PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di amerka serikat perempuan membentuk lebih dari kasus stroke yang meninggal,
lebih dari dua kali dari jmlah perempuan yang meninggal akibat kanker payudarah
(Nasional Rural Health Association, 2001). Perempuan juga membentuk sekitar 43%
kasus stoke pertahun tetapi menderita 62% kematian akibat stroke. The National
Stoke Association mengajukan penjelasan bahwa resiko stroke emningkat seiring
dengan usia dan bahwa usia perempuan hidup lebih lama dari pada laki-laki. Faktor
resiko tambahan juga menimbulkan korban : perempuan berusia diatas 30 tahun yang
merokok dan mengkonsumsi kontrasepsi oral dengan kandungan esterogrn yang lebih
tingi memiliki resiko stroke 22 kali lebih besar dari pada rata-rata. Karna kecacatan
yang terjadi setelah stroke dapat sangat merugikan, dan karna perempuan lebih besar
ekmungkinannya dari pada pria untuk mengalami kecacatan serius setelah stroke,
maka The Nationl Association memutuskan untuk memprioritaskan pendidikan
tentang faktor resiko dan perawatan darurat, khususnya untuk perempuan.
B. TUJUAN
1. Mengetahui konsep penyakit Stroke dan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Stroke
BAB II
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang setiap gangguan neurologik
mendadak dan terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem
suplai arteri di otak. Stroke juga merupakan penyakit serebrovaskuler yang menunjukan
beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun strukutral yang disebabkan oleh
beberapa keadaan patologis dari pembulu darah otak, yang disebabkan robekan pembulu
darah atau oklusi parsial/total yang disebabkan sementara atau permanen.1
1
Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. EGC. Hal 107
otak, yang disebut sirkulasi arteri otak depan, yang lainnya melalui sistem tulang
belakang (vetebrobasiler) yang bertugas memasok darah ke otak belakang,
Ada sejumlah mekanisme pengatur yang menjamin agar jaringan otak cukup
mendapat darah setiap detik meaknisme pengontrol lokal ini perannanya sangat penting
dan secara kolektif disebut autoregulasi (mengatur dirinya sendiri), autoregulasi menjaga
agar aliran drah otak selalu konstan antara 50-150 mmHg dari rata-rata tekanan darah
arteri. Dasar dari autoregulasi adalah kemampuan pembulu darah otak unutk secara aktif
mengubah resistensi pembulu arterinya dengan cara mengubah diameternya,
yaknimelalui relaksasi atau kontraksi sesuai kebutuhan.
Faktor metabolik seperti kadar gas darah dan kadar keasaman (pH) darah penting
dalam mengatur aliran darah. Faktor-faktor ini dikontrol oleh kemoreseptor di dinding
pembulu darah otak jika kadar gas karbondioksida tinggi maka pembulu darah akan
melebar untuk meningkatkan aliran darah otak. Hal ini terjadi jika pH darah rendah.
Sebaliknya jika kadar karbondioksida turun maka pembulu darah akan
berkontraksi/menyempit. Raksi ini terjadi jika pH darah tinggi .
Batang otak juga memainkan pran yang penting dalam memenuhi pengaturan
aliran darah otak, jika tekanan di dalam ruang (ventrikel) otak dan rongga berisi cairan
serebrospinal (CSS) meningkat maka arteri otak bisa tertekan dan aliran darah ke otak
berkurang. Untuk mengatasi hal ini, tekanan darah sistemik akan meningkat karena
pengaruh dair medula oblongata.
Otak memiliki pengaturan darah umum (sistemik) yang mempengaruhi seluruh
tubuh . sebagian dari pengaturan darah sistemik dipantau oleh sel reseptor yag terletak di
bifurkasio arteri karotis yaitu tempat bercabangnya arteri karotis komunis, melalui fungsi
tekanan dan kimiawi.
