Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM PCD

“SWAMEDIKASI KONSTIPASI PADA IBU HAMIL”

Dosen Pengampu :

Vivin Nopiyanti, M.Sc.,Apt

Disusun Oleh:

YUSUF NISFU AL HUDA (2020394425)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa kehamilan, fungsi organ pencernaan yang lebih lambat akan memicu
terjadinya sembelit atau konstipasi. Selain itu, pada masa kehamilan, tubuh lebih
banyak menyerap air yang berdampak pada feses yang lebih kering dan menimbulkan
susah buang air besar. Sembelit atau konstipasi yang melanda ibu hamil, ditandai
dengan beberapa gejala, yakni dalam waktu tiga hari mengalami susah buang air
besar, feses lebih keras, saat buang air besar tidak tuntas, perut terasa penuh dan
terkadang mulas dan harus mengejan kuat saat buang air besar. Mengejan saat buang
air besar ini bisa berdampak pada membengkaknya daerah rektum hingga
mengeluarkan darah. Apabila berujung pada ambeien dan wasir akan berpengaruh
pada proses persalinan normal nanti, yakni akan membuat ibu hamil tidak boleh
mengejan terlalu keras saat persalinan.
Penderita yang mengeluh mengalami konstipasi kebanyakan adalah wanita, anak-
anak dan orang dewasa diatas usia 65 tahun. Sekitar 2,5 juta penderita konstipasi yang
berkunjung ke dokter setiap tahunnya adalah ibu hamil. Menurut Bradley C.S (2017),
dari 103 wanita hamil mulai dari kehamilan trimester pertama mengalami konstipasi.
Tim Bradley menemukan 24 % wanita hamil trimester pertama menderita konstipasi,
26 % mengalami konstipasi selama trimester kedua, 26 % mengalami konstipasi
selama trimester ketiga dan 24 % wanita hamil mengalami konstipasi selama 3 bulan
pertama setelah melahirkan. Wanita yang mengkonsumsi suplemen zat besi
mengalami 3,5 kali lebih banyak konstipasi dibandingkan yang tidak konsumsi zat
besi. 19 % wanita mempunyai gejala sindroma iritasi usus besar pada saat kehamilan.
Bradley menyimpulkan wanita hamil yang konstipasi pada awal sampai akhir
kehamilan mereka membutuhkan suplemen zat besi harus diberikan pengarahan
tentang penanganan konstipasi selama kehamilanya.
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya
tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini
disebabkan karena ada tinja yang padat dan keras saat keluar dari anus. Konstipasi
terjadi apabila frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu disertai konsistensi
feses yang keras, kesulitan mengeluarkan feses (akibat ukuran feses besar-besar
maupun akibat terjadinya gangguan refleks defekasi), serta mengalami perasaan tidak
puas pada saat buang air besar. Frekuensi defekasi yang kurang dari normal belum
tentu dapat dikatakan menderita konstipasi apabila ukuran ataupun konsistensi feses
tersebut masih normal.
Konstipasi akan membuat perut jadi begah. Perut akan terasa membesar karena
tidak lancar buang air besar selama berhari-hari. Kehamilan dan perubahan hormone
adalah salah satu alasan timbulnya konstipasi pada wanita. Kesehatan pencernaan saat
hamil memiliki peran besar terhadap perkembangan janin dan kesehatan tubuh ibu
hamil. Karena, pada saat kehamilan, bayi mendapatkan nutrisi untuk berkembang
melalui asupan ibu. Jadi, diperlukan kesehatan pencernaan yang optimal dari ibu
untuk memastikan kesehatan ibu hamil dan bayi berada dalam kondisi prima. Ibu
hamil yang mengalami ketidaknyamanan dengan perutnya, akan mudah kehilangan
nafsu makan. Hal ini menyebabkan, asupan nutrisi untuk ibu hamil dan janin akan
berkurang. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan
pencernaan, termasuk mengatasi konstipasi, agar asupan nutrisi yang ibu dan janin
butuhkan bisa terpenuhi.
Konstipasi pada umumnya terjadi karena diet kurang serat (fiber), kurang minum,
kurang aktivitas fisik dan karena adanya perubahan ritme atau frekuensi buang air
besar. Kehamilan dan mungkin juga karena obat-obatan (vitamin) dapt menyebabkan
konstipasi. Makanan yang berasal dari sayuran, buah-buahan segar, serta gandum dan
sereal, banyak minum serta meningkatkan aktivitas fisik (berolahraga) dapat
mengurangi keluhan konstipasi ini dan jarang sekali diperlukan klisma enema dan
obat-obatan pencahar.
Faktor aktivitas fisik juga dapat memicu timbulnya keluhan konstipasi pada ibu
hamil. Penurunan aktivitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan gerak
peristaltik dan dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rektum dalam waktu
lama dan terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras. Air sebagai salah
satu zat gizi mikro mempunyai fungsi dalam berbagai proses penting dalam tubuh
manusia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang air berdampak buruk pada
kesehatan atau meningkatkan resiko kejadian berbagai penyakit, seperti sembelit, batu
ginjal, kram, infeksi saluran kemih, dan dehidrasi (kurang cairan) kronis akan
berakibat terjadinya konstipasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konstipasi ?
2. Bagaimana gejala konstipasi pada ibu hamil ?
3. Bagaimana etiologi dari konstipasi ibu hamil?
4. Bagaimana patofisiologi dari konstipasi ibu hamil?
5. Bagaimana pencegahan konstipasi pada ibu hamil?
6. Bagaimana tatalaksana terapi konstipasi pada ibu hamil?
7. Bagaimana menyelesaikan kasus konstipasi pada ibu hamil?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui defenisi konstipasi


