DOSEN PEMBIMBING
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif
yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode
waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau
positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama
waktu yang lama (Smeltzer, 2001 : 655)1 Ventilasi mekanik merupakan terapi
defenitif pada pasien kritis yang mengalami hipoksemia dan hiperkapnia
(Tanjung, 2007)
B. Fisiologi Penapasan Ventilasi Mekanik
Pada penpasan spontan inspirasi terjadi karna diagfragma otot
intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan
negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi
berjalan secara pasif.
Pada pernapasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan
udara dengan memompakan keparu pasien, sehingga tekanan selama inspirasi
adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir
inspirasi tekanan dalam rongga thorak paling positif
C. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklafikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negative
dan ventilator tekanan positif
1. Ventilator tekanan negative Ventilator tekanan negatif pada awalnya
diketahui sebagai “paru-paru besi”. Tubuh pasien diambil alih oleh
silinder besi dan tekanan negatif didapat untuk memperbesar rongga
toraks. Saat ini, ventilasi tekanan negatif jangka-pendek intermiten
(VTNI) telah digunakan pada penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM) untuk memperbaiki gagal nafas hiperkapnik berat dengan
memperbaiki fungsi diafragma (Hudak & Gallo, 2010). Ventilator
tekanan negatif menggunakan tekanan negatif pada dada luar.
Penurunan tekanan intrathorak selama inspirasi menyebabkan udara
mengalir ke dalam paru-paru. Secara fisiologis, tipe assisted ventilator
ini sama dengan ventilasi spontan. Ventilator tekanan negatif mudah
digunakan dan tidak memerlukan intubasi jalan nafas (Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008).
2. Ventilator tekanan positif
(1) Pressure-Cycled. Ventilator pressure-cycled bekerja pada prinsip
dasar bahwa bila tekanan praset dicapai, inspirasi diakhiri (Hudak
& Gallo, 2010; Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008). Pada titik tekanan ini, katup inspirasi
tertutup dan ekshalasi terjadi dengan pasif. Ini berarti bahwa bila
komplain atau tahanan paru pasien terhadap perubahan aliran,
volume udara yang diberikan berubah (Hudak & Gallo, 2010).
(2) Time-Cycled Ventilator time-cycled bekerja pada prinsip dasar
bahwa bila pada waktu praset selesai, inspirasi diakhiri (Hudak &
Gallo, 2010; Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008). Waktu
ekspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah
nafas per menit). Normal rasio I:E (inspirasi:ekspirasi) 1:2 (Hudak
& Gallo, 2010). Kebanyakan ventilator memiliki suatu kontrol
kecepatan yang menentukan kecepatan respirasi, tetapi siklus
waktu yang murni jarang digunakan pada pasien dewasa.
Ventilator tersebut digunakan pada bayi baru lahir dan infant
(Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
(3) Volume-Cycled. Ventilator volume yang paling sering digunakan
pada unit kritis saat ini (Hudak & Gallo, 2010; Smeltzer, Bare,
Hinkle, Cheever, 2008). Prinsip dasar ventilator ini adalah bila
volume udara yang ditujukan diberikan pada pasien, inspirasi
diakhiri. Ini mendorong volume sebelum penetapan (VT) ke paru
pasien pada kecepatan pengesetan. Keuntungan ventilator volume
adalah perubahan pada komplain paru pasien, memberikan VT
konsisten (Hudak & Gallo, 2010)
2) Assist Mode
Kolaps pada jalan nafas bagian distal pada akhir ekspirasi sering
terjadi pada pasien dengan ventilasi mekanik dan menimbulkan ateletaksis
ganguan pertukaran gas dan menambah berat kegagalan pernafasan. Suatu
tekanan posistif diberikan pada jalan nafas di akhir ekspirasi untuk
mengimbangi kecenderungan kolaps alveolar pada akhir ekspirasi (Marino,
2007). PEEP digunakan untuk mempertahankan alveolus tetap terbuka.
PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional dengan cara melakukan
reinflasi alveolus yang kolaps, mempertahankan alveolus pada posisi
terbuka, dan memperbaiki komplain paru (Morton & Fontaine, 2009).
8) Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)
Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh
ventilator (Smith-Temple & Johnson, 2011):
1) Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas,
yang diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg; dapat
ditingkatkan sampai15 ml/kg
1. Kegagalan Ventilasi
1) Neuromusscular Diseaase
2) Central Nervvous Systemdisease
3) Depresi system saraf pusat
4) Musculosceletal disease
5) Ketidak mampuan thoraks untuk ventilasi
2. Kegagalan pertukaran gas
1) Gagal nafas / respiratory failure akut maupun kronik
2) Penyakit paru gangguan difusi
3) Penyakit paru ventilasi / perfusi mismatch
3. Penyebab gagal napas
1) Penyebab sentral
a) Trauma kepala : contosio cerebri
b) Radang otak :encepalitis
c) Gangguan vaskuler :perdarahan otak , infark otak
d) Obat – obatan :Narkotika, obat anestesi
2) Penyebab perifer
a) Kelainan neuromuskuler
b) Guillian bare syndrome
c) Tetanus
d) Trauma servikal
e) Obat pelemas otot
f) Kelainan jalan nafas
g) Obstruksi jalan nafas
h) Asma bronchial
i) Kelainan di paru
j) Edema paru, atelectasis, ARDS
k) Kelainan tulang iga/thorak
l) Fraktur costae, pneumothorak, haemathrorak
m) Kelainan jantung
n) Kegagalan jantung kiri
4. Kriteria pemasangan ventilator
a) Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
b) Hasil analisa gas darah dengan dengan O2 masker PO2
kurang dari 70 mmHg
c) paCO2 lebih dari 60 mmHg
d) AaDO2 dengan O2 100% hasilnya lebih dari 350 mmHg
e) Vital capacity kurang dari 15 ml / kg BB
a. Biodata
c. Keluhan
a) Mode ventilator
b) CR/CMV/IPPV(ControlledRespiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
c) SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
d) ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
e) CPAP (Continous Possitive Air Presure)
f) FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
g) PEEP: Positive End Expiratory Pressure
Frekwensi nafas
a) Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
b) Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
c) Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
d) Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
e) Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
f) Humidifier: kehangatan dan batas aqua
g) Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
h) Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
i) Hasil foto thorax terakhir
Sistem kardiovaskuler
Sistem neurologi
Sistem urogenital
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan
dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.
Status psycososial
3. Rencana keperawatan
Kriteria hasil: bunyi nafas bersih, ronchi (-), tracheal tube bebas sumbatan
INTERVENSI RASIONAL
1.manajemen nafas Mengevaluasi keefektivan bersihan
-penghisapa lendir pada jalan nafas jalan nafas
-manajen alergi
-manajemen anafilaksis
-pengurangan kecemasan
-manajemen jalan nafas buatan
Kriteria hasil: - hasil analisa gas darah normal, PH( 7,35-7,45) PO2 (80-
100 mmHg), PCO2 (35-45 mmHg), BE ( -2-+2) dan tidak syanocis.
INTERVENSI RASIONAL
1.Cek analisa gas darah setiap 10-30 Evaluasi keefektifan setting
menit setelah perubahan setting ventilator ventilator yang di berikan
2.Monitor hasil analisa gas darah atau
oksimetri selama periode penyapihan Evaluasi kemampuan bernafas klien
3.perubahan jalan nafas bebas dari
sekresi Sekresi menghambat kelancaran
4.Monitor tanda dan gejala hipoksia udara nafas
Deteksi dini adanya kelainan
Kriteria hasil : nafas sesuai dengan irama ventilator, volume nafas adekuat
Alrm tidak berbunyi
INTERVENSI RASIONAL
1.lakukan pemeriksaan ventilator Deteksi dini adanya kelainan atau
tiap 1-2 jam gangguan fungsi ventilator
2.evaluasi semua alarm dan tentukan Bunyi alrm menunjukkan adanya
penyebabnya gangguan fungsi ventilator
3.pertahankan alat resusitasi manual Mempermudah melakukan
( bag dan mask ) pada posisi tempat pertolongan bila sewaktu-waktu ada
tempat tidur sepanjang waktu gangguan fungsi ventilator
4.Monitor selang/ cubing ventilator
dari terlepas Mencegah berkuranya aliran uadara
,terlipat, bocor atau tersumbat nafas
5.evaluasi tekanan atau kebocoran
balon cuff Mencegah berkuranya aliran uadara
6.masukkan penahan gigi (pada nafas
pemasangan ETT lewat oral,) Mencegah tergigitnya selang EET
7.Amankan selang ETT dengan
fiksasi yang baik Mencegah terlepasnya selang EET
8.Monitor suara nafas dan
pergerakan ada secara teratur Evaluasi keevektifan pola nafas
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif
atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
selama waktu yang lama (Brunner and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum
adalah ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang
kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator
mekanis. Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam
harmoni” dengan mesin. Perubahan yang minimal dari dinamik
kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume ventilator disesuaikan
dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada
sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan kardiovaskuler.
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan
kadar karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH),
maka ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti
pascaoperatif bedah toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit
neuromuskular, cedera inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan
multisistem, dan koma semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan
perlunya ventilasi mekanis
Saran.
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat
yang berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-
mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Penguasaan teknologi di ruang kritis merupakan tantangan bagi profesi
keperawatan. Perawat pemula ataupun perawat berpengalaman akan
memanfaatkan teknologi dengan cara yang berbeda, namun hal ini tetap
mempunyai implikasi yang sama terhadap praktek keperawatan yaitu
mengembangkan cara-cara baru dalam melakukan asuhan keperawatan.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa
manfaattransfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi
teknologi keperawatan, tidak hanya di area keperawatan kritis tapi juga di
area-area keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya akan meningkatkan
kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun sayangnya masih ada
perawat yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area keperawatan
merupakan suatu tambahan pekerjaan bagi perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008