PENDAHULUAN
Tanda-tanda vital (TTV) merupakan cara yang tepat dan efisien untuk
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah mengevaluasi respons
klien terhadap intervensi. Teknik dasar inspeksi, palapasi, dan auskultasi
digunakan untuk menentukan tanda vital. Ketrampilan ini sederhana tetapi tidak
boleh diabaikan. Pengukuran tanda vital dan pengukuran fisiologis lain
merupakan dasar bagi penyelesaian masalah klinis. Pengkajian tanda vital
memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan ,
mengimplementasikan rencana intervensi dan mengevaluasai keberhasilan bila
tanda vital dikembalikan pada nilai yang dapat diterima. Ketika perawat
mempelajari variabel yang mempengaruhi tanda vital dan mengenali hubungan
perubahan tanda vital tersebut terhadap temuan lain dalam pengkajian fisiologis,
masalah kesehatan klien dapa ditentukan dengan tepat.
Pengkajian tanda vital merupakan unsur yang esensial bila perawat dan
dokter melakukan kolaborasi dalam menentukan status kesehatan klien . Teknik
pengukuran yang cermat menjamin temuan yang akurat.
1
1.3 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN KONSEP
Banyak faktor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit
yang menyebabkan perubahan tanda-tanda vital, kadang-kadang di luar
batas normal. Pemeriksaan tanda-tanda vital memberi data status
kesehatan klien, seperti respon terhadap stres fisik dan psikologis, terapi
medis dan keperawatan, perubahan tanda-tanda vital, dan mendakan
perubahan fungsi fisiologis. Perubahan pada tanda-tanda vital dapat juga
menandakan kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis
(Potter,perry 2005).
3
diastolik yaitu tekanan minimum dinding arteri pada saat relaksasi
ventrikel kiri. Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran resistensi
pembuluh darah, cardiac output, status sirkulasi dan keseimbangan cairan.
1. Curah Jantung
Tekanan darah (TD) bergantung pada curah jantung dan tahanan vaskular
perifer.
4
Bila volume meningkatkan dalam spasium tertutup, seperti
pembuluh darah, tekanan dalam spasium tersebut meningkat. Jadi jika
curah jantung meningkat, darah yang dipompakan terhadap dinding arteri
lebih banyak, menyebabkan tekanan darah naik. Curah jantung dapat
meningkat sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung,
kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung, atau peningkatan volume
darah. Peningkatan frekuensi jantung tanpa perubahan kontraktilitas atau
volume darah mengakibatkan penurunan tekanan darah.
2. Tahanan Perifer
3. Volume Darah
4. Viskositas
5
berkontraksi lebih kuat lagi untuk mengalirkan darah yang kental melewati
sistem sirkulasi.
5. Elastisitas
1. Usia
Tekanan Darah
Usia
(mm Hg)
Bayi baru lahir (300g) 40 (rerata)
1 Bulan 85/54
1 Tahun 95/65
6 Tahun 105/65
10-13 Tahun 110/65
14-17 Tahun 120/75
Dewasa Tengah 120/80
Lansia 140/90
2. Stress
6
3. Ras
4. Medikasi
5. Variasi Diurinal
6. Jenis Kelamin
2.2.3 Hipertensi
7
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 Tahun dan
Lansia*
Sistolik Diastolik
Kategori
(mm Hg) (mm Hg)
Normal <130 < 85
Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi
DERAJAT 1 140 – 159 90 – 99
(Ringan) 160 – 179 100 – 109
DERAJAT 2 180 – 209 110 – 119
(Sedang) ≥210 ≥ 120
DERAJAT 3 (Berat)
DERAJAT 4 (Sangat
Berat)
*Tidak mengosumsi obat antihipertensi dan tidak sakit akut.
8
2.2.4 Hipotensi
9
Tabel 3. Perbedaan manometer aneroid dan manometer air raksa.
Jenis
Kekurangan Kelebihan
Stigmomanometer
Manometer aneroid Memerlukan kalibrasi Memiliki
biomedikal dalam keuntungan ringan,
interval rutin untuk portabel dan rapi.
memverifikasi
keakuratannya.
10
sistolik dengan pemompaan udara kedalamnya. Ini memutuskan aliran arteri
brakhial
dalam lengan atas, memutuskan aliran darah ke dalam arteri lengan bawah.
Kemudian,udara dilepaskan secara perlahan-lahan dari kantong selagi
stetoskop digunakan untuk mendengarkan kembalinya denyut dalam lengan
bawah.
11
Gambar 4. Atas bagian manometer aneroid, bawah bagian stetoskop
12
3. Pengukuran tekanan darah
Bunyi Deskripsi
Korotkoff
Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar setelah
tekanan cuff diturunkan perlahan.
Begitu bunyi ini terdengar, nilai
tekanan yang ditunjukkan pada
manometer dinilai sebagai tekanan
sistolik.
Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi
bunyi berdesir
Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras
Fase 4 Bunyi menjadi meredam
Fase 5 Bunyi menghilang seluruhnya setelah
tekanan dalam cuff turun lagi
sebanyak 5-6 mmHg. Nilai tekanan
yang ditunjukkan manometer pada
fase ini dinilai sebagai tekanan
diastolik
13
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan darah :
1. Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar). Bila
terlalu kecil, tekanan darah akan terukur lebih tinggi dari yang sebenarnya,
dan sebaliknya bila terlalu besar.
2. Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah terukur lebih
tinggi dari yang seharusnya.
3. Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
4. Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti vena,
sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
5. Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan tekanan cuff
tanpa mengempiskannya dengan sempurna atau re-inflasi cuff terlalu
cepat. Hal ini mengakibatkan distensi vena sehingga bunyi Korotkoff tidak
terdengar dengan jelas.
1. Diagnosa
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil
dalam rentang normal pasien.
Intervensi
1. Observasi tekanan darah
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
5. Catat adanya demam umum / tertentu.
6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas /
keributan lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya
tinggal.
14
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therapi anti
hipertensi,deuritik. Rasional : Menurunkan tekanan darah.
2. Diagnosa
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai
tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. Sirkulasi
merupakan alat melalui apa sel nutrien dan membuang sampah yang
dihasilkan dari metabolisme. Supaya sel berfungsi secara normal, harus ada
aliran darah yang kontinue dan dengan volume sesuai yang didistribusikan
darah ke sel-sel yang membutuhkan nutrien (Potter, Perry 2005). Jumlah
denyut yang terjadi dalam 1 menit adalah kecepatan nadi. Volume darah
yang di pompa oleh jantung dalam 1 menit adalah curah jantung. Volume
sekuncup adalah darah yang masuk ke aorta.
15
Tujuan dilakukan pemeriksaan adalah :
Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis
dan arteri karotid dapat mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi
klien tiba-tiba memburuk, area karotid adalah yang terbaik untuk
menemukan nadi dengan cepat. Jantung akan menghantarkan darah melalui
16
arteri karotid secara terus-menerus ke otak. Bila curah jantung secara
signifikan, nadi perifer akan melemah dan sukar diraba. Nadi radialis dan
apikal merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengkaji
frekuensi nadi. Jika nadi radialis pada pergelangan tangan tidak normal atau
intermiten akibat disritmia, atau tidak bisa diraba karena luka atau balutan
gips yang dapat dikaji adalah nadi apikal. Nadi apikal merupakan tempat
terbaik untuk mengkaji nadi bayi atau nadi anak kecil karena nadi perifer
dalam dan sulit untuk dipalpasi dengan akurat (Potter, Perry 2005).
17
keempat sampai kelima tidak dapat diraba.
Apikal pada garis midklavikular
kiri. Bagian ini untuk
mengauskultasi nadi apikal.
Alur di antra otot bisep Bagian ini digunakan untuk
Brakial dan trisep fosa mengkaji status sirkulasi ke
antekubital. lengan bawah.
Radial atau sisi ibu jari
Radial dari jari telunjuk pada Bagian ini digunakan untuk
pergelangan tangan. mengauskultasi tekanan
darah.
Bagian ulnar dari
Ulnar pergelangan tangan.
18
sirkulasi ke tungkai.
1. Frekuensi
19
Usia Sekolah 75-100/mnt
Remaja 60-90/mnt
Dewasa 60-100/mnt
Dimodifikasi dari Hazinski MF : Children are different . Pada Hazinski MF. Editor :Nursing Care
of critically ill child, St. Louis 1984.
2. Irama
Secara normal irama merupakan interval reguler yang terjadi antara setiap
denyut nadi atau jantung. Disritmia irama denyut yang tidak normal.
3. Kekuatan
4. Kesamaan
20
Faktor Meningkatkan Menurunkan Frekuensi
Nadi
Latihan fisik Latihan fisik jangka Atlet yang dilatih dalam
pendek. jangka waktu yang lama
akan memiliki frekuensi
jantung istirahat yang
rendah.
21
Pola Nadi Deskripsi
Bradikardi Frekuensi nadi lambat.
Takikardi Frekuensi nadi meningkat, dalam
keadaan takut, menangis, aktivitas
meningkat atau demam yang
menunjukkan penyakit jantung.
Sinus aritmia Frekuensi nadi meningkat selama
inspirasi, menurun selama ekspirasi,
sinus aritmia merupakan variasi
normal pada anak, khususnya selama
waktu tidur.
22
1. Pulsus defisit: frekuensi nadi/arteri lebih rendah daripada frekuensi denyut
jantung (misalnya pada fibrilasi atrium).
2. Pulsus seler (bounding pulse, collapsing pulse, water-hammer pulse,
Corrigan's pulse),disebabkan upstroke dan downstroke mencolok dari
pulsus, misalnya pada tirotoksikosis, regurgitasi aorta, hipertensi, Patent
Ductus Arteriosus (PDA), fistula arteriovenosus.
3. Pulsus tardus (plateau pulse) : disebabkan karena upstroke dan
downstroke yang perlahan, misalnya pada stenosis katup aorta berat.
4. Pulsus alternan : perubahan kuatnya denyut nadi yang disebabkan oleh
kelemahan jantung, misalnya pada gagal jantung, kadang-kadang lebih
nyata dengan auskultasi saat mengukur tekanan darah.
5. Pulsus bigeminus : nadi teraba berpasangan dengan interval tak sama
dimana nadi kedua biasanya lebih lemah dari nadi sebelumnya. Kadang-
kadang malah tak teraba sehingga seolah-olah merupakan suatu
bradikardia atau pulsus defisit jika dibandingkan denyut jantung.
6. Pulsus paradoksus : melemah atau tak terabanya nadi saat inspirasi.
Sering lebih nyata pada auskultasi saat pengukuran tekanan darah, di
mana pulsus terdengar melemah saat inspirasi, dan biasanya tak melebihi
10 mm Hg. Bisa pula disertai penurunan tekanan vena jugularis saat
inspirasi, misalnya pada gangguan restriksi pada effusi perikardium,
tamponade perikardium, konstriksi perikard, sindrom vena kava superior,
atau emfisema paru.
1. PENGKAJIAN
A. Aktifitas dan istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda :takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktifitas.
23
B. Sirkulasi
Gejala : riwayat demmam rematik, penyakit jantung kongenial, CA
paru, kanker payudara.
Tanda : takikardi, disritmia, edema, murmur aortik, mitral,
stenosis/insufisiensi trikupid; perubahan dalam murmur yang
mendahului. Disfungsi otot papilar.
C. Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi jumlah urine.
Tanda : urine pekat gelap.
D. Nyeri/ketidaknyamanan.
Gejala : nyeri pada dada (sedang sampai berat), diperberat oleh
inspirasi, gerakan menelan, berbaring : hilang dengan duduk,
bersandar kedepan (perikarditis). Nyeri dada/punggung/sendi
(endokarditis).
Tanda : gelisah.
E. Pernapasan
Gejala : nafas pendek: nafas pendek kronis memburuk pada malam
hari (miokarditis)
Tanda : dispnea, dispnea noktural, batuk, inspirasi mengi, takipnea,
krekels, ronki, pernapasan dangkal.
F. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma
dada: penyakit keganasan/iradiasi torakal.
Tanda : demam
2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, ditandai
dengan takipnea, pernapasan dangkal.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 berkurang
ditandai dengan nadi lemah, penurunan kesadaran, pucat, sianosis dan akral
dingin.
24
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan sekuncup
jantung ditandai denga distensi vena jugularis, sianosis.
4. Nyeri dada berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubunga dengan
kelemahan fisik.
6. Kecemasan berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit.
7. Koping individu inefektif berhubungan dengan kecemasan dan kurang
informasi.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa I
1. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan takipnea dan pernapasan dangkal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama ---x24 Jam diharapkan pola
napas kembali normal dengan kriteria hasil pola napas pasien reguler, tidak
tampak adanya retraksi dinding dada, pasien tampak relaks.
Tindakan:
1. Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi
paru, tanda vital, warna kulit dan AGD
Rasional : mengetahui status awal pernapasan pasien
2. Posisikan semifowler jika tidak ada kontraindikasi
Rasional : meningkatkan ekspansi paru
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam
Rasional : membantu meningkatkan pemenuhan oksigen
4. Berikan oksigen sesuai program
Rasional : mempertahankan oksigen arteri
5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai perubahan gaya hidup, teknik
bernapas, teknik relaksasi.
Rasional : membantu beradaptasi dengan kondisi saat ini.
Diagnosa : II
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen
berkurang, ditandai dengan nadi teraba lemah, penurunan kesadaran, pucat,
sianosis dan akral dingin.
25
Tujuan : setelah dilakuan tindakan selama ---x24 jam diharapkan suplai
oksigen kembali adekuat, dengan kriteria hasil nadi normal, kesadaran
compos mentis, tidak sianosis dan pucat, akral hangat, TTV dalam batas
normal.
Tindakan
1. Monitor tanda vital, bunyi jantung, edema, dan tingkat kesadaran
Rasional : data dasar untuk mengetahui perkembangan pasien dan
mengetahui status awal kesehatan pasien.
2. Hindari terjadinya valsava manuver seperti mengedan, menahan napas,
dan batuk.
Rasional : mempertahankan pasokan oksigen
3. Monitor denyut jantung dan irama
Rasional : mengetahui kelainan jantung
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : meningkatkan perfusi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD, elektrolit, dan darah
lengkap
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
6. Berikan pendidikan kesehatan seperti proses terapi, perubahan gaya
hidup, teknik relaksasi, napas dalam, diet, dan efek obat
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan mencegah terjadinya kambuh
dan komplikasi
Diagnosa : III
3. penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan sekuncup
jantung ditandai dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG,
Tekanan Darah menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama ---x24 jam diharapkan tidak
terjadi penurunan curah jantung, dengan kriteria hasil tidak terjadi
peningkatan tekanan vena jugularis, EKG normal, Tekanan darah normal,
akral hangat, tidak sianosis, TTV dalam batas normal
Tindakan :
1. Monitor Tanda-tanda vital
26
Rasional : indikator keadaan umum pasien
2. Auskultasi bunyi jantung, kaji frekuensi dan irama jantung
Rasional : perubahan suara, frekuensi dan irama jantung mengindikasikan
penurunan curah jantung
3. Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung mempengaruhi kuat dan lemahnya
nadi perifer
4. Kaji adanya distensi vena jugularis
Rasional : efusi perikardial menghambat aliran balik vena sehingga terjadi
distensi vena jugularis
5. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat
Rasional : penurunan curah jantung menyebapkan aliran darah ke perifer
menurun
6. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : menvegah hipoksia
7. Berikan cairan Intra Vena sesuai indikasi
Rasional : mencegah terjadinya kekuarangan cairan
8. Perikasa EKG, foto thorax, Echocardiography, dan doppler
Rasional : pada Efusi Perikardial terjadi abnormalitas irama jantung dan
terdapat siluet pembesaran jantung.
Diagnosa : IV
4. Nyeri dada berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner ditandai
dengan paisen tampak gelisah dan tampak meringis serta mengeluh nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama ---x24 jam diharapkan nyeri
berkurang samapi hilang dengan kriteria hasil pasien tampak relaks, TTV
dalam batas normal.
Tindakan :
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami
Rasional : mengetahui tingkat nyeri untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya
2. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : mengtahui keadaan umum pasien
27
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
Rasional : mengurangi nyeri yang dirasakan
4. Beri kesempatan pasien untuk beristirahat, ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman
Rasional : mengalihakan dan mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Rasional : analgetik dapat membantun mengurangi nyeri dengan cepat
6. Anjuran pasien bedrest
Rasional : bedrest membantu mengurangi kerja jantung sehingga
menurangi rasa nyeri.
28
2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Karakter Pernapasan
1. Olahraga
2. Nyeri Akut
Klien dapat menghambat atau membebat pergerakan dinding dada jika ada
nyeri pada area dada atau abdomen. Napas akan menjadi dangkal.
3. Ansietas
4. Merokok
5. Anemia
6. Posisi Tubuh
Postur tubuh yang lurus dan tegak, meningkatkan ekspansi penuh paru.
Posisi yang bungkuk dan telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
7. Medikasi
29
8. Cedera Batang Otak
GANGGUAN DESKRIPSI
Bradipnea Frekuensi bernapas teratur namun lambat secara tidak
normal (kurang dari 12 kali per menit)
Takipnea Frekuensi bernapas teratur namun cepat secara tidak normal
( lebih dari 20 kali per menit)
Hipernea Pernapsan sulit, peningkatan kedalaman, pengingkatan
frekuensi lebih 20 kali per menit. Secara normal terjadi
setelah olahraga.
Apnea Pernapasan berhenti untuk beberapa detik. Penghentian
persisten mengakibatkan henti napas.
Hiperventilasi Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat. Dapat
terjadi hipokarbia.
Hipoventilasi Frekuensi pernapasan abnormal dalam kecepatan dan
kedalaman. Ventilasi mungkin mengalami depresi.
Pernapasan Frekuensi dan kedalaman tidak teratur, ditandai dengan
Cheyne- periode apnea dan hiperventilasi berubah-ubah.
Stokes
Pernapasan dalam secara tidak normal dalam, dan frekuensi
Pernapasan meningkat.
Kussmaul Pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua atau tiga
Pernapasan napas diikuti periode apnea yang tidak teratur.
Biot
Tabel 9. Gangguan dalam Pola pernapasan
30
Pernapasan adalah tanda vital yang palig mudah dikaji namun yang paling
diukur secara sembrono. Perawat tidak boleh menaksir pernapasan. Pengukuran
yang akurat memerlukan observasi dan palpasi gerakan dinding dada.
1. Frekuensi
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35 – 40
Bayi (6 bulan) 30 – 50
Todler (2 tahun) 25 – 32
Anak-anak 20 – 30
Remaja 16 – 19
Dewasa 12 – 20
2. Irama ventilasi
31
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif
2. Batasan karakteristik
1) Bunyi napas tambahan (contoh: ronki basah halus,ronki basah kasar)
2) Perubahan irama dan frekuensi pernpasan
3) Tidak mampu/tidak efektifnya batuk
4) Sianosis
5) Sulit bersuara
6) Penurunan bunyi napas
7) Gelisah
8) Adanya sputum
4. Kriteria Hasil
32
5. INTERVENSI
33
Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang
kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung
DS :
DO :
Irama ireguler
Ronchi
Sianosis
Adanya sputum
Px tampak gelisah
34
Tujuan :
KH :
Irama reguler
6. IMPLEMENTASI :
inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
2. Batasan karakteristik
35
Penurunan kapasitas vital paru
Napas dalam
Ortopnea
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Kerusakan muskuloskeletal
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskular
Obesitas
Nyeri
36
Kerusakan persepsi/kognitif
4. Kriteria hasil
5. INTERVENSI
37
Pantau pola pernapasan: bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernapasan Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes.
Catat perubahan pada saturasi oksigen dan nilai gas darah arteri.
38
Hubungkan dan dokumentasikan semua data pengkajian (misal:
bunyi napas, pola napas, nilai AGD, sputum dan efek obat pada
pasien)
Keterangan :
A : masalah teratasi.
P : intervensi di hentikan.
P : modifikasi intervensi.
39
dilakukan di mulut (oral), aksila atau rektal, dan ditunggu selama 3–5 menit.
Pemeriksaan suhu dilakukan denganmenggunakan termometer baik dengan
glass thermometer atau electronic thermometer. Bila menggunakan glass
thermometer, sebelum digunakan air raksa pada termometer harus dibuat
sampai menunjuk angka 35 derajat celcius atau di bawahnya (Potter, Perry
2005).
Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat,
tetapi termometer air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk
pengukuran suhu oral, yaitu pada penderita yang tidak sadar, gelisah atau
tidak kooperatif, tidak dapat menutup mulutnya atau pada bayi dan orang
tua.
40
2.5.1 Keuntungan dan Kerugian Pemilihan Tempat Pengukuran Suhu
1.Rektal
(1) Keuntungan : Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat
diperoleh, Menunjukkan suhu inti.
(2) Kerugian : Pengukuran suhu inti lebih lambat selama perubahan suhu
yang cepat, Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal,
kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau yang cenderung pendarahan.
Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malundan
ansietas klien, Risiko terpajan cairan tubuh, Memerlukan lubrikasi,
Dikontradiksikan pada bayi baru lahir.
2. Oral
3. Aksila
(1) Keuntungan: Aman dan non-invasif, Cara yang lebih disukai pada bayi
baru lahir dan klien yang tidak kooperatif.
41
2.5.2 Faktor yang mempengaruhi Suhu Tubuh
1. Usia
Pada saat usia bayi suhu tubuh dapat berespons secara drasts terhadap
perubahan lingkungan. Pakaian harus cukup dan paparan pada suhu yang
ekstrem harus dihindari. Bayi baru lahir pengeluaran lebih dari 30% melalui
kepala maka harus memakai penutup kepala. Bila terlindung dari
lingkungan yang ekstrem suhu tubuh bayi harus dipertahankan pada 35,5
sampai 39,5. Panas menigkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki
masa anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25 sampai 0,55 derajat celcius
adalah normal. Lansia mempunyai rentang suhu lebih sempit yaitu sekitar
36 derajat celcius. Lansia sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor.
2. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh dapat
meningkatan suhu tubuh 41 derajat celcius.
3. Kadar hormon
Secara umum wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandigkan pria. Pada saat menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadar progesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus
menstruasi, siklus tersebut yag mempengaruhi naik turunya suhu tubuh.
Perubahan suhu juga terjadi pada wanita yang mengalami menopause,
priode panas tubuh dan berkeringat banyak dapat terjadi 30 detik sampai 5
menit. Hal tersebut karena vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan
vasodilatasi dan vasokontraksi (Bobak, 1993).
4. Irama sirkardian
Suhu merupakan irama yang paling stabil pada manusia. Suhu tubuh
berubah secara normal 0,5 sampai 1 derajat celcius selama 24 jam. Suhu
tubuh biasanya paling rendah antaa pukul 01.00 dan 04.00 dini hari,
sepanjang hari suhu tubuh naik sampai pukul 18.00 dan kemudian turun
42
pada dini hari. Secara umum, irama suhu sikardian tidak berubah sesuai
usia. Penelitian menunjukan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia
(lenz, 1984).
