Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI


PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KONSTIPASI

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan


Yang dibina oleh Esti Widiani, S.Kep., Ners., M.Kep., Kasiati, S.Kp., Ns., M.Kep.,
Sumirah Budi Pertami, S.Kep., Ners., M.Kep., Tutik Herawati, S.Kp., MM.

Oleh:
Kelompok 2/ 1B

Azzahra Lisa R. (P17210223054) Samah (P17210223072)


Marchellia Eka R. (P17210223057) Wiji Azhiim Z. M. (P17210223076)
Friorita Dwiarti A. (P17210223058) Niswatul Faizah (P17210223092)
Syifa Azahra I. (P17210223061) Nurul Hikmah (P17210223097)
Adelia Ayu W. (P17210223062) Anisatul Khoiriyah (P17210223099)
Rizal Firmansyah (P17210223070) Evianti Devita A. (P17210223103)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata
Kuliah Metodologi Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi pada Lansia dengan Masalah Keperawatan
Konstipasi”. Pembuatan bisa berlangsung dengan lancar karena bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Sehingga dengan demikian, kami selaku penulis
menghaturkan rasa banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Moh Wildan, A.Per.Pen., M.Pd., selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kemenkes Malang.
2. Erlina Suci Astuti, S.Kep, Ns., M.Kep., selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Dr. Dyah Widodo, S.Kp., M.Pd., selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Malang.
4. Sumirah Budi Pertami, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Dosen mata kuliah
Metodologi Keperawatan yang telah membimbing kami dalam
pembelajaran pada matakuliah ini.
5. Seluruh teman teman kelompok 2. Kelas 1B program studi D3
Keperawatan Malang Angkatan 2022 yang telah memberikan
dukungan, saran, informasi terkait makalah ini.
Meskipun dengan hal ini, kami sebagai penulis bahwasannya sangat sadar jika
masih ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, kami menantikan
kritik beserta saran yang membangun oleh semua pihak untuk kami, sebagai
materi dan evaluasi demi menambah kualitas diri kedepannya.

Malang, 27 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstipasi adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan atau


tidak dapat buang air besar secara teratur. Salah satu kelompok yang rentan
terhadap konstipasi adalah lansia. Dalam usia lanjut, fungsi usus dapat menurun,
sehingga memperlambat proses buang air besar. Konstipasi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, rasa sakit, dan gangguan fungsi usus yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan kualitas hidup seseorang. Beberapa gejala yang biasanya terjadi
pada gangguan buang air besar atau konstipasi adalah perasaan tidak puas setelah
buang air besar, penurunan frekuensi buang air besar (kurang dari tiga kali dalam
seminggu), kesulitan dalam pengeluaran feses seperti mengejan yang berlebihan,
pengeluaran feses yang tidak tuntas, feses yang keras dan kecil-kecil, waktu BAB
yang lama (Black & Ford, 2018).

Konstipasi dapat disebabkan oleh banyak faktor, dari segi fisiologis yaitu
kurangnya asupan serat, kurangnya aktivitas fisik, dehidrasi, penggunaan obat-
obatan tertentu, dan kondisi medis tertentu seperti sindrom iritasi usus besar
(IBS), diabetes, dan hipotiroidisme. Sedangkan segi psikologisnya adalah konfusi
atau mengganggu orientasi yang disertai gangguan kesadaran hingga depresi
ditandai dengan emosionalnya terganggu sehingga mempengaruhi pola makan
yang buruk dan tidak teratur, aktifitas fisik menurun, ketidakadekuatan toileting
(PPNI, 2016).

Angka prevalensi konstipasi di Indonesia masih belum jelas. Namun,


sebuah penelitian terbaru yang dilakukan pada tahun 2016-2017 di beberapa pusat
pelayanan kesehatan di Indonesia menunjukkan bahwa sebanyak 11% dari 9.767
pemeriksaan kolonoskopi menunjukkan tanda-tanda konstipasi. Penelitian
tersebut juga mengungkapkan bahwa kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita
daripada pada pria (Konsensus Nasional, 2019). Berdasarkan data dari American
Gastroenterological Association menyebutkan angka penderita konstipasi sekitar

1
16% untuk usia dewasa dan 33% untuk usia lebih dari 60 tahun (Bharucha et al.,
2013).