Presoreseptor mengatur tekanan darah terhadap dinding arter. Jika tekana
meningkat presoreeptor mengirimkan sinyal kepusat sirkulais di medula oblongata yang
segera bertindak guna menurunkan tekanan darah
Kemoreseptor di bifurkasio karotis mengatur kadar okdigen, karbondioksida, dan
ion bikarbonat di dalam darah. Menurunnya kadar oksigen akan merangsang pusat di
batang otak yang bertanggung jawab atas pengaturan pelebatan pembulu darah (pusat
vasomotor).
Sawar darah otak berupa kapiler – kapiler yang halus yang berupa endotel
kapiler, membrana basalis yang berdekatan dan saut lapisan prosesus sel neurologia yang
terletak diluar, bebeda degan organ lain endotel otak tidak mempunyai celah
Ketiga lapisan penahan ini menjaga agar hanya zat-zat penting tertentu saja di
dalam darah yang dapat masuk ke jaringan otak .2
C. KLASIFIKASI
Secara umum stroke diklasifikasikan menjadi dua:
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar
pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat terjadi karena bekuan (trombus) yang
terbentuk didalam pembulu darah otak atau pembuluh darah organ distal. Terdapat
beragam penyebab stroke trombotik dan embolikprier termasuk arteroslerosis,
srteritis, keadaan hiperkoagulasi dan penyskit jantung struktural. Penyebab lain
stroke iskemik lain adalah vasospasme yang sering merupakan respon vaskuler
reaktif terhadap perdarahan kedalam ruang antara araknoid dan piamater meningen
(Price&wilson, 2006)
Sebagian besar stroke iskemik tidak menimbulkn nyeri, karena jaringan otak
tidak peka terhadap rangsangan nyeri. Namun, pembulu darah besar di leher dan
batang otak emmiliki reseptor nyeri sehingga cedera pada pembulu-pembulu darah
ini saat serangan iskemik dapat emnimbulkan nyeri kepala.
Tanda utama stroke adalah munculnya seacara mendadak atau lebih defisit
neurologik fokal. Defisit tersebut mungkin mengalami perbaikan dengan cepat,
mengalami pemburukan secara progresive atau menetap.
Gejala umum berupa lemas diwajah, lengan atau tungkai terutama di salah satu
tubuh.
Kita sulit memastikan adanya hubungan erat antara gejala yang berkaitan dengan
pembulu darah tertentu dan manifestasi klinis yang sebenarnya pada seorang pasien
karena beberapa faktor, antara lain (price&wilson, 2006)
2
Dr. Iskandar, stroke waspadai ancamannya. Hal 3-7
1. Terdapat variasi individual pada sirkulasi kolateral dalam kaitannya dengn sirkulasi
willisi
2. Cukup banyak terdapat anastomosis leptomeningen antara arteri sebrebri anterior,
media dan posterior di korteks serebrum
3. Setaip arteri serebri memiliki sebuah daerah sentral yang mendapat suplai darah
darinya dan suatu daerah suplai perifer atau daerah perbatasan yang mungkin
mendapat darah dari arteri lain
4. Berbagai sistem sistemik dan metabolik berperan dalam menentukan gejala yang
ditimbulkan oleh proses patologik tertentu
Stroke iskemik atau “serangan otak”, adalah hilangnya fungsi otak secara
mendadak akibat gangguan suplai darah ke bagian otak. Stroke adalah gangguan
serebrovaskular primer di Amerika Serikay. iskemik dikategorikan menurut
penyebabnya :
3
Asuhan keperawatan medika bedah. EGC. Hal 108
Stroke kriptogenik tidak diketahui penyebabnya, dan stroke lain terjadi akibat
penyebab seperti pengunaan obat-obatan terlarang, koagulopati, migraine, dan
diseksi spontan arteri kartoid atau vertebral. Dampaknya adalah gangguan suplai
darah ke otak yang menyebabkan hilangnya pergerakan, daya piker, memori,
kemampuan berbicara, atau sensasi untuk sementara waktu atau permanen.4
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus stroke (Giraldo, 2007)
Pada stroke ini, lesi vaskuler intra serebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan di subaraknoid atau langsung kedalam jaringan otak. Perdarahan secara
cepat dapat menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur-struktur
saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi sekunder dari perdarahan baik
yang sepontan maupun traumatik.
