BAB 1
PENDAHULUAN
CVA (Cerebro Vaskular Accident) adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian
nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang.
Secara global, pada saat tertentu sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke. Terdapat sekitar
13 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12
bulan. Terdapat sekitar 250 juta anggota keluarga yang berkaitan dengan para penderita stroke
yang bertahan hidup. Selama perjalanan hidup mereka, sekitar empat dari lima keluarga akan
memiliki salah seorang anggota mereka yang terkena stroke. Stroke adalah masalah neorologik
primer di AS dan dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada
insiden beberapa tahun terakhir, stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju
mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya,
terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan,
dari angka ini 40% memerlukan bantuan dalam akativitas kehidupan sehari-hari. (Brunner &
Suddarth, 2002). CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan
istilah Stroke.Istilah ini lebih populer di banding CVA. Kelainan ini terjadi pada organ
otak.Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak.Berupa penurunan kualitas
pembuluh darah otak.Stroke menyebabkan angka kematian yang tinggi.Kejadian sebagian besar
dialami oleh kaum lai-laki daripada wanita (selisih 19 % lebih tinggi)dan usia umumnya di atas
55 tahun. Stroke adalah penyakit otak yang paling desdruktif dengan konsekuensi berat,
termasuk beban psikologis, fisik dan keuangan yang besar pada pasien, keluarga mereka dan
masyarakat. Pada kenyataannya banyak orang yang lebih takut akan menjadi cacat oleh stroke
dibandingkan dengan kematian itu sendiri. Jika tidak ada perbaikan dalam metode-metode
pencegahan yang ada sekarang jumlah stroke dan korban stroke akan tumbuh pesat dalam
beberapa decade mendatang. Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga
yang dapat terjadi pada siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan efektif yang dapat
dilakukan untuk mengatasinya. Namun, data-data ilmiah terakhir secara meyakinkan telah
membuktikan hal yang sebaliknya. Selama decade terakhir telah terjadi kemajuan besar dalam
pemahaman mengenai factor resiko, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi stroke. Kita
sekarang mengetahui bahwa stroke dapat diperkirakan dan dapat dicegah pada hampir 85%
orang. Juga terdapat terapiefektif yang dapat secara substansional memperbaiki hasil akhir
stroke. Pada kenyataannya, sekitar sepertiga pasien stroke sekarang dapat pulih sempurna dan
proporsi ini dapat meningkat jika pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasi yang
memadai. (dr. Valery Feigin,Ph.D. ,2004)
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui anatoni dasar otak dan aliran darah
2. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari CVA infark
3. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari CVA infark
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari CVA infark
5. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis dari penderita CVA infark
6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang untuk CVA infark
7. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari CVA infark
8. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari CVA infark
9. Mahasiwa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien CVA infark
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI DAN DASAR OTAK DAN ALIRAN DARAHNYA
Otak adalah organ vital. Otak bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita, seperti
berfikir dan mengingat. Otak mengendalikan interaksi kita dengan dunia luar. Sebagai contoh,
otak menafsirkan apa yang diterima oleh indra kita serta mengontrol gerakan-gerakan sadar kita.
Otak juga mengendalikan banyak dari fungsi tubuh kita yang otomatis. Hampir 80% dari semua
gen manusia digunakan oleh otak.
Otak terdiri dari se-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai gel glia,
cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Arteri adalah pembuluh yang mengangkut darah yang
kaya akan oksigen dan nutrien, misalanya glukosa ke otak. Vena adalah pembuluh yang
membawa darah yang telah digunakan dan zat sisa menjauhi otak. Semua orang memiliki jumlah
neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi jumlah koneksi diantara berbagai neuron berbeda-
beda. Pada seorang dewasa, otak hanya membentuk sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh
total, tetapi mengonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah
arterial.
Otak tidak menyimpan oksigen dan nutrien lain dalam jumlah yang signifikan, sehingga agar
berfungsi dengan benar, organi memerlukan pasokan darah secara konstan 24 jam dari arteri.
