Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis. Selaput otak terdiri atas tiga
lapisan dari luar kedalam yaitu dura mater, arakhnoid, dan piamater. Dura mater terdiri atas
lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat
pada tulang dan terdapatsinus venosus.
Falks serebri adalah lapisan vertikal dura mater yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada
garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horisontal dari dura mater yang memisahkan
lobus oksipitalis dari serebellum. Arakhnoid merupakan membran lembut yang bersatu
ditempatnya dengan piamater, diantaranya terdapat ruang subrakhnoid dimana terdapat arteri
dan vena sersbri dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar
dari ruang subrakhnoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebellum
dan medula oblongata.

A.Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi meningitis?
2. Bagaimana pengkajian meningitis?
3. Bagaimana pemeriksa fisik meningitis ?
4. Bagaimana diaknosa meningiti ?
5. Bagaimana rencana intervensi meningitis

B.Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi meningitis?
2. Untuk mengetahui pengkajian meningitis?
3. Untuk mengetahui pemeriksa fisik meningitis ?
4. Untuk mengetahui diaknosa meningiti ?
5. Untuk mengetahui rencana intervensi meningitis
BAB II
PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Meningitis


Deskripsi
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis. Selaput otak terdiri atas tiga
lapisan dari luar kedalam yaitu dura mater, arakhnoid, dan piamater. Dura mater terdiri atas
lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat
pada tulang dan terdapatsinus venosus.
Falks serebri adalah lapisan vertikal dura mater yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada
garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horisontal dari dura mater yang memisahkan
lobus oksipitalis dari serebellum. Arakhnoid merupakan membran lembut yang bersatu
ditempatnya dengan piamater, diantaranya terdapat ruang subrakhnoid dimana terdapat arteri
dan vena sersbri dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar
dari ruang subrakhnoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebellum
dan medula oblongata.
Pia mater merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darahkecil yang menyuplai
darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Pia mater adalah lapisan yang langsung melekat
dengan permukaan otak ke seluruh medula spinalis.
Secara ringkas pengertian dari meningitis adalah radang pada meningen/membran (selaput)
yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi :
1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama
meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza.
2. Virus yang disebabkan oleh agaen-agen virus yang sangat bervariasi .
3. Organisme jamur.
Meningitis diklsiikasikan sesuai dengan faktor peyebabnya :
1. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah
druang subrakhnoid.
2. Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri
seperti meningokokus, stafilokokus, atau basillus influenza.
3. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebakan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningen umumnya dihubunngkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui salah satu
aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui
penekanan langsung seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil
pada beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif ( seperti
lumbal pungsi) atau alat-alat invasif (seperti alat pemantau TIK).
Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut meningitis aseptis. Tipe ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus seprti godok, herpes simpleks, dan herpes
zooter. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Mekanisme atau respon dari
jaringan otak bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial adalah suatu keadaan ketika meningens atau selaput dari otak mengalami
peradangan akinat bakteri. Sampai saat ini, bentuk palingt signifikan dari meningitis adalah
tipe bakterial. Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, Neisseria meningitis
(meningitis meningokokus), Streptococcus pneumoniae (pada dewasa), Haemophilus influenza
(pada anak-anak dan dewasa muda). Ketika organisme ini menyebabkan sekitar 75% kasus
meningitis bakteri. Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan
sekret dari hidungdan tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang
lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi pembawa
(carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif yang terjadi
pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorang yang
mengalami gangguan respons imun.
Pengkajian
Pengkajian keperawatan meningitis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial (pada anak perlu dikaji dampak
hospitalisasi).
Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa anaknya untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah panas badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat
kesadaran.
Riwayat Penyakit Saat Ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mngetahui jenis kuman penyebab.
Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan,
sembuh, arau bertambah buruk. Pada pengkajian klien meningitis, biasanya didapatkan
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan gejala awal tersebut biasanya sangat sakit kepala dan demam. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat
perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang,
stimulus apa yang sering menimbulkan kejang, tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang tersebut.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis
bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit.
Perubahan yang terjadi tergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu
terhadap proses fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma. Pengkajian lainnya
yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah menjalani
tindakan invasif yang memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama melalui
pembuluh darah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami oleh klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi prediposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami
infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastioditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, tindakan bedah saraf, riwayat terauma kepala, dan adanya pengaruh emmunoglobis pada
masa sebelumnya.riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada klien trutama apabila ada
keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat antituberkolosis yang sangat
berguana untuk mengidentifikasi meningitis tuborkolosis. Pengkajian pemakaian obat-obatan
