Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :
LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh :
ROSFADILA
NIM : 716080719018
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
empat serotip virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbulnya perdarahan sebagai akibat kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian (Soegijanto, 2012)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya
memburuk setelah 2 hari pertama. (Nabiel 2014)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri
demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Mansjoer, Arif 2008)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah contoh dari penyakit yang disebabkan oleh
vektor. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia
yaitu oleh aedes aegypti ( Smeltzer, 2011)
Kesimpulannya : dengue hemorogik fever atau demam berdarah dengue merupakan
deman oleh infeksi akut yang disebabkan oleh virus atau arto virus dengan melalui
gigitan nyamuk aedes dengan ditandai pelebaran permiabilitas kapiler, kelainan
nomeostasis, perdarahan dan bertendensi menyebabkan syok.
2. Etiologi
a) Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan
satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus
flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel
BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 2000).
b) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan
tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2012)
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
c) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2010).
3. Anatomi dan fisiologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sum-
sum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah
manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter.
RESIKO PENDARAHAN
Intake Nutrisi
Kurang RESIKO DEFISIT
VOLUME CAIRAN
MK : Gangguan
5. Manifestasi klinik
Pemenuhan Kebutuhan
Nurisi
a) Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b) Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c) Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d) Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e) Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f) Sakit kepala.
g) Pembengkakan sekitar mata.
h) Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
6. Pemeriksaan diagnostic
Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di tangani akan
menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam
sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat
pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna,
hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi
cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi
dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena (venous return),
prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi
atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity dan
integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien meninggal
dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler. Terkadang
tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan
adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak napas.
8. Penatalaksanaan mandiri dan medis
a. Penatalaksanaan mandiri
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24
jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan
dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.
b. Penatalaksaan medis
DHF tanpa renjatan
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin. Jika
terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti lminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1
tahun diveri 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya
depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului
mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan
nadi), sedangkan turunya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya
hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus
diperiksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam
telah turun 1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang menentukan apabila pasien perlu
dipasang infus atau tidak.
b. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang diberikan
bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat
diberikan infs harus diguyur dengan cara membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 l/kgBB/jam.
Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam, maka pemberian infus dipertahankan
sampai 1-2 hari lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjatan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central
Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau
vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang
berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai
hemoglobin dan hematokrit menutun sedangkan perdarahanna sedikit tidak kelihatan.
Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka engan keadaan ini
dianjurka pemberian darah.
B. Asuhan keperawatan
1) Pengakajian
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
b) Alasan Masuk Rumah Sakit
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
5. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang
kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju yang di kamar).
6. Pola kebiasaan
Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab. Kuku sianosis atau tidak.
a. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,III,
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing
dan terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).
b. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales,
ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
c. Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji rumple leed / tourniquet positif
3) Intervensi
Nutrition Monitoring
BB Klien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan BB
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan , rambut kusam
dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin , total
protein , HB dan kadar HT
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat , kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema , hyperemik,
hypertonik papila , lidah dan cavitas
oral
Catat jika lidah berwarna magenta ,
scarlet.
2 Hipertermi berhubungan Suhu tubuh normal setelah Mengkaji suhu tubuh klien
dengan proses infeksi dilakukan tindakan Memberi kompres air hangat
virus dengue. keperawatan selama 3x24 jam. Menganjurkan klien untuk banyak
KH : minum
1. Suhu tubuh antara 36-37,5 0 Menganjurkan klien untuk memakai baju
C tipis dan menyerap keringat
2. Klien mengatakan tidak Mengobservasi intake dan output, tanda
panas lagi. vital
Kolaborasi pemberian cairan intravena
dan pemberian obat sesuai program
3 Risiko deficit volume Tidak terjadi deficit volume Mengobservasi vital sign tiap 3 jam
cairan berhubungan cairan setelah dilakukan Mengobservasi capillary refill
dengan pindahnya cairan tindakan keperawatan selam Mengobservasi intake output, catat
intravaskuler ke 3x24 jam warna urine, konsentrasi, bj urine
ekstravaskuler KH : Menganjurkan klien untuk banyak
- Intake dan output seimbang minum
- Vital sign dalam batas Kolaborasi pemberian cairan intravena
normal
- Tidak ada tanda presyok.
- Akral hangat
- Capillary refill < 2 dtk
4 Risiko terjadinya Tidak terjadi perdarahan Memonitor tanda-tanda penurunan
perdarahan berhubungan setelah dilakukan tindakan jumlah trombosit yang disertai tanda
dengan penurunan faktor- keperawatan selama 3x24 jam. klinis.
faktor perdarahan KH : Menganjurkan klien untuk bedrest
-Tidak ada perdarahan lebih Memberikan penjelsaan kepada klien
lanjut dan keluarga untuk melaporkan jika ada
- Nilai trombosit dalam batas tanda perdarahan seperti hematemesis,
normal. epistaksis, melena.
