Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi susunan saraf pusat sampai sekarang masih merupakan keadaan yang
membahayakan kehidupan anak, dengan berpotensial menyebabkan kerusakan permanen
pada pasien yang hidup. Infeksi ini juga merupakan penyebab tersering demam disertai tanda
dan gejala kelaian susunan saraf pusat pada anak. pada anak infeksi sebenarnya dapat
disebabkan oleh mikroba apapun, patogen spesifik yang dipengaruhi oleh umur dan status
imun hospes dan epidemiologi patogen. Pada umumnya, infeksi virus sistem saraf pusat jauh
lebih sering daripada infeksi bakteri, yang pada gilirannya lebih sering daripada infeksi jamur
dan parasit. Infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) dapat dibagi menjadi dua kategori besar:
yang utamanya melibatkan meninges (meningitis) dan terbatas pada parenkim (ensefalitis).
1,,!
"eningitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan pada meninges
atau lapisan otak, # lapisan membran yang melapisi otak dan sumsum tulang belakang yang
terdiri dari $uramater, %ra&hnoid dan Piamater. Se&ara klinis, meningitis bermanifestasi
dengan gejala meningeal (misalnya, sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia), serta pleositosis
(peningkatan jumlah sel darah putih) dalam &airan &erebrospinal ('SS). (ergantung pada
durasi gejala, meningitis dapat diklasifikasikan sebagai akut atau kronis. "eningitis se&ara
anatomis dibagi menjadi inflamasi dura, kadang)kadang disebut sebagai pa&hymeningitis
(agak jarang) dan leptomeningitis, yang lebih umum dan didefinisikan sebagai peradangan
pada jaringan arakhnoid dan ruang subaraknoid.

Penyebab paling umum peradangan pada meningens adalah akibat iritasi oleh infeksi
bakteri atau virus. *rganisme biasanya masuk meningens melalui aliran darah dari bagian
lain dari tubuh ataupun dapat se&ara langsung (perkontinuitatum dari peradangan organ atau
jaringan di dekat selaput otak.

"eningitis piogenik (bakteri) terdiri dari peradangan meningens dan 'SS


subara&hnoid. +ika tidak diobati, meningitis bakteri dapat mengakibatkan kelemahan
(debility) seumur hidup atau kematian. Penyakit ini fatal sebelum era antimikroba, tapi
dengan mun&ulnya terapi antimikroba, tingkat kematian se&ara keseluruhan dari meningitis
bakteri mengalami penurunan. "eskipun demikian, tetap sangat tinggi, men&apai sekitar
,-. "un&ulnya strain bakteri resisten telah mendorong perubahan dalam protokol
antibiotik di beberapa negara, termasuk %merika Serikat. Para agen infektif spesifik yang
REFERAT - Meningitis 1
terlibat pada meningitis bakteri bervariasi di antara berbagai kelompok umur pasien, dan
peradangan bisa berevolusi menjadi kondisi seperti ventri&ulitis, empiema, &erebritis.

"eningitis juga bisa juga diklasifikasikan se&ara lebih spesifik berdasarkan etiologi
nya. .eberapa penyebab infeksi dan non)infeksi telah diidentifikasi. 'ontoh penyebab non)
infeksi yang umum termasuk obat)obatan ( misalnya, obat anti)inflammatory drugs
/0S%I$1,antibiotik) dan &ar&inomatosis.


"eningitis akut bakteri, menunjukkan bakteri penyebab sindrom ini. 2al ini biasanya
ditandai dengan onset akut gejala meningeal dan pleositosis neutrophili&. (ergantung dari
bakteri spesifik penyebabnya, sindrom yang dapat disebut, misalnya, salah satu dari berikut:
meningitis Pneumo&o&&al, meningitis 2aemophilus influen3ae, meningitis stafilokokus,
meningitis meningokokus , meningitis tuberkulosis. (idak seperti subakut (1)! hari) atau
kronis (4 ! hari) meningitis, yang memiliki etiologi infeksi dan non)infeksi yang sangat
banyak, meningitis akut (51 hari) hampir selalu infeksi bakteri yang disebabkan oleh satu dari
beberapa organisme . Pasien dengan meningitis bakteri akut dapat dekompensasi sangat
&epat, sehingga mereka memerlukan pera6atan darurat, termasuk terapi antimikroba,
idealnya dalam 6aktu #7 menit pada unit ga6at darurat.

"eningitis yang disebabkan oleh organisme nonba&terial, jamur dan parasit penyebab
meningitis juga disebut menurut agen spesifik penyebabnya, seperti meningitis kriptokokal,
meningitis 2istoplasma, dan meningoen&ephalitis amebi&.


"eningitis viral, jika, setelah hasil pemeriksaan yang luas, meningitis aseptik
ditemukan memiliki etiologi virus, dapat direklasifikasi sebagai bentuk meningitis virus akut
(misalnya, meningitis enterovirus, meningitis herpes simple8 virus /2S91).

%septi& meningitis, dalam banyak kasus, penyebab meningitis tidak terlihat setelah
evaluasi a6al dan karena itu diklasifikasikan sebagai meningitis aseptik. Pasien ini khas
memiliki onset akut gejala meningeal, demam, dan pleositosis serebrospinal yang biasanya
jelas limfositik. :etika penyebab meningitis aseptik ditemukan, penyakit ini bisa
direklasifikasi sesuai dengan etiologi)nya. +ika metode diagnostik yang tepat dilakukan,
etiologi virus spesifik diidentifikasi dalam ,,)!7- kasus meningitis aseptik. 0amun, kondisi
ini juga bisa disebabkan oleh agen bakteri, jamur, mikobakteri, dan parasit.

REFERAT - Meningitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Peradangan atau inflamasi pada selaput otak (meninges) termasuk dura, ara&hnoid dan
pia mater yang melapisi otak dan medulla spinalis yang dapat disebabkan oleh beberapa
etiologi (infeksi dan non infeksi) dan dapat diidentifikasi oleh peningkatan kadar leukosit
dalam likuor &erebrospinal (;'S).
#
2.2 Anatomi
2.2.1 lapisan selaput otak/ meninges
*tak dibungkus oleh selubung mesodermal, meninges. ;apisan luarnya adalah
pa&hymenin8 atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomenin8, dibagi menjadi ara&hnoidea
dan piamater.


1. Du!amate!
$ura kranialis atau pa&hymenin8 adalah suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu
lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). :edua lapisan dural yang melapisi
otak umumnya bersatu, ke&uali di tempat di tempat dimana keduanya berpisah untuk
menyediakan ruang bagi sinus venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara
lapisan)lapisan dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara
bagian)bagian otak.
$uramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam &ranium dan juga membentuk
periosteum, dan mengirimkan perluasan pembuluh dan fibrosa ke dalam tulang itu sendiri<
lapisan dalam berlanjut menjadi dura spinalis.Septa kuat yang berasal darinya membentang
jauh ke dalam &avum &ranii. $i anatara kedua hemispherium terdapat invaginasi yang disebut
fal8 &erebri. Ia melekat pada &rista galli dan meluas ke &rista frontalis ke belakang sampai ke
protuberantia o&&ipitalis interna, tempat dimana duramater bersatu dengan tentorium &erebelli
yang meluas ke dua sisi. =al8 &erebri membagi pars superior &avum &ranii sedemikian rupa
sehingga masing)masing hemispherium aman pada ruangnya sendiri. (entorium &erebelli
terbentang seperti tenda yang menutupi &erebellum dan letaknya di fossa &raniii posterior.
(entorium melekat di sepanjang sul&us transversus os o&&ipitalis dan pinggir atas os petrosus
dan pro&essus &linoideus. $i sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu in&isura tentorii,
tempat le6atnya trunkus &erebri. Saluran)saluran vena besar, sinus dura mater, terbenam
dalam dua lamina dura.
REFERAT - Meningitis #
"am#a! 1. Lapisan$lapisan selaput otak/meninges
1%
2. A!a&'noi(ea

