Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN

KEPERAWATAN
SISTEM
PENCERNAAN
STIKES BINA SEHAT PPNI KAB.MOJOKERTO
NAMA KELOMPOK:
1. Linda Ayu Fadilah (202001012) 8. Apriliyanti Liufeto (202001031)

2. Danella Eka Putri R. (202001015) 9. Titiana Endenuryani (202001034)

3. Alivia yuli Fatimah (202001019) 10. Kiki Fatmawati (202001035)

4. Elsa putri Widiyatma (202001025) 11. Evy Yogiana D. (202001036)

5. Rista Dwi Wahyu D. (202001026) 12. Siti Ghoniah N. (202001042)

6. Stevanny Aprilita P.(202001027) 13. Neni Hidayati (202001043)

7. Anis Sayyidatul I. (202001028) 14. Ira Dwi Hanum T. (202001045)


Konstipasi
??
● Konstipasi adalah defekasi normal yang disertai
pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses
kering dan banyak (Tim Pokja SDKI DPP PPNI).
● Pngertian lain konstipasi adalah defekasi tidak
teratur yang abnormal, dan juga
pengerasan feses tidak normal yang membuat
pasasenya sulit dan kadang
menimbulkan nyeri (Smeltzer & Bare, 2010).
ETIOLOGI

Fisiologi Psikologis
● Penurunan motilitas gastrointestinal ● Konfusi
● Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi ● Depresi
● Ketidakcukupan diet ● Gangguan emosional
● Ketidakcukupan asupan serat
● Ketidakcukupan asupan cairan
● Aganglionik (mis. Penyakit hirscprung)
● Kelemahan otot abdomen
ETIOLOGI

Situasional
● Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan)
● Ketidakadekuatan toileting
● Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
● Penyalahgunaan laksatif
● Efek agen farmakologis
● Ketidakteraturan kebiasaan defekasi
● Kebiasaan menahan dorongan defekasi
● Perubahan lingkungan
TANDA DAN
GEJALA
Mayor
Subjektif Objektif
1. Defekasi kurang 2 kali seminggu 1. Feses keras
2. Pengeluaran feses lama dan sulit 2. Peristaltik usus menurun

Minor
Subjektif Objektif
1. Mengejan saat defekasi 1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal
DIAGNOSA DAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
PADA MASALAH
KONSTIPASI
Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Konstipasi berhubungan Pada diagnosa konstipasi terdapat intervensi; Lakukan masase abdomen. Adapun intervensi
dengan ketidakteraturan keperawatan dari Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018) :
kebiasaan defekasi.
• Observasi
Periksa tanda dan gejala konstipasi .
Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume, dan warna).
Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis. obat-obatan, tirah baring, dan diet rendah serat).
Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan/atau peritonitis.
• Terapeutik
Anjurkan diet tinggi serat.
Lakukan masase abdomen, jika perlu.
Lakukan evaluasi feses secara manual, jika perlu.
Berikan enema atau irigasi, jika perlu.
• Edukasi
Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan.
Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi.
Latih buang air besar secara teratur.
Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi.
• Kolaborasi
Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi suara usus.
Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu.
JURNAL 1
PENGUAT
INTERVENSI
Judul Pengaruh Terapi Pijat terhadap Konstipasi
Volume dan Vol.4 , Hal.1-5
Halaman
Tahun 2015
Penulis Hani Zahiyyah Suarsyaf, Dyah Wulan Sumekar RW2
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Bagian Epidemiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Reviewer Kelompok 2
Tanggal 17 Juni 2022
Tujuan Untuk meneliti tentang Penanganan konstipasi secara non farmakologis yaitu Terapi pijat
Penelitian merupakan bagian dari terapi non- farmakologi. Penelitian ini juga bertujuan untuk pengaruh
pijat terhadap konstipasi serta mekanisme yang mendasarinya.

