Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

       Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi pada
siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan yang efektif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi nya. Namun, data-data ilmiah terkhir secara meyakinkan telah membuktikan hal yang
sebalik nya. Selama decade terkhir telah terjadi kemajuan besar dalam pemahamaman mengenai
factor resiko, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi stroke.Kita sekarang mengetahui bahwa
stroke dapat diperkirakan dan dapat dicegah pada hampir 85% orang. Juga terdapat terapi efektif
yang dapat secara subtansial memperbaiki hasil akhir stroke. Pada kenyataan nya, sekitar
sepertiga pasien stroke sekarang dapat pulih sempurna, dan proporsi ini dapat meningkat jika
pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasiyang memadai (Feigin, 2006).
Stroke adalah salah satu diantara penyakit yang tidak menulare yang akan meningkat
jumlah nya di masa mendatang. Srtoke merupakan salah satu ancaman utama bagi kesahatan
umat manusia di abad 21.Word health organization(WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun
2000 jumlah pengidap stroke diatas umur 45 tahun akan meningkat. (wild, 2004)
Stroke merupakan salah satu penyebab kemtian dan kecacatan neurologi yang utama di
Indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat, cermat. Stroke adalah penyakit ketiga yang menyebab kan kematian di beberapa
Negara berkembang. Setiap tahun nya sekitar 4,5 juta orang meninggal karena stroke, stroke
dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian dialami pada usia 70 tahun.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum


Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi
aspek bio-psiko-sosio-spiritual pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Stroke non
hemoragik melalui pendekatan proses keperawatan.
1.2.1 Tujuan Khusus
a. mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem persarafan
akibat stroke non hemoragik.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan gangguan system
persyarafan akibat stroke non hemoragik
c. mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan akibat stroke non hemaragik.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem persarafan akibat stroke non hemoragik.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system persyarafan akibat stroke non hemoragik.
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : stroke non hemoragik.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Stroke non hemoragik adalah tanda krisis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang

disebabkan kurang nya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen

kejaringan otak. Stroke atau cedera otak serebralvaskuler adalah kehilngan fungsi otak.(smetlzer

suzane.2002).

Stroke infark merupakan proses terjadinya liskemia akibat emboli dan thrombosis

serebral biasanya terjadi selama beristirahat , baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi

pendarahan, namun terjadi iskemia yang menimbul kan hipoksia dan selanjut nya dapat timbul

oedema sekunser.(Arif mutaqin,2008).

Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak

dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan akibat gangguan aliran darah ke

otak. (menurut WHO).

2.2 Etiologi

Pada tingkat mikroskopik, stroke non hemoragik paling serang bdisebab kan oleh emboli
ekstra karnial, selain itu stroke non hemoragik juga dapat disebab kan oleh penurunan aliran
serebral.Pada tingkatan seluler, pada setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak
menyebab kan timbulnya dekade iskemik berujung pada kemtian neurologi dan infarkserebri.
1.Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vetebralis, dapat berasal dari
atherslerostigue yang beruserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri
akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embiolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
1) Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dan
bagian kiri atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katub mitralis
3) Febrilasi atrium
4) Infarksro kordis akut
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endokardial,jantung
mikrosmatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan siskemik dapat terjadi sebagai :
1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
2) Metastatis neoplasma yang sudah tiba diparu.
3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit carison) emboli
dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakarnial, ataupun dari right-sided
sirculation (emboli poradoksial). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik,
emboli kardio genik adalah trombi valvular seperti pada mitral
stenosis,endokarditis, katub buatan),trombi mural (seperti infark miokard,
atrial fibrilasi, kardiomiopati,gagal kongestif) dan atrial miksoma,sebanyak
2-3 % stroke emboli di akibat kan oleh infark miokard dan 85% diantaranya
terjadi pada bulan pertama setelah terjadi infark miokard.
2. Thrombosis
Stroke trombostik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar. (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus willis dan sirkulus posterior).
Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis intravena adanya stenosis arteri dapat menyebabkan diseksi arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkat nya resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak),dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya adalah polisetemia, anemia sickle sel, defesiensi
protein,dysplasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokontriksi yang berkepanjangan
akibat gangguan migran.setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombatik (contoh nya,trauma,diseksi aorta thorasik arteritis).
2.3 Anatomi pembuluh darah otak