"embrana ara&hnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah
dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia menutupi spatium
subara&hnoideum yang menjadi li>uor &erebrospinalis, &avum subara&hnoidalis dan
dihubungkan ke piamater oleh trabekulae dan septa)septa yang membentuk suatu anyaman
padat yang menjadi system rongga)rongga yang saling berhubungan.
$ari ara&hnoidea menonjol ke luar tonjolan)tonjolan mirip jamur ke dalam sinus)sinus
venosus utama yaitu granulationes pa&&hioni (granulationes?villi ara&hnoidea). Sebagian
besar villi ara&hnoidea terdapat di sekitar sinus sagitalis superior dalam la&unae lateralis.
$iduga bah6a li>uor &erebrospinali memasuki &ir&ulus venosus melalui villi. Pada orang
lanjut usia villi tersebut menyusup ke dalam tulang (foveolae granulares) dan berinvaginasi
ke dalam vena diploe.
'avum subara&noidea adalah rongga di antara ara&hnoid dan piamater yang se&ara
relative sempit dan terletak di atas permukaan hemisfer &erebrum, namun rongga tersebut
menjadi jauh bertambah lebar di daerah)daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut
&isterna ara&hnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan. 'isterna
ini berhubungan se&ara bebas dengan &isterna yang berbatasan dengan rongga sub ara&hnoid
umum.
REFERAT - Meningitis @
'isterna magna diakibatkan oleh pelebaran)pelebaran rongga di atas subara&hnoid di
antara medulla oblongata dan hemisphere &erebellum< &istena ini bersinambung dengan
rongga subara&hnoid spinalis. 'isterna pontin yang terletak pada aspek ventral dari pons
mengandung arteri basilaris dan beberapa vena. $i ba6ah &erebrum terdapat rongga yang
lebar di antara ke dua lobus temporalis. Aongga ini dibagi menjadi &isterna &hiasmati&us di
ats &hiasma opti&um, &isterna supraselaris di atas diafragma sellae, dan &isterna
interpedun&ularis di antara pedun&le &erebrum. Aongga di antara lobus frontalis, parietalis,
dan temporalis dinamakan &isterna fissure lateralis (&isterna sylvii).
%. Piamate!
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi
permukaan otak dan membentang ke dalam sul&us,fissure dan sekitar pembuluh darah di
seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam fissure transversalis di ab6ah &orpus
&allosum. $i tempat ini pia membentuk tela &horoidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan
bergabung dengan ependim dan pembuluh)pembuluh darah &horoideus untuk membentuk
pleksus &horoideus dari ventrikel)ventrikel ini. Pia dan ependim berjalan di atas atap dari
ventrikel keempat dan membentuk tela &horoidea di tempat itu.
2.2.2LI)U*+ ,E+EB+*SPINALIS -L,S.
1. /ungsi
;'S memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung
dari air. 'airan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, memba6a
keluar metabolit)metabolit (otak tidak mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan
beberapa perlindungan terhadap perubahan)perubahan tekanan (volume venosus volume
&airan &erebrospinal).
2. 0omposisi (an 1olume
'airan &erebrospinal jernih, tidak ber6arna dan tidak berbau. 0ilai normal rata)
ratanya yang lebih penting diperlihatkan pada tabel.
REFERAT - Meningitis ,
2a#el 1. Nilai No!mal ,ai!an ,e!e#!ospinal
1%
;'S terdapat dalam suatu system yang terdiri dari spatium li>uor &erebrospinalis
internum dan e8ternum yang saling berhubungan. 2ubungan antara keduanya melalui dua
apertura lateral dari ventrikel keempat (foramen ;us&ka) dan apetura medial dari ventrikel
keempat (foramen "agendie). Pada orang de6asa, volume &airan &erebrospinal total dalam
seluruh rongga se&ara normal B 1,7 ml< bagian internal (ventri&ular) dari system menjadi
kira)kira setengah jumlah ini. %ntara @77),77 ml &airan &erebrospinal diproduksi dan
direabsorpsi setiap hari.
%. 2ekanan
(ekanan rata)rata &airan &erebrospinal yang normal adalah !7)1C7 mm air< perubahan
yang berkala terjadi menyertai denyutan jantung dan pernapasan. (akanan meningkat bila
terdapat peningkatan pada volume intra&ranial (misalnya, pada tumor), volume darah (pada
perdarahan), atau volume &airan &erebrospinal (pada hydro&ephalus) karena tengkorak
de6asa merupakan suatu kotak yang kaku dari tulang yang tidak dapat menyesuaikan diri
terhadap penambahan volume tanpa kenaikan tekanan.
. Si!kulasi L,S
;'S dihasilkan oleh pleksus &horoideus dan mengalir dari ventri&ulus lateralis ke
dalam ventri&ulus tertius, dan dari sini melalui a>uadu&tus sylvii masuk ke ventri&ulus
>uartus. $i sana &airan ini memasuki spatium li>uor &erebrospinalis e8ternum melalui
foramen lateralis dan medialis dari ventri&ulus >uartus. 'airan meninggalkan system
ventri&ular melalui apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki
rongga subara&hnoid. $ari sini &airan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke dalam
rongga subara&hnoid spinal. Sejumlah ke&il direabsorpsi (melalui difusi) ke dalam pembuluh)
pembuluh ke&il di piamater atau dinding ventri&ular, dan sisanya berjalan melalui jonjot
ara&hnoid ke dalam vena (dari sinus atau vena)vena) di berbagai daerah D kebanyakan di atas
REFERAT - Meningitis E
konveksitas superior. (ekanan &airan &erebrospinal minimum harus ada untuk
mempertahankan reabsorpsi. :arena itu, terdapat suatu sirkulasi &airan &erebrospinal yang
terus menerus di dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang
seimbang.
"am#a! 2. Si!kulasi Li3uo! ,e!e#!ospinalis
1
2.%. Epi(emiologi
=aktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap patogen
spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Aesiko terbesar pada bayi (1 D 1 bulan)< F,
- terjadi antara 1 bulan dan , tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap umur. Aesiko
tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen, kontak erat dengan individu yang
menderita penyakit invasif, perumahan padat penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis
kelamin laki)laki dan pada bayi yang tidak diberikan %SI pada umur D , bulan. 'ara
penyebaran mungkin dari kontak orang ke orang melalui sekret atau tetesan saluran
pernafasan.
!
Meningitis Bakte!ial
$i %merika Serikat, sebelum pemberian rutin vaksin conjugate-pneumococcal,
insidens dari meningitis bakteri B E777 kasus per tahun< dan sekitar setengahnya adalah
pasien anak (G1C tahun). N. meningitidis menyebabkan @ kasus per 177.777 anak (usia 1 D #
bulan). Sedangkan S.pneumoniae menyebabkan E,, kasus per 177.777 anak (usia 1 D #
bulan). %ngka ini menurun setelah pemberian rutin dari vaksin &onjugate)pneumo&&al pad
REFERAT - Meningitis !
aana)anak. Pengenalan dari vaksin meningo&o&&al baru)baru ini di %merika Serikat
diharapkan dapat mengurangi insidens meningitis ba&terial di kemudian hari. Insidens dari
meningitis ba&terial pada neonatus sekitar 7,1, kasus per 1777 bayi lahir &ukup bulan dan ,,
kasus per 1777 bayi lahir kurang bulan (premature). 2ampir #7- bayi baru lahir dengan
klinis sepsis, berhubungan dengan adanya meningitis bakterial. Sejak adanya pemberian
antibiotik inisiasi intrapartum tahun 1FFE, terjadi penurunan insidens nasional dari onset a6al
infeksi H.S (Group B Streptococcus) dari hampir 1,C kasus per 1777 bayi lahir hidup pada
tahun 1FF7 menjadi 7,# kasus per 1777 bayi lahir hidup pada tahun 77#.
1,C
Se&ara umum, mortalitas dari meningitis ba&terial bervariasi menurut usia dan jenis
pathogen, dengan angka tertinggi untuk S.pneumoniae. "ortalitas pada neonatus tinggi dan
meningitis bakterial juga menyebabkan long term sequelae yang menyebabkan morbiditas
pada periode neonatal. "ortalitas tertinggi yakni pada tahun pertama kehidupan, menurun
pada pertengahan (mid life) dan meningkat kembali di masa tua. Insidens lebih banyak pada
kulit hitam. .ayi laki D laki lebih sering terkena meningitis gram negatif, bayi perempuan
lebih rentan terhadap infeksi L.monocytogenes , sedangkan Streptococcus agalactiae (H.S)
mengenai kedua jenis kelamin.
C
$i Indonesia, angka kejadian tertinggi pada umur antara bulan) tahun. Imumnya
terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah. Insidens meningitis bakterialis
pada neonatus adalah sekitar 7., kasus per 1777 kelahiran hidup. Insidens meningitis pada
bayi berat lahir rendah tiga kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir normal.
Strepto&o&&us group . dan J.&oli merupakan penyebab utama meningitis bakterial pada
neonatus. Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang &ukup tinggi (,)17-). 2ampir
@7- diantaranya mengalami gejala sisa berupa gangguan pendengaran dan defisit
neurologis.
F)11
Meningitis 2u#e!kulosis
$i seluruh dunia, tuberkulosis merupakan penyebab utama dari morbiditas dan
kematian pada anak. $i %merika Serikat, insidens tuberkulosis kurang dari ,- dari seluruh
kasus meningitis bakterial pada anak, namun penyakit ini mempunyai frekuensi yang lebih
tinggi pada daerah dengan sanitasi yang buruk.
"eningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas
tuberkulosis anak masih tinggi. %ngka kejadian tertinggi dijumpai pada anak terutama bayi
dan anak ke&il dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. %ngka kejadian jarang
diba6ah usia # bulan dan mulai meningkat dalam usia , tahun pertama, tertinggi pada usia E
bulan sampai tahun. %ngka kematian berkisar antara 17)7-. Sebagian besar memberikan
REFERAT - Meningitis C
gejala sisa, hanya 1C- pasien yang normal se&ara neurologis dan intelektual. %nak dengan
meningitis tuberkulosis yang tidak diobati, akan meninggal dalam 6aktu #), minggu. %ngka
kejadian meningkat dengan meningkatnya jumlah pasien tuberkulosis de6asa.
E,F,17
Meningitis 1i!al
Insidens meningitis viral di %merika serikat yang se&ara resmi dilaporkan berjumlah
lebih dari 17.777 kasus, namun pada kenyataannya dapat men&apai !,.777 kasus.
:ekurangan dalam pelaporan data ini disebabkan oleh gejala klinis yang tidak khas dan
inabilitas beberapa virus untuk tumbuh dalam kultur. "enurut data yang dilaporkan Centers
for Disease Control and re!ention ('$'), pasien ra6at inap dengan meningitis viral sekitar
,.777 D ,7.777 tiap tahunnya.
1
$i seluruh dunia, penyebab meningitis viral termasuk enterovirus, mumps virus
mumps (gondongan), virus measles (&ampak), virus vari&ella 3oster (9K9) dan 2I9. Hejala
meningitis dapat timbul hanya pada 1 dari #777 kasus. "umps menyebabkan 17)7-
meningitis dan meningoen&ephalitis di bagian negara dimana akses vaksin sulit. Insidens 7
kali lebih besar pada tahun pertama kehidupan. Pada neonatus lebih dari ! hari, meningitis
aseptik sering disebabkan oleh enterovirus. 9aksinasi mengurnagi insidens dari meningitis
oleh virus mumps, polio dan measles. 9irus mumps dan measles sering menyebabkan
meningitis pada anak usia sekolah sampai kuliah. Jnterovirus 1,# D 1,, kali lebih sering lebih
sering menyebabkan meningitis pada laki)laki dibanding perempuan , sedangkan virus
mumps # kali lebih sering menyerang laki)laki dibanding perempuan. "enurut L2* tahun
1FF!, meningitis enteroviral dengan sepsis merupakan penyebab tersering ke), kematian
pada neonatus. $iluar periode neonatal mortalitas kurang dari 1-, begitu juga dnegan
morbiditasnya.
1
"eningitis virus lebih sering dijumpai pada anak daripada orang de6asa. $i negeri
tropis dan subtropis tingginya frekuensi meningitis virus tidak bergantung kepada musim
seperti pada negeri beriklim dingin yang angka kejadian tertingginya dijumpai pada musim
panas dan musim rontok.
F
Meningitis 4amu!
"eningitis jamur jarang ditemukan, namun dapat mengan&am kehidupan. Lalaupun
semua orang dapat terkena meningitis jamur, namun resiko tinggi terdapat pada orang yang
menderita %I$S, leukemia, atau bentuk penyakit imunodefisiensi ( sistem imun tidak
mempunyai respon yang adekuat terhadap infeksi) lainnya dan orang dengan imunosupresi
(malfungsi dari sistem imun sebagai akibat obat)obatan).
,
REFERAT - Meningitis F
Penyebab tersering dari meningitis jamur pada orang dengan defisiensi imun seperti
2I9 adalah Cryptococcus. Penyakit ini merupakan salah satu dari penyebab tersering
meningitis di %frika. +amur lain yang dapat menyebabkan thrush, Candida, dapat
menyebabkan meningitis pada beberapa kasus, terutama pada bayi prematur dengan berat
lahir sangat rendah. (very lo" birt# "eig#t).
,
2. Etiologi
Penyebab tersering dari meningitis adalah mikroorganisme seperti bakteri, virus,
parasit dan jamur. "ikroorganisme ini menginfeksi darah dan likuor serebrospinal.
"eningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non)infeksi, seperti pada penyakit %I$S,
keganasan, diabetes mellitus, &edera fisik atau obat D obatan tertentu yang dapat melemahkan
sistem imun (imunosupresif).
,
"eningitis dapat terjadi karena terinfeksi oleh virus, bakteri, jamur maupun parasit :