Agar berfungsi normal, otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat. Tidak ada organ lain di tubuh
yang secara konsisten mendapat pasokan darah sedemikian intensif.
Otak mendapat darah aterial dari sepasang sistem sirkulasi utama. Yang pertama terdiri dari dua
arteri, yaoitu arteri karotis (kanan & kiri ) yang menyalurkan darah ke bagian depan otak. Ini
dikenal sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah sistem vertebrosbasilar
yang memasok darah ke bagian belakang otak. Sistem ini disebut juga sirkulasi arteri serebrum
posterior. Kedua sistem ini dihubungkan oleh pembuluh-pembuluh darah.
Neuron merupakan sel tubuh yang paling sensitif terhadap kekurangan oksigen dalam darah.
Interupsi aliran darah arteri ke otak hanya selama 7-10 detik sudah dapat menimbulkan
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki ( kematian neuron ) di bagian otak yang bersangkutan.
Namun,terdapat beberapa mekanisme yang dapat sampai tahap tertentu, mencegah kerusakan
otak dan mempermudah pemulihan. Tidak seperti organ lain, otak memiliki sistem autoregulasi
sendiri, yang menjamin konsistensi sirkulasi darah di dalam batas-batas ini, sistem autoregulasi
gagal, dan terjadilah stroke. (dr. Valery Feigin,Ph.D. ,2004)
Gambar 2.1
Anatomi otak
Aliran vena otak tak selalu paralel dengan suplai darah arteria, pembuluh vena meninggalkan
otak melalui sinus dura yang besar dan kembali ke sirkulasi melalui vena jugularis interna.
Arteria medulla spinalis dan system vena paralel satu dengan yang lain dan mempunyai
hubungan percabangan yang luas untuk mencukupi suplai darah ke jaringan.
Arteria karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma
optikum, menjadi arteria serebri anterior dan media. Arteria serebri media adalah lanjutan
langsung dari arteria karotis interna. Segera sesudah masuk ke dalam ruang subarakhnoid dan
sebelum bercabang-bercabang, arteria karotis interna mempercabangkan arteria oftalmika yang
masuk ke dalam orbita dan mendarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-bagian hidung dan
sinus-sinus udara. Bila cabang arteria karotis interna ini tersumbat (misal, pada stroke), dapat
mengakibatkan kebutaan monocular.
Arteria serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nucleus kaudatus dan
putamen ganglia basalis, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum dan bagian-bagian
(terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebrum, termasuk korteks somestetik dan
korteks motorik. Bila arteria serebri anterior mengalami sumbatan pada cabang utamanya, akan
terjadi hemiplegia kontra lateral yang lebih berat di bagian kaki dibandingkan bagian tangan
( ekstrimitas bawah lebih terkena daripada ekstrimitas atas). Paralysis bilateral dan gangguan
sensorik timbul bila terjadi sumbatan total pada kedua arteria serebri anterior, tetapi pada
keadaan ini pun ekstrimitas bawah terkena lebih parah dari ekstrimitas atas.
Arteria serebri media menyuplai darah untuk bagain lobus temporalis, parietalis dan frontalis
korteks serebri dan membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas.
Arteria ini merupakan sumber darah utama girus prasentralis dan postsentralis. Korteks
audiotorius, somestetik, motorik, dan pramotorik disuplai oleh arteria ini seperti juga korteks
asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada lobus sentralis tersebut.
Arteria serebri media yang tersumbat di dekat percabangan kortikal utamanya (pada trunkus
arteria) dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisferium serebri dominan bahasa.
Selain itu, juga mengakibatkan hilangnya sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua titik
kontralateral seta hemiplegia kontralateral yang berat, terutama ekstrimitas atas dan wajah.
Aliran vena umumnya mengikuti pola distribusi arteria. Beberapa vena medulla spinalis
mempunyai katup, berbeda dengan vena-vena otak dan sinus vena yang tak mempunyai katup.
System vascular medulla spinalis langsung berhubungan dengan system vena otak. Bila tekanan
vena dalam medulla spinalis meningkat (misal, yang terjadi bila seseorang sedang batuk atau
mengangkat barang yang berat) maka tekanan vena sentralis meningkat sehingga untuk
sementara waktu menghambat aliran vena otak.