2. Mengetahui gejala konstipasi pada ibu hamil
3. Mengetahui etiologi dari konstipasi pada ibu hamil.
4. Mengetahui patofisiologi dari konstipasi pada ibu hamil
5. Mengeahui pencegahan konstipasi pada ibu hamil
6. Mengetahui tatalaksana terapi konstipasi pada ibu hamil
7. Mengetahui cara penyelesaian kasus swamedikasi konstipasi pada ibu hamil
BAB II
ISI
2.1 Defenisi Konstipasi

Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa Latin constipare yang
berarti bergerombol bersama menyusun menjadi menggumpal padat /keras.
Konstipasi bukanlah merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala, biasanya
penderita mengeluhkan: proses mengedan terlalu kuat (52%), tinja yang keras seperti
batu (44%), ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%) dan defekasi yang
jarang (33%).

Konstipasi merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan di dalam


masyarakat, pada umumnya dihubungkan dengan kurangnya konsumsi serat, kurang
minum dan kurangnya aktifitas fisik. Pemakaian obat-obatan dan gejala depresi juga
dihubungkan dengan terjadinya konstipasi. Di negara barat kejadian konstipasi 2-
27%, dimana prevalensinya lebih banyak pada wanita daripada pria, non kulit putih
daripada kulit putih dan orang tua daripada dewasa muda. Kehamilan merupakan
salah satu faktor penyebab sistemik untuk terjadinya konstipasi atau susah buang air
besar.

Diperkirakan 11-38% wanita hamil pernah mengalami konstipasi.Keluhan yang


paling umum adalah mengedan terlalu kuat, tinja yang keras dan rasa pengeluaran
tinja yang tidak komplit. Resiko konstipasi pada wanita hamil semakin besar jika
sudah mempunyai riwayat konstipasi sebelumnya dan riwayat konsumsi suplemen
besi.Prevalensi konstipasi hampir sama antara trimester pertama, kedua dan ketiga
selama kehamilan. Tidak ada perbedaan bermakna antara kelas sosioekonomi bawah,
menengah dan atas.

2.2 Gejala Konstipasi

Gejala konstipasi umumnya adalah mengedan terlalu kuat, tinja yang keras, butuh
waktu yang lama saat defekasi dan frekuensi defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
Para ahli gastroenterologi di Eropa dan Amerika telah mencoba membuat suatu
kriteria sederhana untuk menegakkan konstipasi fungsional yang dikenal dengan
kriteria Roma. Kriteria yang digunakan saat ini adalah kriteria Roma II untuk
konstipasi (lihat Tabel 1).