9irus :
"eningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh se&ara alami tanpa
pengobatan spesifik. :asus meningitis virus di %merika serikat terutama selama musim panas
disebabkan oleh enterovirus< 6alaupun hanya beberapa kasus saja yang berkembang menjadi
meningitis. Infeksi virus lain yang dapat menyebabkan meningitis, yakni :
9irus "umps
9irus 2erpes, termasuk Jpstein).arr virus, herpes simple8s, vari&ella)3oster,
"easles, and Influen3a
9irus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya (%rboviruses)
:asus lain yang agak jarang yakni ;'"9 (lymp#ocytic c#oriomeningitis !irus),
disebarkan melalui tikus.
,
.akteri :
Salah satu penyebab utama meningitis bakteri pada anak)anak dan orang de6asa muda
di %merika Serikat adalah bakteri Neisseria meningitidis. "eningitis disebabkan oleh bakteri
ini dikenal sebagai penyakit meningokokus.
.akteri penyebab meningitis juga bervariasi menurut kelompok umur.
,
Selama usia bulan
pertama, bakteri yang menyebabkan meningitis pada bayi normal merefleksikan flora ibu
atau lingkungan bayi tersebut (yaitu, Strepto&o&&us group ., basili enterik gram negatif, dan
;isteria mono&ytogenes). "eningitis pada kelompok ini kadang )kadang dapat karena
2aemophilus influen3ae dan patogen lain ditemukan pada penderita yang lebih tua.
REFERAT - Meningitis 17
"eningitis bakteri pada anak usia bulan D 1 tahun biasanya karena 2.
influen3ae tipe ., Strepto&o&&us pneumoniae, atau 0eisseria meningitidis. Penyakit yang
disebabkan oleh 2.influen3ae tipe . dapat terjadi segala umur namun seringkali terjadi
sebelum usia tahun.
$lebsiella, %nterobacter& seudomonas, 'reponema pallidum, dan
(ycobacterium tuberculosis dapat juga mengakibatkan meningitis. Citrobacter di!ersus
merupakan penyebab abses otak yang penting.
+isk an(/o! P!e(isposing /a&to! Ba&te!ial Pat'ogen
%ge 7)@ 6eeks Streptococcus agalactiae (group . strepto&o&&i)
% coli :1
Listeria monocytogenes
%ge @)1 6eeks S agalactiae
% coli
) influen*ae
S pneumoniae
N meningitides
%ge # months to 1C years N meningitidis
S pneumoniae
) influen*a
%ge 1C),7 years S pneumoniae
N meningitidis
) influen*a
%ge older than ,7 years S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
%erobi& gram)negative ba&illi
Immuno&ompromised state S pneumoniae
N meningitidis
L monocytogenes
%erobi& gram)negative ba&illi
Intra&ranial manipulation, in&luding
neurosurgery
Stap#ylococcus aureus
'oagulase)negative staphylo&o&&i
%erobi& gram)negative ba&illi, in&luding
aeruginosa
.asilar skull fra&ture S pneumoniae
) influen*ae
Hroup % strepto&o&&i
'S= shunts 'oagulase)negative staphylo&o&&i
S aureus
%erobi& gram)negative ba&illi
ropionibacterium acnes
REFERAT - Meningitis 11
2a#el 2. Bakte!i pen5e#a# te!se!ing menu!ut umu! (an fakto! p!e(isposisi
2
+amur:
+amur yang menginfeksi manusia terdieri dari kelompok yaitu, jamur patogenik dan
opportunistik. +amur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat menginfeksi
manusia normal setelah inhalasi atau inflantasi spora. Se&ara alamiah, manusia dengan
penyakit kronis atau keadaan gangguan imunitas lainnya lebih rentan terserang infeksi jamur
dibandingkan manusia normal. +amur patogenik menyebabkan histiplasmosis, blastomy&osis,
&o&&idiodomy&osis dan para&o&&idiodomy&osis. :elompok kedua adalah kelompok jamur
apportunistik. :elompok ini tidak menginfeksi orang normal. Penyakit yang termasuk disini
adalah aspergilosis, &andidiasis, &rypto&o&&osis, mu&ormy&osis (phy&omy&osis) dan
no&ardiosis.
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan meningitis akut,
subakut dan kronik. .iasanya sering pada anak dengan imunosupresif terutama anak dengan
leukemia dan asidosis. $apat juga pada anak yang imunokompeten. Cryptococcus
neoformans dan Coccidioides immitis adalah penyebab utama meningitis jamur pada anak
imunokompeten. Candida sering pada anak dengan imunosupresi dengan penggunaan
antibiotik multiple, penyakit yang melemahkan, resipien transplant dan neonatus kritis yang
menggunakan kateter vaskular dalam 6aktu lama. .erikut beberapa patogen jamur :
,
,ommon /ungal Pat'ogens
6east fo!ms
Candica Albicans
Crytococcus neoformans
Dimo!p'i& /o!ms
Blastomyces dermatidis
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Mol( fo!ms
Aspergillus
2a#el %. Patogen 4amu! 5ang Se!ing
"ikroorganisme yang sering menyebabkan meningitis berdasarkan usia :
#
a. 7 D # bulan :
Pada grup usia ini meningitis dapat disebabkan oleh semua agen termasuk
bakteri, virus, jamur, (ycoplasma& dan +reaplasma. .akteri penyebab yang tersering
seperti Streptococcus grup B& %.Coli& Listeria& bakteri usus selain %.Coli , $lebsiella&
REFERAT - Meningitis 1
Serratia spesies& %nterobacter)& streptococcus lain, jamur& nontypeable ).influen*a&
dan bakteri anaerob. 9irus yang sering seperti )erpes simple-. !irus ,)S/)&
entero!irus dan Cytomegalo!irus.
b.# bulan D , tahun
Sejak vaksin conjugate 2I. menjadi vaksinasi rutin di %merika Serikat, penyakit
yang disebabkan oleh ).influen*a tipe . telah menurun. .akteri penyebab tersering
meningitis pada grup usia ini belakangan seperti N.meningitidis dam S.neumoniae.
). influen*a tipe . masih dapat dipertimbangkan pada meningitis yang terjadi pada
anak kurang dari tahun yang belum mendapat imunisasi atau imunisasi yang tidak
lengkap. "eningitis oleh karena (ycobacterium 'uberculosis jarang, namun harus
dipertimbangkan pada daerah dengan prevalensi tuber&ulosis yang tinggi dan jika
didapatkan anamnesis, gejala klinis, ;'S dan laboratorium yang mendukung
diagnosis (uberkulosis. 9irus yang sering pada grup usia ini seperti entero!irus& )S/,
)uman )erpes!irus)E (229)E).
&. , tahun D de6asa
.akteri yang tersering menyebabkan meningitis pada grup usia ini seperti
N.meningitidis dan S.pneumoniae. (ycoplasma pneumonia juga dapat menyebabkan
meningitis yang berat dan meningoen&ephalitis pada grup usia ini. "eningitis virus
pada grup ini tersering disebabkan oleh enterovirus, herpes virus, dan arbovirus. 9irus
lain yang lebih jarang seperti virus Jpstein).arr , virus lympho&yti& &horiomeningitis,
229)E, virus rabies, dan virus influen3a % dan ..
Pada host yang immunocompromised& meningitis yang terjadi selain dapat disebabkan
oleh pathogen seperti di atas, harus juga dipertimbangkan oleh pathogen lain seperti
Cryptococcus& 'o.oplasma& jamur, tuber&ulosis dan 2I9.
REFERAT - Meningitis 1#
2a#el . Etiologi Meningitis pa(a Anak
2.7 Patogenesis
Meningitis Bakte!ial
1
Infeksi dapat men&apai selaput otak melalui :
1. %lian darah (hematogen) oleh karena infeksi di tempat lain seperti faringitis,
tonsillitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi. Pada keadaan ini sering didapatkan
biakan kuman yang positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada dalam
&airan otak.
. Perluasan langsung dari infeksi (perkontinuitatum) yang disebabkan oleh infeksi dari
sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus &avernosus.
#. Implantasi langsung : trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal dan
mielokel.
@. "eningitis pada neonates dapat terjadi oleh karena:
%spirasi &airan amnion yang terjadi pada saat bayi melalui jalan lahir atau oleh