Otak terdiri dari sel-sel otak disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel
gia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama
sekitar100 milyar, tetapi koneksi diantara berbagai neuron berbeda-beda pada orang dewasa,
otak membentuk hanya sekitar 2%(sekitar 1,4 kg) dari berat badan tubuh total, tetapi
mengkosumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada didalam darah arterial.

Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah permenit, yaitu sekitar 15% dari darah
total yang dipompa oleh jantung saat istrahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari
arteri, yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri),
yang menyalurkan darah ke bagian depan otak yang disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
anterior,yang kedua adalah vertebrobaslier, yang memasak darah sebagiannbelakang disebut
sirkulasi arteri serbrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior yang bertemu
dengan sirkulasi artteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulasi sirkuls wilis.

Ada dua hemisfer di otak yg memiliki masing-masing fungsi.fungsi-fungsi dari otak


adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik,sebagai area wernickle atau pusat bicara
sensoris,sebagai sebagai area visus sensoris,dan otak keal yang berfungsi sebagai pusat kordinasi
serta batang otak yang merupakantempat jalan serabut syaraf ke target organ.

Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada
anggota gerak gangguan bicara,serta gangguan dalam pengaturan nafas dalam aturan darah
gejala diatas biasa nya terjadi karena adanya serangan stroke.

System saraf adalah salah satu system yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerjasama yang rapi dalam organisasi dan kordinasii kegiatan tubuh.
System saraf terdiri dari :
a.       Sel-sel saraf ( neuron )
Adalah sel-sel system saraf khusus perangsang yang menerima masukan sensorik atau masukan
aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik dan menyalurkan
masukan motorik atau masukan eferen otot-otot dan kelenjar-kelenjar yaitu organ-organ efektor.
b.       Sel-sel penyokong
§  Neurolagia : merupakan penyokong, pelindung dan sumber nutrisi bagi neuron - neuron otak
dan medulasi spinalis
§  Sel schwann : pelindung dan penyokong neuron-neuron dan tonjolan neuronal diluar system
saraf pusat.

System saraf terbagi menjadi :


1)       System saraf pusat
System saraf pusat dilindungi oleh tulang tengkorak, tulang belakang, suspensi dalam cairan
serebrospinal. System saraf juga dilindungi oleh selaput meningen.
System saraf pusat terdiri dari :
§        Otak
terdiri dari otak besar, otak kecil dan batang otak. Dari batang otak keluar 12 pasang saraf cranial
:
ü  Nervus olfaktorius : sebagai sarat sensasi penghidu.
ü  Nervus optikus : sebagai saraf penglihatan
ü  Nervus oculomotorius : sebagai saraf untuk mengangkat bola mata
ü  Nervus trochlearis : berfungsi memutar bola mata
ü  Nervus trigeminus : saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian
dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.
ü  Nervus abducens : sebagai saraf untuk menggerakkan bola mata ke lateral.
ü  Nervus fasialis; sebagai sensasi umum dan pengecapan, untuk otot wajah/mimik.
ü  Nervus statoacusticus : sebagai saraf pendengaran dan saraf keseimbangan.
ü  Nervus glassopharyngeus : berfungsi mengurus lidah dan faring
ü  Nervus vagus : terdiri dari tiga kompenen.
·         Komponen motoris : mensarafi otot-otot pharing dan otot-otot menggerakkan pita suara.
·         Komponen sensori : yang mengurus perasaan dibawah pharing.
·         Komponen saraf simpatis : yang mensarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.
ü  Nervus aclesorius : saraf yang mengurus muskulus trapezeus dan muskulus
sternocleidomastoideus
ü  Nervus hypoglasus : saraf yang mengurus otot-otot lidah
§  Medulla spinalis
Dalam medulla spinalis keluar 31 pasang saraf :
      Servikal 8 pasang
      Torakal 12 pasang
      Lumbal 5 pasang
      Sakral 5 pasang
      Koksigeal 1 pasang
2)       Sistem saraf tepi, terdiri dari :
§        System saraf somatis
§  System saraf otonom, yang terbagi atas system saraf simpatis dan parasimpatis.
System saraf berfungsi :
a.       Menerima informasi (rangsangan ) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori.
b.       Mengkomunikasikan informasi antara system saraf perifer dan system saraf pusat.
c.       Mengolah informasi yang diterima dengan baik ditingkat medulla spinalis maupun diotak untuk
selanjutnya menentukan jawaban (respon)
d.       Mengatakan jawaban secara cepat melalui saraf motorik keorgan -organ tubuh sebagai control
atau modifikasi dari tindakan.