yang sering digunakan klien, seperti pemakain obat kortikosteroid, pemakain jenis-jenis
antibiotik dan reaksinya ( untuk menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah
komprehensipnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan.
Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologi klien meningitis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperole persepsi yang jelas mengenai status emosi ,kognitif,dan perilaku
klien.sebagai besar pengkajian ini dapat diselesaikan melalui interaksi menyeluruh dengan
klien dalam pelaksanaan pengkajian lain dengan member pertanyaan dan tetap melakukan
pengawasan sepanjang waktu untuk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan
pikiran.pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit dan dideritanya dan perubahan peran klien dan keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ,aupun masyarakat.apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah(gangguan citra tubuh). Pengkajian
mengenai mekanisme koping yang secara sadar bisa digunakan klien selama masa stress
meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat in yang btelah
diketahui dan perubahan perilaku akibat stress.
Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini member dampak
pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit. Perawatan juga memasukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif
keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang di akibatkan
oleh devisi neurologis dalam hubungan dalam peran sosialklien dan rencana pelayanan yang
akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam system dukungan individu.
Pada pengkajian klien anak, perlu di perhatikan dampak hospitalisasi pada anak dan
family center. Anak dengan meningitis sanggat rentan terhadap tindakan invasive yang sering
dilakukan untuk mengurangi keluhan, hal ini stres anak akan menyebabkan anak stress dan
kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis. Pengkajian psikososial yang
terbaik di laksanakan saat mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan
orang tua. Anak-anak sering kali tidak maupun untuk mengekspresikan perasaan mereka
melalui tingka laku.
Pengkajian fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengerah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sanggat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
Pengkajian fisik sebaiknya di lakukan secara per system(B1-B6)dengan focus pada
pemeriksaan B3(brain)yang terara dan hubungan keluhan-keluhan dari klien.
Pemeriksaan fisik di mulai dengan memeriksa tanda-tanda vital(TTV).pada klien
meningitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal,yaitu37-410 C,di
mulai dari fase sistemik,kemerahan,panas,kulit kering,berkeringat,keadaan ini biasanya di
hubungkan dengan prosen inflamasi dan iritasi meningitis yang sudah menggangu pusat
pengatur suhu tubuh .penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.apabila disertai peningkatan frekuensi pernapasan sering berhubungan
dengan peningkatan laju metabolism umum dan adanya infeksi pada system pernapasan belum
mengalami meningitis .tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda
peningkat TIK.
B1(BREA THING)
Inspeksi apakah klien batuk,produksi sputum,sesak napas, penggunaan otot bantu napas
,dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering di dapatkan pada klien meningitis yang
disertai adanya gangguan pada system pernapasan,palpasi thoraks hanya di lakukan apabila
terdapat devormataspada tulang dada pada kliendengan efusi pleura massif(jarang terjadi pada
klien dengan meningitis).auskultasi bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada klieen dengan
meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari paruh.
B2(BLOOD)
Pengkajian pada system kardiovaskular terutama dilakukan pada klien meningitis pada
tahap lanjut seperti apabila klien mengalami renjatan (syok)infeksi fulminating terjadi pada
sekitar 10% klien dengan meningitis meningokous, dengaan tanda-tanda septikomia;demam
tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi perpurah yang menyebar(sekitar wajah dan
ekstremitas),syok,dan tanda-tanda koagulasi intravaskuler diseminata (disseminated
intravascular coagulation-DIC). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah
serangan infeksi.
B3(BRAIN)
Pengkajian B3(brain)merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan
pengkajian pada system lainnya .
Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter
yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan proses
terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk difungsi sistem persarafan.
Beberapa sistem di gunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan
kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat
litergi,stupor,dan semikomatosa,apabila klien sedah mengalami koma maka penilaian GCS
sanggat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk memantau
pemberian asuhan keperawatan.
Fungsi serebri
Status mental;obsevasi penampilan kliendan tingkah lakunya nilai gaya bicara klien dan
observasi ekspresi wajah dan aktifitas motorik yang pada klien meningitis tahap lanjit biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf cranial
Saraf I.biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak
ada kelainan
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.pemeriksan papiledema
mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serabri dan efusi
subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung lama.
Saraf III,IV dan VI.pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klen meningitis yang
tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tampa kelainan.pada taham lanjut meningitis yang
telah menggangu kesadaran,tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan
didapatkan . dengan alasan yang tidak diketahui ,klien meningitis mengeluh mengalami
fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap cahaya
Saraf V.pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan reflex
kornea biasanya tidak ada kelainan
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetri
Saraf VIII,tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik
Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha dari klien
untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk(rigiditas nukal)
Saraf XII. Lidah simetris tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi. Indra
pengecapan normal
Sistem motorik
Kekuatan otot menurun ,control keimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap
lanjut mengalami perubahan.
Pemeriksaan refleks
pemeriksaan refleks dalam,pengetukam pada tendom, ligementumatau periisteum
derajat refleks pada respons normal.refleks potologis akan didapatkan pada klien
meningitisdengan tidak kesadaran komo.adanya refleks babinski (+)merupakan tanda adanya
lesi UMN.

gerakan involunter
tidak ditemukan adanya tremor,kedutan saraf, dan distronia,pada keadaan tertentuklien
biasanya mengalami kejang umum,terutama pada anak dengan meningitis dengan di sertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi kejang dan peningkatan TIK juga berhungan dengan
meningitis,kejang terjadi sekunder akibat area vocal kortikal yang peka.
Sistem sensorik
pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensari raba,nyeri,dan suhu
normal,dan tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh .sensai proprioseptif dan
diskriminatif normal.
pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan peningkatan TIK.
Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudet perulen dan edema serebri terdiri atas
perubahan karateristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardia).,pernapasan tidak terratur,sakit kepalah,munta,dan penurunan tingkat kesadaran.
adanya ruam merupakan salah satru cirri yang menyolok pada meningitis
meningokokal(neisseria meningitis).sekitar setengah dari semua klien dengan tipe meningitis
meengalami lesi-lesi pada kulit diantarannya ruam petekia dengan lesi purpura sampai
ekimosis pada daera yang luas
iritasi menigenmengakibatkan sejumlah tandayang mudah di kenali yang
umumnyaterlihat pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah rigiditasnukal,tanda
kering (+)dan adanya tanda brutzinski,kaku kuduk adalah tanda awal,adanya upaya untuk
fleksi kepala mengalami kesyukurankarena adanya spasme otot-otot leher.fleksi
paksaanmenyebabkan nyeri berat(dapat dilihat pada gambar 3-2 kiri)
Gambar 3-2.(kiri)pemeriksaan untuk melihat adanya tanda kaku kuduk (rigiditas
nukal). Bila leher ditekuk secara pasif akan terdapat tahanan,sehinga dagu tidak dapat
menempel pada dada,(kanan)periksaan untuk melihat adanya tanda kering .cara periksaan
dengan fleksi tungkai atas tegak lurus kemudian di coba untuk kelurusan tingkai bawah pada
sendi lutut. Normal di dapatkan apabila tungkai bawah membentuk sudut 135 derajat terhadap
tungkai atas. Hasil kering(+)bila didapatkan ekstensi lutut pasif terdapat hambatan karena
adanya nyeri.
Tanda kering*positif;ketika klien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna (dapat dilihat pada gambar 3-2
kanan)
Tanda brudzinski; tanda ini di dapatkan apabila leher klien difleksikan ,maka dihasilnya
fleksi lutut dan pinggul:bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bahwa pada salah satu sisi,
maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan(dapat dilihat pada
gambar 3-3 A dan B).
Gambar 3-3. Pemeriksaan untuk melihat adanya tanda brudzinski.(A)pemeriksaan
brudzinski I dengan meletakan sutu tanganpemeriksaan di bawah kepaala klien dan tangan lain
di dada klien untuk mencegah agar badan tidak terangkat .kemudian kepala klien difleksikan
ke dada secara positif. I(+)bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi pangul dan sendi
litut (lihat panah). (B)brudzinski II (+)bila di dapatkan fleksi tungkai klien pada sendi panggul
secara positif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sandi pangul dan lutut(lihat panah)
B4(BLANDDER)
pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume
haluaran urine,hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke
ginjal
B5(BOWEL)
mual sampai muntah karena peningkatan produksi asaam lambung ,pemenuhan nutrisi
pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6(BONE)
adanya bengkan dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan
kaki). Patekia dan lesi purpura yang di dahului oleh ruam. Pada penyakityang berat dapat
ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstremitas .klien sering mengalami penurunan
kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu aktivitas hidup sehari-
hari(ADL)
Pengkajian pada anak
pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa hal ini disebabkan
pengkajian anamnesis lebih banyak dengan orang tua dan pemeriksaan fisik berbeda karena
belum sempurnanya orang pertumbuhan terutama terutama pada neonates.
pengkajian yang biasa di dapatkan pada anak bergantung pada usia anak dan luasnya
penyebaran infeksi dimenigen.hal lainya yang memengaruhi klinis pada anak adalah tipe
organisasi yang menginvasi menigen dan seberapa besar keefektifan pemberian terapi, dalam
hal ini adalah jenis antibiotic yang dipakai sanggat berpengaruh terhadapgejala klinis pada anak
untuk memudahkan penilaian klinis ,gejala meningitis pada anak di bagi menjadi tiga meliputi
anak,bayi,dan neonates.
pada anak, manifestasi klinuknyaadalah timbul sakit secara tiba-tiba,adanya
demam,sakit kepala,panas dingin,munta,dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat rewel dan
agitasi serta dapat berkembang menjadi fototabia, delirium,halusinasi, tingka laku yang agresif
atau mengantuk,stupor,dan koma.gejala atau gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal
seperti sesak nafas, muntah,dan diare, tanda yang khas adalah adanya tahanan pada kepala jika
di fleksikan ,kaku leher, tanda kering dan brudzinski(+)akibat perfusi yang tidak optimal
biasanya memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosis. Gejala lainnya yang lebih
spesifik seperti petekia/purpura pada kulit sering di dapatkan apabila anak mengalami infeksi
meningokokus (meningokoksemia),kluarnya cairan pada telinga merupakan gejala khas pada
anak yang mengalami meningitis peneumokokus dan sinus dermal congenital terutama di
sebabkan oleh infeksi E.colli
pada bayi, manifestasi klinis biasanyapampak pada umur 3 bulansampai 2 tahun dan
sering ditemukan adanya demam, nafsu makan menurun,muntah,rewel,mudah lelah,kejang-
kejang,dan menangis meraung-raung tanda khas di kepala adalah fontanel menonjol kaku
kuduk merupakan tanda meningitis pada anak, sedangkan tanda-tanda brudzinski dan kering
dapat terjadi namun lambat atau pada kasus meningitis pada tahap lanjut.
pada neonates,biasanya masih sukar untuk di ketahui karena manifestasi klinisnya tidak
jelas dan tidak spesifik, namun pada beberapa keadaan gejalanyamempunyai kemiripaan
dengan anak yang lebih besar,neonates biasanya menolak untuk makan,kemampuan untuk
menetek buruk ,gangguan gastrointestinal berupa munta dan kadang-kadang ada diare,tonus
otot lemah,pergerakan dan kekuatan meningitis melemah,pada kasus lanjut terjadi
hipotermia/demam,ikterus,rewel,mengantuk,kejang-kejang,frekuensi nafsu tidak
teratus/apnea, sionosispenurunan berat badan ,tanda fontanel menonjol mungkin ada atau tidak.
Leher fleksibel,yaitu tidak didapatkan adanya kaku kuduk,pada fase yang lebih beratterjadi
kolaps kardiovaskuler , kejang-kejang dan apnea biasanya terjadi bila tidak diobatiatau tidak
dilakukan tindakan yang cepat.
pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan diagnostik rutin pada klien meningitis meluputi laboratorium klinik rutin
(Hb,leukosit,LED, trombosit, retikulasit, glukosa).pemeriksaan faal hemostatis diperlukan
untuk mengetahui secara awal adanya DIC.serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratoriun yang khas pada meningitis adalah analisis cairan otak. Lumbal
pungsi tidak bisa dikerjakan pada klien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Analisis
cairan otak diperiksa untuk mengetahui jumlah sel, protein, dan konsentrasi diagnosa. Kadar
glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya, kadar glukosa
cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan
otaknya menurun dari nilai normal.
Untuk lebih spesifik mengetahui jenis mikroba, maka organisme penyebab infeksi dapat
diidentifikasi melalui kultur kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counter immuno
electrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan
tubuh, umumnya cairan sersbrospinal dan urine.
Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis pasien meliputi foto Rontgen paru, CT scan
kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan adanya edema serebri atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan
dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi
dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksaan pengobatan meningitis meliputi :
Pemberian antibiotik yang mampu melewati barier, darah otak ke ruang subrakhnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Biasanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotik
agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa)
:
 Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2 kali sehari maksimal 200 mg selama 1 ½
tahun.
 Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
 Sterptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM , 1-2 kali sehari selama 3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial) :
 Sefalosforin generasi ketiga
 Amfisilin 150-200 mg (400 mg)/kgBB/24 jam, IV, 4 kali sehari.
Pengobatan simtomatis :
 Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kgBB/dosis, atau rektal : 0,4-0,6 mg/kgBB
atau Fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 kali sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam,
3 kali sehari.
 Antipiretik : parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
 Antiedema serebri : Deuretik osmoptik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
 Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
 Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : Pemberian tambahan volume
cairan intravena.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema pada
otak dan selaput otak.
2. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial,
penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret,
penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran.
4. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan perubahan tingkat
kesadaran, depresi pusat napas di otak.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan infeksi meningokokus.
6. Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
7. Hipertermia yang berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan peningkatan
metabolisme umum.
8. Resiko tinggi defisit cairan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan demam.
9. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari, kebutuhan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
10. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan adanya kejang berulang, fiksasi kurang
optimal.
11. Gangguan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum.
12. Resiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan
prognosis penyakit, perubahan psiko-sosial, perubahan persepsi kognitif, perubahan
aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan.
13. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit dan perubahan kesehatan.
Rencana Intervensi
Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema
pada otak dan selaput otak.
Data penunjang : Malaise, pusing, nausea, muntah, iritabilitas, kejang, kesadaran menurun
bingung, delirium, koma. Perubahan refleks-refleks, tanda-tanda neurologis, fokal pada
meningitis, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (bradikardi, tekanan darah
meningkat), nyeri kepala hebat.
Tujuan : Dalam waktu 3*24 jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan otak
meningkat.
Kriteria hasil : Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, disorentasi negatif, konsentrasi
baik, perfusi jaringan dan oksigenasi baik, tanda-tanda vital normal, dan syok dapat
dihindari.
Intervensi Rasionalisasi
Monitor klien dengan ketat terutama setelah Untuk mencegah nyeri kepala yang
lumbal pungsi. Anjurkan klien berbaring menyertai perubahan tekanan intrakranial.
minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi.
Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang
intrakranial selama perjalanan penyakit (nadi harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi
lambat, tekanan darah meningkat, kesadaran awal.
menurun, napas irreguler, refleks pupil
menurun, kelemahan).
Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tiap Perubahan-perubahan ini menandakan ada
5-30 menit. Catat dan laporkan segera perubahan tekanan intrakranial dan penting
perubahan-perubahan tekanan intrakranial ke untuk intervensi awal.
dokter.
Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerakan- Untuk mencegah peningkatan tekanan
gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring. intrakranial.
Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati- Untuk mengurangi tekanan intrakranial.
hati, cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak
perlu dari kepala dan leher, hindari fleksi
leher.
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan Untuk mencegah keregangan otot yang dapat
klien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan menimbulkan peningkatan tekanan
enema). Anjurkan klien untuk intrakranial.
menghembuskan napas dalam bila miring
dan bergerak ditempat tidur. Cegah posisi
fleksi pada lutut.
Waktu prosedur perawatan disesuaikan dan Untuk mengurangi eksitasi yang merangsang
diatur tepat waktu dengan periode relaksasi; otak yang sudah iritasi dan dapat
hindari rangsangan lingkungan yang tidak menimbulkan kejang.
perlu.
Beri penjelasan kepada keadaan lingkungan Untuk mengurangi disorientasi dan untuk
pada klien. klarifikasi persepsi sensorik yang terganggu.
Evaluasi selama masa penyembuhan Untuk merujuk ke rehabilitasi.
terhadap gangguan motorik, sensorik, dan
inteelektual.
Kolaborasi pemberian steroid osmotik. Untuk menurunkan tekanan intrakranial.

Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial,


penekanan jaringan otak dan edema serebri.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu 3*24 jam.
Kriteria hasil : Klien tidak gelisah, tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah,
GCS :4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri Deteksi dini untuk memprioritaskan
intervensi, mengkaji status neurologis/tanda-
Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan
tanda kegagalan untuk menentukan
individu/penyebab koma/penurunan
perawatan kegawatan atau tindakan
perfusijaringan dan kemungkinan penyebab
pembedahan.
peningkatan TIK.
Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebri
terpelihara dengan baik atau fluktuasi
ditandai dengan tekanan darah sistemik,
penurunan dari otoregulator kebanyakan
merupakan tanda penurunan difusi lokal
vaskularisasi darah sersbri. Dengan
peningkatan tekanan darah intrakranial.
Adanya peningkatan tekanan darah,
bradikardi, disritmia, dispnea merupakan
tanda terjadinya peningkatan TIK.
Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman, dan Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari
reaksi terhadap cahaya. bola mata merupakan tanda dari gangguan
saraf jika batang otak terkoyak. Reaksi pupil
diatur oleh saraf ketiga kranial
(okulomotorik) yang menunjukkan keutuhan
batang otak, ukuran pupil menunjukkan
keseimbangan antara parasimpatis dan
simpatis. Respon terhadap cahaya
merupakan kombinasi fungsi dari saraf
kranial 11 dan 111.
Monitor temperatur dan pengaturan suhu Panas merupakan refleks dari hipotalamus.
lingkungan. Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2
akan menunjang peningkatan TIK.
Pertahankan kepala/leher pada posisi yang Perubahan kepala pada satu sisi dapat
netral, usahakan dengan sedikit bantal. menimbulkan penekanan pada vena jugularis
Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada dan menghambat aliran darah otak
kepala. (menghambat drainase pada vena serebri),
sehingga dapat menimbulkan tekanan
intrakranial.
Berikan periode istirahat antara tindakan Tindakan yang terus-menerus dapat
perawatan dan batasi lamanya prosedur. meningkatkan TIK oleh efek rangsangan
kumulatif.
Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa Memberikan suasana yang tenang (colming
nyaman seperti masase (massage) punggung, effect) dapat mengurangi respons psikologis
lingkungan yang tenang, sentuhan yang dan memberikan istirahat untuk
ramah, dan suasana/pembicaraan yang tidak mempertahankan TIK yang rendah.
gaduh.
Cegah/hindari terjadinya valsava manuver. Mengurangi tekanan intratorakal dan
intraabdominal sehingga menghindari
peningkatan TIK.
Palpasi pada perbesaran/pelebaran kandung Dapat meningkatkan respon outomatik yang
kemih, pertahankan drainase urine secara potensial meningkatkan TIK.
paten jika digunakan dan juga monitor
adanya konstipasi.
Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) Meningkatkan kerja sama dalam
dan keluarga tentang sebab-akibat TIK meningkatkan perawatan dan mengurangi
meningkat. kecemasan klien.
Observasi tingkat kesadaran dengan GCS. Perubahan kesadaran menunjukkan
peningkatan TIK dan berguna menentukan
lokasi dan perkembangan penyakit.
Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi. Menurunkan hipoksemia dapat
meningkatkan vasodilatasi serebri, volume
darah, dan menurunkan TIK.
Berikan vairan intravena sesuai dengan yang Pemberian cairan IV dapat menurunkan
diindikasi. edema serebri, peningkatan minimum pada
pembuluh darah, dapat menurunkan tekanan
darah dan TIK.
Berikan obat osmotik diuresis seperti Diurerik dapat digunakan pada fase akut
manitol, furosid. untuk mengalirkan cairan dari sel otak serta
menurunkan edema serebri dan TIK.
Berikan steroid seperti deksametason, Untuk menurunkan inflamasi (radang) dan
metilprednisolon. mengurangi edema jaringan.
Berikan analgesik narkotik seperti kodein. Mungkin diindikasiukan untuk mengurangi
nyeri dan obat ini berefek negatif pada TIK
tetapi dapat digunakan dengan tujuan untuk
mencegah dan menurunkan sensasi nyeri.
Berikan antipiretik seperti asetaminofen. Menurunkan metabolisme serebri/oksigen.
Monitor hasil laboratorium sesuai dengan Membantu memberikan informasi tentang
indikasi seperti prothtrombin, LED. efektifitas pemberian obat.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan denga akumulasi sekret,
penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah di berikan tindakan, jalan napas kembali efektif.
kriteria hasil : Secara subjektif sesak napas (-), frekuensi napas 16-20x/mnt, tidak
menggunakan otot bantu napas, retraksi ICS (-/-), dapat mendemostrasikan cara betuk efektif.
Intervensi Rasionalisasi
Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas Memantau dan mengatasi komplikasi
tambahan, perubahan irama dan kedalaman, potensial. Pengkajian pungsi pernapasan
penggunaan otot-otot aksesori, warna, dan dengan interval yang teratur adalah penting
kekentalan seputum. karena pernapasan yang tidak efektif dan
adanya kegagalan, akibat adanya kelemahan
atau paralisis pata otot-otot interkostal dan
diafragma berkembang dengan cepat.
Atur posisi fowler dan semifowler. Peningian kepala tempat tidur memudahkan
pernapasan, meningkatkan ekspensi dada,
dan meningkatkan batuk lebih efektif.
Ajarkan cara batuk efektif. Klien berada pada risiko tinggi bila tidak
dapat batuk dengan efektif untuk
membersihkan jalan napas dan mengalami
kesulitan dalam menelan, sehingga
menyebabkan aspirasi saliva dan dan
mencetuskan gagal napas akut.
Lakukan fisiotrapi dada; vibrasi dada. Terapi fisik dada membantu meningkatkan
batuk lebih efektif.
Penuhi hidrasi cairan via oral seperti minum air Pemenuhan caian dapat mengencerkan
putih dan pertahankan asupan cairan mukus yang kental dan dapat membantu
2500ml/hari. pemenuhan cairan yang banyak keluar dari
tubuh.
Lakukan pengisapan lendir di jalan napas. Pengisapan mungkin diperlukan untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas
menjadi bersih.

Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang/rasa sakit terkendali
Kerikteria hasil :klien dapat tidur dengan tenang , wajah rileks, dan klien memverbalisasikan
penurunan rasa sakit
intervensi Rasional
Usahakan membuat lingkungan yang aman Menurunkan reaksi terhadap rangsangan
dan tenang. eksternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan klien untuk beristirahat.
Kompres dingin ( es) pada kepala. Dapat menybabkan vasokonstriksi pembuluh
darah otak.
Lakukan penatalaksanaan nteri dengan Membantu menurunkan (memutuskan )
metode distraksi dan relaksasi napas dalam. stimulasi sensasi nyeri.
Lakukan latihan gerak aktif atau pasip sesuai Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
kondisi dengan lembut dan hati-hati. tegang dan dapat menurunkan nyeri/rasa tidak
nyaman.
Kolaborasi pemberian analgesik Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa
sakit. Catatan: narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada setatus
neurologis sehingga sukar untuk dikaji.

Resiko tinggi cedra yang berhubungan dengan adanya kejang berulang, fiksasi
kurang optimal
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan, kelien bebas dari cedra yang disebabkan oleh
kejan dan penurunan kesadaran.
Krikteria hasil : klien tidak mengalami cedra apa bila ada kejang berulang.
Intervensi Rasional
Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut, dan Gambaran iritabilitas sistem saraf pusat
otot-otot muka lainnya. memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Persiapan lingkungan yang aman seperti Melindungi klien bila kejang terjadi.
batasan ranjang, papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat kelien.
Pertahanan bedrest total selama fase akut.
Mengurangi resiko jatuh/cedra jika terjadi
vertigo dan ataksia.
Kolaborasi pemberian terapi ; diazepam, Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
fenobarbital. Catatan : fenobarbital dapat menyebabkan
depresi pernapasan dan sedasi.

Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidak
mampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
Tujuan : kebuthan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam .
Karakteristik hasil : Turgot baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan
menelan, sonde dilepas, berat badan meningkat 1 kg, Hb dan albumin dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Obervasi tekstur dan turgor kulit. Mengetahui status nutrisi klien.
Lekukan oral higiene Kebersihan mulut merangsang nafsu makan.
Observasi asupan dan keluhan. Mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
Observasi posisi dan kebersihan sonde. Untuk menghundari risiko infeksi/iritasi
Tentukan kemampuan klien dalam Untuk menetapkan jenis makanan yang akan
mengunyah, dan adanya sekret. diberikan pada klien.
Kaji kemampuan klien dalam menelan, Dengan mengkaji faktor-faktor tersebut
batuk, atau hiperaktivitas bising usus. dapat menentukan kemampuan menelan
klien dan mencegah resiko aspirasi.
Auskultasi bising usus, amati penurunan atau fungsi gastrointestinal bergantung pada
hiperaktivitas bising usus. kerusakan otok. Bisisng usus menentukan
respon pemberian makan atau terjadinya
komplikasi misalnya pada ileus.
Timbang berat badan sesuai indikasi. Untuk mengevaluasi efektifitas dari asupan
makanan.
Berikan makanan dengan cara meninggikan Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi.
kepala.
Letakan posisi kepala lebih tinggi pada Untuk klien lebih mudah untuk menelan
waktu, selama dan sesudah makan. karena gaya gravitasi.
Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka Membantu dalam melatih kembali sensorik
membuka mulut secera manual dengan dan meningkatkan kontrol muskular.
menekan ringan di atas bibir/dibawah dagu
dibutuhkan.
Letakan makanan pada daerah mulut yang Memberika stimulasi sensorik ( termaksut
tidak terganggu. rasa kecap ) yang dapat mencetuskan usaha
untuk menelan dan meningkatkan masukan.
Berikan makan dengan perlahan pada Klien dapat berkonsentrasi mekanisme
lingkunga yang tenang. makan tanpa adanya distraksi dari luar.
Mulailah untuk memberikan makan per oral Makanan lunak/cair mudah untuk
setengah cair dan makan lunak ketika klien dikendalikan di dalam mulut dan
dapat menelan air. menurunkan terjadinya aspirasi.
Anjurkan klien mengunakan sedotan untuk Mengukan otot fasial dan otot menelan
minum. menurunkan resiko terjadinya tersedak
Anjurkan klien untuk berpartisivasi dalam Dapat meningkatkan pelepasan endorfin
program latihan/kegiatan. dalam otak yang menigkatkan napsu makan.
Kolaborasi dengan tim dokter untuk Mungkin diperlukan untuk memberikan
memberika cairan melalui IV atau makanan cairan penganti dan juga makanan jika klien
melalui selang. tidak mampu untuk memasukan segala
sesuatu melalui mulut.

