Anda di halaman 1dari 10

PROSES KEPERAWATAN PASIEN PENINGKATAN TEKANAN INRAKRANIAL

Pengkajian
Tingkat kesadaran pasien dikaji sebagai dasar dalam mengidentifikasi kriteria skala Koma
Glasgow : Respon membuka mata, bicara, dan motorik.
Respon pasien direntang pada sekala dari 3 – 15. Nilai 3 mengidentifikasi gangguan fungsi
neurologi yang berat, nilai 15 adalah indikasi pasien berespon terhadap ketiga kriteria.
Membuka mata dapat membantu dalam menentukan penyebab defisist neurologis. Jika pasien
dalam keadaan koma tapi membuka mata sepontan, maka masalah yang ada adalah metabolik,
sebaliknya jika pasien tidak membuka mata terdapat masalah neurologi.
Respon Verbal harus dievaluasi dengan hati-hati. Seseorang tidak dapat berasumsi bahwa
karena respon pasien, ia berorientasi. Pemeriksa membutuhkan pengkajian yang luar yaitu
orien tasi pasien terhadap tempat, waktu, dan orang. Bila respon yang dicatat pada pasien yang
menggunakan intubasi, penguji menukis kode “T” ( T untuk mengunakan trekostomi dan
endotrakea ); karena dengan mengunkan alat ini pasien dapat bicara.
Respon motorik termaksut gerakan sepontan, gerakan yang ada disebabkan oleh stimulus yang
tidak di ketahui seperti suntikan dan cubitan, dan memposisiskan pasien. Dua tipe dalam
memposisikan yang diperhatikan adalahdeserebrasi dan dekordikasi. Kadang-ladang respon
tidak dapat dimunculkan jika pasien diberika agens pralitik farmokologik. Pada kasus ini,
pengkajian total tidak lengkap dan alasan dicatat.
Pasien dengan peningkatan TIK memperlihatkan perubahanlain yang dapat mengarah pada
peningkatan TIK berat. Hal inin termakasut perubahan yang tidak terlihat, perubahan tanda
vital, sakit kepala, perubahan pupil, dan muntah.
Perubhan samar. Gelisah, sakit kepala, pernapasan cepat, gerakan tidak tertuju dan mental
berkabut dapat merupakan indikasi klinis dini dari peningkatan TIK. Indikator pertama TIK
adalah perubhan tingkat kesadran.
Perubhan tanda vital. Perubahan tanda vital mungkin tanda akhir dari peningkatan TIK. Pada
peningkatan TIK, frekuensi nadi dan pernapasan menurun dan tekanan darah dan suhu
meningkat. Tanda-tanda spesifik yang diobsepasi termaksut adanya tekanan tinggi pada arteri,
bradikardia dan respirasi tidak teratur serta adanyatanda lain yang memerlukanpemeriksaan
lebih lanjut. Pernapasan tidak teratur yang dikaji termaksut pernapasan Cheyne-stokes (
Frekuensi dan kedalam pernapasan berganti dengan singkat apnea ) dan pernapasan ataksia (
pernapasan tidak teratur dengan urutan kedalamanyang acak dan pernapasan dangkal ).
Tanda vital pasien berkompensasi selama sirkulasi otak dipertahankan. Bila, sebagai akibat
dari kompresi, sirkulasi utama mulai gagal, nadi dan pernapasan mulai cepat dan suhu biasanya
meningkattetapi tidak diikuti dengan pola yang konsisten. Tekanan nadi ( perbedaan tekana
sistolik dan diastol )melebar, keadaan ini berkembang serius. Perubahan cepat pada respon
klinis sebelumya selalu berada pada periode ini mana fluktuasi nadi menjadi cepat, dengan
kecepatan yang berpariasidari lambat sampai cepat. Intervensi pembedahan adalah penting
untuk mencegah kematian.
Tanda vital tidak selalu berubah, pada keadaan penigkatan TIK. Pasien dikaji terhadap
perubahan dalam tingkat responsipasin ini membantu dalam evaluasi.
Sakit kepala. Sakit kepala konstan, yang meningkatkan intensitasnya, dan diperberat oleh
gerakan atau mengejam.