Mekanisme terjadinya iskemia tersebut krena adanya tekanan pad
apembulu darah akibat ekstravasasi darah kedalam tengkorak yang volumenya tetap
dan vasospasme reaktif pembulu-oembulu darah yang terpajam di dalam ruang
antara lapisan araknoid dan paimeter meningen. Biasanay stroke hemoragik secara
cepat menyebabkan kerusakan fungsi otak dan kehilangan kesadaran.5
D. PATOFISIOLOGI
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik pada otak mengakibatkan pembulu pada sel neuron otak secara
bertahap, tahap pertama diawali dengan penurunan aliran darah sehingga
menyebabkan sel sel neuron akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini
menyebabkan kegagalan metabolisme dan penurunan energi yang dihasilkan oleh sel
neuron tersebut. Sedangkan pada tahap II ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen tersebut memicu respon inflamasi dan diakhiri dengan kematian sel serta
apoptosis terhadapnya.
4
Brunner & suddarth hal.177
5
Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. EGC. Hal 107
Proses cedera pada susunan saraf pusat ini menyebabkan berbagai hal, antara lain
gangguan permeabilitas pada sawar darah otak , kegagalan energi hilangnya
hometasis, ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstrasel, dan toksisitas yang dipicu
oleh keberadaan radikal bebas.
2. Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisme
akibat hipertensi maligna. Kejadian ini sering terjadi pada daerah subkortikal,
serebelum dan batang otak. Sedangkan hipertensi kronus dapat menyebabkan
pembulu arteriola berdiameter 100-400 mm mengalami perubahan patologi pad
adinding pembulu darah.
Kondisi patologis ini berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid, serta timbulnya
anurisme. Peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba bisa menyebabkan rupturnya
penetrating arteri kecil. perdarahan pada pembulu darah kecil ini dapat menimbulkan
efek penekanan pada arteriola dan pembulu darah kapiler sehingga akhirnya
membuat pembulu darah ini pecah juga.
Elemen – elemen vasoaktif keluar akibat kondisi iskemik dan penurunan tekanan
perfusi menyebabkan daerah yang terkena darah dan sekitarnya mengalami kenaikan
tekanan. Gejala neurologis timbul merupakan efek dari ekstravasasi darah ke
jaringan otak yang memicu terjadinya nekrosis.
Perdarahan subarknoid tejadi akibat pembulu darah disekitar permukaan otak
yang pecah sehingga terjadi ekstravasasi darah ke subaraknoid. Perdarahan
subaraknoid ini umunya disebabkan oleh rupturnya aneurisme sekular atau
perdarahan dari arteriovenous malformation.6
E. ETIOLOGI
6
Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. EGC. Hal 108
Gangguan pasokan aliran darah ke otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-
arteri yang mebentuk sirkulasi willisi yaitu arteri karotis interna dan sistem vetebrobasilar
dan semua cabang-cabangnya. Secara umum apabila aliran darah ke jaringan otak
terputus selama 15-20 menit akan terjadi infark atau kematian jaringan. Price & wilson
(2006) menambahkan bahwa patologi yang mendasari gangguan perdarahan darah otak
yaitu :
1. Keadaan penyakit pada pembulu darah itu sendiri, seperti pada arteeriosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembulu darah atau peradangan
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya pada syok dan
hiperviskositas darah
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembulu darah ekstrakranium
4. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subkaranoid7
F. FAKTOR RESIKO
Tidak dapat dimodifikasi
1. Usia lanjut (lebih dari 55 tahun)
2. Jenis kelamin (pria)
3. Ras (Afro-Amerika)
Dapat dimodifikasi
1. Hipertensi
2. Fibrilasi atrial
3. Hyperlipidemia
4. Obesitas
5. Merokok
6. Diabetes
7. Stenosis carotid asimtomatik dan penyakit katup jantung
8. Alcohol
7
Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. EGC. Hal 109
9. Kokain
10. amfetamin
11. Penyakit periodontal8
G. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala umum mencakup :
1. Kebas atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki(terutama pada satu sisi tubuh)
2. Kebingungan/konfusi atau perubahan status mental
3. Sulit berbicara atau memahami pembicaraan
4. Gangguan visual
5. Kehilangan keseimbangan, pening, kesulitan berjalan
6. Sakit kepala berat secara mendadak
7. Kehilangan Motorik
Hemiplegia, hemiparesis
Paralisi kulai (lemah) dan kehilangan atau penurunan reflex tendon dalam
(manifestasi klinis awal) dilanjutkan dengan (setelah 48 jam) kemunculan
kembali reflex tendon dalam dan secara abnormal meningkatnya tonus otot
(spastisitas)
8. Kehilangan Komunikasi
Disatria (sulit berbicara)
Disfasia (gangguan berbicara) atau afasia ( kehilangan kemampuan berbicara).