Mengantisipasi adanya perdarahan,
-TD 100/60 mmHg, N: 80_100
x/mnt, pulsasi kuat, reguler. gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10
menit setiap selesai mengambil darah.
Kolaborasi dalam memonitor nilai
trombosit setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin, H. K., & Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-
NOC. Jakarta: Medi Action Publishing.
Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Desember 27, 2015, from
Tersemangat: http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-pendahuluan-dengue-
hemoragic.html
Smeltzer, & Suzanne, C. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (8
ed.). Jakarta: EGC.
Telah disetujui/diterima Pembimbing
Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :
LAPORAN KASUS
Oleh :
ROSFADILA
NIM : 716080719018
A. Identitas Anak
Nama : An. A Alamat : Batu Aji
TTL : 21 Maret 2004 Agama : Kristen
Usia : 15 Tahun Suku Bangsa : Batak
Nama Ayah : Tn.M Nama Ibu : Ny.A
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMA Pendidikan Ibu : SMP
Diagnosa Medik : DHF
No RM : 50730
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Riwayat Masuk Rumah Sakit :
Klien masuk dengan demam ±4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit dengan
suhu 37,9c telah berobat ke puskesmas dan diberikan obat paracetamol setelah 3 hari
demam belum turun dibawa lagi ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD embung fatimah.
Klien mendapatkan terapi obat paracetamol tablet dan asamefenamat. BAK ada BAB
ada, nafsu makan berkurang hanya menghabiskan1/4 porsi makan
2) Intranatal
Penolong persalinan : Dukun beranak
Tempat persalinan : di rumah Dukun beranak
Lain-lain : Tidak ada
3) Postnatal
BB lahir : 3000 gram
Panjang badan : 48 cm
Kondisi saat lahir : Saat lahir bayi segera menangis dan normal
h. Riwayat Imunisasi
Keluarga mengatakan imunisasi An.A lengkap
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan dianggota keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
menular dan penyakit turunan.
: laki-laki x : Meninggal
: Perempuan
C. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Orang tua
2. Hubungan dengan anggota keluarga: Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Baik
4. Pembawaan secara umum : Baik
D. Kebutuhan Dasar
No Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Saat dirawat
1. Pola makan (frekuensi, jumlah, 3 X 1 porsi makan 3X ¼ porsi makan
komposisi) lauk dan nasi lauk nasi dan sayur
(Makanan Biasa)
2. Pemenuhan Cairan (jumlah, jenis) 2000 ml Air 3000 ml Air
E. Pemeriksaa Fisik
1. Keadaan Umum : Composmentis
2. TB/BB : 170 Cm / 66 Kg
3. L. Kepala / L. Dada : 57Cm / 94Cm
4. Tanda-tanda Vital
TD :110/90 mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 37,8C
5. Kepala : Normocephali
6. Muka : simetris kiri kanan, Normal
7. Rambut : Rambut tebal, warna rambut Hitam, tidak mudah rontok
8. Mata : Mata simetris kiri kanan, sklera non ikterik, konjungtiva anemis
9. Hidung : Simetris kiri kanan
Nasal flaring : Tidak ada pembengkakan
Secret : Tidak ada
Polip : Tidak ada
Nyeri sinus : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
10. Tenggorok : Tidak ada peradangan
11. Mulut : Mulut bersih, Normal
Gigi : Gigi lengkap, letak gigi teratur, gusi berdarah
Telinga : Simetris kiri kanan, tidak ada peradangan, Bersih
12. Dada dan Paru – Paru
a. Inspeksi
Massa : Tidak ada massa
Bentuk dada : Simetris kiri kanan
Simetris : Simetris kiri kanan
Pernafasan : 20x/Menit
Retraksi : Tidak ada
b. Palpasi
Pengembangan dada : Teratur
Fremitus raba (Ka/Ki) : Lebih Bergetar
c. Perkusi
Batas paru – jantung : Teraba di ics ke 3 sampai ics 4
Batas paru – hati : Teraba di ics ke 4 sampai ics 6
Batas diafragma : Teraba di ics ke 5
d. Auskultasi
Suara nafas dasar : Vesikuler
Suara nafas tambahan : Tidak ada
13. Jantung
a. Inspeksi : Tidak ada oedema.
b. Palpasi : Normal
c. Perkusi : Normal
d. Auskultasi - Bunyi jantung: ( ) S1 / ( ) S2 / ( ) Bising / ( ) Gallop
14. Abdomen
a. Inspeksi : Simetris kiri kanan
b. Palpasi : Turgor : <3 detik
Nyeri tekan : Tidak ada
Massa : Tidak ada.