5. Stres
Stres fisik dan emosi meningkat suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
prsarafasan. Orang yang stres terlalu banya berfikir suhu tubuhnya lebih
tinggi dari normal.
6. Lingkungan
Jika suhu dalam ruangan yang sangat hangat, tubuh tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme, pengeluaran panas dan suhu
tubuh akan naik. Jika berada di luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang
konduktif.
1. Hipertermia
2. Hipotermia
43
Tabel 12. Klasifikasi Hiportermia
Batasan Karakteristik:
kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal.
serangan atau konvulsi (kejang).
kulit kemerahan.
pertambahan RR.
Takikardi.
saat disentuh tangan terasa hangat.
44
terpapar dilingkungan panas.
Dehidrasi.
pakaian yang tidak tepat.
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal.
Nadi dan RR dalam rentang normal.
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.
NIC :
Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin.
Monitor IWL.
Monitor warna dan suhu kulit.
Monitor tekanan darah, nadi dan RR.
Monitor penurunan tingkat kesadaran.
Monitor WBC, Hb, dan Hct.
Monitor intake dan output.
Berikan anti piretik.
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.
Selimuti pasien.
Lakukan tapid sponge.
Berikan cairan intravena.
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila.
Tingkatkan sirkulasi udara.
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu.
Monitor TD, nadi, dan RR.
45
Monitor warna dan suhu kulit.
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan.
Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan.
Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu.
46
BAB III
Prosedur pelaksanaan :
1. Jelaskan prosedur pada pasien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi
telentang.
5. Buka lengan baju.
47
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di
atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu
longgar).
7. Tentukkan denyut nadi arteri radialis deks¬tra/sinistra.
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri
radialis tidak teraba.
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari
titik radialis tidak teraba.
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan
dengarkan.
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa
udara berlawanan arah jarum jam.
12. Catat tinggi air raksa manometer saat per¬tama kali
terdengar kembali denyut.
13. Catat tinggi air raksa pada manometer
Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan
sistolik secara auskultasi
Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya
tekanan diastolik secara auskultasi.
14. Catat hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
48
Mengetahui integritas sistem kardiovaskular
Mengikuti perjalanan penyakit
Dilakukan Pada pasien yang baru masuk, secara rutin kepada pasien yang
dirawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Persiapan Alat :
A
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena
Prosedure Pemeriksaan :
1. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileks.
Prosedur 2. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan
meraba denyut nadi.
3. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari
selama kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba denyutan,
jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu.
4. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada
tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.
49
1. Arloji tangan dengan jarum detik.
2. Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur Pemeriksaan :
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien bila
hanya khusus menilai pernafasan.
2. Membuka baju pasien bila perlu untuk mengamati
gerakan inspirasi dan menilai kesimetrisan gerakan (tirai
harus ditutup dahulu).
3. Meletakkan tangan datar pada dada dan mengobservasi
inspirasi dan ekspirasi serta kesimetrisan gerakan.
4. Menentukan irama pernafasan
5. Menetukan pernafasan dalam 60 detik. Bila pernafasan
teratur cukup 30 detik lalu dikalikan 2.
6. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi
abnormal.
7. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa
pemeriksaan sudah selesai.
50
5. Buku catatan dan alat tulis.
Prosedur Pemeriksaan :
1. Bawa alat kedekat pasien.
2. Beri tahu pasien tentang prosedur dan tujuannya.
3. Cuci tangan dan pakai handscoen.
4. Suruh pasien membuka mulut.
5.Tempatkan termometer di bwah lidah pasien dalam kantung sub
lingual lateral ke tengah rahang bawah.
6. Minta pasien untuk menahan termometer dengan bibir terkatub
dan hindari penggigitan. Jika pasien tidak mampu menahan
termometer dalam mulut, pegangi termometer.
