akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan..
Pre eklampsia adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan Urobie (usia
kehamilan > 20 minggu dan atau berat janin 500 gram) ditandai dengan hipertensi,
proteinuria dan oedema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan urobie pada
penyakit tropobiasit.
2. ETIOLOGI
Apa yang mnjadi penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum
diketahui, ada pendapat yeng menerangkan penyebab yang sering terjadi yaitu :
3. Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema proteinuria, kejang dan koma. Oleh karena itu
mengalami pre eklampsia, akan tetapi ada beberapa faktor resiko yaitu
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
1
sekurang-urangnnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka : atau kehamilan berat badan 1
Sistem pembuluh darah berfungsi untuk tempat mengalirnya darah dari jantung
menyebar ke seluruh jaringan tubuh kembali ke jantung. Pembuluh darah aorta
sampai di arteriole disebut pembuluh darah arteri. Sedangkan pembuluh darah
venolus sampai dengan vena kava disebut pembuluh darah vena.
Pembagian anatomis sistem vaskuler:
a. Sistem distribusi: terdiri dari arteri dan arteriola sebagai transpor atau
penyalur darah ke semua organ dan jaringan sel tubuh serta mengatur
alirannya ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkan.
2
b. Sistem difusi: pembuluh darah kapilerr yang ditandai dengan dindingnya
yang tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan proses difusi bahan
didalamnya seperti: karbondioksida, oksigen, zat gizi dan sisa metabolisme
serta sel darah dapat melaluinya.
c. Sistem pengumpul: berfungsi menerima dan mengumpulkan darah dari
kapiler dan pembuluh limfe langsung dari sistem vena, berfungsi
mengalirkan kembali darah ke jantung. Sistem saluran vaskuler merupakan
sistem tertutup. Darah yang terdapat dalam pembuluh vena dapat
dipompakan oleh jantung ke dalam sistem pembuluh darah arteri kemudian
kembali ke sistem vena. Kontraksi dan relaksasi jantung menimbulkan
perubahan tekanan yang memompakan darah dari jantung dan kembali ke
jantung.
Tekanan darah
Kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampung,
mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Pada saat
ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta, tekanan naik sampai puncak yang
disebut tekanan sistolik. Pada waktu diastole tekanan turun sampai mencapai titik
terendah disebut tekanan diastole.
Faktor- faktor yang mempertahankan tekanan darah:
a. Kekuatan jantung memompakan darah, membuat tekanan yang dilakukan
jantung sehingga darah bisa beredar ke seluruh tubuh dan darah dapat kembali
lagi ke jantung.
b. Viskositas (kekentalan) darah, disebabkan protein plasma dan jumlah sel
yang beredar dalam aliran darah.
c. Elastisitas dinding aliran darah. Di dalam arteri tekanan lebih besar daripada
didalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis daripada vena.
d. Tahanan tepi. Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam
pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam arterial.
Turunnya tekanan mengakibatkan denyut pada kapiler dan vena tidak teraba.
3
Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekanan darah:
a. Sistem saraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya
pusat vasomotor dan diluar susunan saraf pusat misalnya baroreseptor dan
sistemik.
b. Sestem humoral atau kimia yang berlangsung lokal atau sistemik, misalnya
renin-angiotensin, vasopresin, epinefrin, asetilkolin, serotinin, adenosin dan
kalsium, magnesium, hidrogen, kalium dan lainnya.
c. Sistem hemodinamik lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan
kapiler, perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik bagian luar dan dalam
sistem vaskuler.
4. PATOFISIOLOGI
Perubahan pada tekanan darah disebabkan spasmus pembuluh darah yang
disertai dengan retensi garam dan air, bila spesmus pembuluh darah ditemukan
diseluruh tubuh, maka tekanan darah yang meningkat merupakan usaha untuk
mengatasi tekanan periver agar kebutuhan oksigen dalam jaringan dapat dicakup.
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
terjadi pada ginjal disebabkan oleh aliran darah keginjal menurun, menyebabkan
merupakan akibat hiperfusi ginjal untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang
pengelihatan atau perubahan mental serta tingkat kesadaran yang akan menjadi
eklamspsia.
4
5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Trijatmo (2005), gejala subjektif pada preeklamsia yaitu :
2. Penglihatan kabur.
ringan diantaranya:
1. Kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
5
6. KOMPLIKASI
a. Perdarahan subkapsula hepar
b. Kelainan pembekuan darah (DIC)
c. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes dan low platelet count).
d. Ablasio retina
e. Gagal jantung hingga syok dan kematian
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Uji diagnostik dasar.
3) Pemeriksaan edema.
5) Pemeriksaan funduskopik.
b. Uji laboratorium.
1. Roll-over test.
8. PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat
6
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
Pengobatan medisinal pasien preeklamsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap jam.