Kriteria Roma II belum tervalidasi untuk digunakan pada wanita hamil. Kriteria
ini dimodifikasi untuk tujuan studi pada populasi wanita hamil, dimana gejala yang
muncul > 1 kali dalam 4 kali defekasi selama 1 bulan terakhir. Pemeriksaan fisik
wanita hamil yang mengalami susah defekasi ditujukan mencari faktor lain yang
menyebabkan konstipasi. Konstipasi karena kelainan struktural, tanda-tanda ileus
ataupun akut abdomen harus disingkirkan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan colok
dubur juga perlu dilakukan untuk menilai adanya fecal impacted, massa tumor, fisura
ani dan hemoroid. Komplikasi konstipasi mulai dari mual, muntah, penurunan nafsu
makan, hemoroid sampai yang jarang terjadi seperti: fisura ani, inkontinensia alvi,
perdarahan perrektum, fecal impacted dan prolapsus uteri.

2.3 Etiologi Konstipasi Ibu Hamil

A. Rahim yang Semakin Membesar

Seiring bertambahnya usia kehamilan, tentu hal ini membuat rahim dan bayi
dalam kandungan semakin membesar. Kondisi ini membuat usus dan rektum
tertekan yang membuat proses pengeluaran feses menjadi terganggu.

B. Kurang Mengonsumsi Air Putih

Sebaiknya, ibu hamil penuhi kebutuhan air putih setiap harinya. Konsumsi
banyak air putih nyatanya dapat menghindari ibu dari kondisi dehidrasi dan
konstipasi. Ketika seseorang mengalami kondisi dehidrasi, hal ini membuat feses
menjadi keras.

Selain itu, memenuhi kebutuhan air putih setiap hari berdampak baik bagi air
ketuban bayi dalam kandungan. Mengonsumsi cukup air putih membantu dalam
memenuhi kebutuhan air ketuban dalam rahim. Hal ini tentu baik untuk
menunjang perkembangan bayi dalam rahim. Ibu hamil disarankan konsumsi air
putih sebanyak 12 hingga 13 gelas setiap harinya.

C. Kurang Mengonsumsi Makanan Mengandung Serat

Perhatikan pola makan ketika ibu sedang menjalani masa kehamilan. Pola
makan yang salah membuat ibu mengalami masalah susah buang air besar atau
konstipasi. Sebaiknya perbanyak asupan nutrisi dan gizi yang mengandung serat.
Dengan begitu, ibu hamil bisa menghindari masalah konstipasi dan membantu
menjaga kesehatan pencernaan.

Tidak hanya menghindari konstipasi, mengonsumsi makanan yang


mengandung serat juga bisa menjaga kestabilan berat badan ibu selama masa
kehamilan dan mengurangi risiko gangguan jantung. Konsumsi salad buah dan
sayur sebagai camilan ketika siang hari, untuk menambah asupan serat.

D. Kurang Berolahraga

Banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh ibu hamil ketika rutin
berolahraga.Selain menghindari tubuh yang pegal-pegal,olahraga juga membantu
menjaga kesehatan pencernaan sehingga ibu hamil akan terhindar dari kondisi
sembelit. Banyak olahraga yang bisa ibu lakukan ketika hamil seperti jalan
santai, berenang, senam hamil, dan yoga. Lakukan olahraga sebanyak 3 kali
perminggu selama 20 hingga 30 menit setiap sesi olahraga.

E. Stres

Sebaiknya hindari stres ketika menjalani masa kehamilan. Selain berdampak


buruk bagi perkembangan janin dalam kandungan, kondisi stres mengganggu
kesehatan ibu hamil. Salah satunya adalah gangguan pada pencernaan yang
menyebabkan ibu mengalami konstipasi.
Usahakan tetap berpikiran positif ketika ibu menjalani masa kehamilan.
Perbanyak pikiran positif dan beristirahat menjadi salah satu cara yang bisa ibu
lakukan untuk menghindari stres.

2.4 Patofisiologi

Berdasarkan patofisiologinya konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi


akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi akibat kelainan
struktural terjadi melalui proses obstruksi aliran tinja, sedangkan konstipasi
fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal.

Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi fungsional. Ada


beberapa faktor mengapa wanita hamil mengalami konstipasi yakni: faktor hormonal,
perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas fisik. Riwayat posisi saat defekasi
juga menjadi resiko untuk timbulnya konstipasi.

Pada wanita hamil terjadi perubahan hormonal yang drastis yakni peningkatan
progesteron selama kehamilan. Progesteron akan menyebabkan otot-otot relaksasi
untuk memberi tempat janin berkembang. Relaksasi otot ini juga mengenai otot usus
sehingga akan menurunkan motilitas usus yang pada akhirnya menyebabkan
konstipasi (slow-transit constipation).

