PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Secara anatomi meningen menyelimuti otak dan medulla spinalis. Selaput otak terdiri atas tiga
lapisan dari luar kedalam yaitu dura mater, arakhnoid, dan piamater. Dura mater terdiri atas
lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat
pada tulang dan terdapatsinus venosus.
Falks serebri adalah lapisan vertikal dura mater yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada
garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horisontal dari dura mater yang memisahkan
lobus oksipitalis dari serebellum. Arakhnoid merupakan membran lembut yang bersatu
ditempatnya dengan piamater, diantaranya terdapat ruang subrakhnoid dimana terdapat arteri
dan vena sersbri dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar
dari ruang subrakhnoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebellum
dan medula oblongata.
A.Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi meningitis?
2. Bagaimana pengkajian meningitis?
3. Bagaimana pemeriksa fisik meningitis ?
4. Bagaimana diaknosa meningiti ?
5. Bagaimana rencana intervensi meningitis
B.Tujuan
1. Untuk mengetahui deskripsi meningitis?
2. Untuk mengetahui pengkajian meningitis?
3. Untuk mengetahui pemeriksa fisik meningitis ?
4. Untuk mengetahui diaknosa meningiti ?
5. Untuk mengetahui rencana intervensi meningitis
BAB II
PEMBAHASAN
gerakan involunter
tidak ditemukan adanya tremor,kedutan saraf, dan distronia,pada keadaan tertentuklien
biasanya mengalami kejang umum,terutama pada anak dengan meningitis dengan di sertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi kejang dan peningkatan TIK juga berhungan dengan
meningitis,kejang terjadi sekunder akibat area vocal kortikal yang peka.
Sistem sensorik
pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensari raba,nyeri,dan suhu
normal,dan tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh .sensai proprioseptif dan
diskriminatif normal.
pemeriksaan fisik lainnya terutama yang berhubungan dengan peningkatan TIK.
Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudet perulen dan edema serebri terdiri atas
perubahan karateristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan
bradikardia).,pernapasan tidak terratur,sakit kepalah,munta,dan penurunan tingkat kesadaran.
adanya ruam merupakan salah satru cirri yang menyolok pada meningitis
meningokokal(neisseria meningitis).sekitar setengah dari semua klien dengan tipe meningitis
meengalami lesi-lesi pada kulit diantarannya ruam petekia dengan lesi purpura sampai
ekimosis pada daera yang luas
iritasi menigenmengakibatkan sejumlah tandayang mudah di kenali yang
umumnyaterlihat pada semua tipe meningitis. Tanda tersebut adalah rigiditasnukal,tanda
kering (+)dan adanya tanda brutzinski,kaku kuduk adalah tanda awal,adanya upaya untuk
fleksi kepala mengalami kesyukurankarena adanya spasme otot-otot leher.fleksi
paksaanmenyebabkan nyeri berat(dapat dilihat pada gambar 3-2 kiri)
Gambar 3-2.(kiri)pemeriksaan untuk melihat adanya tanda kaku kuduk (rigiditas
nukal). Bila leher ditekuk secara pasif akan terdapat tahanan,sehinga dagu tidak dapat
menempel pada dada,(kanan)periksaan untuk melihat adanya tanda kering .cara periksaan
dengan fleksi tungkai atas tegak lurus kemudian di coba untuk kelurusan tingkai bawah pada
sendi lutut. Normal di dapatkan apabila tungkai bawah membentuk sudut 135 derajat terhadap
tungkai atas. Hasil kering(+)bila didapatkan ekstensi lutut pasif terdapat hambatan karena
adanya nyeri.
Tanda kering*positif;ketika klien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna (dapat dilihat pada gambar 3-2
kanan)
Tanda brudzinski; tanda ini di dapatkan apabila leher klien difleksikan ,maka dihasilnya
fleksi lutut dan pinggul:bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bahwa pada salah satu sisi,
maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan(dapat dilihat pada
gambar 3-3 A dan B).