kuman)kuman yang normal ada pada jalan lahir
Infeksi bakteri se&ara transpla&ental terutama Listeria.
REFERAT - Meningitis 1@
"am#a! %. Patogenesis Meningitis Bakte!ial
Sebagian besar infeksi susunan saraf pusat terjadi akibat penyebaran hematogen.
Saluran napas merupakan port of entry utama bagi banyak penyebab meningitis purulenta.
Proses terjadinya meningitis bakterial melalui jalur hematogen mempunyai tahap)tahap
sebagai berikut :
1. .akteri melekat pada sel epitel mukosa nasofaring (kolonisasi)
. .akteri menembus rintangan mukosa
#. .akteri memperbanyak diri dalam aliran darah (menghindar dari sel fagosit dan
aktivitas bakteriolitik) dan menimbulkan bakteriemia.
@. .akteri masuk ke dalam &airan serebrospinal
,. .akteri memperbanyak diri dalam &airan serebrospinal
E. .akteri menimbulkan peradangan pada selaput otak (meningen) dan otak.
REFERAT - Meningitis 1,
"am#a! . Patogenesis Meningitis Bakte!ial
.akteri yang menimbulkan meningitis adalah bakteri yang mampu melampaui
semua tahap dan masing)masing bakteri mempunyai mekanisme virulensi yang berbeda)
beda, dan masing)masing mekanisme mempunyai peranan yang khusus pada satu atau lebih
dari tahap)tahap tersebut. (erjadinya meningitis ba&terial dipengaruhi oleh interaksi beberapa
faktor, yaitu host yang rentan, bakteri penyebab dan lingkungan yang menunjang.
=aktor 2ost
.eberapa faktor host yang mempermudah terjadinya meningitis:
1. (elah dibuktikan bah6a laki)laki lebih sering menderita meningitis dibandingkan
dengan 6anita. Pada neonates sepsis menyebabkan meningitis, laki)laki dan 6anita
berbanding 1,! : 1
. .ayi dengan berat badan lahir rendah dan premature lebih mudah menderita
meningitis disbanding bayi &ukup bulan
#. :etuban pe&ah dini, partus lama, manipulasi yang berlebihan selama kehamilan,
adanya infeksi ibu pada akhir kehamilan mempermudah terjadinya sepsis dan
meningitis
@. Pada bayi adanya kekurangan maupun aktivitas bakterisidal dari leukosit, defisiensi
beberapa komplemen serum, seperti '1, '#. ',, rendahnya properdin serum,
rendahnya konsentrasi Ig" dan Ig% ( IgH dapat di transfer melalui plasenta pada
bayi, tetapi Ig% dan Ig" sedikit atau sama sekali tidak di transfer melalui plasenta),
REFERAT - Meningitis 1E
akan mempermudah terjadinya infeksi atau meningitis pada neonates. Aendahnya Ig"
dan Ig% berakibat kurangnya kemampuan bakterisidal terhadap bakteri gram negatif.
,. $efisiensi kongenital dari ketiga immunoglobulin ( gamma globulinemia atau
dysgammaglobulinemia), kekurangan jaringan timus kongenital, kekurangan sel .
dan (, asplenia kongenital mempermudah terjadinya meningitis
E. :eganasan seperti system AJS, leukemia, multiple mieloma, penyakit 2odgkin
menyebabkan penurunan produksi immunoglobulin sehingga mempermudah
terjadinya infeksi.
!. Pemberian antibiotik, radiasi dan imunosupresan juga mempermudah terjadinya
infeksi
C. "alnutrisi
=aktor "ikroorganisme
Penyebab meningitis bakterial terdiri dari berma&am)ma&am bakteri. "ikroorganisme
penyebab berhubungan erat dengan umur pasien. Pada periode neonatal bakteri penyebab
utama adalah golongan enteroba&ter terutama %sc#eric#ia Coli disusul oleh bakteri lainnya
seperti Streptococcus grup B& Streptococcus pneumonia& Stap#ylococuc sp dan Salmonella
sp. Sedangkan pada bayi umur bulan sampai @ tahun yang terbanyak adalah )aemop#illus
influen*a type . disusul oleh Streptococcus pneumonia dan Neisseria meningitides. Pada
anak lebih besar dari @ tahun yang terbanyak adalah Streptococcus pneumonia& Neisseria
meningitides. .akteri lain yang dapat menyebabkan meningitis bakterial adalah kuman
batang gram negative seperti Proteus, %eroba&ter, Jnteroba&ter, :lebsiella Sp dan Seprata
Sp.
=aktor ;ingkungan
:epadatan penduduk, kebersihan yang kurang, pendidikan rendah dan sosial ekonomi
rendah memgang peranan penting untuk mempermudah terjadinya infeksi. Pada tempat
penitipan bayi apabila terjadi infeksi lebih mudah terjadi penularan. %danya vektor binatang
seperti anjing, tikus, memungkinkan suatu predisposisi, untuk terjadinya leptospirosis.
Meningitis 2u#e!kulosis
8
"eningitis tuberkulosis terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer,
biasanya dari paru. (erjadinya meningitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak
langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan
tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pe&ah
ke dalam rongga ara&hnoid (ri&h dan "&'orde&k). :adang)kadang dapat juga terjadi per)
kontinuitatum dari mastoiditis atau spondilitis.
REFERAT - Meningitis 1!
Pada pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata merupakan meningo)
ensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama batang otak
(brain stem) tempat terdapat eksudat dan tuberkel. Jksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa
dapat menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis dan mengakibatkan hidro&ephalus serta
kelainan saraf pusat. (ampak juga kelainan pembuluh darah seperti %rteritis dan Phlebitis
yang menimbulkan penyumbatan. %kibat penyumbatan ini terjadi infark otak yang kemudian
mengakibatkan perlunakan otak.
Meningitis 1i!al
9irus masuk tubuh manusia melalui beberapa jalan. (empat permulaan masuknya virus dapat
melalui kulit, saluran pernapasan, dan saluran pen&ernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh
virus tersebut akan menyebar keseluruh tubuh dengan beberapa &ara:
1
Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ)organ tersebut.
Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali
masuk (permukaan selaput lender) kemudian menyebar ke organ lain.
Penyebaran melalui saraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lender dan
menyebar melalui system saraf.
.erikut &ontoh &ara transmisi virus :
1
Jnterovirus : biasanya melalui rute oral)fekal, namun dapat juga melalui rute saluran
respirasi
%rbovirus : melalui artropoda menghisap darah, biasanya nyamuk
9irus limfositik koriomeningitis D melalui kontak dengan tikus dan sejenisnya
ataupun bahan eksresinya.
Pada umumnya, virus masuk ke sistem limfatik, melalui penelanan enterovirus<
pemasukan membran mukosa oleh &ampak, rubela, 99K atau 2S9< atau dengan penyebaran
hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga lain. $itempat tersebut, mulai terjadi
multiplikasi dan masuk alirann darah menyebabkan infeksi beberapa organ. Pada stadium ini
(fase ekstraneural) ada sakit demam, sistemik, tetapi tidak terjadi multiplikasi virus lebih
lanjut pada organ yang ditempati, penyebaran sekunder sejumlah virus dapat terjadi. Invasi
SSP disertai dengan bukti klinis penyakit neurologis. 2S9)1 mungkin men&apai otak dengan
penyebaran langsung sepanjang akson saraf.
REFERAT - Meningitis 1C
:erusakan neurologis disebabkan (1) oleh invasi langsung dan penghan&uran jaringan
saraf oleh pembelahan virus se&ara aktif dan atau () oleh reaksi hospes terhadap antigen
virus. :ebanyakan penghan&uran saraf mungkin karena invasi virus se&ara langsung,
sedangkan respon jaringan hospes yang hebat mengakibatkan demielinasi dan penghan&uran
vaskuler serta perivaskuler dan (#) oleh reaksi aktivitas virus neurotropik yang bersifat
laten.
1,!
Meningitis 4amu!

