PENDAHULUAN
Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi pada
siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan yang efektif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi nya. Namun, data-data ilmiah terkhir secara meyakinkan telah membuktikan hal yang
sebalik nya. Selama decade terkhir telah terjadi kemajuan besar dalam pemahamaman mengenai
factor resiko, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi stroke.Kita sekarang mengetahui bahwa
stroke dapat diperkirakan dan dapat dicegah pada hampir 85% orang. Juga terdapat terapi efektif
yang dapat secara subtansial memperbaiki hasil akhir stroke. Pada kenyataan nya, sekitar
sepertiga pasien stroke sekarang dapat pulih sempurna, dan proporsi ini dapat meningkat jika
pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasiyang memadai (Feigin, 2006).
Stroke adalah salah satu diantara penyakit yang tidak menulare yang akan meningkat
jumlah nya di masa mendatang. Srtoke merupakan salah satu ancaman utama bagi kesahatan
umat manusia di abad 21.Word health organization(WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun
2000 jumlah pengidap stroke diatas umur 45 tahun akan meningkat. (wild, 2004)
Stroke merupakan salah satu penyebab kemtian dan kecacatan neurologi yang utama di
Indonesia, serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat, cermat. Stroke adalah penyakit ketiga yang menyebab kan kematian di beberapa
Negara berkembang. Setiap tahun nya sekitar 4,5 juta orang meninggal karena stroke, stroke
dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian dialami pada usia 70 tahun.
1.2 TUJUAN
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pengertian
Stroke non hemoragik adalah tanda krisis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan kurang nya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen
kejaringan otak. Stroke atau cedera otak serebralvaskuler adalah kehilngan fungsi otak.(smetlzer
suzane.2002).
Stroke infark merupakan proses terjadinya liskemia akibat emboli dan thrombosis
serebral biasanya terjadi selama beristirahat , baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi
pendarahan, namun terjadi iskemia yang menimbul kan hipoksia dan selanjut nya dapat timbul
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak
dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan akibat gangguan aliran darah ke
2.2 Etiologi
Pada tingkat mikroskopik, stroke non hemoragik paling serang bdisebab kan oleh emboli
ekstra karnial, selain itu stroke non hemoragik juga dapat disebab kan oleh penurunan aliran
serebral.Pada tingkatan seluler, pada setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak
menyebab kan timbulnya dekade iskemik berujung pada kemtian neurologi dan infarkserebri.
1.Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vetebralis, dapat berasal dari
atherslerostigue yang beruserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri
akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embiolisasi kardiogenik dapat terjadi pada :
1) Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dan
bagian kiri atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katub mitralis
3) Febrilasi atrium
4) Infarksro kordis akut
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endokardial,jantung
mikrosmatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan siskemik dapat terjadi sebagai :
1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis
2) Metastatis neoplasma yang sudah tiba diparu.
3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit carison) emboli
dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakarnial, ataupun dari right-sided
sirculation (emboli poradoksial). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik,
emboli kardio genik adalah trombi valvular seperti pada mitral
stenosis,endokarditis, katub buatan),trombi mural (seperti infark miokard,
atrial fibrilasi, kardiomiopati,gagal kongestif) dan atrial miksoma,sebanyak
2-3 % stroke emboli di akibat kan oleh infark miokard dan 85% diantaranya
terjadi pada bulan pertama setelah terjadi infark miokard.
2. Thrombosis
Stroke trombostik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar. (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus willis dan sirkulus posterior).
Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis intravena adanya stenosis arteri dapat menyebabkan diseksi arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkat nya resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak),dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya adalah polisetemia, anemia sickle sel, defesiensi
protein,dysplasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokontriksi yang berkepanjangan
akibat gangguan migran.setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombatik (contoh nya,trauma,diseksi aorta thorasik arteritis).
2.3 Anatomi pembuluh darah otak
Otak terdiri dari sel-sel otak disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel
gia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama
sekitar100 milyar, tetapi koneksi diantara berbagai neuron berbeda-beda pada orang dewasa,
otak membentuk hanya sekitar 2%(sekitar 1,4 kg) dari berat badan tubuh total, tetapi
mengkosumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada didalam darah arterial.
