Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

PENGARUH ABDOMINAL MASSAGE DALAM UPAYA


PENCEGAHAN KONSTIPASI PADA LANJUT USIA
DI BPSTW ABIYOSO YOGYAKARTA

Fransisca Anjar Rina Setyani 1), Siwi Ikaristi Maria Theresia 2)


1,2
STIKes Panti Rapih Yogyakarta
e-mail: fransiscaanjarrina@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu gangguan pola eliminasi defekasi adalah konstipasi. Dari 20 lansiadi BPSTW Abiyoso,
ternyata 9 diantaranya mengungkapkan mengalami kesulitan untuk buang air besar. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui pengaruh abdominal massage untuk mencegah konstipasi pada lansia di BPSTW
Abiyoso Yogyakarta dan faktor counfounding yang mempengaruhi pola eliminasi defekasi lansia di
BPSTW Abiyoso Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental, dimana peneliti
membandingkan perbedaan pola eliminasi defekasi pada kelompok kontrol dan intervensi. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 32 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 16 responden
pada kelompok kontrol dan 16 responden pada kelompok intervensi. Hasil uji t-independen
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan score defekasi pada kelompok kontrol dan
intervensi artinya ada pengaruh pemberian abdominal massage pada lansia terhadap keteraturan pola
eliminasi defekasi pada lansia (p value = 0.049; α = 0.05). Perawat dapat menggunakan abdominal
massage sebagai salah satu terapi non farmakologi untuk menjaga keteraturan pola eliminasi defekasi
pada lansia.
Kata kunci: abdominal massage, konstipasi, lansia.

ABSTRACT
One disruption of the pattern of elimination of defecation is constipation. Elderly and someone who has
a decreased physical ability are at risk for constipation. The purpose of this research is to know the
effect of abdominal massage to prevent constipation toward elderly at BPSTW Abiyoso in Yogyakarta.
This research uses quasi experimental, which compares the differences of elimination defecation
patterns between kontrol and intervention groups. The number of sampels were 32 respondents, divided
into 2 groups, i.e. 16 respondents in the kontrol group and 16 respondents in the intervention group.
Independent t-test results showed significant difference defecation scores between the kontrol and
intervention groups, meaning that there is the effect of abdominal massage to prevent constipation
towrad elderly (p value = 0.049; α = 0.05). Confounding variables related with the pattern of
elimination is physical activity.
Keywords: abdominal massage, constipation, elderly

1. PENDAHULUAN aktivitas fisik, usia, prosedur pembedahan,


Salah satu gangguan pola eliminasi kebiasaan menggunakan pencahar, faktor
defekasi adalah konstipasi. Konstipasi psikologis (stres dan depresi), trauma rectal
adalah frekuensi defekasi kurang dari 3 kali dan anus (Smeltzer & Bare, 2013).
per minggu disertai dengan konsistensi feses Konstipasi yang terjadi sesekali, mungkin
yang keras dan kecil-kecil kadang – kadang tidak berdampak pada gangguan sistem
disertai dengan kesulitan saat mengeluarkan tubuh, namun bila konstipasi ini terjadi
feses (Pranaka, 2014; Black & Hawks, berulang–ulang dan dalam jangka waktu
2009; American College of yang lama dapat menimbulkankomplikasi
Gastroenterology, 2010). Setiap individu atara lain terjadinya vena hemoroidalis dan
memiliki pola eliminasi yang berbeda-beda, penurunan nafsu makan oleh karena
dimana pola eliminasi tersebut dipengaruhi ketidaknyamanan pada lambung (Smeltzer
oleh beberapa faktor antara lain: kurangnya & Bare, 2013).
asupan serat dalam makanan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikonsumsi, asupan cairan, penurunan kejadian konstipasi meningkat sebesar 17 –

205
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

51% pada usia dewasa yang mengalami abdominal massage sebagai salah satu cara
penurunan kemampuan fisik (Emerson & untuk mengatasi konstipasi, karena mereka
Baines, 2010). Kejadian konstipasi pada mempercayai bahwa penekanan pada
lansia yang tinggal di masyarakat dan di dinding abdomen bagian anterior dapat
Panti Wreda meningkat, demikian juga memberikan penekanan pada sistem
penggunaan laksatif meningkat seiring pencernaan sehingga dapat menstimulasi
dengan meningkatnya kejadian konstipasi peristaltik usus (Fernandez, 2006 &
pada lansia (McLane & McShane, 2011 Sinclair, 2004 dalam Sinclair, 2010).
dalam Maas, Buckwalter, Hardy, Reimer- Mekanisme abdominal massage dapat
Tripp, dan Specht, 2011). menurunkan kejadian konstipasi belum
Dari hasil survey pendahuluan bulan Juni dapat dipahami sepenuhnya, kemungkinan
2016 di BPSTW Abiyoso Yogyakarta, dari disebabkan oleh adanya efek kombinasi dari
20 lansia yang tinggal diwisma ternyata 9 stimulasi dan relaksasi. Tekanan secara
diantaranya mengungkapkan mengalami langsung pada dinding abdomen secara
kesulitan untuk buang air besar. Lansia berurutan dan kemudian diselingi dengan
mengungkapkan frekuensi defekasi waktu relaksasi dengan cepat dapat
seminggu 1 kali dengan frekuensi feses yang meningkatkan reflek gastrokolik dan
keras dan untuk defekasi harus mengejan meningkatkan kontraksi dari intestinal dan
kuat. Lansia mengungkapkan sudah makan rectum (Brooks, et al., 2004, dalam Sinclair,
buah dan sayur yang disediakan oleh pihak 2010). Abdominal massage dapat
pengelola panti, namun untuk olah raga menurunkan konstipasi melalui beberapa
secara teratur hanya beberapa lansia saja mekanisme yang berbeda-beda antara lain
yang melakukan oleh karena banyak lansia dengan menstimulasi sistem persyarafan
yang sudah mengalami penurunan parasimpatis sehingga dapat menurunkan
kemampuan fisik. Penurunan aktivitas fisik tegangan pada otot abdomen, meningkatkan
dapat menyebabkan penurunan sirkulasi motilitas pada sistem pencernaan,
darah pada sistem pencernaan sehingga meningkatkan sekresi pada sistem intestinal
berdampak pada penurunan peristaltik usus serta memberikan efek pada relaksasi
ditambah dengan waktu transit feses di sfingter (Lamas, et. al. 2009). Penelitian
dalam kolon sigmoid dan rektum yang lebih terkait abdominal massage sudah banyak
lama pada lansia oleh karena penurunan dilakukan untuk menjaga keteraturan pola
fungsi tubuh hal ini akan meningkatkan eliminasi defekasi, namun belum pernah
risiko konstipasi pada lansia (McLane & dilakukan di BPSTW Abiyoso. Penelitian
McShane, 2011 dalam Maas, et.al., 2011). ini dilakukan untuk mengidentifikasi
Salah satu terapi komplementer yang pengaruh abdominal massage dalam upaya
dapat dilakukan untuk mencegah dan pencegahan konstipasi pada lansia di
mengatasi masalah konstipasi adalah BPSTW Abiyoso Yogyakarta dan faktor
dengan melakukan abdominal massage. confounding yang mempengaruhi pola
Abdominal massage merupakan salah satu eliminasi defekasi lansia di BPSTW
management keperawatan untuk mengatasi Abiyoso, Yogyakarta.
konstipasi yang sudah dilakukan sejak tahun
1870 dan pada perkembangannya, 2. METODE PENELITIAN
abdominal massage merupakan intervensi Penelitian ini menggunakan desain
yang efektif untuk mengatasi konstipasi Quasi eksperimental. Penelitian dilakukan
tanpa menimbulkan efek samping. Hasil di BPSTW Abiyoso, Yogyakarta pada 10
penelitian menunjukkan bahwa terjadi sampai dengan 16 Agustus 2017. Populasi
penurunan kejadian konstipasi setelah dalam penelitian ini adalah semua lansia di
dilakukan abdominal massage selama BPSTW Abiyoso. Sampel yang digunakan
sepuluh hari pada pasien lansia yang dalam penelitian adalah lansia, yang
mengalami konstipasi, namun efek tersebut memenuhi kriteria inklusi:
berakhir pada hari ke tujuh sampai dengan a. Tidak mengalami penurunan kesadaran.
hari ke sepuluh setelah tindakan abdominal b. Tidak mendapatkan terapi laksativ.
massage dihentikan (Kim, et. al., 2005 c. Tidak terdapat tumor pada area
dalam Sinclair, 2010). Tenaga kesehatan abdominal.
yang ada di klinik merekomendasikan d. Tidak terdapat obstruksi illeus.