Infeksi pertama terbanyak terjadi akibat inhalasi yeast dari lingkungan sekitar. Pada saat
dalam tubuh host 'rypto&o&&us membentuk kapsul polisakarida yang besar yang resisten
terhadap fagositosis. Produksi kapsul distimulasi oleh konsentrasi fisiologis karbondioksida
dalam paru. :eadaan ini meyebabkan jamur ini beradaptasi sangat baik dalam host mamalia.
Aeaksi inflamasi ini menghasilkan reaksi kompleks primer paru kelenjar limfe (primary lung
lymp node &omple8) yang biasanya membatasi penyebaran organisme.
:ebanyakan infeksi paru ini tanpa gejala, tetapi se&ara klinis dapat terjadi seperti
gejala pneumonia pada infeksi pertama dengan gejala yang bervariasi beratnya. :eadaan ini
biasanya membaik perlahan dalam beberapa minggu atau bulan dengan atau tanpa
pengobatan. Pada pasien lainnya dapat terbentuk lesi pulmonar fokal atau nodular.
'rypto&o&&us dapat dorman dalam paru atau limfenodus sampai pertahanan host melemah.
'rypto&o&&us neofarmans dapat menyebar dari paru dan limfenodus torakal ke aliran darah
terutama pada host yang sistem kekebalannya terganggu. :eadaan ini dapat terjadi selama
infeksi primer atau selama masa reaktivasi bertahun)tahun kemudian. +ika terjadi infeksi
jauh, maka tempat yang paling sering terkena adalah susunan saraf pusat. :eadaan dimana
predileksi infeksi ini terutama pada ruang subarakhnoid, belum dapat diterangkan.
%da beberapa faktor yang berperanan dalam patogenesis infeksi 'rypto&o&&us
neofarmans pada susunan saraf pusat. +amur ini mempunyai beberapa fenotif karakteristik
yang diaktakan berhubungan dengan invasi pada susunan saraf pusat seperti, produksi
phenolo8idase, adanya kapsul polisakarida,dan kemampuan untuk berkembang dengan &epat
pada suhu tubuh host.Informasi terakhir mengatakan bah6a melanin bertindak sebagai
antioksidan yang melindungi organisme ini dari mekanisme pertahanan tubuh host. =aktor
karakteristik lainnya yaitu kemampuan kapsul untuk melindungi jamur dari pertahanan tubuh
terutama fagositosis dankemampuan jamur untuk hidup dan berkembang pada suhu tubuh
manusia.
REFERAT - Meningitis 1F
2.9 Patofisiologi
Meningitis Bakte!ial
1:2
%khir D akhir ini ditemukan konsep baru mengenai patofisiologi meningitis bakterial, yaitu
suatu proses yang kompleks, komponen D komponen bakteri dan mediator inflamasi berperan
menimbulkan respons peradangan pada selaput otak (meningen) serta menyebabkan
perubahan fisiologis dalam otak berupa peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan
aliran darah otak, yang dapat mengakibatkan tinbulnya gejala sisa. Proses ini dimulai setelah
ada bakteriemia atau embolus septik, yang diikuti dengan masuknya bakteri ke dalam
susunan saraf pusat dengan jalan menembus rintangan darah otak melalui tempat D tempat
yang lemah, yaitu di mikrovaskular otak atau pleksus koroid yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi bakteri karena mengandung kadar glukosa yang tinggi. Segera
setelah bakteri berada dalam &airan serebrospinal, maka bakteri tersebut memperbanyak diri
dengan mudah dan &epat oleh karena kurangnya pertahanan humoral dan aktivitas fagositosis
dalam &airan serebrospinal melalui sistem ventrikel ke seluruh ruang subaraknoid.
.akteri pada 6aktu berkembang biak atau pada 6aktu mati (lisis) akan melepaskan
dinding sel atau komponen D komponen membran sel (endotoksin, teic#oic acid) yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak serta menimbulkan peradangan di selaput otak
(meningen) melalui beberapa mekanisme seperti dalam skema tersebut di ba6ah, sehingga
timbul meningitis. .akteri Hram negative pada 6aktu lisis akan melepaskan
lipopolisakarida?endotoksin, dan kuman Hram positif akan melepaskan teic#oic acid (asam
teikoat).
REFERAT - Meningitis 7
"am#a! 7. Patofisiologi Molekule! Meningitis Bakte!ial
1
Produk D produk aktif dari bakteri tersebut merangsang sel endotel dan makrofag di
susunan saraf pusat (sel astrosit dan mi&roglia) memproduksi mediator inflamasi seperti
Interleukin D 1 (I;)1) dan tumor necrosis factor ((0=). "ediator inflamasi berperan dalam
proses a6al dari beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan tekanan intra&ranial,
yang selanjutnya mengakibatkan menurunnya aliran darah otak. Pada meningitis ba&terial
dapat juga terjadi syndrome inappropriate antidiuretic #ormone (SI%$2) diduga disebabkan
oleh karena proses peradangan akan meningkatkan pelepasan atau menyebabkan kebo&oran
vasopressin endogen sistem supraoptikohipofise meskipun dalam keadaan hipoosmolar, dan
SI%$2 ini menyebabkan hipovolemia, oliguria dan peningkatan osmolaritas urine meskipun
osmolaritas serum menurun, sehingga timbul gejala)gejala "ater into.ication yaitu
mengantuk, iritabel dan kejang.
Jdema otak yang berat juga menghasilkan pergeseran midline kearah kaudal dan
terjepit pada tentorial notc# atau foramen magnum. Pergeseran ke kaudal ini menyebabkan
herniasi dari gyri parahippo&ampal, &erebellum, atau keduanya. Perubahan intrakranial ini
se&ara klinis menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran dan refleks postural. Pergeseran
ke kaudal dari batang otak menyebabkan lumpuhnya saraf kranial ketiga dan keenam. +ika
REFERAT - Meningitis 1
tidak diobati, perubahan ini akan menyebabkan dekortikasi atau deserebrasi dan dengan &epat
dan progresif menyebabkan henti nafas dan jantung.
%kibat peningkatan tekanan intrakranial adalah penurunan aliran darah otak yang juga
disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah otak oleh trombus dan adanya penurunan
autoregulasi, terutama pada pasien yang mengalami kejang. %kibat lain adalah penurunan
tekanan perfusi serebral yang juga dapat disebabkan oleh karena penurunan tekanan darah
sistemik E7 mm2g sistole. $alam keadaan ini otak mudah mengalami iskemia, penurunan
autoregulasi serebral dan vaskulopati. :elainan D kelainan inilah yang menyebabkan
kerusakan pada sel saraf sehingga menimbulkan gejala sisa. %danya gangguan aliran darah
otak, peningkatan tekanan intrakranial dan kandungan air di otak akan menyebabkan
gangguan fungsi metabolik yang menimbulkan ensefalopati toksik yaitu peningkatan kadar
asam laktat dan penurunan p2 &airan srebrospinal dan asidosis jaringan yang disebabkan
metabolisme anaerob, keadaan ini menyebabkan penggunaan glukosa meningkat dan
berakibat timbulnya hipoglikorakia.
Jnsefalopati pada meningitis bakterial dapat juga terjadii akibat hipoksia sistemik dan
demam. :elainan utama yang terjadi pada meningitis bakterial adalah peradangan pada
selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bahan D bahan toksis bakteri. Peradangan