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah permenit, yaitu sekitar 15% dari darah
total yang dipompa oleh jantung saat istrahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari
arteri, yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri),
yang menyalurkan darah ke bagian depan otak yang disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum
anterior,yang kedua adalah vertebrobaslier, yang memasak darah sebagiannbelakang disebut
sirkulasi arteri serbrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior yang bertemu
dengan sirkulasi artteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulasi sirkuls wilis.
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada
anggota gerak gangguan bicara,serta gangguan dalam pengaturan nafas dalam aturan darah
gejala diatas biasa nya terjadi karena adanya serangan stroke.
System saraf adalah salah satu system yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerjasama yang rapi dalam organisasi dan kordinasii kegiatan tubuh.
System saraf terdiri dari :
a. Sel-sel saraf ( neuron )
Adalah sel-sel system saraf khusus perangsang yang menerima masukan sensorik atau masukan
aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik dan menyalurkan
masukan motorik atau masukan eferen otot-otot dan kelenjar-kelenjar yaitu organ-organ efektor.
b. Sel-sel penyokong
§ Neurolagia : merupakan penyokong, pelindung dan sumber nutrisi bagi neuron - neuron otak
dan medulasi spinalis
§ Sel schwann : pelindung dan penyokong neuron-neuron dan tonjolan neuronal diluar system
saraf pusat.
2.4.Patofisiologi
Infark iskemik cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1.Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan Insufiensiensi aliran darah.
2.Okulasi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
3.Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4.Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis.
Sehigga dapat dengan mudah robek.
2.6 Klasifikasi
Infark serebri
Hidrosefalus yang sebagian kecil menjadi hidrosepalus normolensif
Efitaksis
Peningkatan tik, tonus otot abnormal
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,
sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselamatkan.
3) Pengobatan
fase akut.
/ embolik.
ASKEP TEORITIS
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini
perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dan hasil wawancara pemeriksaan fisik,
laporan teman sejawat, caper atau tim kesehatan lainnya. Data yang diperoleh kemudian
dianalisa untuk mendapatkan diagnose keperawatan yang merupakan masalah klien. Tahap
pengkajian ini terdiri dari:
3.1.1 Identitas
Yang terdiri dari nama, umur, alamat, suku bangsa, agama, statud perkawinan, no. MR,
ruang rawat, tanggal masuk, dan diagnose medis.
Biasanya, didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah kanan / kiri, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas.
Suara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan darah atau penurunan tekanan darah
dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Pada kasus lebih lanjut akral menjadi dingin,
terjadi sianosis dan capillary refill time (CRT) lebih dari 3 detik.
Pada system pencernaan ditemukan keluhan muah dan muntah serta anoreksia bahkan
ditemukan adanya kerusakan nervus cranial pada nervus vagus yang mengakibatkan
reflek menelan
3.4.3 Sistem perkemihan
Pada system urinaria dapat terjadi retensi urine dan inkontensia urine. Pada kondisi lebih
lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme terutama jika dalam kondisi
KKP.
3.4.4 Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian pada sistem muskuloskeletal perlu diarahkan pada kerusakan motorik,
kelemahan tubuh, massa otot, dan perlu di kaji rentang gerak dari ekstremitas.
3.4.5 Sistem Integumen
Penting mengkaji adanya peningkatan suhu tubuh sebagai dampak infeksi sistemik, selain
itu klien dengan meningitis seringkali terjadi penurunan kesadaran sehingga klien harus
berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak
dari berbaring yang lama.
3.4.6 sistem persyarafan dan kesadaran
a. System kesadaran
Membuka mata:
Spontan :4
Dengan perintah :3
Dengan rangsangan nyeri :2
Tidak berespon :1
Respn verbal
Baik menjawab/orientasi penuh :5
Bingung :4
Kata-kata dapat dimengerti :3
Suara tidak jelas :2
Tidak berespon :1
Respon motorik
Menurut perintah :6
Mengetahui lokasi nyeri :5
Reaksi menghindari nyeri :4
Fleksi abnormal (dekortikasi) :3
Ekstensi abnormal (decerebrasi) :2
Tidak berespon :1
b. Nervus
Nervus I olfaktorius : penerimaaan dan persepsi bau.
Nervus II optikus : tajam penglihatan dan lapang pandang.
Nervus III okulomotorius : pergerakan mata, mengangkat kelopak mata, perubahan
kontriksi pupil.