2.4.Patofisiologi

 Rongga Sub Arakhnoid


Rongga sub arakhnoid merupakan rongga leptomeningeal yang terisi cairan
serebrospinal.
 Isterna Rongga Sub Araknoid
Rongga sub arakhnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis memiliki variasi-
variasi setempat.
 Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel merupakan suatu seri rongga-rongga di dalam otak yang saling
berhubungan, dilapisi ependima dan berisi cairan serebrospinal yang dihasilkan dari
darah oleh pleksus khoroid.
 Pleksus Khoroid dan Cairan Serebrospinal
Pleksus khoroid
Pleksus khoroid merupakan anyaman kaya dari pembuluh-pembuluh darah piamater yang
menjorok kesetiap rongga ventrikel, membentuk filter semi permeabel antara darah arteri
dan cairan serebrospinal.

2.5 Patofisiologi storke

Infark iskemik cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1.Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan Insufiensiensi aliran darah.
2.Okulasi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
3.Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4.Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis.
Sehigga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:


1. Keadaan pembuluh darah
2. Keadaan darah: viskositas darah menigkat,hematokrit meningkat,aliran darah ke otak
menjadi lebih lambat,anemia berat,oksigenesi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah siskemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsic pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak
tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dank arena lepasnya embolus
sehingga menimbulkan stroke non hemoragik otak.

2.6 Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi dari stroke :


A.      Klasifikasi stroke menurut WHO :
1.       Berdasarkan perubahan patologis pada otak
a. Perdarahan subarachnoid
b.       Perdarahan intraserebral
` c.       Nekrosis ischemic serebral
2.       Berdasarkan stadium klinik
a.       Transient Ischemic Attack ( TIA )
b.       Stroke Ischemic Attack
c.       Completed Stroke
d.       Reversible Iskhemik Neurologikal Defisit ( RIND )
B.      Klasifikasi berdasarkan penyebabnya :
.       Stroke non haemorrhagic
Merupakan suatu keadaan defisit neurologis akibat kekurangan O2, pada awalnya mungkin
akibat iskhemia umum atau hipertensi karena proses anemia atau kesukaran bernafas.
Jenis-jenis stroke non haemorhagic adalah :
a.       Iskhemia Serebri
·         TIA/serangan iskhemik sepintas
Yaitu stroke yang pulih sempurna gejalanya dalam waktu 24 jam.
·         RIND ( Reversible Ischemic Neurologic Deficit )
Yaitu stroke yang sembuh sempurna dalam waktu lebih dari 24 jam.
b.       Trombosis Serebri
Adalah penyumbatan pada pembuluh darah otak , kebanyakan pembuluh darah arterial dengan
akibat melunaknya jaringan otak.
c.       Emboli Serebri
Adalah bekuan darah atau sumbatan lain yang dibawa mengalir oleh darah sampai kepembuluh
darah otak dengan sumber embolus utama biasanya dari jantung.
2.       Stroke Haemorrhagic
Adalah sesuatu keadaan defisit neurologis akibat faktor pencetus yang biasanya adalah
hipertensi, abnormalitas vaskuler.
Stroke Haemorrhagic ini terbagi menjadi 2 :
·         Apopleksia sanguinea serebri
·         Perdarahan subarakhnoidal.
2.7 Komplikasi