Hati : Normal
Limpa : Normal
Ginjal : Normal
c. Perkusi : Normal
d. Auskultasi : Suara peristaltik usus : 18kali/menit
15. Punggung : Tidak ada oedema
16. Genitalia
a. Laki-laki
Orifisium uretra : Normal
Penis :Bersih dan normal
Skrotum :Normal dan tidak ada oedema
Testis : Normal
17. Anus dan Rektum
a. Anus : Ada dan tidak ada kelainan
b. Rektum : Ada
18. Ekstremitas : pergerakan normal dengan kekeuatan otot 3 3
19. Kulit : Suhu : 37,8c
Kulit : utuh, petekie
Warna kulit : terdapat bintik bintik di tangan
Lecet : Tidak ada
Ekimosis : Tidak ada
Lain-lain Tidak ada
ANALISA DATA
Etiologi Masalah
No Data
(Pohon Masalah) Keperawatan
1 DS: Kekurangan intake Hipovolemi
Klien mengatakan susah minum air putih cairan
Klien mengatakan hanya menghabiskan
450ml air mineral
DO :
- Klien tampak lemah
dan lesu
- Mukosa kering
- Urine kuning pekat
- BB Awal : 72 Kg
- BB sekarang : 66 Kg
- Klien menghabiskan
450ml air
- Terpasang infus RL
75Tpm/Jam
- S : 37,8C
- TD : 110/60 mmHg
- HR : 80x/i
- RR : 20x/i
2 DS : Trombositopenia Resiko
Klien mengatakan bab berwarna hitam perdarahan
Klien mengatakan gusi berdarah
DO:
- Bab klien berwarna
hitam
- Gusi klien berdarah
- Kulit petekie
- Hemoglobin
: 17,2 gr/dl
- Leokosit
: 5,400/ul
- Hematoktrit
: 44%
- Trombosit
: 4,4 ribu /ul
- MCV
: 81,5fL
- MCH
: 31,6pg
- MCHC
: 38,8g/dl
- Hitung jenis lekosit
- Basofil
:1%
- Eosinofil
: 1%
- Netrofil segment
: 41%
- Limposit
: 42%
- Monosit
:15%
- S : 37,8C
- HR : 80x/i
- RR : 20x/i
RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
o
1 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
Defenisi asuhan keperawatan Observasi
Penurunan volume selama 3x24 jam - Periksa tanda dan gejala
cairan intravaskuler, hipovolemia teratasi hipovolemia
interstisial dan - Monitor intake output cairan
intraseluler Terapeutik
Penyebab - Hitung kebutuhan cairan
- Kehilangan - Berikan posisi modified
cairan aktif tredelenbung
- Kegagalan - Berikan asupan cairan oral
mekanisme Edukasi
regulasi - Anjurkan memperbanyak
- Peningkatan asupan cairan oral
permeabilitas - Anjurkan menghindari
kapiler perubahan posisi mendadak
- Kekurangan Kolaborasi
intake cairan - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Evaporasi isotonis (mis: NaCl, RL)
Gejala & tanda mayor - Kolaborasi pemberian cairan IV
Ds : hipotonis (mis: glukosa 2,5%,
Do : NaCL 0,4%)
- Frekuensi nadi - Kolaborasi pemberian cairan
meningkat koloid (mis albumin,
- Nadi teraba plasmanate)
lemah - Kolaborasi pemberian produk
- Tekanan darah darah
meningkat
- Tekanan nadi
menyemput
- Tugor kulit
menurun
- Membran
mukosa kering
- Volume urine
menurun
- Hematokrit
meningkat
Kondisi klinis terkait
- Penyakit addison
- Trauma//perdara
han
- Muntah
- diare
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ NO Jam
Implementasi Evaluasi Ttd.