Plastisitas otak
Otak adalah suatu organ yang sangat mudah beradaptasi. Penelitian- penelitian terakhir
memperlihatkan bahwa pertumbuhan otak dan perubahan sel syaraf tidak terbatas pada masa
kanak-kanak seperti yang semula disangka. Meskipun neuro yang mati tidak mengalami
regenerasi, kemampuan adaptif, atau plastisitas otak manusia sangatlah luar biasa, terutama pada
kaum muda. Terdapat bukti bahwa dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil
alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Dengan kata lain, bagian bagian otak sepertinya
belajar kemampuan baru. Hal ini mungkin merupakan mekanisme paling penting yang berperan
dalam pemulihan stroke. (dr. Valery Feigin,Ph.D. ,2004)
CVA atau stroke adalah cedera vaskular akut pada otak. Ini berarti stroke adalah suatu cedera
mendadak dan berat pada pembuluh darah otak. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan
darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh
darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai,. Stroke mungkin
menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent stroke), tergantung
pada tempat dan ukuran kerusakan. (dr. Valery Feigin,Ph.D. ,2004)
Stroke atau cedera serebrovaskular ( CVA ) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darh ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskular
selama beberapa tahun. (Brunner & Suddarth, 2002). Stroke dapat didefinisikan sebagai defisit
neurologi yang mempunyai awitan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari CVD.
Hampir sekitar ¾ stroke diakibatkan oleh obstruksi vaskular (trombi atau emboli),
mengakibatkan inskemia dan infark. Sekitar ¼ kasus stroke adalah hemorragi, yang diakibatkan
oleh penyakit vaskular hipertensif ( yang menyebabkan hemorragi intraserebral ), ruptur
anuerisma atau malformasi arteri ovenosa (AVM). (Huddak & Gallo, 1996)
TIA yang juga disebut stroke kecil atau ringan adalah suatu faktor resiko utama terjadinya stroke
iskemik ( stroke yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan satu atau beberapa arteri yang
menuju otak). Hal ini berarti jika seseorang mengalami TIA, ia beresiko tinggi terjangkit stroke.
Stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologik mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. Istilah
yang lebih lama dan masih sering digunakan adalah cerebrovascular accident ( CVA ).(Sylvia
A.Price,2006 hal 1110).
CVA Infark atau stroke non haemorragic dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder. Kesadaran umummnya baik.
2. Defisit Neurologis Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurologi Defisit (RIND). Gejala dan
tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dan kemudian pulih
kembali (dalam jangka waktu kurang dari tiga minggu).
3. In Evolutional atau Progressing Stroke. Gejala gangguan neurologis yang progresif dalam waktu
enam jam atau lebih.
4. Stroke Komplit (Completed Stroke / Permanent Stroke ). Gejala gangguan neurologis dengan
lesi -lesi yang stabil selama periode waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesifitas lanjut.
Tabel 2.1
Perbedaan CVA Infark dengan CVA Bleeding
2.3 ETIOLOGI
Pada CVA infark, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.
Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis
dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian
menyumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya
bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke
semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada penderita yang baru
menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama
jantung (terutama fibrilasi atrium).
Brunner & Suddarth dalam bukunya Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, 2002,
menyatakan bahwa etiologi dari stroke adalah:
1. Trombosis ( bekuan darah di dalam pembuluh darah oatak atau leher).Aterosklerosis
serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral yang
adalah penyebab paling umum stroke.
2. Embolisme serebral ( bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain ). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infekti,
penyakit jantung rematik, dan infark miokar, serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal
emboli. Mungkin saja bahwa pemasangan katub jantung prostetik dapat mencetuskan stroke,
karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah ini. Resiko stroke setelah pemasangan
katub dapt dikurangi dengan terapi antikoagulan pascaoperatif. Kegagalan pacu jantung,
fibrilasi atrium dan kardioversi untuk fibrilasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari
emboli serebral dan stroke. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-
cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak). Iskemia serebral ( insufisiensi suplai darah
ke otak) terutama karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Hemorragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori,
bicra, atau sensasi. Hemoragi dapat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstradural atau
epidural), dibawah durameter (hemoragi subdural), diruang subarakhnoid (hemoragi
subarakhnoid), atau didalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
Hemoragi ekstradural adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini
biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens lain.