Apraksia (ketidakmampuan untuk melaksanakan tindakan yang telah dipelajari
sebelumnya).
9. Gangguan Persepsi dan Kehilangan Sensori
Disfungsi persepsi-visual (hemianopia homonimus [kehilangan setengah bagian
lapang pandang]).
Gangguan alam hubungan spasial-visual (mempersepsikan hubungan antara dus
objek atau lebih dalam area yang renggang), sering kali terlihat pada pasien
dengan kerusakan hemusfer kanan.
8
Brunner & suddarth hal. 177
Kehilangan sensori: sedikit gangguan dalam merasakan sentuhan atau lebih berat
dengan hilangnya propriosepsi; kesulitan dalam memutus stimulus visual, taktil,
dan pendengaran.
10. Gangguan Efek Kognitif dan Psikologis
Kerusakan lobus frontal: Kemampuan belajar, memori, atau fungsi intelektual
kortikal lain yang lebih tinggi dapat terganggu. Disfungsi tersebut mungkin
direfleksikan dalam terbatasnya rentang perhatian, kesulitan dalam membuat
kesimpulam, pelupa, dan kekurangan motivasi.
Depresi, masalah psikologis lain: labilitas emosional, permusuhan, frustasi,
kemarahan, dan kehilangan kerja sama.9
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik dan neurologis lengkap
2. Pemindaian CT nonkontras
3. EKG 12 sadapa dan ultrasound carotid
4. Angigrafi CT atau MRI dan angiografi
5. Pemeriksaan aliran Doppler transkrnial
6. Ekokardiografi transtoraks atau transesofagus
7. Pemindaian CT yang ditingkatkan dengan Xenon
8. Pemindaian CT emisi foto tunggal10
E. PENATALAKSAAN MEDIS
Penatalaksaan Komplikasi
I. PENCEGAHAN
1. Bantu pasien mengubah factor risiko stroke, anjurkan pasien untuk behenti merokok,
mempertahankan berat badan yang sehat, mengikuti diet sehat (termasuk konsumsi
alkohol dalam jumlah sedang), dan berolahraga setiap hari
2. Persiapkan dan dukung pasien dalam melalui endarterektomi carotid.
3. Berikan agens antikoagulan sesuai program12
11
Brunner & suddarth. Hal 179
12
Brunner & suddarth. Hal 179
J. WOC
Stroke Hemoragik Stroke Iskemik
Peningkatan Trombus/emboli
tekanan sistemik di serebral
Penurunan Iscemic/infark
kesadaran Kerusakana
fungsi N. VI
Defisist neurologi dan XII
MK: Konfusi
akut/kronis
Hemisfer kanan/kiri MK: gangguan
Defisist neurologi komunikasi verbal
MK: Resiko
MK: Resiko
kerusakan
defissit nutrisi
integritas Kulit
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPARAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam
perumusan diagnosa keperawatan (Doenges dkk, 1999).
Adapun pengkajian pada klien dengan stroke (Doenges dkk, 1999) adalah :
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah,
susah untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan
umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.
2. Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
vaskuler, frekuensi nadi bervariasi, dan disritmia.
3. Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira,
kesulitan untuk mengekspresikan diri
4. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih
Tanda : distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.