Tanggal Dx. Kep Tindakan
31 1 09.00 wib Memberikan cairan IV Jam 14.00 wib
Agustus RL 225cc/jam S: Klien mengatakan susah
2020 10.00 wib memberikan posisi kaki minum air putih
lebih tinggi dari kepala Klien mengatakan
10.30 wib Menganjurkan minum menghabiskan 200ml air
peroral mineral
11.30 wib Memberikan cairan IV O:
RL 225cc/jam - Kli
12.00 wib Mengukur tanda-tanda en tampak lemah dan
vital lesu
S : 37,6C - M
ukosa kering
TD:110/70 mmHg - Uri
HR : 80x/i ne kuning pekat
14.00 wib RR : 18x/i - Kli
S : 37,1C - Te
HR : 82x/i 75Tpm/Jam
RR : 18x/i - S :
37,1C
- TD
: 100/70 mmHg
- H
R : 82x/i
- RR
: 18x/i
2 08.15 wib Memonitor pendarahan Jam : 14.00 wib
gusi dan BAB
S : Klien mengatakan bab
11.00 wib Memonitor nilai
hematokrit/ hemoglobin berwarna hitam
sebelum dan setelah
Klien mengatakan gusi
11.30 wib kehilangan darah
Menjelaskan tanda dan berdarah
gejala pendarahan
O:
12.00 wib
Mengukur tanda-tanda - Ba
vital
S : 37,6C b klien berwarna hitam
TD:110/70 mmHg - Gu
12.10 wib HR : 80x/i
RR : 18x/i si klien berdarah
12.15 wib
Memonitor perdarahan - Ku
12.30 wib Menganjurkan pasien
bedrest lit petekie
Menganjurkan - S :
meningkatkan asupan
cairan untuk 37,1C
12.40 wib
menghindari konstipasi - TD
Menganjurkan segera
melapor jika terjadi : 100/70 mmHg
14.00 wib perdarahan - H
Mengukur tanda-tanda R : 82x/i
vital - RR
S : 37,1C : 18x/i
TD:100/70 mmHg A : Masalah belum teratasi
HR : 82x/i P : intervensi dilanjutkan
RR : 18x/i
Menganjurkan tirah
baring
S : 36,9C O:
RR : 20x/i lesu
16.30 wib - M
Memberikan cairan IV
ukosa kering
RL 225cc/jam
19.00 wib - Uri
Memberikan cairan IV
20.00 wib ne kuning pekat
RL 225cc/jam
- BB
Mengukur tanda-tanda
Awal : 72 Kg
vital
- BB
S : 37,0C
sekarang : 66 Kg
TD:110/70 mmHg
- Kli
HR : 80x/i
en menghabiskan 600ml
RR : 20x/i
air
- Te
rpasang infus RL
75Tpm/Jam
S : 37,0C
TD:110/70 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
S : 37,0C
TD:110/70 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
S : 36,9C
14.00 wib TD:110/70 mmHg
HR : 80x/i
RR : 18x/i
Mengukur tanda-tanda
vital
S : 37,0C
TD:110/70 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
S : 37,0C
TD:110/70 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
3 12 00 wib Mengukur suhu tubuh Jam : 14.00 wib
S : 36,6c S:
12.30wib Klien mengatakan demam
Memonitor urine output
tidak ada lagi
Melonggarkan pakaian
13.00wib O:
13.10wib Mengompres pasien Klien tampak meringis
13.15 wib Menganjurkan pasien Konjungtiva anemis
minum banyak S : 37,0C
13.20wib Menganjurkan tirah TD:110/70 mmHg
baring HR : 80x/i
RR : 20x/i
RR : 18x/i
A : Masalah
sebagianteratasi
P : intervensi dilanjutkan
1 14.00 wib Memberikan cairan IV Jam 20.00 wib
RL 225cc/jam S: Klien mengatakan susah
15.30 wib Menganjurkan minum minum air putih
banyak Klien mengatakan
16.00 wib Mengukur tanda-tanda menghabiskan 600ml air
vital mineral
S : 36,8C O:
TD:110/70 mmHg - Kli
HR : 80x/i en tampak lemah dan
RR : 20x/i lesu
16.30 wib - Kli
Memberikan cairan IV
RL 225cc/jam en menghabiskan 600ml
19.00 wib Memberikan cairan IV air
20.00 wib RL 225cc/jam - Te
S : 36,6C S : 36,6C
HR : 80x/i HR : 80x/i
RR : 20x/i RR : 20x/i
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Memberikan cairan IV
RL 225cc/jam
Mengukur tanda-tanda
vital
S : 36,7C
TD:120/70 mmHg
HR : 82x/i
RR : 20x/i
2 08.15 wib Memonitor pendarahan Jam : 14.00 wib
gusi dan BAB
S : Klien mengatakan
11.30 wib Menjelaskan tanda dan
gejala pendarahan sudah berwarna normal
Mengukur tanda-tanda O:
12.00 wib
vital
S : 36,8C - Ba
TD:110/70 mmHg b klien berwarna
HR : 82x/i berwana coklat
RR : 20x/i S : 36,7C
12.10 wib Memonitor perdarahan TD:120/70 mmHg
12.15 wib Menganjurkan pasien
HR : 82x/i
bedrest
12.30 wib Menganjurkan RR : 20x/i
meningkatkan asupan
A : Masalah sebagian
cairan untuk
menghindari konstipasi teratasi
12.40 wib Menganjurkan segera
P : intervensi dilanjutkan
melapor jika terjadi
perdarahan
14.00 wib Mengukur tanda-tanda
vital
S : 36,7C
TD:120/70 mmHg
HR : 82x/i
RR : 20x/i
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
pasien pulang