Hemoragi subdural pada dasranya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hepatoma
subdural biasanya sobek. Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak.
Hemoragi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetepi penyebab
paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus willisi dan malformasi arteri vena
kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisme.
Hemoragi intraserebral. Perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan
hipertensi atau ateroskerosis serebral, karena perubahan degeneratif penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah.
Menurut Arif Mansjoer dalam bukunya Kapita Selekta Kedokteran Edisi III, 2000 menjelaskan
bahwa etiologi stroke antara lain:
1. Infark otak (80%)
Emboli
a. Emboli kardiogenik
Fibrilasi atrium atau aritmia lain
Trombus mural ventrikel kiri
Penyakit katub mitral atau aorta
Endokarditis ( infeksi atau non infeksi )
b. Emboli paradoksal
c. Emboli arkus aorta
Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
a) Arteri Penyakit ekstrakranial
Arteri karotis interna
Arteri vertebralis
b) penyakit intrakranial
Arteri karotis interna
Arteri serebri media
Arteri basilaris
Lakuner
2. Perdarahan intraserebral (15%)
Hipertensif
Malformasi arteri vena
Angiopati amiloid
3. Perdarahan subarakhnoid (5%)
4. Penyebab lain ( dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
Trombososis sinus dura
Diseksi arteri karotis atau vertebralis
Vaskulitis sistem saraf pusat
Penyakit moya-moya ( oklusi arteri besar intrakranial yang progresif )
Migren
Kondisi hiperkoagulasi
Penyalahgunaan obat ( kokain atau amfetamin)
Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukimia)
Miksoma atrium
Gambar 2.3.1
Etyology of CVA
2.4 PATOFISIOLOGI CVA INFARK
Gangguan pasokan darah aliran otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulus Willisi seperti arteri karotis interna dan system vertebrobasilar atau semua
cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15
sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Alasannya adalah mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Proses
patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam
pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa keadaan penyakit pada
pembuluh itu sendiri, seperti pada atrosklerosis atau trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau
peradangan,berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atauy embolus infeksi yang berasal
dari jantubg atau pembuluh ekstrakranium, atau rupture vascular di dalm jaringan otak atau
ruang subarakhnoid.
Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung berakhir di otak, hal ini
disebabkan karena:
Aliran darah ke otak berasal dari arkus aorta sehingga emboli yang lepas dari ventrikel kiri akan
disebarkan melalui aliran darah ke arteri karotis komunis kiri dan arteri brakhiosefalik.
Jaringan otak sangat sensitif terhadap obstruksi aliran darah, sehingga emboli yang berukuran 1
mm sudah dapat menimbulkan gangguan neurologis yang berat, emboli dengan ukuran yang
sama bila masuk ke jaringan lain dapat tidak memberikan gejala sama sekali.
Emboli intra kranial terutama berada di hemister serebri, hal ini disebabkan oleh karena jumlah
darah yang melalui arteri karotis (300ml/menit) jauh lebih banyak daripada yang melalui arteri
vertebralis (100ml/menit), selain itu juga disebabkan oleh karena aliran yang berkelok kelok dari
arteri subklavia untuk dapat mencapai sistem vertebralis. Emboli mempunyai predileksi pada
bifurkasio arteri terutama pada cabang a.cerebri media, bagian distal arteri basilaris dan arteri
cerebri posterior. Kebanyakan emboli terdapat di arteri cerebri media, bahkan emboli ulang pun
memilih arteri ini juga, hal ini disebabkan karena arteri cerebri media merupakan percabangan
langsung dari arteri karotis interna, dan arteri cerebri media akan menerima 80% darah yang
masuk ke arteri karotis interna. Medula spinalis jarang terserang emboli, tetapi emboli dari
abdomen danaorta dapat menimbulkan sumbatan aliran darah ke medulla spinalis dan
menimbulkan gejala defisit neurologis. Berbeda dengan emboli pada atherosklerosis, emboli dari
jantung terdiri dari gumpalan darah (klot) yang lepas daya ikatnya dari dinding pembuluh darah
atau jantung, emboli ini dapat pecah dan pindah ke pembuluh darah yang lebih distal sehingga
bila dilakukan pemeriksaan angiografi setelah 48 jam emboli biasanya sudah tidak tampak.