5. Makanan/ Cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut (penigkatan TIK),
kehilangan sensasi pada lidah, dan tenggorokan, disfagia, adanya
riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan(gangguan pad areflek aplatum dan faringetal),
obesitas (Faktor resiko).
6. Neurosensori
Gejala : sinkope/pusing (sebelum serangan CSV/selama TIA)
sakit kepala akan sangat berat dengan adanya perdarahan untraserebral
atau sub araknoid, kelemahan/ kesemutan/kebas ( biasanyan terjadi
selama serangan TIA, yang ditemuka dalam berbagai derajat pada
stroke jenis yang lain), sisis yang terkena terlihat seperti
“mati/lumpuh”, penglihatan menurun, seperti buta total, kehilangan
daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda
(diplopia) atau gangguan yang lain.
Sentuhan : hilangnya rangsangan sensorik kontralateral (pada sisi
tubuh yang berlawanan) pada ekstremitas dan kadang-kadang pada
ipsilateral (yang satu sisi) pada wajah
Gangguan ras apengecapan dan penciuman
Tanda: status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragis, gangguan fungsi kognitif, pada wajah terjadi paralisis,
afasia, ukuran/ reaksi pupil tidak sama, kekakuan, kejang.
7. Kenyamanan / Nyeri
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot
8. Pernapasan
Gejala : merokok
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas, timbulnya
pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.
9. Keamanan
Tanda : masalah dengan penglihatan, perubahan sensori persepsi terhadap
orientasi tempat tubuh, tidak mampu mengenal objek, gangguan
berespons terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam menelan,
gangguan dalam memutuskan.
10. Interaksi Sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
11. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi
oral, kecanduan alkohol13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. perfusi jaringan, perubahan,serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah :
gangguan oklusif, hemoragi, vasospasme serebral, edema serebral
2. Konfusi akut/kronis berhubungan dengan demensia
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kognitif
4. Gangguan presepsi sensori berhubungan dengan hipoksia serebral
5. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan serebrovaskular
6. Difiseiensi perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi
7. Gangguan memori berhubungan dengan gangguan sirkulasi ke otak
8. Gangguan komnikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
9. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan
10. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas
13
Doenges, marylin E. 2006. Rencana asuhan keperawatan edisi 3. Hal 290-292
C. PERENCANAAN
Tujuan utama untuk pasien dan keluarga dapat mencakup peningkatan mobilitas, penecegahan nyeri bahu, tercapainya
perawatan diri, redanya deprivasi sensori dan persepsi, pencegahan aspirasi, kontinensia bowel/usus dan kandung kemih,
peningkatan proses pikir, mencapai bentuk komunikasi, mempertahankan intergritas kulit, mengembalikan fungsi keluarga,
meningkatkan fungsi seksual, dan tidak ada komplikasi. Tujuan dipengaruhi oleh pengentahuan tentang seperti apa pasien
sebelum stroke terjadi
- Antihipertensi TD
- Anjurkan pasien
menggunakan sedotan
- Menguatkan otot fasial
untuk meminum cairan
dan otot menelan dan
menurunkan risiko
- Anjurkan orang
terjadinya tersedak
terdekat untuk
- Menstimulasi upaya
membawa makanan
makan dan meningkatkan
kesukaan pasien
menelan/masukan
-
14. Pertahankan masukan 14. Jika usaha menelan tidak
dan haluaran dengan memadai untuk
akurat, catat jumlah memenuhi kebutuhan
kalori yang masuk cairan dan makanan
harus dicarikan metode
alternatif untuk makan
15. Anjurkan untuk
berpatisipasi dalam
program
latihan/kegiatan
15. Dapat meneingkatkan
pelepasan endorfin dalam
otak yang meningkatkan
perasaan senang dan
meningkatkan nafsu
makan
Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan tindakan NIC: perawatan tirah baring
berhubungan dengan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan:
1. posisikan tubuh sesuai 1. Kesejajaran yang tepat
gangguan kognitif
NOC : Pergerakan dengan body alignment menurunkan resiko
DS: yang tepat kerusakan sistem
Dipertahankan ke level 3
- mengeluh sulit 2. jaga kain linen kasur muskoloskeletal
Ditingkatkan ke level 4
menggerakkan tetap bersih, kering dan 2. Seseoran yang kulitnya
1= sangat terganggu
ekstremitas bebas kerutan terpapar lebih banyak
- enggan melakukan 2= banyak terganggu
kelembapan memiliki
pergerakan 3= cukup terganggu
resiko yang
- nyeri saat bergerak 4= sedikit terganggu meningkatkan terhadap
Tim Pokja PPNI. 2017. Standar diagnosis keperawatan.Jakarta Selatan. Dewan pengurus pusat
PPNI
Brunner & suddarth.2016. Keperawatan medikal bedah edisi 12. Jakarta: EGC
Dosen keperawatan medikal bedah indonesia. 2017. Rencana asuhan keperawatan medikal
bedah.jakarta. EGC
Sylvia, lorraine. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6. Jakarta. EGC
BAB 4
KASUS
1. Data biografi
a. Identitas klien
- No. Register : 790723
- Nama : Ny. M
- Umur : 17-02-1976
- Suku/bangsa : rejang
- Status perkawinan : kawin
- Agama : islam
- Pendidikan : SMP
- Pekerjaan : IRT
- Alamat : Pematang, Bengkulu Tengah
- Catatan kedatangan : dengan kursi roda
- Diagnosa medis : SH + CKD + Anemia
b. Keluarga terdekat dapat dihubungi
- Nama : Tn. A
- Umur : 51 tahun
- Pendidikan : SLTP
- Pekerjaan : pedagang
- Alamat : pematang, Bengkulu Tengah
- Sumber informasi : pasien dan keluarga
2. Riwayat kesehatan/keperawatn
a. Keluhan utama/alasan masuk rs
Ny. m datang ke IGD dengan keluhan kelemahan pada ekstremitas
kirinya 4 jam sebelum masuk rumah sakit, ny. m juga mengeluh lemas
dan sesak nafas
c. Riwayat spiritual
- Support sistem dalam keluarga : suami dan anak
- Kegiatan keagamaan : semenjak sakit Ny. tidak
rutin melakukan ibadah
3. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera makan Baik Baik
2. Menu makan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
3. Frekuensi makan 3x1 3x1
4. Makanan Tinggi garam Tinggi garam
pantangan
5. Pembatasan pola Tinggi garam Tinggi garam
makan
6. Cara makan Per oral NGT
7. Ritual saat makan Tidak ada Tidak ada
b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Air putih Air putih
2. Frekuensi 5-6 kali 5-6 kali
3. Minuman Air putih Air putih
4. Kebutuhan cairan 250 cc 250 cc
5. Cara pemenuhan Per oral NGT
d. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
- Siang 2 jam 3 jam
- Malam 8 jam 8 jam
2. Pola tidur Teratur Tiak teratur
3. Kebiasaan sebelum Tidak ada Tidak ada
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
e. Olahraga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Program olahraga Tidak ada Tidak ada
2. Jenis dan Tidak ada Tidak ada
frekuensi
3. Kondisi setelah Tidak ada Tidak ada
olahraga
f. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
- Cara Basah kering
- Frekuensi 2x1 1x1
- Alat mandi Sabun, air Sabun, air
2. Cuci rambut
- Frekuensi 1x 2 Belum cuci rambut
- Cara Basah
3. Gunting rambut 6 bulan sekali
- Frekuensi 6 bulan sekali Dipotong anak
- Cara Dipotong anak
4. Gosok gigi Belum gosok gigi
- Frekuensi 2x1 -
- Cara Gosok gigi dengan
sika gigi
g. Aktivitas mobilitas fisik
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Kegiatan sehari- IRT Istirahat
hari