selaput otak akan menimbulkan rangsangan pada saraf sensoris, akibatnya terjadi refleks
kontraksi otot D otot tertentu untuk mengurangi rasa sakit, sehingga timbul tanda :ernig dan
.rud3inksi serta kaku kuduk. "anifestasi klinis lain yang timbul akibat peradangan selaput
otak adalah mual, muntah, iritabel, nafsu makan menurun dan sakit kepala. Hejala D gejala
tersebut dapat juga disebabkan karena peningkatan tekanan intra&ranial, dan bila disertai
dnegan distorsi dari ner!e roots, makan timbul hiperestasi dan fotofobia.
Pada fase akut, bahan D bahan toksis bakteri mula D mula menimbulkan hiperemia
pembuluh darah selaput otak disertai migrasi neutrofil ke ruang subaraknoid, dan selanjutnya
merangsang timbulnya kongesti dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah hingga
mempermudah adesi sel fagosit dan sel polimorfonuklear, serta merangsang sel
polimorfonuklear untuk menembus endotel pembuluh darah melalui tig#t junction dan
selanjutnya memfagosit bakteri bakteri, sehingga terbentuk debris sel dan eksudat dalam
ruang subaraknoid yang &epat meluas dan &enderung terkumpul didaerah konveks otak
tempat 'SS diabsorpsi oleh vili araknoid, di dasar sulkus dan fisura Sylvii serta sisterna
basalis dan sekitar serebelum.
REFERAT - Meningitis
Pada a6al infeksi, eksudat hampir seluruhnya terisi sel P"0 yang memfagosit
bakteri, se&ara berangsur)angsur sel P"0 digantikan oleh sel limfosit, monosit dan histiosit
yang jumlahnya akan bertambah banyak dan pada saat ini terjadi eksudasi fibrinogen. $alam
minggu ke) infeksi, mulai mun&ul sel fibroblas yang berperan dalam proses organisasi
eksudat, sehingga terbentuk jaringan fibrosis pada selaput otak yang menyebabkan perlekatan
D perlekatan. .ila perlekatan terjadi didaerah sisterna basalis, maka akan menimbulkan
hidrosefalus komunikan dan bila terjadi di a>uadu&tus Sylvii, foramen ;us&hka dan "agendi
maka terjadi hidrosefalus obstruktif. $alam 6aktu @C)! jam pertama arteri subaraknoid juga
mengalami pembengkakan, proliferasi sel endotel dan infiltrasi neutrofil ke dalam lapisan
adventisia, sehingga timbul fokus nekrosis pada dinding arteri yang kadang)kadang
menyebabkan trombosis arteri. Proses yang sama terjadi di vena. =okus nekrosis dan trombus
dapat menyebabkan oklusi total atau parsial pada lumen pembuluh darah, sehingga keadaan
tersebut menyebabkan aliran darah otak menurun, dan dapat menyebabkan terjadinya infark.
Infark vena dan arteri luas akan menyebabkan hemiplegia, dekortikasi atau
deserebrasi, buta kortikal, kejang dan koma. :ejang yang timbul selama beberapa hari
pertama dira6at tidak mempengaruhi prognosis, tetapi kejang yang sulit dikontrol, kejang
menetap lebih dari @ hari dira6at dan kejang yang timbul pada hari pertama dira6at dengan
penyakit yang sudah berlangsung lama, serta kejang fokal akan menyebakan manifestasi sisa
yang menetap. :ejang fokal dan kejang yang berkepanjangan merupakan petunjuk adanya
gangguan pembuluh darah otak yang serius dan infark serebri, sedangkan kejang yang timbul
sebelum dira6at sering menyebakna gangguan pendengaran atau tuli yang menetap.
(rombosis vena ke&il di korteks akan menimbulkan nekrosis iskemik korteks serebri.
:erusakan korteks serebri akibat oklusi pembuluh darah atau karena hipoksia, invasi kuman
akan mengakibatkan penurunan kesadaran, kejang fokal dang gangguan fungsi motorik
berupa paresis yang sering timbul pada hari ke #)@, dan jarang timbul setelah minggu I)II<
selain itu juga menimbulkan gangguan sensorik dan fungsi intelek berupa retardasi mental
dan gangguan tingkah laku< gangguan fungsi intelek merupakan akibat kerusakan otak karena
proses infeksinya, syok dan hipoksia. :erusakan langsung pada selaput otak dan vena di
duramater atau arakhnoid yang berupa trombophlebitis, robekan)robekan ke&il dan perluasan
infeksi araknoid menyebabkan transudasi protein dengan berat molekul ke&il ke dalam ruang
subaraknoid dan subdural sehingga timbul efusi subdural yang menimbulkan manifestasi
neurologis fokal, demam yang lama, kejang dan muntah.
REFERAT - Meningitis #
:arena adanya vaskulitis maka permeabilitas sa6ar darah otak (blood brain barrier)
menyebabkan terjadinya edema sitotoksik, dan arena aliran 'SS terganggu atau hidrosefalus
akan menyebabkan terjadinya edema interstitial.
"eskipun kuman jarang dapat dibiakkan dari jaringan otak, tetapi absorpsi dan
penetrasi toksin kuman dapat terjadi, sehingga menyebabkan edema otak dan vaskulitis<
kelainan saraf kranial pada meningitis bakterial disebabkan karena adanya peradangan lokal
pada perineurium dan menurunnya persediaan vaskular ke saraf &ranial, terutama saraf 9I, III
dan I9, sedang ataksia yang ringan, paralisis saraf kranial 9I dan 9II merupakan akibat
infiltasi kuman ke selaput otak di basal otak, sehingga menimbulkan kelainan batang otak.
Hangguan pendengaran yang timbul akibat perluasan peradanga ke mastoid, sehingga
timbul mastoiditis yang menyebabkan gangguan pendengaran tipe konduktif. :elain saraf
kranial II yang berupa papilitis dapat menyebabkan kebutaan tetapi dapat juga disebabkan
karena infark yang luas di korteks serebri, sehingga terjadi buta kortikal. "anifestasi
neurologis fokal yang timbul disebabkan oleh trombosis arteri dan vena di korteks serebri
akibat edema dan peradangan yang menyebabkan infark serebri, dan adanya manifestasi ini
merupakan petunjuk prognosis buruk, karena meninggalakan manifestasi sisa dan retardasi
mental.
Meningitis 2u#e!kulosis
1
"eningitis tuber&ulosis pada umumnya sebagai penyebaran tuber&ulosis primer, dengan
fo&us infeksi di tempat lain. .iasanya fokud infeksi primer di paru, namun .lo&klo&h
menemukan ,C- dengan fo&us infeksi primer di abdomen, ,1- di kelenja limfe leher dan
1,- tidak ditemukan adanya fokus infeksi primer. $ari fo&us infeksi primer, basil masuk ke
sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional, dan dapat menimbulkan
infeksi berat berupa tuber&ulosis milier atau hanya menimbulkan beberapa fo&us metastase
yang biasanya tenang.
Pendapat yang sekarang dapat diterima dikemukakan oleh Ai&h pada tahun 1F,1,
yakni bah6a terjadinya meningitis tuber&ulosis adalah mula)mula terbentuk tuberkel di otak,
selaupt otak atau medulla spinalis, akibat penyebaran basil se&ara hematogen selama infeksi
primer atau selama perjalanan tuber&ulosis kronik (6alaupun jarang). :emudian timbul
meningitis akibat terlepasnya basil dan antigennya dari tuberkel yang pe&ah karena
rangsangan mungkin berupa trauma atau fa&tor imunologis. .asil kemudia langsung masuk