Faktor yang dapat menimbulkan emboli mungkin berbeda untuk masing-masing kelainan
jantung:
Faktor mekanis:
Misalnya pada atrial fibrilasi, perubahan fungsi mekanik dari atrium yang timbul setelah
gangguan irama mungkin berkorelasi dengan timbulnya emboli. Endokardium mengoptimal
jantung dengan mengatur kontraksi dan relaksasi miokardium (hal ini hanya terjadi pada
endokardium yang intak), pada endokardium yang rusak seperimpose thrombus dapat
menimbulkan respons inotropik pada miokardium yang bersangkutan dan menimbulkan
kontraksi yang tidak seragam pada dinding jantung, hal ini akan menimbulkan pelepasan emboli.
Faktor lain. Faktor lain yang juga penting dalam proses pembentukan emboli adalah pemecahan
trombus oleh ensim trombolitik endokardial.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Valery Feigin,Ph.D. dalam bukunya yang berjudul stroke, 2004 menjelaskan bahwa
manifestasi kilnis dari cva infark :
1. Hilangnya kekuatan ( atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu tubuh, terutama disatu
sisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai.
2. Rasa hilangnya sensasi atau sensasi tak lazim lain di suatu bagian tubuh, terutama jika hanya
disalah satu sisi.
3. Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi
4. Tidak mampu berbicara dengan benar atau memahami bahasa
5. Hilangnya keseimbangan, berdiri tak mantap, atau jatuh tanpa sebab
6. Serangan sementara jenis lain, seperti vertigo, pusing bergoyang, kesulitan menelan (Disfagia),
kebingungan akut, atau gangguan daya ingat
7. Nyeri kepala yang terlalu parah, muncul mendadak, atau memiliki karakter yang tidak lazim,
termasuk perubahan pola nyeri kepala yang tidak dapat diterangkan
8. Perubahan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan atau kejang
Menurut Sylvia A. Price gejala dan tanda yang disebut juga sindrom neurovaskular anatara lain :
Arteri karotis interna (sirkulasi anterior: gejala biasanya unilateral). Lokasi tersering lesi adalah
bifurkasio arteri karotis komunis ke dalam arteria karotis ineterna dan eksterna. Cabang-cabang
arteri karotis interna adalah arteri oftalmika, arteri komunikantes posterior, arteria koroidalis
anterior, arteria serebri anterior, arteri serebri media. Dapat timbul berbagai macam sindrom
yaitu :
a. Dapat terjadi kebutaan satu mata di sisi arteria karotis yang terkena akibat insufisiensi arteria
retinalis
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena insufisiensi arteria serebri media
c. Lesi dapat terjadi di daerah antara arteria serebri anterior dan media. Gejala mula-mula timbul di
ekstremitas atas (misalnya tangan lemah ) dan mungkin mengenai wajah ( kelumpuhan tipe
supranukleus )
Arteria serebri media
1. Hemiparesis atau monoparesis kontralateral (biasanya mengenai lengan)
2. Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral
3. Afasia global (apabila hemisfer dominan terkena) gangguan semua fungsi yang berkaitan dengan
bicara dan komunikasi.
4. Disfasia
b. Kehilangan penglihatan
perifer
Kesulitan melihat pada malam hari
Penglihatan ganda
2 DEFISIT MOTORIK
a. Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi
yang sama
b. Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
sama
c. Ataksia
2.Diagnostik.
Scan Kepala
Angiografi serebral.
EEG.