Nervus IV troklearis : pergerakan bola mata.
Nervus V trigeminus : sensasi pada kornea, membrane mukosa hidung, muka
sensasi area maksilaris, 2/3 bagian depan lidah dan gigi, sensasi daerah mandibularis,
mengunyah.
Nervus VI abdusen : pergerakan mata ke lateral.
Nervus VII fasial : rasa pada 2/3 bagian depan lidah, sensasi pharing,
pergerakan ekspresi wajah, pengeluaran saliva.
Nervus VIII akustikus : keseimbangan dan pendengaran.
Nervus IX glosofaringeal : rasa pada 1/3 belakang lidah, sensasi pharyngeal,
menelan.
Nervus X vagus : sensasi pharing, laring, menelan, pergerakan otot dalam
torax dan abdomen.
Nervus XI acessorius : pergerakan leher dan bahu.
Nervus XII hipoglosus : pergerakan lidah.
c. Rangsangan meningeal
Tanda kaku-kuduk
Pasien berbaring tanpa bantal, dilakukan anterofleksi leher. Bila (+), adanya kekakuan
dan tahanan disertai rasa nyeri dan spasme otot, dagu tidak dapat disentuh ke dada.
Tanda brudzinski I
Pasien berbaring telentang, gerakan anterofleksi leher sampai dagu menyentuh sternum
akan disusul fleksi involunter pada kedua tungkai.
Tanda brudzinski II
Pasien baring telentang, lakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (+) bila terjadi
fleksi involunter sendi panggul dan lutut kontralateral.
Tanda kernig
Pasien berbaring terlentang, paha diangkat dan fleksi pada sendi panggul, kemudian
ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri, (+) bila
ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 derajat disertai nyeri.
Tanda laseque
Pasien baring telentang, lakukan fleksi pada sendi panggul pada waktu tungkai dalam
sikap lurus, (+) bila timbul nyeri di lekuk iskhiadikus atau tahanan pada waktu fleksi <60
derajat.
d. Reflek fisioligis dan patologis
Refliek fisiologis
Bisep : lengan pasien disemifleksikan, ketok tendon bisep (respon : fleksi lengan
bawah).
Trisep : lengan bawah disemifleksikan, ketok tendon trisep (respon : ekstensi
lengan bawah).
Patella : tungkai difleksikan dan digantung, ketok pada tendon muskulus
kuadrinseps femoris, dibawah atau diatas patella (respon : ekstensi tungkai bawah).
Achilles : tungkai bawah difleksikan sedikit, ketok tendon Achilles (respon : flantar
fleksi pada kaki).
Reflek patologis
3.5.1 Nutrisi
Biasanya klien kehilangan nafsu makan, mual, muntah, anoreksia dan bila pasien
mengalami penurunan kesadaran, reflek menelan terjadi penurunan, sehingga klien harus
terpasang NGT.
3.5.2 Eliminasi
Pada umumnya klien dengan penurunan kesadaran akan terjadi inkontinensia urine
sehingga harus dipasang dower kateter.
Istirahat dan tidur terganggu akibat adanya sesak napas, nyeri kepala hebat akibat
peningkatan TIK.
Bisa mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk personal hygine akibat kelemahan
otot terutama pada klien dengan penuranan kesadaran.
Pada umumnya klien merasa takut akibat penyakitnya, cemas karena perawatan lama
dirumah sakit dan perasaan tidak bebas dirumah sakit akibathospitalisasi.
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya terhadap aktivitas disekitarnta bail ketika
dirumah/di rumah sakit. Klien biasanya menjadi tidak peduli dan lebih banyak diam akan
lingkungan sekitarnya.
3.10.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d aliran darah ke otak lambat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suplai aliran darah ke
otak lancar.
Kriteria :
Nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang.
Berfungsinya saraf dengan baik.
Tanda-tanda vital stabil.
Intervensi :
Monitoring neurologis
Tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang telah ditetapkan untuk
mengatasi masalah yang ditemukan.
3.12 Evaluasi
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart. Ahli Bahasa. Agung Waluya, dkk. Editor Bahasa Indonesia. Monica Ester. Ed
8. Jakaeta:EGC.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 5, Edisi 8. Penerbit
RGC. Jakarta.
Sumbangtobing, S.M. Pemeriksaan Fisik dan Mental Neurologi Klinik, Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.