 Infark serebri
 Hidrosefalus yang sebagian kecil menjadi hidrosepalus normolensif
 Efitaksis
 Peningkatan tik, tonus otot abnormal
2.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Radiolo Angrografi serebral


Menentukan penyebab stroke secara spesifik perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak yang juga
mendeteksi,melokalisai,dan mengukur stroke(sebelum nampak oleh pemindahan (T))
3. CT Scane
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,posisi hematoma,adanya
jaringan otak yang infark atau iskemik dan posisinya secara pasti.
4. MRI ( Magnestik Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi dan besar terjadinya
perdarahan di otak.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga mempunyai impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a) Lumbal fungsi: pemeriksaan liquor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna liquor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b) Pemeriksaan darah rutin (glukosa,elektrolit,ureum,kreatinin)
c) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia
d) Ugasi arteri karotis komunis dileher khususnya pada aneurisma
2.9 Penatalaksanaan Medik

Penatalaksanaan  stroke non hemoragik terdiri dari:


1) Menurunkan kerusakan iskemik serebral

Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,

sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselamatkan.

2) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

3) Pengobatan

a. Anti koagulan : Hepari untuk menurunkan kecendrungan perdarahan pada

fase akut.

b. Obat anti trobotik : Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik

/ embolik.

c. Diuretika : Untuk menurunkan edema serebral.


BAB III

ASKEP TEORITIS

3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini
perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dan hasil wawancara pemeriksaan fisik,
laporan teman sejawat, caper atau tim kesehatan lainnya. Data yang diperoleh kemudian
dianalisa untuk mendapatkan diagnose keperawatan yang merupakan masalah klien. Tahap
pengkajian ini terdiri dari:

3.1.1 Identitas

Yang terdiri dari nama, umur, alamat, suku bangsa, agama, statud perkawinan, no. MR,
ruang rawat, tanggal masuk, dan diagnose medis.

3.2 Riwayat Kesehatan

3.2.1 keluhan utama

Biasanya, didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah kanan / kiri, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.

3.2.2 Riwayat kesehatan sekarang

Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas.