Disamping itu selama kehamilan tubuh menahan cairan, absorbsi cairan di usus
meningkat sehingga isi usus cenderung kering dan keras yang memudahkan terjadinya
konstipasi. Perubahan diet pada wanita hamil berkontribusi untuk terjadinya
konstipasi. Gejala mual muntah pada trimester pertama disertai asupan makanan
khususnya minuman yang berkurang akan mempengaruhi proses defekasinya.
Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil cenderung mengurangi asupan
cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa susu dan daging / ikan tanpa
disertai cukup makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya
konstipasi. Begitu juga pemberian suplemen besi dan kalsium selama kehamilan
merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi. Uterus yang semakin membesar seiring
dengan perkembangan janin pada wanita hamil akan memberikan tekanan pada usus
besar dengan akibat evakuasi tinja terhambat. Semakin besar kehamilan maka
semakin besar tekanan pada usus besar sehingga semakin mudah terjadinya
konstipasi.
Aktifitas fisik yang cukup akan memperbaiki motilitas pencernaan termasuk usus
dengan memperpendek waktu transitnya. Wanita hamil cenderung akan mengurangi
aktifitasnya untuk menjaga kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan
wanita hamil cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin
berat. Ketegangan psikis seperti stres dan cemas juga merupakan faktor resiko
terjadinya konstipasi. Posisi defekasi juga mempengaruhi untuk terjadinya konstipasi.
Pada posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum akan menjadi lurus akibat fleksi
maksimal dari paha. Ini akan memudahkan terjadinya proses defekasi sehingga tidak
memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada posisi duduk, sudut antara anus dan
rektum menjadi tidak cukup lurus sehingga membutuhkan tenaga mengedan yang
lebih kuat. Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan dapat menimbulkan
konstipasi dan hemoroid. Ibu hamil cenderung lebih nyaman defekasi dengan posisi
duduk tetapi dapat berakibat timbulnya konstipasi.

2.5 Mencegah Konstipasi Pada Ibu Hamil

 Konsumsi makanan tinggi serat


Serat dianggap ampuh dalam mencegah atau meringankan sembelit karena
memiliki dua manfaat, yaitu mempercepat kerja sistem pencernaan dan
membuat feses menjadi lebih lunak. Serat bisa didapatkan dari sayur-sayuran,
kacang-kacangan, buah-buahan, biji-bijian, dan gandum utuh. Pastikan Anda
mengonsumsi 25-30 gram serat per hari. 
 Minum air putih yang cukup
Saat usus bergerak lebih lambat, organ tubuh yang satu ini menyerap lebih
banyak air sehingga feses menjadi lebih keras. Maka dari itu, kebutuhan akan
cairan tubuh dalam jumlah cukup sangat penting untuk mencegah sembelit
pada ibu hamil. Disarankan bagi Anda yang sedang hamil untuk minum 8-12
gelas air putih per hari. Hindari kafein karena kafein dapat meningkatkan
volume urine dan malah membuat dehidrasi.
 Olahraga
Selain konsumsi serat dan memenuhi kebutuhan cairan tubuh, melakukan
aktivitas fisik secara teratur juga dapat membantu mencegah sembelit pada ibu
hamil. Olahraga ringan, seperti berjalan atau berenang selama 20-30 menit tiap
hari sebanyak tiga kali seminggu sudah dianggap cukup untuk ibu hamil.
Namun, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai aktivitas
fisik yang aman dilakukan selama hamil.
 Antisipasi efek samping zat besi
Ibu hamil membutuhkan lebih banyak asupan zat besi dan asam folat untuk
mempertahankan kehamilan dan mencegah anemia. Akan tetapi, suplemen
penambah darah berupa zat besi dapat menimbulkan efek samping sembelit
dan rasa tidak nyaman pada saluran cerna. Untuk mengatasi masalah ini, ibu
hamil dapat berkonsultasi ke dokter kandungan untuk mendapatkan saran
terbaik dan pilihan suplemen penambah darah yang cocok agar tercegah dari
sembelit.