Perubahan pupil dan okular. Peningkatan tekanan atau penyebaran bekuan darah pada otak
dapat mendasak otak pada saraf okulomotorius dan optikal, yang menimbulkan perubahan
pupil.
 Pupil dikaji secara teratur dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, bentuk, dan
reaksi terhadap cahaya. Kedua mata di bandingkan apakah sama atau perbeda.
 Tatapan mata pasien dievaluasi apakah ada konjugasi ( berpasangan ; bekerja sama )
atau diskonjunggasi
 Kemampuan mata untuk abduksi dan adduksi, dikaji untuk mengevaluasi fungsi saraf
kranial.
 Saraf kranial dan optikus dilihat terhadap adanya perdarahan dan edema pupil.
Muntah. Muntah berulang dapat terjadi pada peningkatan tekanan pada pusat refleksi muntah
di medula.
Pengkajian kelinis tidak sealalu diandalkan dalam penentuan peningkatan TIK, terutama pasien
koma. Pada situasi tertentu, pemantauan TIK adalah bagian esensial dari penatalaksanakan.

Diagnosa
Diaknosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diaknosa keperawatan utama untuk pasien tersebut adalah
sebagai berikut :
 Perubahan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan TIK.
 Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan disfungsi ( kompresi batang otak,
perubahan posisi struktur )
 Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan akumulasi sekresi
sekunder akibat depresi pada tingkat penurunan respons
 Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan prosedur dehidrasi.
 Perubahan eliminasi perkemihan dan defekasi yang berhubungan dengan pengaruh
obat, pemasangan kateter uretra menetap , dan penuruna asupan makan/minum.
 Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan sistem pemantauan ITK ( kateter
intraventrikular )
Diaknosa keperawatan lain yang relavan dapat mencakup perubahan memberan mukosa mulut
yang berhubungan dengan pernapasan mulut ; tidak adanya refleks faring; ketidak mampuan
untuk menelan cairan ; potensial terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
tidak mobilisasi dan gangguan yang disebabkan dasarkan oleh sistem pemantau integritas
tekanan intrakranial; gangguan integritas jaringan ( kornea ) yang berhubungan yang
keterbatasan atau tidak adanya refleks kornea; dan perubahan proses keluarga yang
berhubungan dengan situasi krisis ( diagnosa ini dibahas pada bagian yang membahas
pembedahan intrakranial dan pasien dengan cedra kepala ).
Masalah Kolaboratif Komplikasi Potensial
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi pontensial meliputi :
 Herniasi batang otak
 Diabetes insipidus
 Sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik ( SIADH)

Perencanaan Dan Implementasi


Sasaran. Sasaran untuk pasien dalam mencapai perfusi jaringan serebral melalu penurunan
tekanan intrakranial, menormalkan pernapasan, mencapai bersihan jalan napas, perbaiki
keseimbangan cairan, menormalkan fungsi perkemihan dan defekasi. Tidak mendapat infeksi
dan tidak terjadi komplikasi.

Intervensi keperawatan
Mencapai perfusi jaringan serebral. Selain survelensi keperwatan yang harus terus menerus,
strategi keperawatn berikut dapat dilakukan untuk menurunkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial:
 Pasien dipantau terhadap bradikardia, peningkatan tekanan darah, refleks cushing, yang
adalah tanda-tanda peningkatan TIK.
 Kepala pasien dipertahankan dalam posisi netral ( garis tengah ), yang
dipertahankan dengan penggunaan kolar servikal bila perlu untuk meningkatan
drainase vena
 Peninggian ringan kepala dipertahankan untuk membantu drainase vena kecuali
tidak diprogram
 Rotasi ekstrem leher dan gleksi leher dihindri karena kompresi atau distorsi
vena jugularis peningkatan TIK.
 Fleksi panggul ekstrim dihindari karena posisi ini menyebabkan peningkatan dalam
tekanan intraabdomen dan intratorakal, yang dapat menimbulkan peningkatan TIK.