Pungsi lumbal.
MRI.
X ray tengkorak
2.7 KOMPLIKASI
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab medis (misalnya, peningkatan
tekanan darah) dan faktor penyebab perilaku (misalnya merokok). Penyebab penyebab ini
disebut ”faktor resiko”.
Terdapat sejumlah faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi ini mencakup penuaan, kecenderungan genetis dan suku bangsa.
Menurut Arif Mansjoer dalam bukunya Kapita Selekta Kedokteran Edisi III, 2000, faktor resiko
stroke yaitu :
1. Tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA, penyakit
jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot dan homozigot untuk homosistinuria
2. Dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat,
kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia, dan
dislipidemia.
Menurut Arif Mansjoer dalam bukunya Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid 2, 2000
penatalaksanaan stroke antara lain :
Heparin merupakan kontra indikasi relative pada pasien dengan infark luas yang berhubungan
dengan efek massa atau konfersi / transformasi hemoragik. Pasien stroke dengan infark miokard
baru , fibrilasi atrium penyakit katup jantung atau thrombus intrakardiak harus diberikan
antikoagulan oral (warfarin) sampai minimal 1 tahun dengan mempertahankan masa protrombin
1,5-2,5 kali control atau INR 2-3.
8. Pemeriksaan penunjang neurovascular diutamakan yang non infasif. Pemeriksaan yang berikut
ini dianjurkan pada pasien infark serebri bila alat tersedia dan biaya terjangkau.
Ekokardiografi untuk mendeteksi adanya sumber emboli dari jantung.Pada bayak pasien
ekokardiografi transtorakal sudah memadai. Ekokardiografi transesofageal memberikan hasil
yang lebih mendetail terutama kondisi atrium kiri dan arkus aorta serta lebih sensitive untuk
mendeteksi thrombus mural atau vevegetasi katup.
Ultrasonografi Doppler karotis dipewrlukan untuk menyingkirkan satenosis karotis yang
simtomatis serta lebih dari 70% , yang merupakan indikasi ntuk enarterektomi karotis.
10. Pertimbangkan pemeriksaan darah berikut ini pada kasus kasus penyebab stroke yang tidak
lazim, terutama pada usia muda :
a. Kultur darah jika dicurigai endokarditis
b. Pemeriksaan prokoaglan : aktivitas protein C, aktivitas protein S, aktivitas antitrombin
III,antikoagulan lupus,antibody antikardiolipin.
c. Pemeriksaan untuk vaskulitis : antibody antinuklar (ANA), factor rheumatoid, regain plasma
cepat (RPR) , serologi virus hepatitis, laju endap darah , elektroforesis protein serum,
krioglobulin, dan serologi virus herpes simpleks.
d. Profil koagulasi untuk menyingkirkan koagulasi intrafaskular diseminata (DIC).
e. Beta gonadotropin korionik manusia (beta HCG) untuk menyingkirkan kehamilan pada wanita
muda dengan stroke.
e. Masalah eliminasi
o Analisis pola berkemih pasien dan berikan bedpan/urinal sesuai jadwal yang telah ditentukan.
g.Masalah seksual
o Berikan dorongan konseling seksual tentang pendekatan alternatif terhadap ekspresi sosial.
PENGOBATAN
1. Konservatif.
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
b. Mencegah peningkatan TIK.
Antihipertensi.
Deuritika.
Vasodilator perifer.
Antikoagulan.
Diazepam bila kejang.
Anti tukak misal cimetidine.
Kortikosteroid pada kasus ini tidak ada manfaatnya karena klien akan mudah terkena infeksi,
hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung.
Manitol : mengurangi edema otak.
2. Operatif.
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi hematom
karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan klien.
3. Pada fase sub akut atau pemulihan ( > 10 hari ) perlu :
Terapi wicara.
Terapi fisik.
Stoking anti embolisme.
1. PENGKAJIAN
a. BIODATA
Pengkajian biodata di fokuskan pada :
Umur : karena usia di atas 55 tahun merupakan resiko tinggi terjadinya serangan stroke. Jenis
kelamin laki-laki lebih tinggi 30% di banding wanita. Ras kulit hitam lebih tinggi angka
kejadiannya.