2.6 Tatalaksana Terapi Konstipasi Ibu Hamil


2.6.1 Penatalaksanaan Non Farmakologi

Terapi lini pertama dan utama pada konstipasi adalah meningkatkan asupan serat
dan cairan, serta aktifitas fisik yang cukup. Hindari makan porsi besar 3 kali sehari
tetapi makanlah dengan porsi kecil dan sering. Hindari ketegangan psikis seperti stres
dan cemas. Jangan menahan rasa ingin buang air besar karena akan memperbesar
resiko konstipasi. Pemberian probiotik pada wanita hamil juga dianjurkan karena
dapat memperbaiki keseimbangan flora kolon dan memperbaiki fungsi pencernaan.
Jahe dalam diet juga disebutkan dapat membantu mengurangi morning sickness dan
konstipasi dan mencegah kembung.

Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-
30 gram per hari. Serat makanan terdiri dari serat larut dan serat tidak larut. Serat larut
akan mengalami fermentasi di usus besar dan memperlambat pengosongan lambung,
menahan air dan membentuk gel. Contohnya apel, jeruk dan strawberi. Serat tidak
larut sukar difermentasi, memperpendek waktu transit di usus dan memperbesar
massa tinja. Serat tidak larut banyak terdapat pada sereal, sayur sayuran, kacang-
kacangan, dan biji-bijian. Hindari konsumsi serat yang berlebihan secara bersamaan
dalam waktu cepat karena akan menimbulkan kembung, sebah dan rasa tidak nyaman
di perut.
Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak dari rata-rata
2000 ml cairan yang dikonsumsi orang normal. Sebaiknya hindari minuman bersoda,
alkohol dan kopi. Pagi hari setelah bangun tidur usahakan untuk mengkonsumsi
segelas air untuk merangsang defekasi. Aktifitas fisik rutin dipercaya merangsang
peristaltik usus untuk bekerja normal sehingga memperpendek waktu transit di
saluran pencernaan dan membantu pengeluaran tinja. Oleh karena itu wanita hamil
sebaiknya melakukan olahraga ringan yang rutin seperti senam hamil dan jalan pagi.

2.6.2 Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi pada konstipasi adalah dengan pemberian obat


pencahar (laxatives). Secara umum golongan obat pencahar terbagi atas: bulking
agents, pelunak tinja (stool softeners), pencahar minyak mineral (lubricant laxatives),
pencahar bahan osmotik (osmotic laxatives) dan pencahar perangsang (stimulant
laxatives).

a. Bulking agents dianggap cukup aman karena tidak diabsorbsi. Tetapi tidak selalu
efektif karena penderita diharuskan banyak minum selama pemberian obat dan
bisa dijumpai efek samping kembung dan kram perut. Contohnya Psyllium yang
termasuk golongan B untuk kehamilan menurut badan FDA (Food and Drug
Administration).

b. Osmotic laxatives yang beredar di Indonesia adalah Lactulose, termasuk


golongan B untuk kehamilan menurut FDA.

c. Stimulant laxatives adalah Bisacodyl, dapat meningkatkan rangsang otot uterus


sehingga terjadi kontraksi uterus sehingga sebaiknya dihindarkan untuk wanita
hamil.

d. Lubricant laxatives dapat menyebabkan penurunan absorbsi vitamin yang larut


lemak. Golongan ini diabsorbsi sedikit dan tidak menunjukkan efek lanjut pada
wanita hamil. Tetapi belum ada rekomendasi FDA untuk penggunaan pada
wanita hamil.

2.7 Kasus dan Penyelesaian


Kasus :
Seorang ibu umur 30 tahun hamil minggu ke 26 datang ke apotek dengan
mengalami susah buang air besar.
Assesment :
Nama : -
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Keluhan: Buang air besar susah
Riwayat Alergi: -
Riwayat Penyakit: -

Penyelesaian :
LAKTULAX

Indikasi Umum
Konstipasi
Deskripsi
LACTULAX SIRUP merupakan obat konstipasi yang mengandung Lactulose. Obat
ini digunakan untuk mengobati konstipasi kronis atau memperlancar Buang Air Besar
(BAB), dan ensefalopati sistemik.
Kategori
Lambung & Saluran Pencernaan
Komposisi
Per 5 ml : Laktulosa 3.335 gram
Dosis
Kasus ringan : 15 ml /hari
Kasus sedang : 15-30 ml/ hari
Kasus berat : 30 ml/hari
Aturan Pakai
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.
Kemasan
Botol @ 60 ml
Efek samping
seperti perut kembung dan sering kentut.
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat, galaktosemia, dan obstruksi
usus
Perhatian
DM, galaktosemia.
Penyimpanan
Disimpan pada suhu ruang, terhindar dari cahaya matahari langsung, hindari simpan
ditempat lembab, jauhkan dari jangkuan anak anak dan hewan peliharaan.