 Manuver valsava, yang dapat dihasilkan oleh mengejan saat defekasi atau bahan
gerakan disaat tempat tidur, harus mandiri, harus dihindari. Peluna fases dapat
diserapkan. Bila pasien sadar dan bisa makan, diet tinggi serta dapat diindikasikan :
 Pasien dapat di instrusikan untuk menarik napas ( yang membuka glotis ) saat
bergerak atau dibalik secara pasif.
 Kontraksi otot insometrik juga dikontraindikasikan, karena otot ini meningkatkan
tekanan darah dan bahkan TIK.
 Perubahan kecil yang relatif pada posisi pasien dapat secara siknifikan mempengaruhi
TIK. Bila parameter pemantauan menunjukan bahwa membalik pasien meningkatkan
TIK, merotasi tempat tidue dan membalikan sprei dapat digunakan dan kepala pasien
dapat dipengang oleh tangan perawat selama membalik untuk meminimalkan
rangsangan yang meningkatkan TIK.
 Sebelum dilakukan pengisapan, pasien harus dioksigenasi sebelumnya dan
dihipeventilasi dengan menggunakan metode sigh pada ventilator dengan oksigen
100%. Pengisapan tidak boleh lebih dari 15 detik.
 Aktivitas keperawatan yang meningkatkan TIK harus dihindari bila mungkin.
Pembagian intervensi keperawatan dapat mencegah peningkatan sementara TIK.
 Selama intervensi keperawatan TIK tidak beleh meningkat lebih 25 mm Hg dan harus
kembali pada tingkat dasar selama 5 menit
 Stres emosi dan gangguan yang sering karena tidur harus dihindari. Situasi yang tenang
harus diperhatikan , rangsangan lingkungan ( bising, percakapan ) harus diminimalkan.
 Distensi abdomen, yang menigkatkan itnra abdomen dan intratorakal dan TIK, harus
dipertahankan. Eman dan katartik dihindari bila mungkin.
 PEEP tingkat tinggi dihindari karena PPE dapat menurunkan aliran balik vena
kejantung dan menurunkan drainase vena dari otak melalui peningkatan tekanan
intratorakal.
Mencapai pola pernapasan normal. Pasien harus dipantau secara konstan untuk
ketidakteraturan pernapasan. Peningkatan tekanan pada lobus frontal atau struktrur garis tengah
frotunda dapat mengakibatkan pernapasan Cheyne-stokes, di mana tekanan pada otak tengah
dapat menyebabkan hiperventilasi. Ketika ada keterlibatan bagian bawah dari batang otak
(pons dan medulla), pernapasan menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti.
Bila terapi hiperventilasi digunakan untuk menurunkan tekanan intrakranial (dengan
membuat vasokonstriksi serebral dan menurunkan volume darah serebral), perawat bekerja
sama dengan ahli terapi respiratori dalam memantau tekanan karbon dioksida arteri ( PaCO2),
yang dipertahankan antara 25-30 mm Hg.
Catatan observasi neurologi dipertahankan, dan semua observasi dibuat berhubungan
dengan dasar pasien (kadang-kadang dari menit ke menit ) sehungga perbaikan atau
kemunduran dapat segera diketahui. Jika keadaan pasien memburuk, siapkan untuk intervensi
pembedahan.
Mencapai bersihan jalan nafas. Kepatenan jalan nafas dikaji. Jika sekresi menghambat jalan
napas, lakukan pengisapan dengan hati-hati, karena tekanan intrakranial meningkat pada saat
dilakukan pengisapan (suction). Pasien diberikan oksigen kadar tinggi sebelum dan sesudah
pengisapan, untuk mempertahankan oksigen yang adekuat. Hipoksia disebebkan oksigenasi
yang buruk yang menimbulkan buruknya perfusi serebral. Batuk dihindari, karena batuk dan
mengejan juga meningkatkan TIK. Daerah paru-paru diauskultasi paling sedikit setiap 8 jam
untuk menentukan adanya bunyi tambahan atau daerah sumbatan. Meningkatkan kepala tempat
tidur menambah bersihan sekret yang baik dalam meningkatkan aliran vena di otak.
Mencapai keseimbangan cairan. Pembagian berbagai agens yang mendehirasi adalah bagian
dari protokol pengobatan. Kortikosteroid digunakan untuk menurunkan edema serebral; cairan
juga dibatasi. Semua modalitas tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan terjadinya
dehidrasi.
Tugor kulir, membran mukosa,serum dan osmolalitas urine pasien dipantau terhadap
adanya tanda dehidrasi. Bila cairan diberikan secara intravena, perawat meyakinkan bahwa
cairan diberikan dengan cepat perlahan sampai sedang dengan pompa infus IV untuk mencegah
pemberian terlalu cepat. Untuk pasien mendapat manintol, perawat mengobservasikan untuk
kemungkinan terjadi gagal jantung kongestif, dan pergeseran dari kompatemen intraseluler
kesistem intravaskular.
Untuk pasien yang menjalani prosedur dehidrasi, tanda vital, meliputi tekanan darah,
harus dipantau untuk mengkaji status volume cairan. Pasien ini juga perlu higiene oral yang
cermat karena dehidrasi dikaitkan dengan kekeringan mulut. Pembersihan mulut yang ringan,
pelumasan bibir, dan pengangkatan krusta menghilangkan kekeringan dan meningkatkan
kenyamanan.
Mencapai eliminasi urinarius dan defekasi normal. Urine diuji terhadap berat jenisnya
dan dipantau terhadap adanya glukosa. Komplikasi terapi kortikosteroid adalah hiperglisemia.
Kateter urinarius menetap biasanya dipasang untuk memungkinkan pengkajian
terhadap fungsi ginjal dan status cairan. Perawat mengobservasi adanya drainase purulen dan
krustasi pada meatus urinarius mempertahankan kepatenan kateter dan aliran urine tidak
tersumbat dengan pemberian posisi selang dan kantung drainase yang tepat, meggunakan
tindakan untuk mencegah kontaminasi silang (mis: mencuci tangan, menghindarkan pasien
dengan infeksi terpisah dari pasien lain), dan memantau urine untuk adanya infeksi (urine
keruh, berdarah, bau menyengat).
Selama fase akut haluran urine di pantau setiap 2 sampai 4 jam; haluaran lebih besar
dari 200 ml/jam selama dua jam berturut-turut menunjukkan awitan diabetes insipidus.
Abdomen bawah pasien dikaji untuk tanda distensi usus, dan area tersebut diauskultasi
untuk bising usus. Biasanya feses diuji untuk adanya darah bila pasien dalam pemberian dosis
tinggi kortikosteroid dari terapi ini. Pasien diwaspadakan untuk menghindari mengejan saat
defekasi karena manuver valsalva dapat meningkatkan TIK.
Mencegah infeksi. Infeksi adalah risiko paling besar ketika TIK dipantau dengan
kateter intraventrikular. Kebanyakan fasilitas pelayanan kesehatan telah menulis protokol
untuk mengatur sistem ini dan mempertahankan sterilitasnya, dan ketaatan yang ketat pada
protokol ini adalah esensial.
Balutan diatas kateter ventrikular harus dipertahankan kering karena balutan basah
kondusif untuk pertumbuhan bakteri. Teknik aseptik digunakan ketika mengelolah sistem ini
dapat mengganti kantung drainase ventrikular. Sistem drainase ini dapat menyebabkan
kebocoran dan kontaminasi CSS serta ketidak akuratan pembacaan TIK. Pasien di pantau
untuk tanda dan gejala meningitis: demam, menggigil, kekakuan leher, dan peningkatan atau
menetapnya sakit kepala. Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial. TIK pasien
di pantu dengan ketat terhadap adanya peningkatan kontinu atau signifikan di nilai atas nilai
dasar. Tanda vital pasien di kaji pada waktu diketahui ada peningkatan TIK. Pasien dengan
herniasi otak akan menunjukan peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi jantung, dan
penurunan perubahan respon pupil. Respon dekortikasi menjadi flaksid atau penampilan
seperti boneka. Pasien memerlukan intervensi cepat dan dengan manitol atau drainase CSS bila
sistem drainase (ventrikulostumi) di pasang.
Haluaran urin pasien harus di panatu dengan ketat. Diabetes insipidus memerlukan
penggantian cairan dan elektrolit bersamaan dengan pemberian vasopresin (desmopressin,
DDAVP) untuk mengganti dan memperlambat haluaran urin. Elektrolit serun harus di pantau
untuk penggantian.
Sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (SIHDH) memerlukan pembatasan cairan
dan pemantauan terhadap elektrolit serum.

EVALUASI
Hasil Yang DI Harapkan
1. Menunjukan perbaikan ferfusi jarinagn serebral
a. Meningkatnya orientasi terhadap waktu, tempat dan orang
b. Dapat mengikuti aba-aba secara verbal;menjawab pertanyaan dengan benar
2. Mencapai pernapasan normal
a. Pola napas normal
b. Nilai gas darah arteri dapat di capai dan di pertahankan dalam nilai yang tepat
3. Bebas dari jalan napas yag berlebihan
4. Mencapai keseimbangan cairan tercapai
a. Minum
b. Osmolalitas serum dan urin dalam rentan tepat
5. Mencapai eliminasi urin dan defekasi normal
6. Tidak terdapat infeksi
a. Tidak ada demam
b. Tempat balutan dan kateter arteri,intravena , dan urin bebas dari infeksi
c. Tidak ada yang drainase purulen dari sistem drainase ventrikular
7. Bebas dari komplikasi
a. Haluaran urin dalam batas normal
b. Elektrolit serum dalam batas normal
c. Tekanan intrakraniar di pertahankan dalam batas normal
d. Respon terhadap perintah sesuai tanpa postur deserebrasi atau dekortikasi
Pemantauan Tekanan Intrakranial
Tekanan intrakranial di pantau dengan tekanan CSS didalam ventrikel lateral, ruang
subarakhnoid dan ruang epidural. Bentuk gelombang ditangkap dan dicatat dalam alat
oskiloskop sebagai refleksi desakan didalam tengkorak oleh otak, darah serebral dan CSS.
Volume pada elemen-elemen ini dapat mengembang akibat hasil dair tumor, trauma, edema,
pendarahan dan dilatasi pembuluh darah serebral. Tekanan intrakranial dipantau untuk
memperoleh refleksi status intrakranial secara terus menerus.
Tujuan memantau TIK adalah untuk (1) mengidentifikasi tekanan awal dalam proses
(sebelum terjadi kerusakan serebral), (2) menghitung derajat abnormalitas, (3) memulai
tindakan yang tetap, (4) memberikan akses pada CSS untuk samping untuk drainase, (5)
mengevaluasi kkeefektifan tindakan.
Banyaknya jumlah alat yang tersedia untuk memantau ITP berdasarkan sensor atau
transduser yang disambung ke kateter intraventrikular atau diimpilantasikan ke tengkorak .Tipe
standar adalah kateter intraventrikular, sekrup atau bolt subrakhnoid, dan alat pencatat tekanan.
Kateter berujung transduser serat optik adalah alternatif dari alat ini.
Pemantauan Kateter Ventrikular. Pada pemantauan kateter ventrikular suatu kateter
halus dimasukkan ke dalam ventrikel lateral, dengan pemuntir drill atau lubang burr. Kateter
disambungkan dengan cara sistem penuh-cairan ke transduser, yang merekam tekanan dalam
bentuk impuls listrik. Selain itu mendapatkan rekaman TIK kontinu, kateter ventrikular
memungkinkan CSS mengalir, terutama selama peningkatan akut pada tekanan
Ventrikulustomi juga dapat digunakan untuk mengalir ventrikel darah.
Metode pemantauan ini bermanfaat pada pasien dengan tumor otak infratentorial dan
aneorisma. Juga,drainase kontinu cairan ventrikular dibawah kontrol tekanan dibawah dalam
metode efektif pengobatan hipertensi intrakranial keuntungan lain dari keteter ventrikular
menetap adalah rute yang memberinya pemberian medikasi intraventrikular dan intilasi udara
atau media kontras untuk ventrikulografi.
Komplikasi meliputi infeksi ventrikular, meningitis, kolaps ventrikular, sumbatan
kateter oleh jaringan otak atau darah, dan masalah dengan sistem pemantauan .