Peran perawat dalam membantu pasien lansia penderita konstipasi yaitu


melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif mulai dari pengkajian
hingga evaluasi yang berguna untuk memantau tingkat kekuatan serta toleransi
aktivitas. Untuk mencegah konstipasi tidak terjadi lagi, dianjurkan untuk
meningkatan asupan cairan jika tidak ada kontraindikasi, melatih buang air besar
secara teratur dan berkolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu (Nugroho,
2014).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan


pemenuhan eliminasi pada lansia dengan masalah keperawatan konstipasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan gangguan


kebutuhan pemenuhan eliminasi pada lansia dengan masalah keperawatan
konstipasi.

1.3.2 Tujuan Khusus

A. Untuk memahami dan mengetahui pengkajian keperawatan


gangguan kebutuhan eliminasi pada lansia dengan masalah
keperawatan konstipasi.
B. Untuk memahami dan mengetahui diagnosa keperawatan
gangguan kebutuhan eliminasi pada lansia dengan masalah
keperawatan konstipasi.
C. Untuk memahami dan mengetahui perencanaan asuhan
keperawatan gangguan kebutuhan eliminasi pada lansia dengan
masalah keperawatan konstipasi.
D. Untuk memahami dan mengetahui implementasi keperawatan
gangguan kebutuhan eliminasi pada lansia dengan masalah
keperawatan konstipasi.

2
E. Untuk memahami dan mengetahui evaluasi keperawatan
gangguan kebutuhan eliminasi pada lansia dengan masalah
keperawatan konstipasi.

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk menambah wawasan dan meningkatkan pendidikan keperawatan


serta mampu diharapkan sebagai acuan dalam pengembangan asuhan keperawatan
pada lansia dengan permasalahan konstipasi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Konstipasi
1. Pengertian konstipasi
Konstipasi berasal dari kata latin “constipare” yang berarti
“berkumpul atau bergerombol bersama”, istilah yang berarti berkumpul
menjadi suatu bentuk yang padat. Kemudian, pada abad ke-16,
istilah konstipasi diterapkan pada kondisi di mana ditemukan
penumpukan feses di usus besar yang membesar. Konstipasi ditandai
dengan beberapa gejala yang berhubungan dengan buang air besar.
Gejala yang sering dilaporkan termasuk mengejan, tinja keras, tidak
bisa buang air besar, atau buang air besar tidak teratur. 
Konstipasi adalah tinja yang keras dengan konsistensi feses yang
keras, frekuensinya tidak lebih dari 3 kali dalam seminggu. Definisi lain
menjelaskan bahwa konstipasi fungsional adalah gangguan pencernaan
yang ditandai dengan susah buang air besar dan tidak teratur disertai
rasa tidak tuntas setelah buang air besar berhenti selama 3 bulan
terakhir. Secara umum, konstipasi ditandai dengan 3 gejala utama, yaitu
sulit BAB, tinja keras, dan jarang buang air besar.  (Putri, 2022).
2. Etiologi konstipasi
Penyebab konstipasi bisa bermacam-macam, seperti: kekurangan
berat badan/kelebihan berat badan, gangguan jiwa seperti stress,
cemas/depresi, menderita penyakit atau gangguan kesehatan tertentu
seperti diabetes melitus, penyakit Parkinson, kanker usus
besar/sumbatan usus dan efek sampingnya. efek penggunaan obat-
obatan tertentu. Selain itu, kebiasaan gaya hidup yang buruk seperti
kurang makanan kaya serat, kurang cairan, kurang olahraga dan
kebiasaan membatasi BAB juga bisa menyebabkan konstipasi (Lailiyah,
2021).
3. Klasifikasi
a. Konstipasi atonic (konstipasi fungsional)