2.8 Dialog Swamedikasi

Apoteker : Selamat pagi bu, saya yusuf apoteker diapotek ini ada yang bisa
saya bantu?

Pasien : oh iya mas, saya mau beli obat

Apoteker : keluhan yang dirasakan apa ya bu ?

Pasien : saya susah buang air besar mas

Apoteker : baik ibu, apakah sebelumnya sudah pernah kesini ?

Pasien : belum mas

Apoteker : boleh saya minta waktunya sebentar untuk konsultasi kira kira ibbu
mau disini atau diruang konseling yah ?

Pasien : oh iya diruang konseling aja mas

Apoteker : mari ikut saya, silahkan duduk bu

Pasien : Iya mas

Apoteker : bolehkah saya meminta identitas ibu untuk dokumentasi?

Pasien : iya mas

Apoteker : maaf dengan ibu siapa? Usianya berapa ?

Pasien : nama saya yupita, umur 30


Apoteker : alamat ibu dimana ? ada no telfon yang bisa dihubungi ?

Pasien : jalan jendral sudirman solo jateng, no hp 08871

Apoteker : apakah ibu sudah periksa ke dokter ?

Pasien : Belum.

Apoteker : apakah ibu sudah minum obat sebelumnya?

Pasien : belum.

Apoteker :apakah ada keluhan lain dan apakah ibu memiliki alergi obat?

Pasien : tidak mas

Apoteker : baik ibu saya akan ambilkan obatnya

Pasien : iya mas

Apoteker : Ini obatnya LACTULAX diminum 1 kali sehari 15 ml sebelum atau


sesudah makan , jika sudah sembuh maka obat dapat hentikan, kalau
3 hari belum sembuh silahkan periksa ke dokter.

Pasien :ya mas, berapa ya ini harganya ?

Apoteker : Rp 60.500

Pasien : oh yaudah saya ambil yang ini, ada efek samping ga mas ?

Apoteker : efek sampingnya itu ibu buang gas tubuh tapi tenang saja tidak
selalu terjadi ibu.

Pasien : oh iya mas

Apoteker : nanti obatnya disimpan disuhu ruang, hindari paparan sinar matahri,
jangkuan anak anak dan hewan peliharaan ya bu. Apa ada yang
kurang jelas bu ?

Pasien : oh tidak mas

Apoteker : mohon maaf apakah ibu bisa mengulang penjelasan saya tadi ?
Pasien : obat nya diminum 1 kali sehari 15 ml sebelum atau sesudah
makan.obatnya disimpan disuhu ruang, hindari paparan sinar matahri,
jangkuan anak anak dan hewan peliharaan.

Apoteker : benar bu , saran saya konsumsi makanan yang berserat banyak


minum air putih dan berolahaga ringan. Sudah bu silahkan obatnya di
bayar dikasir. Terima kasih semoga lekas sembuh

Pasien : ok mas
BAB III

PENUTUP

2.9 Kesimpulan

Konstipasi merupakan masalah yang sering dikeluhkan wanita hamil yang


disebabkan berbagai faktor seperti faktor hormonal, perubahan pola diet,
pertumbuhan janin, kurangnya aktifitas fisik dan riwayat posisi saat defekasi. Terapi
lini pertama lebih diutamakan yakni berupa penatalaksanaan non farmakologi.
Penggunaan obat pencahar (laksansia) sebagai terapi lini kedua diberikan hanya bila
benarbenar diperlukan dan tidak untuk penggunaan jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bradley CS, Kennedy CM, Turcea AM, Rao SSC, Nygaard IE. Constipation in
pregnancy: prevalence, symtoms, and risk factors. Obstetrics & Gynecology
2017; 110: 1351-7
2. Sembiring Ligat P. 2015. review konstipasi ibu hamil. Journal review. JIK, Jilid
9, Nomor 1, Hal. 7-10
3. Simadibrata-et-al.2010. Konsesnsus nasional penatalaksanaan konstipasi di
Indonesia. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai