memfasilitasi transport oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveolus dengan
tujuan untuk meningkatkan pertukaran gas (Urden, L.D., Stacy, K.M., Lough, M.E, 2010).
Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (1996) ventilasi mekanik adalah alat pernafasan
bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen
dalam waktu yang lama. Sundana (2011) mengungkapkan ventilasi mekanik merupakan alat
bantu pernapasan yang menggantikan fungsi paru dalam hal ventilasi, dimana bantuan
ventilasi yang diberikan mesin ventilator dapat berupa pemberian volume, tekanan atau
ventilasi mekanik merupakan suatu alat bantu pernafasan bertekanan negatif ataupun positif
Ventilasi mekanik diberikan untuk pada berbagai kondisi dengan alasan klinik
tertentu. Adapun tujuan fisiologis dari pemberian ventilasi mekanik yaitu membantu
breathing. Sedangkan, tujuan klinis meliputi hipoksemia dan asidosis respiratorik akut,
intracranial dan menstablisasi dinding dada (Gali, B., Goyal DG (2003) dalam Urden, L.,
Stacy, K.M., Lough, M.E (2006)) Sedangkan, Hudak & Galo (2010) mengungkapkan
ventilasi mekanik dapat diberikan pada pasien yang mengalami gagal nafas.
Ventilator dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu ventilator tekanan negatif dan
ventilator tekanan positif (Chulay, M., Burns, S.M, 2006). Ventilator tekanan negatif
merupakan generasi pertama dari ventilator. Pada ventilator negatif tubuh pasien dimasukkan
12
ke dalam tabung besi dan tekanan negative diberikan melalui sebuah silinder besar untuk
melebarkan rangka toraks (Morton et al, 2012). Pada ventilator tekanan positif , tekanan
positif dialirkan ke dalam saluran pernafasan. Menurut Rab, T (2007) ventilator tekanan
positif terdiri dari 3 jenis yaitu siklus tekanan, siklus waktu, dan siklus volume. Penggunaan
ventilator tekanan positif dapat diberikan secara invasive maupun non invasive. Pemasangan
ventilator jenis invasif memerlukan intubasi trakea dengan menggunakan endotrachea tube
1) Volume Control
pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator , tanpa
Mode ini seruoa dengan mode SIMV. Namun, pada mode SIMV memberikan
bantuan ketika terdapat usaha nafas spontan pada pasien yang memicu mesin
ventilator, namun jika usaha nafas tidak sanggung memicu mesin, ventilator
tetap akan memberikan bantuan sesuai jumlah frekuensi nafas yang telah di
pressure level (IPL). Frekuensi nafas tidak perlu diatur pada mode ini, karena
bantuan tekanan pada saat timbul usaha nafas spontan pada pasien.
13
Mode ini diberikan pada pasien yang telah memiliki usaha nafas spontan dan
Saryono, 2010)
5) SIMV + PS
Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan PS. Pada mode ini
diberikan bantuan volume dan pressure pada pasien. Mode ini biasa digunakan
jenis yaitu komplikasi jalan nafas, komplikasi pada slang endotrakea, komplikasi mekanis,
dan fisiologis.
Komplikasi jalan nafas dapat berupa terjadinya aspirasi, Aspirasi dapat terjadi
sebelum, selama, atau setelah intubasi. Resio aspirasi setelah intubasi dapat diminimalkan
dengan mempertahankan inflasi balon yang sesuai, suction, dan meninggikan kepala tempat
tidur pasien 30o. Sementara itu, komplikasi slang endotrakeal dapat terjadi berupa slang
terlilit, ruptur atau sinus porifirmis, stenosis trakea, kerusakan balon, sinusitis, otitis media,
ventilator, dan barotraumas (morton, 2012). Barotrauma dapat terjadi karena adanya udara
yang dipompakan dari ventilasi mekanik sehingga menimbulkan tekanan positif. Apabila
PEEP ditambahkan , tekanan akan semakin meningkat. Hal ini akan mengakibatkan
14
terjadinya distensi alveoli yang kemudian dapat menimbulkan pneumothorax (Morton, 2012;
Tabrani, 2007)..
kelebihan beban cairan disertai retensi udara lembab dan natrium klorida, depresi fungsi
jantung dan hipotermi, ulkus dekubitus, paralisis ileus, distensi lambung, kelaparan, dan
Pemberian ventilasi mekanik di ruang ICU dapat dilakukan dengan cara intubasi dan
non intubasi. Teknik intubasi dapat diberikan melalui dua cara yaitu dengan endotrakeal dan