3.2.3 Riwayat kesehatan dahulu


Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

3.2.4 Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes mellitus.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah :biasanya tekanan darah klien meningkat.
Suhu : biasanya suhu klien meningkat.
Nadi : biasanya nadi meningkat
Pernafasan : pernafasan cepat
Berat badan : berat badan menurun
3.3.2 Rambut dan hygiene kepala
Rambut : kaji warna rambut, mudah dicabut atau tidak
Kulit kepala : kaji apakah ada ketombe, lesi atau tidak
3.3.3 Mata
Kelengkapan : lengkap kiri dan kanan atau tidak
Simetris : simetris kiri dengan kan atau tidak
Papelbra : edema atau tidak
Sklera : ikterik atau tidak
Konjungtiva : anemis atau tidak
Pupil : reaksi terhadap cahaya atau tidak
Nervus opticus : kaji sejauh mana lapang pandang klien
Nervus oculomotorius : kaji pupil klien dangan senter
Nervus abdusen : kaji apakah klien bisa menggerakan bola matanya
3.3.4 Mulut dan gigi
Rongga mulut : kaji rongga mulut klien
Gigi : ada caries atau tidak
Lidah : kotor atau tidak
Tonsil : meradang atau tidak
Nervus hipoglosu :kaji apakah klien dapat menggerakan lidahnyaksemuasisi
Nervus trigeminus :kaji apakah klien dapat mengerakan rahangnyakesemuasisi
Nervus fasialis :kaji apakah klien mampu tersenyum atau mengerutkan kening
klien
3.3.5 Telinga
Kelengkapan : lengkap kiri kana atau tidak
Nervus acustikus : kaji apakah klien dapat mendengar suara atau tidak
3.3.6 Hidung
Nervus olfaktorius : kaji apakan klien dapat mencium wewangian yg diberikan
3.3.7 Leher
Kelenjer getah bening : ada pembengkakan atau tidak
Kelenjer thyroid : ada perdangan atu tidak
3.3.8 Dada/thorak
Paru-paru
I : simetris atau tidak
P : fremitus kiri dengan kanan atau tidak
P : sonor atau tidak
A : vesikuler atau tidak
Kardiovaskuler
I : ictus terlihat atau tidak
P : iktus teraba atau tidak
P : batas jantung normal atau tidak
A : irama jantung teratur atau tidak
3.3.9 Pencernaan dan abdomen
I : perit klien mambuncit atau tidak
A : bising usus normal atau tidak
P : ada nyeri tekan atau tidak
P : thympani atau tidak
3.3.10 Genito urinaria
I : terpasang kateter atau tidak
P : edema, ada hernia atau tidak
3.3.11 Sistem persyarafan dan kesadaran
Gcs : 15 ;cmc
E : 4 : klien dengan spontan membuka mata
V : 5 : berorientasi
M : 6 : dengan perintah
Refleks patologis
a. Babinsky : (-) atau tidak
b. Chedok : (-) atau tidak
c. Oppen hiem : (-) atau tidak
d. Gordon : (-) atau tidak
Refleks fisiologis
a. Bisep : (+) atau tidak
b. Tresep : (+) atau tidak
c. Patela : (+) atau tidak
d. Flatos : (+) atau tidak
Rangsangan meningeal
a) Tanda kaku kuduk : (-) atau tidak
b) Tanda kerniq : (-) atau tidak
c) Tanda laseque : (-) atau tidak
d) Tanda brudzinsky i (-) atau tidak
e) Tanda brudzinsky ii (-) atau tidak
3.4 AKTIVITAS SEHARI-HARI
3.4.1 Eliminasi
Kaja miksi dan defikasi (jumlah, warna, konsistensi, keluhan) pada saat sehat dan sakit.
3.4.2 Makan dan minum
Kaji makan dan minum klien (jumlah, jenis, komposisi, frekuensi, keluhan, kebiasaan) pada
saat sehat dan sakit.
3.4.3 Kebersihan diri
Kaji mandi, gosok gigi, cuci rambut klien pada saat sehat dan sakit
3.4.4 Istirahat dan tidur
Kaji istirahat malam dan siang klien (lama, kebiasaan, keluhan) pada saat sehat dan sakit.
3.5 DATA PSIKOLOGIS
Kaji keadaan jiwa klien apakah emosi klien stabil atau tidak apakan klien mudah tersinggug
atau tidak
3.6 DATA SPRITUAL
Kaji ibadah klien pada saat sehat dan sakit apakah ada gangguan atau tidak.

3.7 DATA SOSIAL EKONOMI


Kaji pekerjaan klien dan tayakan pada klien apakah di rawat dirumah sakit menggunakan
kartu sehat atau tidak.
3.8 DATA PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan ronsent
b. Pemeriksaan mri
3.9 PROGRAM DOKTER
Terapi obat:
 Metrodinazole
 Ranitidine
 Cefriaxsone
 Dexsametasone
3.4 Data Fokus

3.4.1 sistem kardiovaskuler

Suara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan darah atau penurunan tekanan darah
dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Pada kasus lebih lanjut akral menjadi dingin,
terjadi sianosis dan capillary refill time (CRT) lebih dari 3 detik.