Gambar 3-3. Pemeriksaan untuk melihat adanya tanda brudzinski.(A)pemeriksaan
brudzinski I dengan meletakan sutu tanganpemeriksaan di bawah kepaala klien dan tangan lain
di dada klien untuk mencegah agar badan tidak terangkat .kemudian kepala klien difleksikan
ke dada secara positif. I(+)bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi pangul dan sendi
litut (lihat panah). (B)brudzinski II (+)bila di dapatkan fleksi tungkai klien pada sendi panggul
secara positif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sandi pangul dan lutut(lihat panah)
B4(BLANDDER)
pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya volume
haluaran urine,hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke
ginjal
B5(BOWEL)
mual sampai muntah karena peningkatan produksi asaam lambung ,pemenuhan nutrisi
pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6(BONE)
adanya bengkan dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan
kaki). Patekia dan lesi purpura yang di dahului oleh ruam. Pada penyakityang berat dapat
ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstremitas .klien sering mengalami penurunan
kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu aktivitas hidup sehari-
hari(ADL)
Pengkajian pada anak
pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa hal ini disebabkan
pengkajian anamnesis lebih banyak dengan orang tua dan pemeriksaan fisik berbeda karena
belum sempurnanya orang pertumbuhan terutama terutama pada neonates.
pengkajian yang biasa di dapatkan pada anak bergantung pada usia anak dan luasnya
penyebaran infeksi dimenigen.hal lainya yang memengaruhi klinis pada anak adalah tipe
organisasi yang menginvasi menigen dan seberapa besar keefektifan pemberian terapi, dalam
hal ini adalah jenis antibiotic yang dipakai sanggat berpengaruh terhadapgejala klinis pada anak
untuk memudahkan penilaian klinis ,gejala meningitis pada anak di bagi menjadi tiga meliputi
anak,bayi,dan neonates.
pada anak, manifestasi klinuknyaadalah timbul sakit secara tiba-tiba,adanya
demam,sakit kepala,panas dingin,munta,dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat rewel dan
agitasi serta dapat berkembang menjadi fototabia, delirium,halusinasi, tingka laku yang agresif
atau mengantuk,stupor,dan koma.gejala atau gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal
seperti sesak nafas, muntah,dan diare, tanda yang khas adalah adanya tahanan pada kepala jika
di fleksikan ,kaku leher, tanda kering dan brudzinski(+)akibat perfusi yang tidak optimal
biasanya memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosis. Gejala lainnya yang lebih
spesifik seperti petekia/purpura pada kulit sering di dapatkan apabila anak mengalami infeksi
meningokokus (meningokoksemia),kluarnya cairan pada telinga merupakan gejala khas pada
anak yang mengalami meningitis peneumokokus dan sinus dermal congenital terutama di
sebabkan oleh infeksi E.colli
pada bayi, manifestasi klinis biasanyapampak pada umur 3 bulansampai 2 tahun dan
sering ditemukan adanya demam, nafsu makan menurun,muntah,rewel,mudah lelah,kejang-
kejang,dan menangis meraung-raung tanda khas di kepala adalah fontanel menonjol kaku
kuduk merupakan tanda meningitis pada anak, sedangkan tanda-tanda brudzinski dan kering
dapat terjadi namun lambat atau pada kasus meningitis pada tahap lanjut.
pada neonates,biasanya masih sukar untuk di ketahui karena manifestasi klinisnya tidak
jelas dan tidak spesifik, namun pada beberapa keadaan gejalanyamempunyai kemiripaan
dengan anak yang lebih besar,neonates biasanya menolak untuk makan,kemampuan untuk
menetek buruk ,gangguan gastrointestinal berupa munta dan kadang-kadang ada diare,tonus
otot lemah,pergerakan dan kekuatan meningitis melemah,pada kasus lanjut terjadi
hipotermia/demam,ikterus,rewel,mengantuk,kejang-kejang,frekuensi nafsu tidak
teratus/apnea, sionosispenurunan berat badan ,tanda fontanel menonjol mungkin ada atau tidak.
Leher fleksibel,yaitu tidak didapatkan adanya kaku kuduk,pada fase yang lebih beratterjadi
kolaps kardiovaskuler , kejang-kejang dan apnea biasanya terjadi bila tidak diobatiatau tidak
dilakukan tindakan yang cepat.
pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan diagnostik rutin pada klien meningitis meluputi laboratorium klinik rutin
(Hb,leukosit,LED, trombosit, retikulasit, glukosa).pemeriksaan faal hemostatis diperlukan
untuk mengetahui secara awal adanya DIC.serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremia.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratoriun yang khas pada meningitis adalah analisis cairan otak. Lumbal
pungsi tidak bisa dikerjakan pada klien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Analisis
cairan otak diperiksa untuk mengetahui jumlah sel, protein, dan konsentrasi diagnosa. Kadar
glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya, kadar glukosa
cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada klien meningitis kadar glukosa cairan
otaknya menurun dari nilai normal.