ke ruang subara&hnoid atau ventrikel. 2al ini mungkin terjadi segera setelah dibentuknya lesi
atau setelah periode laten beberapa bulan atau beberapa tahun. .ila hal ini terjadi pada pasien
REFERAT - Meningitis @
yang sudah tersensitisasi, maka masuknya basil ke ruang subara&hnoid menimbulkan reaksi
peradangan yang menyebabkan perubahan pada &airan &erebrospinal. Aeaksi peradangan ini
mula)mula timbul di sekitar tuberkel yang pe&ah, tetapi kemudian tampak jelas di selaput
otak pada dasar otak dan ependim. "eningitis basalis yang terjadi akan menimbulkan
komplikasi neurologis, berupa paralisis saraf kranialis, infark karena penyumbatan arteria dan
vena, serta hidrosefalus karena tersumbatnya aliran &airan &erebrospinal.. perlengketan yang
sama dalam kanalis sentralis medulla spinalis akan menyebabkan spinal bloc- dan paraplegia.
Meningitis 1i!us
Patogen virus dapat men&apai akses SSP melalui jalur utama: hematogen atau neural.
2ematogen merupakan jalur tersering dari patogen viral yang diketahui. Penetrasi neural
menunjukkan penyebaran disepanjang saraf dan biasanya terbatas pada virus 2erpes (2S9)1,
2S9), dan vari&ella 3oster virus /9K91 . virus), dan kemungkinan beberapa enterovirus.
Pertahanan tubuh men&egah inokulum virus dari penyebab infeksi yang signifikan
se&ara klinis. 2al ini termasuk respon imun sistemik dan lokal, barier mukosa dan kulit, dan
blood)brain barrier (...). 9irus bereplikasi pada sistem organ a6al ( seperti mukasa sistem
respiratorius atau gastrointestinal ) dan men&apai akses ke pembuluh darah. 9iremia primer
memperkenalkan virus ke organ retikuloendotelial (hati, spleen dan kelenjar limfe ?
limfonodus) jika replikasinya timbul disamping pertahanan imunologis, viremia sekunder
dapat timbul, dimana dipikirkan untuk bertanggung ja6ab dalam SSP . Aeplikasi viral &epat
tampaknya memainkan peranan dalam mela6an pertahanan host.
"ekanisme sebenarnya dari penetrasi viral kedalam SSP tidak sepenuhnya
dimengerti. 9irus dapat mele6ati ... se&ara langsung pada level endotel kapiler atau
melalui defek natural (area post trauma dan tempat lainyang kurang ...). Aespon inflamasi
terlihat dalam bentuk pleositosis< leukosit polimorfonuklear (P"0) menyebabkan perbedaan
jumlah sel pada @)@C jam pertama, diikuti kemudian dengan penambahan jumlah monosit
dan limfosit. ;imfosit 'SS telah dikenali sebagai sel (, meskipun imunitas sel . juga
merupakan pertahanan dalam mela6an beberapa virus.
.ukti menunjukkan bah6a beberapa virus dapat men&apai akses ke SSP dengan
transport retrograde sepanjang akar saraf. Sebagai &ontoh, jalur ensefalitis 2S9)1 adalah
melalui akar saraf olfaktori atau trigeminal, dengan virus diba6a oleh serat olfaktori ke basal
frontal dan lobus temporal anterior.
2.;Manifestasi 0linis
"eningitis mempunyai karakteristik yakni onset yang mendadak dari demam, sakit
kepala dan kaku leher (stiff nec-). .iasanya juga disertai beberapa gejala lain, seperti :
REFERAT - Meningitis ,
"ual
"untah
=otofobia (sensitif terhadap &ahaya)
Perubahan atau penurunan kesadaran
Meningitis Bakte!ial
(idak ada satupun gambaran klinis yang patognomonik untuk meningitis bakterial. (anda
dan manifestasi klinis meningitis bakterial begitu luas sehingga sering didapatkan pada anak)
anak baik yang terkena meningitis ataupun tidak. (anda dan gambaran klinis sangat
bervariasi tergantung umur pasien, lama sakit di rumah sebelum diagnosis dan respon tubuh
terhadap infeksi.
"eningitis pada bayi baru lahir dan prematur sangat sulit didiagnosis, gambaran klinis
sangat kabur dan tidak khas. $emam pada meningitis bayi baru lahir hanya terjadi pada M
dari jumlah kasus. .iasanya pasien tampak lemas dan malas, tidak mau makan, muntah)
muntah, kesadaran menurun, ubun)ubun besar tegang dan membonjol, leher lemas, respirasi
tidak teratur, kadang)kadang disertai ikterus kalau sepsis. Se&ara umum apabila didapatkan
sepsis pada bayi baru lahir kita harus men&urigai adanya meningitis.
.ayi berumur # bulan D tahun jarang memberi gambaran klasik meningitis.
.iasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam, muntah, gelisah, kejang berulang,
kadang)kadang didapatkan pula #ig# pitc# cry (pada bayi). (anda fisik yang tampak jelas
adalah ubun)ubun tegang dan membonjol, sedangkan tanda :ernig dan .rud3insky sulit di
evaluasi. *leh karena insidens meningitis pada umur ini sangat tinggi, maka adanya infeksi
susuan saraf pusat perlu di&urigai pada anak dengan demam terus menerus yang tidak dapat
diterangkan penyebabnya.
Pada anak besar dan de6asa meningitis kadang)kadang memberikan gambaran klasik.
Hejala biasanya dimulai dengan demam, menggigil, muntah dan nyeri kepala. :adang)
kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah, gangguan tingkah laku. Penurunan kesadaran
seperti delirium, stupor, koma dapat juga terjadi. (anda klinis yang biasa didapatkan adalah
kaku kuduk, tanda .rud3inski dan :ernig. 0yeri kepala timbul akibat inflamasi pembuluh
darah meningen, sering disertai fotofobia dan hiperestesi, kaku kuduk disertai rigiditas spinal
disebabkan karena iritasi meningen serta radiks spinalis.
:elainan saraf otak disebabkan oleh inflamasi lokal pada perineurium, juga karena
terganggunya suplai vaskular ke saraf. Saraf D saraf kranial 9I, 9II, dan I9 adalah yang
paling sering terkena. (anda serebri fokal biasanya sekunder karena nekrosis kortikal atau
REFERAT - Meningitis E
vaskulitis oklusif, paling sering karena trombosis vena kortikal. 9askulitis serebral
menyebabkan kejang dan hemiparesis.
1
"anifestasi :linis yang dapat timbul adalah:
F
1. Hejala infeksi akut.
a. ;ethargy.
b. Irritabilitas.
&. $emam ringan.
d. "untah.
e. %noreksia.
f. Sakit kepala (pada anak yang lebih besar).
g. Pete&hia dan 2erpes ;abialis (untuk infeksi Pneumo&o&&us).
. Hejala tekanan intrakranial yang meninggi.
a. "untah.
b. 0yeri kepala (pada anak yang lebih besar).
&. (oaning cry ?(angisan merintih (pada neonatus)
d. Penurunan kesadaran, dari apatis sampai koma.
e. :ejang, dapat terjadi se&ara umum, fokal atau t6it&hing.
f. Bulging fontanel ?ubun)ubun besar yang menonjol dan tegang.
g. Hejala kelainan serebral yang lain, mis. 2emiparesis, Paralisis, Strabismus.
#. Crac- pot sign.
i. Pernafasan C#eyne Sto-es.
j. 2ipertensi dan C#o-ed disc papila 0. optikus (pada anak yang lebih besar).
#. Hejala ransangan meningeal.
a. :aku kuduk positif.
b. :ernig, .rud3insky I dan II positif. Pada anak besar sebelum gejala di atas
terjadi, sering terdapat keluhan sakit di daerah leher dan punggung.
Pada anak dengan usia kurang dari 1 tahun, gejala meningeal tidak dapat diandalkan
sebagai diagnosis.