206
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

e. Tidak mengalami netropenia. defekasi mengalami peningkatan. Pada


f. Tidak mengalami perdarahan pada kelompok intervensi, jumlah responden
intestinal. yang tidak bisa defekasi pada hari pertama
g. Tidak mendapatkan terapi radiasi pada sampai dengan hari keempat dalam jumlah
area abdomen. yang hampir sama, rata-rata 1 sampai
h. Tidak mengalami tindakan pembedahan dengan 2 responden. Banyaknya jumlah
pada area abdomen. responden kelompok kontrol yang tidak bisa
Jumlah sampel dalam penelitian ini defekasi pada hari pertama kemungkinan
adalah 32 sampel dengan pembagian 16 disebabkan oleh faktor pola eliminasi
sampel pada kelompok kontrol dan 16 defekasi responden adalah 2-3 hari sekali,
sampel pada kelompok intervensi. Peneliti sedangkan sebelum dilakukan pengkajian
melakukan abdominal massage dengan hari pertama, sebagian besar responden
teknik efflurage pada kelompok intervensi terakhir kali defekasi adalah satu hari yang
selama tiga hari berturut-turut, sedangkan lalu. Pola eliminasi defekasi 2-3 hari sekali
pengkajian eliminasi defekasi dilakukan membuat massa feses lama di dalam rektum,
mulai hari pertama sampai dengan hari hal ini menyebabkan absorbsi air yang
keempat. Instrumen yang digunakan dalam terkandung dalam feses meningkat yang
pengambilan data adalah format observasi membuat feses semakin keras
pola eliminasi defekasi dan format konsistensinya. Konsistensi feses yang
pengkajian faktor-faktor yang keras akan membuat feses sulit dikeluarkan
mempengaruhi eleminiasi defekasi yang dari rektum, hal inilah yang membuat
sudah dilakukan uji validitas isi terhadap responden kelompok kontrol banyak yang
alat ukur penelitian yaitu dengan melakukan tidak defekasi pada hari pertama. Dalam
konsultasi dengan dokter spesialis penyakit waktu 24 jam kolon akan menyerap air rata-
dalam konsultan gastroenterologi di RSCM rata 2,5 liter; Na: 55 mEq; Klorida: 23 mEq,
Jakarta. Analisis data untuk mengetahui jumlah air yang diabsorbsi tergantung dari
adanya pengaruh abdominal massage dalam kecepatan pergerakan kolon, apabila
upaya pencegahan konstipasi menggunakan pergerakan kolon cepat maka proses
uji independent T-test. absorbsi air juga sedikit (Price & Wilson,
2005). Menurut McLane & McShane (2011
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam Maas, et.al. 2011), menyatakan
Gambar 1. Karakteristik frekuensi defekasi bahwa waktu transit feses yang lama di
lansia kelompok kontrol dan intervensi di dalam kolon sigmoid dan rektum akan
BPSTW Abiyoso, Yogyakarta (n= 32) meningkatkan risiko konstipasi oleh karena
absornsi air banyak terjadi di kolon.

Gambar 2. Karakteristik konsistensi feses


lansia kelompok kontrol dan intervensi di
BPSTW Abiyoso, Yogyakarta (n=32)

Bila dilihat dari frekuensi defekasi


selama empat hari berurut-turut
menunjukkan bahwa pada kelompok
kontrol, jumlah responden yang tidak bisa Berdasarkan pada konsistensi feces yang
defekasi tertinggi pada hari pertama, dikeluarkan responden setiap kali defekasi,
sedangkan pada hari kedua dan ketiga menunjukkan bahwa sebagian besar
mengalami penurunan jumlah responden konsistensi feces responden kelompok
yang tidak bisa defekasi, namun pada hari kontrol dan intervensi selama empat hari
keempat, jumlah responden yang tidak bisa berturut-turut adalah lembek. Konsistensi

207
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

feces yang dikeluarkan oleh responden yang dikeluarkan responden adalah lembek.
tergantung olah beberapa faktor antara lain Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
asupan serat yang meningkatkan massa bahwa aktivitas fisik yang teratur dapat
feces dalam rectum sehingga bisa meningkatkan tonusitas otot yang
menstimulasi peristaltik usus. Gerakan diperlukan untuk pengeluaran feses
peristaltik usus yang baik akan menurunkan (LeMone, Burke, Bauldoff, 2015).
waktu transit feces dalam rectum.
Penurunan waktu transit feces dalam rektum Gambar 3. Kekuatan mengejan saat defekasi
akan menurunkan reabsorbsi air dalam pada lansia kelompok kontrol dan intervensi
kolon sigmoid dan rectum sehingga di BPSTW Abiyoso, Yogyakarta (n=32)
konsistensi feces yang dikeluarkan lembek.
Kandungan serat yang cukup dalam
makanan yang dikonsumsi setiap hari akan
meningkatkan massa feces dalam resctum,
hal ini akan meningkatkan peristaltik usus
dan mambuat waktu transit feces dalam
rektum menjadi lebih pendek (Orozco,
Orenstein, Sterler dan Stoa, 2012). Waktu
transit feces yang pendek di dalam kolon Berdasarkan pada kekuatan mengejan
sigmoid dan rektum akan menurunkan saat defekasi, menunjukkan bahwa sebagian
risiko konstipasi oleh karena tidak terjadi besar responden kelompok kontrol dan
reabsorbsi air yang berlebih di kolon, hal ini kelompok intervensi hanya menggunakan
akan mempengaruhi konsistensi feces yang kekuatan mengejan sedikit saat defekasi.
dikeluarkan dari rectum (McLane & Kekuatan mengejan saat defekasi
McShane, 2011 dalam Maas, et.al. 2011). dipengaruhi oleh konsistensi feces yang
Selain asupan serat yang terkandung dalam dikeluarkan oleh responden saat defekasi.
makanan yang dikonsusi responden, Pada hasil observasi konsistensi feces
konsistensi feces yang lembek juga responden kelompok kontrol dan intervensi,
dipengaruhi oleh faktor aktivitas, dimana menunjukkan bahwa sebagian besar
sebagian besar responden kelompok kontrol konsistensi feces yang dikeluarkan setiap
dan intervensi selalu melakukan olah raga kali defekasi selama empat hari berturut-
secara rutin dengan rata-rata durasi turut adalah lembek. Konsistensi feces yang
melakukan olah raga adalah 28,13 menit dikeluarkan oleh responden dipengaruhi
pada kelompok kontrol dan 18,75 menit oleh frekuensi defekasi, dimana frekuensi
pada kelompok intervensi. Keteraturan defekasi yang teratur akan membuat
menjalankan aktivitas olah raga akan konsistensi feses yang dikeluarkan lembek,
menjaga peristaltik usus dalam batas hal ini disebabkan oleh karena waktu transit
normal, dimana gerak peristaltik ini feces di kolon menjadi lebih pendek
diperlukan untuk mendorong massa feces sehingga absorbsi air di kolon juga lebih
dalam kolon. Gerakan peristaltik usus yang sedikit.
baik akan menurunkan waktu transit feces
dalam rektum sehingga konsistensi feces

Tabel 1. Perbedaan Pola Eliminasi Defekasi Lansia Kelompok Kontrol dan Intervensi Di BPSTW
Abiyoso, Yogyakarta (n=32)
Kelompok n Mean Min- Max SD Mean diff
responden
Kontrol 16 6,38 3 - 14 (dalam 4 hari) 3,99
2,68
Intervensi 16 9,06 0 – 12 (dalam 4 hari) 3,37

208
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

Berdasarkan hasil analisis data dengan: menstimulasi sistem persyarafan


didapatkan rata-rata skor pola eliminasi parasimpatis sehingga dapat menurunkan
defekasi pada responden kelompok kontrol tegangan pada otot abdomen, meningkatkan
adalah 6,38 (selama 4 hari observasi), motilitas pada sistem pencernaan,
sedangkan skor pola eliminasi defekasi pada meningkatkan sekresi pada sistem intestinal
kelompok intervensi lebih tinggi yaitu 9,06. serta memberikan efek pada relaksasi
Dimana perbedaan rata-rata skor pola sfingter (Lamas, et. al., 2009). Hal ini
eliminasi defekasi responden kelomok diperkuat oleh Wong (2013), yang
kontrol dan intervensi adalah 2,68. Hasil menyatakan bahwa abdominal massage
statistik dengan menggunakan uji dapat meningkatkan pergerakan
independen T-test menunjukkan hasil Pv = usus/intestinal sehingga pergerakan massa
0,049 (Pv < 0,05), dapat disimpulkan bahwa feces dalam usus juga meningkat.
ada perbedaan yang signifikan skor pola Pemberian tekanan secara langsung pada
eliminasi defekasi antara kelompok kontrol dinding abdomen secara berurutan dan
dan kelompok intervensi, artinya ada kemudian diselingi dengan waktu relaksasi
pengaruh pemberian abdominal massage dengan cepat dapat meningkatkan reflek
pada lansia terhadap keteraturan pola gastrokolik dan meningkatkan kontraksi
eliminasi defekasi pada lansia. Abdominal dari intertinal dan rectum (Brooks, et.al.,
Massage adalah suatu tindakan untuk 2004, dalam Sinclair, 2010). Menurut Liu,
mendorong isi rectum yang dilakukan et. al (2005 dalam Sinclair, 2010),
dengan cara meningkatkan tekanan menyatakan bahwa abdominal massage
intraabdominal (Liu, et al., 2005, dalam dapat mendorong terjadinya defekasi bukan
McClurg, 2011). Abdominal massage dapat hanya karena pengaruh aktivasi pada sistem
menurunkan konstipasi melalui beberapa intestinal namun juga karena pengaruh
mekanisme yang berbeda-beda antara lain refleks somato-autonomic.