Sekrub subarakhnoid. Sekkrub subarkhnoid (bolt) adalah sekrub berlubang yang
dipasang melalui tengkorak dan dura mater ke ruang subarakhnoid kranial. Tindakan ini
mempunyai keuntungan yaitu tidak memerlukan fungsi ventrikular. Sekrub subrakhnoid
dipasang melalui lubang kecil di tengkorak dibawah anstesialokal; alat ini disambungkan
transduser tekanan, dan outputnya direkam pada oskiloskop untuk pemantauan kontinu.
Teknik sekrub berlubang permanfaat pada pasien dengan trauma kepala dan mereka
dengan tumor otak supratentorial. Teknik ini mempunyai keuntungan tambahan berupa
menghindari komplikasi dari pergeseran otak dan ukuran ventrikel kecil. Komplikasi meliputi
blok sekrub oleh benguan atau jaringan otak yang menimbulkan hilangya jejak tekanan dan
menurunnya ke akuratan pembacaan tinggi TIK.
Jaringan kerja stopkock sekali pakai di gunakan untuk baik kateter ventrikular dan
sistem pemantauan sekrub berlubang untuk menghubungkan pasien ketransdusar tekanan dan
sistem display. Jaringan kerja ini mengandung stopkock tiga jalur yang disambungkan
kesekrub atau kateter ventrikular dan selang berisi salin yang tidak dapat digembungkan yang
di arahkan dari jalur keluar stopkock tiga jalur manipol yang mengandung transduser tekana.
Transduser tekanan mentransmisikan bentuk gelombang melalui sirkuit listrik ke sistem
dispaly untuk pemantauan kontinu. Sistem ini dibilas dengan salin normal pada interval yang
di tentukan untuk mempertahankan alat paten.
Pemantauan epidural. Metode selain untuk pemantauan TIK memerlukan implantasi
transdusal miniatur didalam ruang epdural, biasanya melalui lubang burr ditengkorak. Salah
satu tipe mode pemantauan TIK epidural adalah sensor aliran pneumatik, yang berfungsi pada
dasar non-listrik. Sistem pemantauan epidural pneumatik ini mempunyai insiden infeksi rendah
dan komplikasi dan tampknya membaca tekanan dengan akurat. Kalibrasi sistem dipertahankan
secara automatik, dan gelombang tekanan abnormal mencetuskan sistem alarm. Satu kerugian
pada karkatek epidural adalah ketidakmampuan untuk menarik CSS untuk analisis.
Kateter berujung transduser serat optik. Kateter berjuang transdusel serat optik makin
banyak digunakan sebagai alternatif untuk sistem subrural intravaskuler standar, subarakhnoid,
dan subrural. Transduser miniatur mereplikasikan perubahan tekanan, yang diubah oelh sinyal
listrik dalam amplifier dan di tunjukan pada monitor digital. Kateter berjuang tranaduser serta
optik dapat di pasang kedalam ventrikel, ruang subarakhnoid,ruang subdural,atau parenkim
ginjal atau dibawah flap tulang.
Bentuk-Bentuk Gelombang TIK
TIK tidak dalam keadaan tetapi berpluktuasi, seperti ditunjukan oleh gelombang tekanan tinggi
dan lembang antara datar gelombang dari tekanan relatif normal. Gelombang ini telah
diklasifikasikan sebagai gelombang A (gelombang plateau) , geombang B, dan geombang C.
Gelombang plateau ( gelombang A ) adalah terjadinya peningkatan transien paroksimal
daritik yang dapat berkahir dari 5-20 menit dan rentang amplitudo antar 50-100 mmHg.
Gelombang plateal mempunyai signifikansi klinis dan menunjukan perubahan pada volume
vaskuler didalam kompartemen intrakranial yang mulai menurunkan perfusi serebral dan
kerusakan otak yang dapat terjadi sebelum dan tanda gejala nyata peningkatan TIK terlihat
secara klinis. Hal ini khususnya nyata pasien tidak sadar. Pariasi cepat gelombang tekanan
dapat menunjukan juga potensi situasi intrakranial serius. Karenanya, pemantauan TIK
memberikan evaluasi lebih objektif terhadap kecenderungan atau perubaham dini TIK dari
pada bentuk observasi lain.
Gelombang B dari durasi lebih pendek (39 detik sampai 2 menit ) dengan aplitudo lebih
kecil ( sampai 50 mmHg ). Gelombang ini mempunyai signifikasi klinis kecil tetapi, bila
terlihat pada pasien dengan penurunan kesadaran, dapat menunjukan adanya gelombang A.
Gelombang B dapat dilihat pada pasien dengan hipertensi intrakranial dang penurunan
komplian intrakranial.
Gelombang C kecil, oskilasi ritmik dengan frekuensi kira-kira 6 kali permenit .
gelombang ini tanpa dihubungkan dengan pariasi ritmik tekanan darah arteri sistimik dan
pernapasan .
Impilkasi klinis, TIK ditunjukan dengan tekanan cairan ventrikuler dan normalnya
berpeluaktuasi dalam rentang 0 sampai 10 mmHg (110 – 140 mm H2O). Peningkatan terus-
menerus di atas 15 mmHg (200 mmH2O) secara umum di pertimbangkan abnormal.
Impliaksi keperawatan . TIK di expresikan oleh tekanan cairan ventrikuler yang
normalnya berpluktuasi antara 10 sampai mmHg (110-140 mm H2O). Menigkat terus menerus
di atas 15 mmHg ( 200 mm H2O). Pada keadaan abnormal.
Implikasi keperawatan dari pemantauan TIK
kecenderungan pengukuran TIK yang lebih ketat penting di lakukan untuk megetahui
keadaan pasien. Bagaimanapun pengkajian pasien dengan pengukuran TIK hanya
menggunakan satu parameter. Pemeriksaann status neurologik dan plimiks berulang masih
penting dilakukan.
Teknik aseptik yang ketat digunakan pada saat melakukan beberapa bagian kegiatan
pada sistem pemantauan. Lihat tanda-tanda infeksi pada bagian yang di tusuk. Pantau ketat
tanda-tanda infeksi yaitu suhu tubuh pasien, denyut nadi, dan pernapasan. Semua penghubung
dan stopcok diperiksa adanya kebocoran, karena semua yang bocor dapat mengubah
pembacaan tekanan.
Bila TIK direkam, transduser dibuat pada titiki nol,biasanya 2,5 cm diatas telinga
dengan pasien pada samping posisi terlentang; titik ini berhubungan dengan tinggi foramen
monro (pembacaan tekanan CSS bergantung pada posisi pasien ). Unuk membaca pasien
selanjunya, kepala pasien harus berada posisi yeng relatif sama dengan trasnduser.
Kapanpun teknologi dikaitkan dengan penatalaksanaan pasien, perawat harus di
yakinkan bahwa tekonologi tetap berfungsi. Perhatian penting harus ditunjukan pasien-pasien
yang ditempatkan pada teknologi tersebut. Perbicara pada tekanan rendah dan sentuhan
perlahan pada tangan pasien atau manekan pipi mungkin bermanfaat dalam menurunkan stress
emosional .
Pasien dengan peningkatan TIK pada awalnya mungkin waspada dan berorientsai tanpa
adanya deviti neurologi, atau mungkin tidak responsif. Yang teliti, pebandingan temuan
observasi sebelumnya, dan intevensi dapat membantu dalam mencengah peningkatan TIK
yang mengancam hidup. Pengkajian terhadap pasien meliputi skala koma Glasgow, perubahan
pupil, perubahan postur, dan pengukuran TIK.
Pertimbangan gerontologik. Pasien geriatrik dengan peningkatan TIK dapat
menunjukan pada status mental mereka. Perubahan status mental mungkin akibat perubahan
TIK atau proses penuaan. Perawat perlu melibatkan keluarga pasien dalam mendapatkan
pengkajian data dasar teradap status mental. Pengkajain radiolik dapat menunjukan bahwa
pasien griatrik mengalami hematoma gronik atau lama; namun, keluarga mungkintidak
menyadari tentang pasien yang mengalami jatuh sendiri. Keluarga harus dilibatkan dalam
rencana tindakan sebanyak mungkin, karena memerlukan bantuan dirumah atau fasilitas
keperawatan jangka panjang.