4
Konstipasi ini dapat disebabkan oleh kurangnya kelenturan pada
otot-otot usus, sehingga sulit dan bertahan lebih lama bagi orang
tersebut untuk buang air besar. Berdasarkan penyebabnya,
konstipasi fungsional terbagi menjadi dua bagian, yaitu:  
1. Konstipasi fungsional primer
Konstipasi fungsional primer adalah konstipasi yang dapat
disebabkan oleh banyak faktor. Kebiasaan buang air besar yang
buruk seperti obstruksi usus dan gaya hidup yang buruk dapat
berkontribusi pada timbulnya konstipasi primer. 
2. Konstipasi fungsional sekunder
Konstipasi fungsional sekunder adalah konstipasi yang
disebabkan oleh kondisi seperti diabetes mellitus, hiperkalsemia,
hipotiroidisme, cedera tulang belakang, dan penggunaan beberapa
jenis obat atau suplemen tertentu. 
b. Konstipasi spastic
Konstipasi spastic disebabkan oleh gerakan otot usus yang
berlebihan, yang menyebabkan nyeri dan kejang di
perut. Konstipasi sering dikaitkan dengan sindrom iritasi usus besar
(IBS). Beberapa hal yang memicu konstipasi spasmodik adalah
makan makanan pedas, stres, kecemasan berlebihan, serta konsumsi
kafein dan alkohol berlebihan. 
c. Konstipasi obstruktif
Konstipasi obstruktif disebabkan oleh penyumbatan di usus besar.
Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh iritasi pada usus besar,
sehingga pembengkakan usus besar tidak dapat melakukan tugasnya
secara optimal. Konstipasi obstruktif sering disebabkan oleh infeksi 
(Putri, 2022).
4. Dampak Konstipasi
Efek dari konstipasi tidak bisa dianggap remeh, selain rasa cemas dan
stress akibat jarang dan sulit buang air besar, juga bisa disertai dengan
nyeri perut dan dubur, kembung, anoreksia, mual dan muntah, retensi
urin, kebingungan dan sisi negatif lainnya. Gejala-gejala yang

5
berhubungan dengan konstipasi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup
pasien. Pengobatan konstipasi penting tidak hanya untuk
menghilangkan gejala dengan segera, tetapi juga untuk komplikasi
konstipasi, yang jika tidak ditangani dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien (Susanti, 2020).
B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses pengobatan dan
merupakan proses pengumpulan informasi secara sistematis dari berbagai
sumber untuk menilai dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap
pengkajian adalah dasar penting untuk perawatan berbasis kebutuhan.
Pada tahap evaluasi terdapat beberapa metode pengumpulan data seperti
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen. Penilaian
dalam proses pengobatan meliputi:
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia,
suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor rekam medik, dan diagnosa medis.
b. Penanggung jawab
Data menyangkup inisial nama, alamat, hubungan dengan pasien,
no.telepon.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien konstipasi
biasanya klien mengeluh sakit perut dan susah BAB.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang
dirasakan sampai saat penatalaksanaan di panti, serta pengobatan
yang telah diberikan dan bagaimana perubahannya selanjutnya.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat kesehatan terdahulu mencakup riwayat pembedahan,
riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat dirawat, serta

6
riwayat obat-obatan yang juga mencakup pengetahuan klien
tentang obat, kepatuhan minum obat, dan efek obat yang
dirasakan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengeluh susah BAB, mempunyai
penyakit menurun, penyakit menular, penyakit degeneratif.
e. Riwayat lansia juga mencakup riwayat social
Riwayat sosial mencakup sosial, ekonomi, kemampuan
beraktivitas, serta hubungan dengan keluarga dan sesama lansia.
Riwayat konstipasi juga dikaji pada masalah konstipasi untuk
mengetahui keparahan dari konstipasi.
3. Status Fisiologis
a. Pola kebiasaan sehari-hari
Kebiasaan sehari-hari meliputi pola makan, minum, tidur,
eliminasi urin dan fekal, aktivitas sehari-hari dan rekreasi. Pada
pengkajian konstipasi, pola eliminasi fekal yang dapat dikaji
meliputi frekuensi defekasi, perubahan pada pola defekasi,
kesulitan saat defekasi seperti mengedan, karakteristik feses yang
keras, kering, dan sulit dikeluarkan, penggunaan pencahar, serta
ada atau tidaknya nyeri dan darah saat defekasi.
b. Pemeriksaan fisik
1.) Tanda-Tanda Vital dan Status Gizi
Suhu : 36.5 - 37.5 ºc
Tekanan Darah : 90/60 mmHg – 120/80 mmHg
Nadi : 60 – 100 kali per menit
Respirasi : 12 -24 kali per menit
Beratbadan : 50 – 60 kg
Tinggibadan : 150 – 180 cm
IMT : 18.5 – 24.9
2.) Abdomen
Pemeriksaan abdomen dilakukan pada posisi supine . Pada
inspeksi, penemuan distensi abdomen dan auskultasi bising