3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-
125cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/im.
8. Antihipertensi diberikan bila :
a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis
kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan
perfusi plasenta.
b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5
kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral.
9. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
Pemberian Magnesium Sulfat. Cara pemberian magnesium sulfat :
7
a. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit
kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti
segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gr di bokong kanan (40% dalam 10 cc)
dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat
diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada
suntikan IM.
b. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam
pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6
jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4
1) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram
(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
2) Refleks patella positif kuat.
3) Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
4) Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/kgBB/jam).
d. Magnesium dihentikan bila :
1) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq
terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter
terjadi kematian jantung.
2) Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat, hentikan
pemberian magnesium sulfat :
a) Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
b) secara IV dalam waktu 3 menit.
c) Berikan oksigen.
d) Lakukan pernapasan buatan.
3) Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca
persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).
Pengobatan Obstetrik:
8
a. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
2. Seksio sesaria bila :
a) Fetal assesment jelek
b) Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari
5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
c) 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase
aktif.
d) Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi
dengan seksio sesaria.
b. Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria.
2. Fase aktif : Amniotomi dan bila 6 jam setelah amniotomi belum
terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila
perlu dilakukan tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan,
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
c. Perawatan Konservatif
1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan
intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong
kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
9
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap
pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi
lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda preeklamsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia
ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre
eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
B. Eliminasi
Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada.
C. Makanan/cairan
Mual, muntah. Penambahan berat badan 2+1b [0,9072kg] atau lebih dalam
Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar), masukan
protein/kalori kurang. Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat/umum dan
10
D. Neurosensori
Pusing, sakit kepala frontal. Diplopia, penglihatan kabur. Hiperefleksia.
spasme vaskuler.
E. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan [KkaA]).
F. Penapasan
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit. Krekels mungkin ada.
G. Keamanan
H. Ketidaksesuaian Rh mungkin ada.
I. Seksualitas
Primmigravida, gestassi multipel, hidramnion, mola hidratidosa, hidrops
J. Penyuluhan/pembelajaran
Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun
(HKK).
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan (kegagalan regulasi) berhubungan dengan
11
c. Perubahan perfusi jaringan, uteroplasenta berhubungan dengan
spiral).
yang lama
Tujuan :
Kriteria hasil :
yang ketat dari berat badan, TD, protein urine, dan edema.
indikasi.
12
Intervensi :
1.) Timbang berat badan klien secara rutin. Anjurkan klien untuk
1,5 kg/bln dalam trimester ke-2 atau lebih dari 0,5kg/minggu pada
Rasional : adanya edema pitting pada wajah, tangan, kaki, area skral
atau dinding abdomen, atau edema yang tidak hilang setelah 12 jam
tirah baring.
hemokonsentrasi.
4.) Kaji ulang masukan diet dari protein dan kalori. Berikan informasi
sesuai kebutuhan.
5.) Pantau masukan dan haluaran. Perhatikan warna urin, dan ukur berat jenis
sesuai indikasi.
13
Rasional : Haluaran urin adalah indikator sensitif dari sirkulasi volume
darah. Oliguria menandakan hipovolemi berat dan ada masalh pada ginjal.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
2.) Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.
ginjal/plasenta.
14
c. Perubahan perfusi jaringan, uteroplasenta berhubungan dengan hipovolemia
Kriteria hasil :
Intervensi :
lingkungan, waktu dalam sehari dan siklus tidur bangun dari janin dapat
2.) Tinjau ulang tanda-tanda abrupsi plasenta (mis: perdarahan vagina, nyeri
kunjungan.
15
4.) Bantu dengan mengkaji ukuran plasenta dengan menggunakan
ultrasonografi.
hipertensi kehamilan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
16
Rasional : pengetahuan memampukan klien membuat pilihan berdasarkan
klien teratasi.
Intervensi :
tertentu dari ansietas, yang menjadi lebih tinggi pada situasi berisiko
karena ketidaktahuan karena perkiraan hasil akhir bagi klin dan janin
kurang.
3.) Informasikan klien bahwa dokter anak akn datang pada saat kelahiran, bila
17
Rasional : menjamin klien/pasangan bahwa pada kelahiran, bayi akan ada
Kriteria hasil :
Intervensi :
1.) Kaji denyut jantung janin, perhatikan perubahan periodik (akselerasi dan
2.) Tinggikan kaki klien, berikan oksigen melalui kanul nasal pada 10-
12L/mnt.
3.) Siapkan untuk kelahiran vagina atau kelahiran sesaria tergantung pada
18
Rasional : Intervensi mungkin perlu untuk mencegah pelemahan
19
DAFTAR PUSTAKA
Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.
Saifuddin, Abdul B 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka, Jakarta.
20