Resiko tinggi koping individual dan keluarga tidak evektif yang berhubungan dengan
prognosisi penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan
aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah intervensi harga diri klien meningkat.
Krikteria hasil : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Mentukan bantuan untuk individu dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan. menyusun rencana perawatan atau pemilih
intervensi.
Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan
disfungsi pada klien. mengatur perubahan fungsi secara efektif
dengan sedikit penyesuain diri, sementara
klien yang lain mempunyai kesulitan
mengenal dan mengatur kekurangan.
Anjurkan klien untuk mengspresikan persaan Menunjukan penerimaan, membatu klien
termaksuk permusuhan dan kemarahan. untuk mengenal dan mulai menyesuaikan
dengan persaan tersebut.
Catatan ketika klien menyatakan pertanyaan Mendukung penolakan terhadap bagian
pengakuan terhadap penolakan tubuh, seperti tubuh atau perasaan negatif terhadap
sekarat atau mengingkari dan menyatakan gambaran tubuh dan kemampuan yang
ingin mati. menujukan kebutuhan dan intervensi serta
dukung emosional.
Ingatkan kembali fakta kejadian tentang Membatu klien untuk melihat bahwa perawat
realita bahwa masih dapat menggunakan menerima kedua bagiansebagai bagia dari
sisis yang sakit dan belajar mengontrol sisi seluruh tubuh. Membiarkan klien untuk
yang sehat. merasakan adanya harapan dan menerima
situasi baru.
Bantu dan ajurkan perawatan yang baik dan Membantu meningkatkan perasaan harga diri
memperbaiki kebiasaan. dan mengendalikan lebih dari satu area
kehidupan.
Anjurkan orang terdekat untuk mengijinkan Menghidupkan kembali perasaan
klien melakukan sebanyak-banyaknya hal- kemandirian dan membantu perkembangan
hal untuk dirinya. harga diri serta mengetahui prosos
rehabilitasi.
Dukung prilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
peningkatan minat atau partisivasi dalam dan mengerti tentang peran individu masa
aktivitas rehabilitasi. mendatang.
Dukung pengunaan alat-alat yang dapat Meningkatkat mempuan untuk membantu
membantu adaptasi klien seperti tongat, alatpemenuhan kebutuhan pisik dan menunjukan
bantu jalan, tes panjangukur katetr. posisis untuk lebih aktif dalam kegitan sosial.
Monitor gangguan tidur peningkatan Dapat mengidikasikan terjadinya depresi
kesulitan konsentrasi, dan menarik diri. umumnya terjadi sebagai pengatur dari
stroke, ketika intervensi dan evaluasi lebih
lanjut diperlukan,
Kolaborasi : Rujuk pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
dan konseling bila ada indikasi. penting untuk perkembangan persaan.

Cemas yang berhubungan dengan ancaman, dan perubahan kesehatan.


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah intervensi kecemasan hilang atau berkurang.
Krikteria hasil : Mengnal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang
mempengaruhinya, dan menyatakan cemas berkurang.
Intervensi Rasionalisasi
Bantu klien mengespresikan perasaan marah, Cemas berkelanjutan memberikan dampak
kehilangan, dan takut. serangan jantung selanjutnya.
Kaji tanda verbal dan nonverval kecemasan, Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan
dampingi klien, dan lakukan tindakan bila rasa agitasi, marah dan gelisah.
menunjukan prilaku merusak.
Hindari komfrantasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerjasama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan.
Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rangsanga eksternal yang tidak
mengurangi kecemasan. Beri lingkungan perlu.
yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Tingkat kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien ( dan dalam menurukan
ketakutan ) dengan cara memberika
informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap
sumber-sumber koping ( pertahanan diri),
yang positif, membantu latihan relaksasi, dan
teknik-teknik penglihat dan berika respons
balik yang positif.
Orientasikan klien terhadap prosedur rutin Orintasi dapan menurunkan kecemasan.
dan aktivitas yang diharapkan.
Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
mengungkapkan kecemasannya. kekhawatiran yang tidak di ekspresikan.
Berikan privasi untuk klien dan orang Memberi waktu untuk mengekspresikan
terdekat. perasaan, menghilangkan cemas, dan
membantu prilaku adaptasi.
Adanya keluarga dan teman=teman yang
dipilih klien melayani aktivitas dan
pengalihan ( misalnya membaca ) akan
menurunkan perasaan terisolasi.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahNyalah
sehingga makalah Menengitis ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing .

Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca umumnya.

DARLIN.,S.Kep.,Ns.,MN

ASUHAN KEPERAWATAN KELIEN DENGAN


MENINGITIS
OLEH

LINDAYANI
KIKI FATMAWATI
HERIYATI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALAH WALUYA
KENDARI
TAHUN
2016

Anda mungkin juga menyukai