2. Pengaturan jadwal Teratur Teratur
harian
3. Penggunaan alat Tidak ada Ada
bantu
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
pergerakan tubuh
h. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Waktu luang Menonton tv Menonton tv
2. Perasaan setelah Senang Senang
rekreasi
3. Kegiatan hari
libur Tidak rutin Tidak rutin
i. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,7
- Nadi : 67 x/m
- Respirasi : 35 x/m
- Tekanan darah :140/70
3. Antropometri
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 45 kg
- Lingkar lengan atas : 23 cm
- Lingkar kepala : 54 cm
- Lingkar dada : 86 cm
- Lingkar perut : 94 cm
- Skin fold : 2 cm
j. Sistem pernapasan
1. Hidung : simetris, terdapat pernafasna cuping hidung, tidak
ada polip dan sekret
2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar dan tidak ada tumor
3. Dada : bentik dada normal, retraksi dinding dada simetris
4. Gerakan dada : simetris, ada penggunaan otot bantu nafas
5. Suara nafas : ronchi
k. Sistem kardiovaskuler
1. Konjungtiva : anemis, tidak ada pembesaran vena
jugularis, bibir pucat
2. Ukuran jantung : tidak ada kardiomegali
3. Suara jantung : reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
4. Capillary refill : > 2 detik
l. Sistem pencernaan
1. Bibir : kering
2. mulut : tidak ada stomatitis, kemampuan menelan
baik
3. Gaster : tidak ada kembung, gerakan pristaltik 6
kali/menit
4. Abdomen : perut asites, shifting dullnes (+)
5. Anus : tidak ada hemoroid
n. Sistem persyarafan
1. Fungsi serebral
1) Status mental :daya ingat baik, perhatian dan perhitungan
baik
2) Kesadaran : compos mentis
2. Fungsi kranial
1) N I : pasien ampu membedakan bau kopi dan teh
2) N II :tdak ada kelainan lapang pandang
3) N III, IV, VI : pasien mamapu mengangkat kelopak mata,
bola mata dapat bergerak simetris, pupil
iskor
4) NV : terdapat kontraksi otot masester, pasien
mampu merasakan sensai dingin dan panas
pada wajah, tada deviasi lidah ke sebelah
kiri, mata berkedip saat disentuh
5) N VII : pasien tidak mampu tersenyum dan bersiul,
mampu mengangkat halis mata sebelah
kanan, menutup kelopak mata dengan
tahanan, tidak mampu menjulurkan
lidah dan mmpu membedakan rasa asin dan
manis
6) N VIII : pasien mampu mendengar bunyi arloji
7) N IX : pasein mampu mebedakan rasa manis dan
asam
8) N X : refleks muntah menurun, kemampuan
menelan berkurang
9) N XI : pasien mampu meahan tahan pada bahu
kanan namun tidak mampu menahan tahan
bahu kiri, terdapat kontraksi otot trapezeus
kanan
10) N XII : pasien tidak mampu menggerkan lidah
kanan dan kiri
3. Fungsi motorik :kekuatan otot 5/5/2/2
4. Fungsi sensorik : pasien mamapu merasakan sensasi
5. Fungsi cerebellum : koordinasi berkurang, keseimbangan
berkurang
6. Refleks : patela(+) bisep (+) trisep (+)
7. Iritasi meningen : tidak ada kaku kuduk, brunzinki (-)
o. Sistem muskuloskeletal
1. Kepala : normochepali
2. Vertebra : scholiosis (-) lorosis (-) kyposis (-)
3. Pelvis : tidak ampu berjalan, ada keterbatasan ROM
4. Lutut : tidak ada bengkak, kaku dan tanda tarikan
5. Kaki : terdapat bengkak derajat I
6. Tangan : tidak ada edema
p. Sistem integumen
1. Rambut : tipis, warna hitam dan putih
2. Kulit : kering
3. Kuku : rapuh
q. Sistem endokrin
1. Kelenjar tiroid : tidka ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Ekskresi urine : polidipsi (-) poli phagi (-)
poliuri (-)
3. Suhu tubuh : akral dingin
4. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : tidak ada
r. Sistem perkemihan
1. Oedema, moon face, oedema anakarsa : terdapat edema pada
ekstremitas bawah derajat I
2. Keadaan kandung kemih : tidak distensi
3. Nokturia, disuria, kencing batu : tidak ada nokturia, disuria,