Untuk lebih spesifik mengetahui jenis mikroba, maka organisme penyebab infeksi dapat
diidentifikasi melalui kultur kuman pada cairan serebrospinal dan darah. Counter immuno
electrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen bakteri pada cairan
tubuh, umumnya cairan sersbrospinal dan urine.
Pemeriksaan lainnya diperlukan sesuai klinis pasien meliputi foto Rontgen paru, CT scan
kepala. CT scan dilakukan untuk menentukan adanya edema serebri atau penyakit saraf
lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan
dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi
dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksaan pengobatan meningitis meliputi :
Pemberian antibiotik yang mampu melewati barier, darah otak ke ruang subrakhnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Biasanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotik
agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa)
:
Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2 kali sehari maksimal 200 mg selama 1 ½
tahun.
Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
Sterptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM , 1-2 kali sehari selama 3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial) :
Sefalosforin generasi ketiga
Amfisilin 150-200 mg (400 mg)/kgBB/24 jam, IV, 4 kali sehari.
Pengobatan simtomatis :
Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kgBB/dosis, atau rektal : 0,4-0,6 mg/kgBB
atau Fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 kali sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam,
3 kali sehari.
Antipiretik : parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
Antiedema serebri : Deuretik osmoptik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik : Pemberian tambahan volume
cairan intravena.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema pada
otak dan selaput otak.
2. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan volume intrakranial,
penekanan jaringan otak, dan edema serebri.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret,
penurunan kemampuan batuk, dan perubahan tingkat kesadaran.
4. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan perubahan tingkat
kesadaran, depresi pusat napas di otak.
5. Gangguan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan infeksi meningokokus.
6. Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
7. Hipertermia yang berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan peningkatan
metabolisme umum.
8. Resiko tinggi defisit cairan tubuh yang berhubungan dengan muntah dan demam.
9. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari, kebutuhan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
10. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan adanya kejang berulang, fiksasi kurang
optimal.
11. Gangguan aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum.
12. Resiko tinggi koping individu dan keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan
prognosis penyakit, perubahan psiko-sosial, perubahan persepsi kognitif, perubahan
aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan.
13. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit dan perubahan kesehatan.
Rencana Intervensi
Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan peradangan dan edema
pada otak dan selaput otak.
Data penunjang : Malaise, pusing, nausea, muntah, iritabilitas, kejang, kesadaran menurun
bingung, delirium, koma. Perubahan refleks-refleks, tanda-tanda neurologis, fokal pada
meningitis, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (bradikardi, tekanan darah
meningkat), nyeri kepala hebat.
Tujuan : Dalam waktu 3*24 jam setelah diberikan intervensi perfusi jaringan otak
meningkat.
Kriteria hasil : Tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar, disorentasi negatif, konsentrasi
baik, perfusi jaringan dan oksigenasi baik, tanda-tanda vital normal, dan syok dapat
dihindari.
Intervensi Rasionalisasi
Monitor klien dengan ketat terutama setelah Untuk mencegah nyeri kepala yang
lumbal pungsi. Anjurkan klien berbaring menyertai perubahan tekanan intrakranial.
minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi.
Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang
intrakranial selama perjalanan penyakit (nadi harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi
lambat, tekanan darah meningkat, kesadaran awal.
menurun, napas irreguler, refleks pupil
menurun, kelemahan).
Monitor tanda-tanda vital dan neurologis tiap Perubahan-perubahan ini menandakan ada
5-30 menit. Catat dan laporkan segera perubahan tekanan intrakranial dan penting
perubahan-perubahan tekanan intrakranial ke untuk intervensi awal.
dokter.
Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerakan- Untuk mencegah peningkatan tekanan
gerakan klien, anjurkan untuk tirah baring. intrakranial.
Tinggikan sedikit kepala klien dengan hati- Untuk mengurangi tekanan intrakranial.
hati, cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak
perlu dari kepala dan leher, hindari fleksi
leher.
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan Untuk mencegah keregangan otot yang dapat
klien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan menimbulkan peningkatan tekanan
enema). Anjurkan klien untuk intrakranial.
menghembuskan napas dalam bila miring
dan bergerak ditempat tidur. Cegah posisi
fleksi pada lutut.