Tabel 2. Hubungan asupan cairan dengan pola defekasi lansia di BPSTW Abiyoso, Yogyakarta
(n=32)
Kategori asupan Kelompok Skor Defekasi P
n
cairan Responden Mean SD Value
Intervensi 11 9,00 3,661
<1500 cc 0,239
Kontrol 12 7,08 3,895
Intervensi 5 9,20 4,031
≥1500cc 0,073
Kontrol 4 4,25 3,033

Hasil analisis data menunjukkan tidak penelitian ini sama dengan data hasil
ada hubungan antara konsumsi cairan penelitian yang dilakukan oleh Cahyani
selama 24 jam yang dikonsumsi oleh (2014), yang menyatakan bahwa rata-rata
responden dengan skor pola defekasi konsumsi cairan pada lansia yang tinggal di
responden, ditunjukkan dengan hasil P value BPSTW Kubu Raya Tanjungpura adalah
untuk kategori cairan < 1500 cc adalah sebanyak 1310,1 ml. Menurut Kozier, Erb,
0,239 (α = 0.05) dan P value untuk kategori Berman, Snyder (2010), menyatakan bahwa
cairan > 1500 cc adalah 0,073 (α = 0.05). masukan cairan sedikitnya 2 - 3 liter sehari
Artinya cairan yang dikonsumsi oleh lansia untuk mempertahankan pola usus dan
tidak berhubungan dengan keteraturan pola mempertahankan konsistensi dari feses,
eliminasi defekasi lansia. Pada penelitian apabila intake cairan kurang maka akan
ini, jumlah asuapan cairan yang dikonsumsi memperlambat perjalanan kime disepanjang
lansia sebagian besar kurang dari 1500 cc usus, hal ini akan menyebabkan konsistensi
per hari, maka bila hasilnya tidak feces menjadi keras.
berhubungan, hal ini sesuai dengan teori
yang ada. Konsumsi cairan responden

209
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

Tabel 3. Hubungan aktivitas olah raga dengan pola defekasi lansia di BPSTW Abiyoso, Yogyakarta
Kelompok p
Variabel r
Responden value
Lamanya melakukan Kontrol
0,809 0,044
olah raga Intervensi