Pemeriksaan elektrofisiologik
Pasien yang dengan peningkatan TIK dapat juga menjalani pemantuan elektro fisiologis.
Pemantauan potensial cetusan diketahui degan mengukur potensial listrik yang dihasilkan oleh
jaringan saraf dalam responnya terhadap stimulasi eksternal. Stimulasi eksternal dapat berubah
auditurius, fisual, atau sensorik. Uji diagnostik ini bermanfaat untuk mengikuti perjalanan
pasien akibat dalam keadaan, akibat-obat, pasien mendapat relaksam otot, atau suatu kondisi
dimana pemeriksaan fisik tidak dipercaya. Alat perkam EEG khusus digunakan untuk
mengevaluasi beberapa bentuk aktvitas EEG abnormal.tanggung jawab keperawtan utama
dalam menjamin bahwa elektrodah tidak berubah posisi dalam intervensi keperawatan paisen.
Paisen Tidak Sadar
Ketidaksadaran adalah kodisi dimana fungsi serebral terdepresi,di rentang dari stupor sampai
koma. Pada stupor , pasien menunjukan gejala mengabaikan stimulasi sesuatu yang tidak
mengenakkan , seperti cubitan tangan atau tepukan tangan yang keras, dan dapat menarik atau
membuat kerutan wajah atau bunyi yang tidak dapat dimengerti. Koma adalah keadaan klinis
ketidaksadaran dimana pasie tidak tanggap terhadap dirinya sendiri dan lingkungan. Mutisme
akinetik adalah keadaan tidak responsif pada lingkungan dimana pasien tidak membuat gerakan
atau bunyi tetapi keadaan membuka mata. Keadaan vegetatif persistem adalah salah satu
dimana pasien digambarkan sebagai terjaga tetapi tidak adanya isi kesadaran. Tanpa fungsi
mental atau kognitif yang efektif.
Evaluasi diagnostik
Uji laboratorium digunakan untuk mengidentivikasi penyebab ketidaksadaran yang mencakup
tes glukosa darah, elektrolit, amonia serum, nitroegn urea darah (BUN),
osmlalitas,kalsium,masa pembekuan,kandungan keton serum , alkohol,obat-obatan dan analisa
gas darah arteri.
Penatalaksanaan Medis
Proritas pertam tindakan terhadap pasie yang tidan sadar adalah memeberikan dann
mempertahankan jalan napas paten. Pasien dapat diimtuabasi melalui hidung atau mulut, atau
dilakukan trakeostom. Sampai di tetapkan pasien mampu pernapas sendiri pasien , maka mesin
fentilaator digunakan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Pemasangan kateter
intravena untuk digunakan mempertahankan keseimbangan cairan dan pemberian makanan
dilakukan selang makanan atau selang gastrotomis. Status sirkulasi pasien (tekanan darah,
frekuensi jantung) dipantau untuk mengetahui perfusi yang adekuat dan perfusi otak yang dapat
di pertahankan.
Komplikasi
Komplikasi yang memungkin kan terjaadi pada pasien yang tidak sadar meliputi gangguan
pernapasan, peneumonia, dekubitus,aspirasi. Gagal pernapasan dapat terjadi dengan cepat
setelah pasien tidak sadar. Jika pasien tidak dapat pernpas sendiri, beri dukungan perawat
dengan memberi pemberian ventilasi adekuat. Peneumonia umumnya terlihat pada pasien
yangg menggunakan ventilator atau mereka yang tidak dapat untuk mempertahankan
kebersihan jalan napas. Pasien tidak sadar tidak mampu untuk bergerak atau membalikkan
tubuh, hal ini menyebabkan dalam tetap pada posisi yang terbatas. Keadaan ini menyebabkan
pasien menglami dekubitus, yang akan mengalami refleks dan merupakan sumber sepsis.
Asprasi isi lambung atau makan dapat terjadi, yang mencetuskan terjadinya peneumonia atau
sumbatan jalan napas.

Anda mungkin juga menyukai