34.2 Sistem pencernaan

Pada system pencernaan ditemukan keluhan muah dan muntah serta anoreksia bahkan
ditemukan adanya kerusakan nervus cranial pada nervus vagus yang mengakibatkan
reflek menelan
3.4.3 Sistem perkemihan

Pada system urinaria dapat terjadi retensi urine dan inkontensia urine. Pada kondisi lebih
lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme terutama jika dalam kondisi
KKP.
3.4.4 Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian  pada sistem muskuloskeletal perlu diarahkan pada kerusakan motorik,
kelemahan tubuh, massa otot, dan perlu di kaji rentang gerak dari ekstremitas.
3.4.5 Sistem Integumen
Penting mengkaji adanya peningkatan suhu tubuh sebagai dampak infeksi sistemik, selain
itu klien dengan meningitis seringkali terjadi penurunan kesadaran sehingga klien harus
berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak
dari berbaring yang lama.
3.4.6 sistem persyarafan dan kesadaran
a. System kesadaran
Membuka mata:
 Spontan :4
 Dengan perintah :3
 Dengan rangsangan nyeri :2
 Tidak berespon :1
Respn verbal
 Baik menjawab/orientasi penuh :5
 Bingung :4
 Kata-kata dapat dimengerti :3
 Suara tidak jelas :2
 Tidak berespon :1
Respon motorik

 Menurut perintah :6
 Mengetahui lokasi nyeri :5
 Reaksi menghindari nyeri :4
 Fleksi abnormal (dekortikasi) :3
 Ekstensi abnormal (decerebrasi) :2
 Tidak berespon :1
b. Nervus
 Nervus I olfaktorius : penerimaaan dan persepsi bau.
 Nervus II optikus : tajam penglihatan dan lapang pandang.
 Nervus III okulomotorius : pergerakan mata, mengangkat kelopak mata, perubahan
kontriksi pupil.
 Nervus IV troklearis : pergerakan bola mata.
 Nervus V trigeminus : sensasi pada kornea, membrane mukosa hidung, muka
sensasi area maksilaris, 2/3 bagian depan lidah dan gigi, sensasi daerah mandibularis,
mengunyah.
 Nervus VI abdusen : pergerakan mata ke lateral.
 Nervus VII fasial : rasa pada 2/3 bagian depan lidah, sensasi pharing,
pergerakan ekspresi wajah, pengeluaran saliva.
 Nervus VIII akustikus : keseimbangan dan pendengaran.
 Nervus IX glosofaringeal : rasa pada 1/3 belakang lidah, sensasi pharyngeal,
menelan.
 Nervus X vagus : sensasi pharing, laring, menelan, pergerakan otot dalam
torax dan abdomen.
 Nervus XI acessorius : pergerakan leher dan bahu.
 Nervus XII hipoglosus : pergerakan lidah.
c. Rangsangan meningeal
 Tanda kaku-kuduk
Pasien berbaring tanpa bantal, dilakukan anterofleksi leher. Bila (+), adanya kekakuan
dan tahanan disertai rasa nyeri dan spasme otot, dagu tidak dapat disentuh ke dada.
 Tanda brudzinski I
Pasien berbaring telentang, gerakan anterofleksi leher sampai dagu menyentuh sternum
akan disusul fleksi involunter pada kedua tungkai.
 Tanda brudzinski II
Pasien baring telentang, lakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (+) bila terjadi
fleksi involunter sendi panggul dan lutut kontralateral.
 Tanda kernig
Pasien berbaring terlentang, paha diangkat dan fleksi pada sendi panggul, kemudian
ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri, (+) bila
ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 derajat disertai nyeri.
 Tanda laseque
Pasien baring telentang, lakukan fleksi pada sendi panggul pada waktu tungkai dalam
sikap lurus, (+) bila timbul nyeri di lekuk iskhiadikus atau tahanan pada waktu fleksi <60
derajat.
d. Reflek fisioligis dan patologis
Refliek fisiologis
 Bisep : lengan pasien disemifleksikan, ketok tendon bisep (respon : fleksi lengan
bawah).
 Trisep : lengan bawah disemifleksikan, ketok tendon trisep (respon : ekstensi
lengan bawah).
 Patella : tungkai difleksikan dan digantung, ketok pada tendon muskulus
kuadrinseps femoris, dibawah atau diatas patella (respon : ekstensi tungkai bawah).
 Achilles : tungkai bawah difleksikan sedikit, ketok tendon Achilles (respon : flantar
fleksi pada kaki).