Hasil Berdasarkan hasil penelitian dari jurnal yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat terhadap
Penelitian Konstipasi” yang dilakukan oleh Hani Zahiyyah Suarsyaf, Dyah Wulan Sumekar RW.
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Bagian Epidemiologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung adalah Konstipasi adalah gangguan pencernaan yang
ditandai dengan sulit atau menurunnya frekuensi buang air besar, frekuensi kurang dari 3
kali dalam seminggu.
Hasil Konstipasi dapat terjadi karena perubahan diet, pengobatan, operasi abdominal atau stress
Penelitian emosi akut. Buang air besar terjadi saat tekanan rektum mencapai 55 mmHg yang
mengakibatkan melemasnya sfingter ani internus dan eksternus sehingga feses terdorong
keluar. Gerakan peristaltik pada kolon sigmoid dan distensi dinding rektum menstimulasi
kontraksi otot di rektum sehingga meningkatkan tekanan rectal dan menstimulasi relaksasi
sfingter internal dan eksternal. Otot dinding abdomen, normalnya berkontraksi secara
volunter untuk meningkatkan tekanan intra abdominal selama gerakan usus besar, juga
meningkatkan buang air besar dengan tekanan feses ke dalam dan ke bawah. Pada satu
kasus, tekanan sedang dari tangan pada bagian bawah abdomen pasien menimbulkan
gelombang bermakna dari kontraksi otot rektal selama 10 detik. Mekanisme pijat abdomen
terhadap konstipasi belum sepenuhnya dimengerti, tapi kemungkinan akibat kombinasi dari
stimulasi dan relaksasi. Tekanan langsung pada dinding abdomen secara bergantian sesi
tekan lepas pada rectum gastrointestinal, distorsi ukuran lumen dan mengaktivasi reseptor
peregang yang dapat memperkuat refleks gastrokolik dan memicu kontraksi intestinal dan
rektal. Pijat abdomen dipikirkan dapat mendorong feses dengan peningkatan tekanan intra
abdominal.
Kelebihan Kelebihan jurnal :
1. Dalam jurnal tersebut terdapat variabel-variabel yang sangat relevan dengan fenomena yang
sering terjadi
2. Memiliki pembahasaan yang rinci
Kelebihan “Pengaruh Terapi Pijat terhadap Konstipasi”
1. melancarkan peredaran darah, pencernaan, dan pertumbuhan
2. pijat tidak memiliki efek samping
3. pijat dapat dilakukan oleh pasien sendiri karena pijat mudah dipelajari
4. dan biaya murah
5. Pijat memberikan manfaat pada konstipasi dengan cara menstimulasi gerak rektum dan
menurunkan waktu transit kolon sehingga dapat meningkatkan frekuensi buang air besar.
Kekurangan Kekurangan jurnal
1. Jurnal masih kurang menjelaskan secara detail “Pengaruh Terapi Pijat terhadap Konstipasi”.
2. Pijat juga memicu respon saraf para simpatik yang meningkatkan aktivitas pencernaan
sehingga rasa lapar dapat menjadi efek refleks dari pijat.
3. Terapi pijat tidak boleh dilakukan dalam kondisi seperti demam, menderita penyakit kulit
menular, menderita penyakit atau infeksi menular, dan gangguan jantung.
JURNAL 2
PENGUAT
INTERVENSI
Judul Pengaruh Massage Abdomen terhadap Konstipasi pada Pasien yang Terpasang
Ventilasi Mekanik Di Ruang
Volume dan Halaman 8 halaman

Tahun 2021
Penulis Ni Made Dwi Purnama Sari
Made Ririn Sri Wulandari
Komang Yogi Triana
Reviewer Kelompok 2
Tanggal 17 Juni 2022
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massage abdomen terhadapa
konstipasi pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik di ruang ICU di salah satu
rumah sakit Swasta di Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain Quasi-experiment
dengan pendekatan post test only control group.
Hasil Penelitian Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rantesigi dan
Agusrianto (2019) dengan judul penerapan massage abdomen dan minum air putih
hangat untuk mencegah konstipasi pada asuhan keperawatan dengan kasus stroke di
RSUD POSO, jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan studi kasus, dimana
intervensi yang diberikan adalahmassage abdomen dan minum air putih hangat,
dimana evaluasi dilakukan setelah diberikan inervensi sebanyak 5 kali dan pasien dapat
buang air besar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan massage abdomen
dan terapi minum air putih hangat 500cc dapat mencegah dan mengatasi konstipasi
pada pasien stroke di RSUD POSO.
Mengacu pada hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa pemberian
massage abdomen berpengaruh untuk mengatasi konstipasi pada pasien yang
terpasang ventilasi mekanik di ruang ICU Rumah Sakit X Denpasar. Pemberian
intervensi massage abdomen ini dilaksanakan selama 7 hari selama 10-20 menit dua
kali sehari sebelum mandi dengan dibantu dengan baluran minyak zaitun. Sehingga
motilitas usus meningkat dan sekresi enzim pencernaan meningkat, hal ini dapat
memperlancar buang air besar pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
Kekurangan Diharapkan kepada pihak manajemen rumah sakit dan bagian diklat untuk mempertimbangkan
pembuatan SOP massage abdomen sehingga dapat meningkatkan pelayanan di ruang ICU dengan
memberikan massage abdomen pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik. Hasil penelitian ini
memberikan keuntungan kepada pasien karena dapat mengurangi pemakaian terapi farmakologi
dalam mengatasi dan mencegah konstipasi, sehingga proses weaning dapat berjalan dengan rektum,
dan dapat segera untuk dilakukan extubasi. Dalam pemberian massage abdomen tetap mengacu
pada standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di Rumah Sakit X Denpasar.3. Peneliti
selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan acuan untuk penelitian
selanjutnya. Apabila melakukan penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan intervensi
yang akan diberikan pada responden seperti melakukan mobilisasi bertahap pada pasien yang
terpasang ventilasi mekanik.
Kelebihan Penelitian ini dapat meningkatkan wawasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien khususnya pasien yang terpasang ventilasi mekanik dalam memenuhi kebutuhan eliminasi.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan semua perawat di ruang ICU dapat menerapkan massage
abdomen pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik yang mengalami konstipasi untuk
mengurang pemakaian terapi farmakologi untuk mengatasi konstipasi.
KESIMPULAN
Hasil penelitian konstipasi pasien setelah diberikan massage
abdomen menunjukkan bahwa rata-rata nilai konstipasi pada
kelompok kontrol kelompok intervensi adalah terjadi
penurunan skor konstipasi setelah dilakukan massage
abdomen. Dari hasil uji Independent Sample T-Test dengan
menggunakan SPSS versi 26, di dapatkan bahwa ada
pengaruh massage abdomen terhadap konstipasi pada pasien
yang terpasang ventilasi mekanik di ruang ICU Rumah Sakit
X Denpasar
DAFTAR
PUSTAKA
https://
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/
1417/1260

http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/KN/article/view/740

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan
Perawat Indonesia
Thanks
Does anyone have any
questions?

Anda mungkin juga menyukai