7
usus untuk mengetahui gerak peristaltik, pada pemeriksaan
bising usus menggunakan stetoskop di kuadran kanan bawah
hingga kuadran kiri bawah abdomen selama 60 detik .
3.) Genetalia
Inspeksi : Kaji ada tidak nya lesi, bersih atau kotor
Palpasi : Kaji ada tidak nya nyeri tekan
4.) Integumen
Inspeksi : Kaji warna/penyebaran kulit.
Palpasi : Kaji turgor kulit normal atau tidak, Capillary Refill
Time (CRT), akral teraba hangat atau dingin.
4. Status Kognitif
FungsiKognitif: lansia yang mengosumsi banyak obat-obat an
berisiko terganggu kognitif nya
5. Status Psikososial dan Spiritual
a. Psikologis
1.) Persepsi Lansia terhadap proses menua
2.) Harapan Lansia terhadap proses menua
3.) Status Depresi
b. Sosial
1.) DukunganKeluarga
2.) Pola Komunikasi dan Interaksi lansia
c. Spiritual
1.) Kegiatan keagamaan
2.) Konsep keyakinan tentang kematian
3.) Upaya untuk meningkatkan spiritualitas
C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan SDKI (Standart diagnosis keperawatan indonesia)
D.0049. beberapa diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan dari
masalah konstipasi yaitu konstipasi, risiko konstipasi, konstipasi kronik
fungsional, risiko konstipasi kronik fungsional, dan konstipasi yang
dirasakan (perceived constipation). Berdasarkan SDKI, diagnosis
konstipasi dapat ditegakkan jika terdapat data antara lain nyeri abdomen,

8
penurunan frekuensi defekasi dan banyaknya feses yang dikeluarkan, feses
yang keras, bising usus yang hiperaktif ataupun hipoaktif, tidak dapat
defekasi, nyeri saat defekasi, teraba massa abdomen atau rektum, suara
dullness pada abdomen, rektum penuh, tekanan pada rektum, dan
mengedan saat defekasi.
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas,
supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien. Intervensi
keperawatan pada masalah keperawatan konstipasi:

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
Konstipasi Definisi : Luaran Utama Manajemen Konstipasi
penurunan defekasi Eliminasi Fekal Tindakan
normal yang disertai Luaran Tambahan Observasi
pengeluaran feses sulit Fungsi gastrointestinal 1. Periksa tanda dan
dan tidak tuntas serta Keseimbangan cairan gejala konstipasi
feses kering dan banyak. Keseimbangan 2. Periksa pergerakan
Penyebab : elektrolit Kontinensia usus, karakteristik feses
Fisiologis fekal Mobilitas fisik 3. Identifikasi faktor risiko
1.Penurunan motilitas Nafsu makan konstipasi (mis. tirah
gastrointestinal Status cairan baring, diet rendah serat,
2.Ketidakadekuatan Tingkat keletihan obatobatan)
pertumbuhan gigi Tingkat nyeri. 4. Monitor tanda dan
3. Ketidakcukupan diet Setelah dilakukan gejala ruptur usus dan
4. Ketidakcukupan intervensi peritonitis
asupan cairan keperawatan Terapeutik
5. Ketidakcukupan selama ...x 24 jam 1. Anjurkan diet tinggi
asupan serat maka eliminasi fekal serat