Airway. Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
Breathing. Kelemahan menelan atau batuk atau melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan
yang sulit atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi atau aspirasi.
Circulation. TD dapat normal atau meningkat,hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
Data obyektif:
o Perubahan tingkat kesadaran
o Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
o Gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
o Hipertensi arterial
o Disritmia, perubahan EKG
o Pulsasi : kemungkinan bervariasi
o Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
Data Subyektif:
o Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
o Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
o Kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
o Inkontinensia, anuria
o Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
Data obyektif:
o Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti:
letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
o Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan
tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
o Wajah paralisis
o Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata
kata, reseptif atau kesulitan berkata kata komprehensif, kombinasi dari keduanya.
o Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
o Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
o Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi lateral
eri
Data Subyektif:
o Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
o Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot fasial
pirasi
Data Subyektif:
o Perokok ( factor resiko )
amanan
Data obyektif:
o Motorik-sensorik : masalah dengan penglihatan
o Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap
bagian tubuh yang sakit
o Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
o Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
o Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
eraksi social
Data obyektif:
o Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret akibat kelemahan refleks
batuk.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat gangguan neuromuskular
c. Penurunan curah jantung berhubungan penurunan konduksi pada miokardium.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN.
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret akibat
kelemahan refleks batuk.
• Klien melakukan latihan napas dalam setiap jam (menghela napas panjang)
Klien dapat mngutarakan pentingnya latihan paru-paru setiap hari.
Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat.
Intervensi:
1. Jelaskan pada klien pentingnya latihan napas agar dapat terlatih otot-otot pernapasan sehingga
pola napas kembali efektif.
2. Ajarkan klien untuk menggunakan botol tiup setiap jam saat bangun untuk melatih kekuatan otot
napas.
3. Kolaborasi dengn dokter untuk pemberian obat antikolinergik
4. Sucktion sesuai kebutuhan (obat-obatan antikolinergik meningkatkan sekresi bronkial)
5. Auskultasi bidang paru setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi latihan napas jika ada gangguan bunyi
napas.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat gangguan neuromuscular
Tujuan: Pasien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuannya
Kriteria Hasil:
Bertambahnya kekuatan otot
Pasien menunjukkan tindakan meningkatkan mobilitas
Intervensi:
1. Bantu untuk reposisi, mengubah posisi tubuh setiap satu jam jika memungkinkan dari satu sisi
ke sisi yang lainnya untuk menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan
2. Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang sakit karena
gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan.
3. Melakukan gerak pasif pada ekstremitas yang tidak sakit sebab otot volunter akan kehilangan
tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan.
4. Memberikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya untuk mempertahankan
ekstremitas dalam posisi fisiologis; mencegah kontraktur dan kehilangan fungsi sendi.
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien untuk mencegah deformitas
kontraktur dengan menggunakan pengubahan posisi yang hati-hati dan latihan rentang gerak.
6. Mengevaluasi kekuatan dan kemampuan motorik secara teratur untuk menentukan
perkembangan/munculnya kembali tanda yang menghambat tercapainya tujuan pasien.
Intervensi Rasional
1. Posisikan klien dengan1. .Posisi ini dapat mambantu
meninggikan keduan tungkai meningkatkan preload dan curah
kaki, kecuali jika fungsi ventrikel jantung.
terganggu.
2. Kolaborasikan dengan dokter2. Untuk meningkatkan
untuk pemberian inotropik dan kontraktilitas jantung.
vasoaktif (contoh; digoksin,
dopamin, dobutamin )
3. Kolaborasikan dengan pihak3. Penggunaan hemodialisa efektif
medis untuk pelaksanaan dalam mempertahankan atau
hemodialisa. mengembalikan sistem buffer
tubuh.
4. Pantau fungsi status4. Pemantauan fungsi status
hemodinamik klien. hemodinamik dapat memberikan
gambaran mengenai keadaan
klien.
5. TTV yang tidak normal
5. Pantau TTV merupakan indikator terjadinya
kegawatan.