Waktu prosedur perawatan disesuaikan dan Untuk mengurangi eksitasi yang merangsang
diatur tepat waktu dengan periode relaksasi; otak yang sudah iritasi dan dapat
hindari rangsangan lingkungan yang tidak menimbulkan kejang.
perlu.
Beri penjelasan kepada keadaan lingkungan Untuk mengurangi disorientasi dan untuk
pada klien. klarifikasi persepsi sensorik yang terganggu.
Evaluasi selama masa penyembuhan Untuk merujuk ke rehabilitasi.
terhadap gangguan motorik, sensorik, dan
inteelektual.
Kolaborasi pemberian steroid osmotik. Untuk menurunkan tekanan intrakranial.
Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang/rasa sakit terkendali
Kerikteria hasil :klien dapat tidur dengan tenang , wajah rileks, dan klien memverbalisasikan
penurunan rasa sakit
intervensi Rasional
Usahakan membuat lingkungan yang aman Menurunkan reaksi terhadap rangsangan
dan tenang. eksternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan klien untuk beristirahat.
Kompres dingin ( es) pada kepala. Dapat menybabkan vasokonstriksi pembuluh
darah otak.
Lakukan penatalaksanaan nteri dengan Membantu menurunkan (memutuskan )
metode distraksi dan relaksasi napas dalam. stimulasi sensasi nyeri.
Lakukan latihan gerak aktif atau pasip sesuai Dapat membantu relaksasi otot-otot yang
kondisi dengan lembut dan hati-hati. tegang dan dapat menurunkan nyeri/rasa tidak
nyaman.
Kolaborasi pemberian analgesik Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa
sakit. Catatan: narkotika merupakan
kontraindikasi karena berdampak pada setatus
neurologis sehingga sukar untuk dikaji.
Resiko tinggi cedra yang berhubungan dengan adanya kejang berulang, fiksasi
kurang optimal
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan, kelien bebas dari cedra yang disebabkan oleh
kejan dan penurunan kesadaran.
Krikteria hasil : klien tidak mengalami cedra apa bila ada kejang berulang.
Intervensi Rasional
Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut, dan Gambaran iritabilitas sistem saraf pusat
otot-otot muka lainnya. memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Persiapan lingkungan yang aman seperti Melindungi klien bila kejang terjadi.
batasan ranjang, papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat kelien.
Pertahanan bedrest total selama fase akut.
Mengurangi resiko jatuh/cedra jika terjadi
vertigo dan ataksia.
Kolaborasi pemberian terapi ; diazepam, Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
fenobarbital. Catatan : fenobarbital dapat menyebabkan
depresi pernapasan dan sedasi.
Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan ketidak
mampuan menelan, keadaan hipermetabolik.
Tujuan : kebuthan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam .
Karakteristik hasil : Turgot baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan
menelan, sonde dilepas, berat badan meningkat 1 kg, Hb dan albumin dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Obervasi tekstur dan turgor kulit. Mengetahui status nutrisi klien.
Lekukan oral higiene Kebersihan mulut merangsang nafsu makan.
Observasi asupan dan keluhan. Mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
Observasi posisi dan kebersihan sonde. Untuk menghundari risiko infeksi/iritasi
Tentukan kemampuan klien dalam Untuk menetapkan jenis makanan yang akan
mengunyah, dan adanya sekret. diberikan pada klien.
Kaji kemampuan klien dalam menelan, Dengan mengkaji faktor-faktor tersebut
batuk, atau hiperaktivitas bising usus. dapat menentukan kemampuan menelan
klien dan mencegah resiko aspirasi.
Auskultasi bising usus, amati penurunan atau fungsi gastrointestinal bergantung pada
hiperaktivitas bising usus. kerusakan otok. Bisisng usus menentukan
respon pemberian makan atau terjadinya
komplikasi misalnya pada ileus.
Timbang berat badan sesuai indikasi. Untuk mengevaluasi efektifitas dari asupan
makanan.
Berikan makanan dengan cara meninggikan Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi.
kepala.
Letakan posisi kepala lebih tinggi pada Untuk klien lebih mudah untuk menelan
waktu, selama dan sesudah makan. karena gaya gravitasi.
Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka Membantu dalam melatih kembali sensorik
membuka mulut secera manual dengan dan meningkatkan kontrol muskular.
menekan ringan di atas bibir/dibawah dagu
dibutuhkan.
Letakan makanan pada daerah mulut yang Memberika stimulasi sensorik ( termaksut
tidak terganggu. rasa kecap ) yang dapat mencetuskan usaha
untuk menelan dan meningkatkan masukan.
Berikan makan dengan perlahan pada Klien dapat berkonsentrasi mekanisme
lingkunga yang tenang. makan tanpa adanya distraksi dari luar.
Mulailah untuk memberikan makan per oral Makanan lunak/cair mudah untuk
setengah cair dan makan lunak ketika klien dikendalikan di dalam mulut dan
dapat menelan air. menurunkan terjadinya aspirasi.
Anjurkan klien mengunakan sedotan untuk Mengukan otot fasial dan otot menelan
minum. menurunkan resiko terjadinya tersedak
Anjurkan klien untuk berpartisivasi dalam Dapat meningkatkan pelepasan endorfin
program latihan/kegiatan. dalam otak yang menigkatkan napsu makan.
Kolaborasi dengan tim dokter untuk Mungkin diperlukan untuk memberikan
memberika cairan melalui IV atau makanan cairan penganti dan juga makanan jika klien
melalui selang. tidak mampu untuk memasukan segala
sesuatu melalui mulut.
Resiko tinggi koping individual dan keluarga tidak evektif yang berhubungan dengan
prognosisi penyakit, perubahan psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan
aktual dalam struktur dan fungsi, ketidakberdayaan, dan merasa tidak ada harapan
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam setelah intervensi harga diri klien meningkat.
Krikteria hasil : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Mentukan bantuan untuk individu dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan. menyusun rencana perawatan atau pemilih
intervensi.
Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan
disfungsi pada klien. mengatur perubahan fungsi secara efektif
dengan sedikit penyesuain diri, sementara
klien yang lain mempunyai kesulitan
mengenal dan mengatur kekurangan.
Anjurkan klien untuk mengspresikan persaan Menunjukan penerimaan, membatu klien
termaksuk permusuhan dan kemarahan. untuk mengenal dan mulai menyesuaikan
dengan persaan tersebut.
Catatan ketika klien menyatakan pertanyaan Mendukung penolakan terhadap bagian
pengakuan terhadap penolakan tubuh, seperti tubuh atau perasaan negatif terhadap
sekarat atau mengingkari dan menyatakan gambaran tubuh dan kemampuan yang
ingin mati. menujukan kebutuhan dan intervensi serta
dukung emosional.
Ingatkan kembali fakta kejadian tentang Membatu klien untuk melihat bahwa perawat
realita bahwa masih dapat menggunakan menerima kedua bagiansebagai bagia dari
sisis yang sakit dan belajar mengontrol sisi seluruh tubuh. Membiarkan klien untuk
yang sehat. merasakan adanya harapan dan menerima
situasi baru.
Bantu dan ajurkan perawatan yang baik dan Membantu meningkatkan perasaan harga diri
memperbaiki kebiasaan. dan mengendalikan lebih dari satu area
kehidupan.
Anjurkan orang terdekat untuk mengijinkan Menghidupkan kembali perasaan
klien melakukan sebanyak-banyaknya hal- kemandirian dan membantu perkembangan
hal untuk dirinya. harga diri serta mengetahui prosos
rehabilitasi.
Dukung prilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
peningkatan minat atau partisivasi dalam dan mengerti tentang peran individu masa
aktivitas rehabilitasi. mendatang.
Dukung pengunaan alat-alat yang dapat Meningkatkat mempuan untuk membantu
membantu adaptasi klien seperti tongat, alatpemenuhan kebutuhan pisik dan menunjukan
bantu jalan, tes panjangukur katetr. posisis untuk lebih aktif dalam kegitan sosial.
Monitor gangguan tidur peningkatan Dapat mengidikasikan terjadinya depresi
kesulitan konsentrasi, dan menarik diri. umumnya terjadi sebagai pengatur dari
stroke, ketika intervensi dan evaluasi lebih
lanjut diperlukan,
Kolaborasi : Rujuk pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
dan konseling bila ada indikasi. penting untuk perkembangan persaan.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahNyalah
sehingga makalah Menengitis ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing .
Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
DARLIN.,S.Kep.,Ns.,MN
LINDAYANI
KIKI FATMAWATI
HERIYATI