kencing batu
s. Sistem reproduksi
1. Wanita
- Payudara : simetris, puting menonjol
- Labia mayora dan minora : bersih
2. Laki-laki
- Keadaan glenn penis
- Testis
- Pertumbuhan rambut
- Pertumbuhan jakun
t. Sistem imun
1. Alergi : tidak ada
2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : tidak ada
u. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
tgl pemeriksaan Hasil rujukan
6/12 Hematokrit 32 40-54
6/12 Hemoglobin 10.2 12-15
6/12 Leukosit 7300 4000-10.000
6/12 Trombosit 153.00 150.000-450.00
3/12 Hemoglobin 6.6 12-15
1/12 Hemoglobin 5.5 12-15
1/12 Basofil 0.0 00-1.0
1/12 Esofil 3 3.0
1/12 Segmen 3 35-70
1/12 Limfosit 74 20-45
1/12 Monosit 17 2-10
1/12 GDS 114 <160
1/12 Ureum 96 20-40
1/12 Creatinin 6.5 0.5-1.2
1/12 Natrium 141 135-145
1/12 Kalium 3.2 3.4-5.4
1/12 Chlorida 132 50-200
DO :
- Kesadaran CM
- Sakit kepala (+)
- Gelisah (+)
- TD 140/70
- Muntah (-)
- Kelemahan pada anggota
gerak kiri (+)
2 DS : Ny. M mengeluh sesak Gangguan hipervolumia
terutama saat tidur mekanisme
regulasi
DO :
- Edema pada kaki derajat I
- BB naik 4 kg dalam 4 hari
- Suara nafas ronchi
- Hb 5.5
- HT 32
- Intake 1875 cc/24 jam
- Output 1025 cc/24 jam
- Perut asites dengan lingkar
96 cm
3 DS : keluarga mengatakan ny.m Gangguan Gangguan mobilitas
mengalami kelemahan sebelah neuromuskular fisik
kiri 4 jam sebelum masuk RS dan penurunan
kekuatan otot
DO :
-Kekuatan otot
5 2
5 2
- gerakan terbatas (+)
-Kelemahan fisik (+)
-penurunan gerakan ekstremitas
kiri
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Perfusi Serebral Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan TIK
Tidak Efektif Observasi
D.0017 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
diharapkan tidak terjadi risiko perfusi serebral tidak efektif. 2. Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
Pengertian : Kriteria Hasil: 3. Monitor MAP
Berisiko mengalami No. Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik
penurunan sirkulasi meningkat Menurun 4. Berikan posisi semi fowler
darah ke otak 5. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
1. Tekanan Intrakranial 6. Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
1 2 3 4 5
7. Kolaborasi dalam pemberian sedasi dan anti
2. Sakit kepala konvulsan, jika perlu
8. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
1 2 3 4 5
3. Gelisah
1 2 3 4 5
4. Kecemasan
1 2 3 4 5
5. Agitasi
1 2 3 4 5
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
1 2 3 4 5
D.0056 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
diharapkan toleransi aktivitas meningkat. mengakibatkan kelelahan
Monitor pola dan jam tidur
Pengertian : Kriteria Hasil: Monitor kelelahan fisik dan emosional
Edukasi
Ketidakcukupan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningka
energi untuk Menurun Meningka t Anjurkan tirah baring
melakukan aktivitas t Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
sehari-hari Terapeutik:
1 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
1 2 3 4 5 stimulus
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
2 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
1 2 3 4 5 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Kolaborasi
Meningkat Menurun
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
3 Keluhan lelah
meningkatkan asupan makanan
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
FORMAT
CATATAN PERKEMBANGAN
P : terapkan intervensi
manajemen peningkatan TIK
2 Hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala S :keluarga mengatakan pasien
hipervolumia masih sesak
2. Mengatur posisi ny. m semi O:
fowler
A:
3. Memonitor status
P:
hemodinamik
1.
3 Gangguan mobilitas
fisik