Hasil analisis korelasi spearman aktivitas fisik. Untuk asupan serat tidak
menunjukkan terdapat hubungan yang dapat dianalisis oleh kerena keterbatasan
signifikan dan kuat antara lamanya dalam penelitian.
melakukan aktivitas olah raga dengan skor
pola eliminasi defekasi responden (Pv: 5. SARAN
0,044, Pv < 0,05). Artinya semakin lama Hasil penelitian ini dapat digunakan
melakukan aktivitas olah raga maka lansia sebagai sumber informasi bagi perawat dan
semakin tidak berisiko mengalami petugas kesehatan lain untuk menjaga
konstipasi. Aktivitas olah raga yang teratur keteraturan pola eliminasi defekasi dengan
diperlukan oleh seseorang untuk menjaga memberikan terapi komplementer
tonusitas otot dan menjaga peristaltik usus abdominal massage secara teratur minimal
agar frekuensinya dalam batas normal. satu hari sekali bagi lansia yang tinggal di
Peristaltik usus diperlukan untuk passage Panti Werdha atupun di masyarakat.
feces disepanjang kolon, apabila peristaltik
usus dalam frekuensi yang normal yaitu 5- 6. TERIMA KASIH
35 kali/menit, hal ini akan membuat waktu a. LLDIKTI wilayah V Yogyakarta yang
transit feces di sepanjang colon sigmoid dan telah memberikan pembiayaan dalam
rectum akan pendek, sehingga konsistensi kegiatan penelitian.
feces akan lembek dan mudah untuk b. Veronika Yulian Jati dan Karina
dikeluarkan. Menurut Kozier, et.al (2010), Sukmaningtyas mahasiswi STIKes
aktivitas fisik yang kurang akan Panti Rapih Yogyakarta yang telah
menyebabkan penurunan pada tonus otot membantu dalam proses pengumpulan
dimana hal ini akan menyebabkan data.
penurunan fungsi otot abdominal dan otot
panggul, hal ini menyebabkan penurunan REFERENSI
tekanan intraabdominal selama defekasi American College of Gastroenterology. 2010.
atau dalam mengontrol defekasi sehingga Digestive disease specialist committed to
menyebabkan terjadinya konstipasi. quality in patient care. Diunduh dari
http://www.acg.gi.org.
4. KESIMPULAN
Black, Joyce M. & Hawks. 2009. Medical-
Hasil analisis data didapatkan rata-rata
Surgical Nursing Clical Management for
skor pola eliminasi defekasi pada kelompok
Positive Outcomes (8th ed.). Singapore:
kontrol adalah 6,38, sedangkan pada
Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
kelompok intervensi adalah 9,06. Perbedaan
rata-rata skor pola eliminasi defekasi antara Cahyani, V, Triharja, A.A., Natalia, D. 2014.
kelompok kontrol dan intervensi adalah Konsumsi Cairan dan Status Hidrasi Pada
2,68. Hasil statistik dengan menggunakan Lanjut Usia di BPSTW Mulia Dharma
uji independen T-test menunjukkan hasil Pv Kabupaten Kubu Raya. Repositori Naskah
= 0,049 (Pv < 0,05), dapat disimpulkan Publikasi
bahwa ada perbedaan yang signifikan skor Emerson, E. & Baines, S. 2010, Health
pola eliminasi defekasi antara kelompok Inequalities & People with Learning
kontrol dan kelompok intervensi, artinya Disabilities in the UK: 2010. Retrived
ada pengaruh pemberian abdominal from:http://www.improvinghealthandlives.or
massage pada lansia terhadap keteraturan g.uk/.
pola eliminasi defekasi pada lansia. Variabel
konfounding yang berhubungan dengan Kozier, B, Erb, G, Berman, A & Snyder, SJ.
pola eliminasi defekasi lansia adalah 2010. Buku ajar: Fundamental keperawatan

210
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

konsep, proses, & praktik, Vol. 2, Ed.7, elderly’, The American Journal of
Jakarta, EGC. Gastroenterology, Vol 107, DOI:
10.1038/ajg.2011.349.
Lamas, K, Lindholm, L, Stenlund, H, Engstro
B, Jacobsson C. 2009. ‘Effects of abdominal Pranaka, K. 2014. Geriatri : Ilmu Kesehatan
massage in management of constipation--a Usia Lanjut, Ed.5, Badan Penerbit FKUI,
randomized controlled trial’ International Jakarta.
Journal of Nursing Studies, Vol. 46, no.6
Price, SA & Wilson, LM. 2005. Patofisiologi
doi:10.1016/j.ijnurstu.2009.01.007
konsep klinis proses-proses penyakit, Ed. 6,
LeMone, P, Burke, KM, Bauldof, G. 2015. Jakarta, EGC.
Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,
Sinclair, Marybetts LMT. 2010. 'The Use of
Jakarta, EGC.
Abdominal Massage to Treat Chronic
Maas, ML, Buckwalter,KC, Hardy , MD, Constipation. Journal of Bodywork &
Reimer-Tripp, T, Titler,MG & Specht, JP. Movement Therapies’, www.elsevier.com.
2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik, doi: 10.1016/j.jbmt.2010.07.007.
Jakarta, EGC.
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2013. Keperawatan
McClurg D., Lowe-Strong A. 2011. Does Medikal Bedah, Ed.8, EGC, Jakarta.
abdominal massage relieve constipation?
Wong, Kar Yan Alice. 2013. The Effects of
Research Review in Nursing Times, 107 (12),
Abdominal Massage and Bowel Recipe for
20-22. Retrived from:
the Relief of Constipation among Resident in
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
a Care and Attention Home for Person with
Orozco, GJF, Orenstein, AEF, Sterler, SM & Physical Disability in Hong Kong. 24 th
Stoa, JM. 2012. ‘Chronic constipation in the International Nursing Reserach Congress.

211

Anda mungkin juga menyukai