7. Biarkan termometer di tempat tersebut.
Termometer air raksa :2-3menit.
Termometer digital : sampai sinyal terdengar dan petunjuk
terbaca.
8. Keluarkan termometer dengan hati-hati.
9. Bersihkan termometer dengan menggunakan tisu dengan
gerakan memutar dari atas ke arah resevoir kemudian buang
tisu.
10. Baca tingkat air raksa atau digitnya.
11. Bersihkan termometer air raksa.
12. Turunkan tingkat air raksa/ elektrik kembali ke skala awal.
13. Kembalikan termometer pada tempatnya.
14. Cuci tangan, dokumentasikan.
51
Dilakukan Pada pasien yang baru masuk, secara rutin dilakukan untuk pasien
yang dirawat, sewaktu – waktu saat dibutuhkan.
Prosedur Persiapan Alat :
1. Termometer
2. Bengkok
3. Vaseline/ pelumas larut air.
4. Larutan sabun, desinfektan, air bersih dalam tempatnya.
5.Kertas tisu
6. Handscoen
7. Buku catatan dan alat tulis.
Prosedure Pemeriksaan :
1. Bawa alat kedekat pasien.
2. Beri tahu klien tentang prosedur dan tujuannya.
3. Cuci tangan dan gunakan handscoen.
4. Pasang tirai atau penutup ruangan.
5. Buka pakaian yang menutupi bokong klien.
6. Atur posisi.
Dewasa : Sins atau miring dan kaki sebelah sebelah atas
ditekuk kearah perut.
Bayi atau anak : Tengkurap atau telentang.
7. Lumasi ujung termometr dengan vaselin sekitar 2,5-3,5 cm untuk
orang dewasa 1,2-2,5 cm untuk bayi atau anak – anak.
8. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan
kiri (untuk orang dewasa). Jika bayi tengkurap di tempat tidur
regangkan kedua bokong dengan jari-jari.
9. Minta pasien menarik napas dalam dan masukkan termometer
secara perlahan.
10. Pegang termometer ditepatnya selama 2-3menit dan 5 menit
untuk anak.
11. Keluarkan termometer dengan hati-hati.
12. Bersihkan termometer dengan menggunakan tisu dengan
52
gerakan memutar dari atas ke arah resevoir kemudian buang tisu.
13. Baca tingkat air raksa atau digitnya.
14. Lap area anal untuk membersihkan pelumas atau feses dan
rapikan pasien.
15. Bersihkan termometer air raksa.
16. Turunkan tingkat air raksa/ elektrik kemballi ke skala awal.
17. Kembalikan termometer pada tempatnya.
18. Cuci tangan, dokumentasikan.
Prosedur Pemeriksaan :
1. Bawa alat ke dekat pasien.
2. Beri tahu klien tentang prosedur dan tujuannya.
3. Cuci tangan dan pakai handscoen.
4. Pasang tirai / pintu ruangan.
5. Bantu pasien untuk duduk atau posisi berbaring telentang.
53
Buka pakaian pada lengan klien.
6. Masukkan termometer ,ke tengah ketiak turunkan lengan, dan
silangkan lengan bawah klien.
7. Pertahankan termometer sampai 3-5 menit.
8. Ambil termometer dan bersihkan termometer dengan tisu
dengan gerakan memutar dari atas ke arah resevoir kemudian
buang tisunya.
9. Baca tingkat air raksa atau digitnya.
10. Bantu klien merapikan bajunya.
11. Bersihkan termometer.
12. Turunkan tingkat air raksa/ elektrik kemballi ke skala awal.
13 Kembalikan termometer pada tempatnya.
14. Cuci tangan, dokumentasikan.
54
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
55
DAFTAR PUSTAKA
https://narayihaa.wordpress.com/2013/08/11/efusi-perikardial/
http://ikhsanthedoctor.blogspot.co.id/2013/07/askep-efusi-perikardial.html
https://narayihaa.wordpress.com/2013/08/11/efusi-perikardial/
56