9
6. Aganglionik membaik, dengan 2. Lakukan massase
7. Kelemahan otot kriteria hasil : abdomen, jika perlu
abdomen 1. Kontrol pengeluaran 3. Lakukan evaluasi feses
Psikologis feses meningkat secara manual, jika perlu
1. Konfusi 2. Keluhan defekasi 4. Berikan enema atau
2. Depresi lama dan sulit irigasi, jika perlu
3. Gangguan emosional menurun 3. Mengejan Edukasi
Situasional saat defekasi menurun 1. Jelaskan etiologi
1. Perubahan kebiasaan 4. Teraba massa pada masalah dan alasan
makan rektal menurun tindakan
2. Ketidakadukuatan 5. Nyeri abdomen 2. Anjurkan peningkatan
toileting menurun asupan cairan, jika tidak
3. Aktivitas fisik harian 6. Kram abdomen ada kontraindikasi
kurang dari yang menurun 3. Latih buang air besar
dianjurkan 7. Konsistensi feses secara teratur
4. Penyalahgunaan membaik 4. Ajarkan cara mengatasi
laksatif 8. Frekuensi BAB konstipasi
5. Efek agen membaik Kolaborasi
farmakologis 6. 9. Peristaltik usus 1. Konsultasi dengan tim
Ketidakteraturan membaik medis tentang
kebiasaan defekasi penurunan/peningkatan
7. Kebiasaan menahan frekuensi suara usus
dorongan defekasi 2. Kolaborasi penggunaan
8. Perubahan obat pencahar, jika perlu
lingkungan Gejala dan
Tanda Mayor Subjektif
1. Defekasi kurang dari
2 kali seminggu
2. Pengeluaran feses
lama dan sulit
Objektif
1. Feses keras
2. Peristaltik usus

10
menurun

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan atau intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai
dan ditujukan pada perawat untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien gangguan eliminasi
dengan masalah keperawatan konstipasi adalah:
1. Mengajarkan pengertian, etiologi, tanda dan gejala konstipasi
2. Melakukan massage abdomen
3. Mengajarkan posisi defekasi
4. Memantau frekuensi defekasi dan karakteristik feses serta defekasi
5. Membantu minum sesuai kebutuhan dan air hangat setelah makan
6. Memotivasi untuk menghabiskan sayur dan buah

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Eliminasi pada Lansia dengan Masalah Keperawatan Konstipasi

 Evaluasi Tujuan
Tujuan dari asuhan keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi
pada lansia dengan masalah keperawatan konstipasi adalah untuk meningkatkan
fungsi eliminasi feses dan mencegah terjadinya konstipasi (Nugroho, 2018).

 Evaluasi Tindakan
Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi dan mencegah konstipasi pada lansia meliputi: (Hidayat, 2018).

a. Memberikan diet tinggi serat dan cairan


b. Mendorong aktivitas fisik dan olahraga ringan
c. Memberikan obat pencahar secara tepat dan sesuai indikasi medis

11
d. Memberikan perawatan toilette yang baik dan benar
e. Menjaga lingkungan yang bersih dan nyaman untuk melakukan buang air besar

 Evaluasi Hasil
Hasil dari asuhan keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi
pada lansia dengan masalah keperawatan konstipasi dapat dievaluasi dari
perubahan pola buang air besar yang menjadi lebih teratur dan normal serta
hilangnya gejala konstipasi pada lansia.

BAB III
STUDI KASUS

Muhammad Sumbul

BAB IV
PEMBAHASAN

Muhammad Sumbul

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Bharucha, A. E., Dorn, S. D., Lembo, A., & Pressman, A. (2013). American
Gastroenterological Association medical position statement on constipation.
Gastroenterology, 144(1), 211–217.

Black, C. J., & Ford, A. C. (2018). Chronic idiopathic constipation in adults:

12
epidemiology, pathophysiology, diagnosis and clinical management. Medical
Journal of Australia, 209(2), 86–91.

Indonesia, P. G. (2019). Konsensus nasional penatalaksanaan konstipasi di


Indonesia. Jakarta PGI.

Indonesia, P. P. N. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Jakarta:


PPNI.

Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. 2018. Jakarta: EGC.Hidayat, A.A. 2018.


Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Salemba Medika.

Lailiyah, N. F. (2021). ASUHAN KEPERWATAN MANAJEMEN KONSTIPASI


PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG MELATI
RSUD Dr. M. YUNUS BENGKULU. March, 1–19.

Nugroho, S. H. P. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik dan Konstipasi dengan


Derajat Hemoroid di URJ Bedah RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Jurnal
Surya, 2(18), 41–50.

Nugroho, W. 2018. Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: CV Trans Info Media.

Putri, A. M. (2022). PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI


FUNGSIONAL PADA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN. In Braz
Dent J. (Vol. 33, Issue 1).

Susanti, E. D. (2020). STUDI DOKUMENTASI KONSTIPASI PADA PASIEN AN.


S DENGAN HIRSCPRUNG DISEASE. 14. https://all3dp.com/2/fused-
deposition-modeling-fdm-3d-printing-simply-explained/

13

Anda mungkin juga menyukai