Reflek patologis

 Cara chaddock : rangsangan diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral


maleolus.
 Cara Gordon : memencet (mencubit) otot betis.
 Cara Oppenheim : mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior arah
mengurut ke bawah (distal).
 Cara gonad : memencet (menekan) satu jari kaki dan kemudian metepaskannya
sekonyong-konyong.
 Cara Schaefer : memencet (mencubit) tendon Achilles.
3.5 Pola aktivitas sehari-hari

3.5.1 Nutrisi

Biasanya klien kehilangan nafsu makan, mual, muntah, anoreksia dan bila pasien
mengalami penurunan kesadaran, reflek menelan terjadi penurunan, sehingga klien harus
terpasang NGT.

3.5.2 Eliminasi

Pada umumnya klien dengan penurunan kesadaran akan terjadi inkontinensia urine
sehingga harus dipasang dower kateter.

3.5.3 Istirahat tidur

Istirahat dan tidur terganggu akibat adanya sesak napas, nyeri kepala hebat akibat
peningkatan TIK.

3.5.4 Personal Hygine

Bisa mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk personal hygine akibat kelemahan
otot terutama pada klien dengan penuranan kesadaran.

3.6 Data Psikologis

Pada umumnya klien merasa takut akibat penyakitnya, cemas karena perawatan lama
dirumah sakit dan perasaan tidak bebas dirumah sakit akibathospitalisasi.

3.7 Data Sosial

Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya terhadap aktivitas disekitarnta bail ketika
dirumah/di rumah sakit. Klien biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan
lingkungan sekitarnya.

3.8 Data spiritual

Pengkajian ditujukan terhadap harapan kesembuhan, kepercayaan, dan penerimaan


mengenai keadaan sakit serta keyakinan yang dianut oleh klien ataupun keluarga klien.
3.9 Diagnosa yang mungkin muncul

  Menurut Doenges, 1993 : 311-319:


1) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
lambat.
2) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak.
3) Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan dengan
kerusakan neurovaskuler.
4) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler.
5) Resiko kerusakan integritaskulit berhubungan dengan mobilitas fisik.
6) Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran.
7) Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran, pola nafas tidak efektif.
3.10 Perencanaan

3.10.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d aliran darah ke otak lambat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suplai aliran darah ke
otak lancar.
Kriteria :
 Nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang.
 Berfungsinya saraf dengan baik.
 Tanda-tanda vital stabil.
Intervensi :

Monitoring neurologis

1. Monitor ukuran, kesemetrisan, reaksi dan bentuk pupil.


2. Monitor tingkat kesadaran klien.
3. Monitor tanda-tanda vital.
4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, dan muntah.
5. Monitor respon klien terhadap pengobatan.
6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat.
7. Observasi kondisi fisik klien.
Terapi oksigen.
1. Bersihan jalan nafas dari secret.
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif.
3. Berikan oksigen sesuai intruksi.
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen, dan sistem humidifier.
5. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen.
6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi.
7. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen.
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
3.11 Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang telah ditetapkan untuk
mengatasi masalah yang ditemukan.

3.12 Evaluasi

Tahap pengukuran keberhasilan perawatan dalam memecahkan masalah yang ditemukan


dalam kebutuhan klien dengan cara menilai tujuan yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ahli Bahasa, I Made Kariasa, N
Made Sumarwati, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester, asmin Asih. Ed. 3.
Jakarta:EGC.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart. Ahli Bahasa. Agung Waluya, dkk. Editor Bahasa Indonesia. Monica Ester. Ed
8. Jakaeta:EGC.

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 5, Edisi 8. Penerbit
RGC. Jakarta.

\Juwwono, T. Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, Jakarta:EGC

Sumbangtobing, S.M. Pemeriksaan Fisik dan Mental Neurologi Klinik, Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai