemeriksaan neurologis yang wajib dilakukan pada pasien stroke adalah pengukuran kekuatan otot yang
dapat dilakukan dengan Manual Muscle Test (MMT). Pemeriksaan ROM dapat dilakukan bila pasien
mampu aktif melakukan sendiri, namun bila pasien belum mampu dapat dicek ROM pasif untuk melihat
kondisi capsule sendi guna upaya preventif selanjutnya. Pemeriksaan yang harus dilakukan lainnya
adalah mengecek reflex untuk melihat gangguan di otak. Pemeriksaan skala stroke dengan skala NIHSS
dan kemampuan fungsional dengan Barthel Index serta skala jatuh dengan skala Morse.
4. Algoritma Assessment
Anamnesis
Hipertensi (+)
CT Scan: Laboratorium:
- Sub acute infarction pada WBC (tinggi), NE%
daerah nucleus caudatus kiri
(tinggi), LY% (rendah),
Diagnosa - Age related brain atrophy
NE# (tinggi), HGB
(rendah), Kreatinin
(tinggi), Asam Urat
Stroke Non Hemoragic (tinggi)
Berulang
5. Diagnosis Fisioterapi
Pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak atas dan bawah sisi dextra yang
menyebabkan terjadinya gangguan aktivitas fungsional (keterbatasan dalam duduk, berdiri,
berjalan dan merawat diri) et cause Stroke Ischemic
6. Differential Diagnosis : dengan kondisi yang sama diagnose lain yang kemungkinan
antara lain facial nerve lesion, cerebrovascular disease .
c. b715 stability of
joint functions
Body Function
d. b7320 power b7303.1 Power of
muscle of one
muscle of one
side of the body
side of body
e. B7351 tone of b7352.1 Tone of muscle
muscles of one of one side of
limb body
f. b740 muscle b2401.1 Dizziness
endurance
function b3101.1 Quality of voice
a. d415.2 Functions
Maintaining a
body position Activity limitation
Participation
Restriction :
a. d840.3 Work and
employment
b. d910.2
Community life
c. d930.2 Religion
and spirituality
d. d920.2 Recreation
and leisure
C. PROSES INTERVENSI FISIOTERAPI
2) Pasien B
Intervensi Langkah dan tujuan Dosis
Positioning Tujuan : Stroke dapat menyebabkan kelumpuhan pada satu Setiap 2 jam sekali
sisi tubuh, sehingga sulit bagi pasien untuk bergerak di
tempat tidur. Pergantian posisi yang teratur penting untuk
meminimalkan risiko pasien akan kerusakan kulit,
kontraktur dan komplikasi pada organ respirasi.
Fasilitasi Gerakan Tujuan : untuk peningkatan aktivitas otot untuk mencapai 3 set dengan 5
kontrol motorik yang lebih baik dengan memanfaatkan repetisi
neuroplastisitas.
b. Pasien B
Jenis Intervensi Frekuensi Prognosis
Terapi
Kombinasi Positioning exercise (karena 5 kali Prognosis :
pasien masih dirawat), facial expression seminggu Pasien dapat melakukan Gerakan dan
exercise, core exercise dan fasilitasi meningkatkan aktifitas fungsional bila
Gerakan. rajin Latihan selama kurang lebih 3-5
bulan.
1. Evaluasi
a. Pasien A : setelah 6x fisioterapi diberikan inetrvensi yang sama dan bantuan alat seperti
Inframerah didapatkan hasil sebagai berikut :
Evaluasi
Awal terapi Akhir Terapi
MMT sinistra: 3 MMT sisnistra masih 3
Reflex Babinski : + Reflex babinksi : tidak ada
atau muncul Kembali saat
Gerakan terntu
b. Pasien B : pasien sedang dirawat sehingga fisioterapi dapat dilakukan 2 kali yang
seharusnya setiap hari dan dimulai di hari ktigas serangan.
Evaluasi
Awal terapi Akhir Terapi
Masing mengalmai HO Pusing akibat HO berkurang dan
Nilai MMT : 3 setelah fisioterapi kedua kali sudah
Reflex babnisnki : + tida ada.
Nilai MMT : 3
Reflex Babinski : sudah tidak ada