.ila terdapat gejala)gejala tersebut diatas, perlu dilakukan pungsi lumbal
untuk mendapatkan &airan serebrospinal ('SS).
REFERAT - Meningitis !
"am#a! 9. 2an(a B!u(<inski
"am#a! ;. 2an(a 0e!nig
"am#a! =. Manifestasi klinis pa(a #a5i / neonatus
REFERAT - Meningitis C
"am#a! 8. Manifestasi klinis pa(a anak (an (e>asa

"am#a! 1?. *pist'otonus (an Blank starring pa(a M.Meningo&o&&us
Meningitis 2u#e!kulosis
8:1?
Se&ara klinis kadang)kadang belum terdapat gejala meningitis nyata 6alaupun selaput otak
sudah terkena. 2al demikian terdapat apda tuberlukosis miliaris sehingga pada penyebaran
miliar sebaiknya dilakukan pungsi lumbal 6alaupun gejala meningitis belum tampak.

1. Sta(ium p!o(!omal
Hejala biasanya didahului oleh stadium prodromal berupa iritasi selaput otal. "eningitis
biasanya mulai perlahan)lahan tanpa panas atau hanya terdapat kenaikan suhu ringan, jarang
terjadi akut dengan panas tinggi. Sering di jumpai anak mudah terangsang (iritabel) atau anak
menjadi apatis dan tidurnya sering terganggu. %nak besar dapat mengeluh nyeri kepala.
"alaise, snoreksia, obstipasi, mual dan muntah juga sering ditemukan. .elum tampak
manifestasi kelainan neurologis.
REFERAT - Meningitis F
2. Sta(ium t!ansisi
Stadium prodromal disusul dengan stadium transisi dengan adanya kejang. Hejala diatas
menjadi lebih berat dan mun&ul gejala meningeal, kaku kuduk dimana seluruh tubuh mulai
menjadi kaku dan opistotonus. Aefleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun)ubun menonjol dan
umumnya juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan
nistagmus. Sering tuberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran
lebih menurun hingga timbul stupor. :ejang, defisit neurologis fokal, paresis nervus kranial
dan gerakan involunter (tremor, koreoatetosis, hemibalismus).
%. Sta(ium te!minal
Stadium terminal berupa kelumpuhan kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil melebar
dan tidak bereaksi sama sekali. 0adi dan pernafasan menjadi tidak teratur, kadang)kadang
menjadi pernafasan C#eyne-Sto-es (&epat dan dalam). 2iperpireksia timbul dan anak
meninggal tanpa kesadarannya pulih kembali
(iga stadium diatas biasanya tidak mempunyai batas yang jelas antara satu dengan yang
lainnya, namun jika tidak diobati umumnya berlangsung # minggu sebelum anak meninggal.
Meningitis 1i!al
7:8
.iasanya gejala dari meningitis viral tidak seberat meningitis dan dapat sembuh alami tanpa
pengobatan yang spesifik.
Imumnya permulaan penyakit berlangsung mendadak, 6alaupun kadang)kadang
didahului dengan panas selama beberapa hari. Hejala yang ditemukan pada anak besar ialah
panas dan nyeri kepala mendadak yang disertai dengan kaku kuduk. Hejala lain yang dapat
timbul ialah nyeri tenggorok, nausea, muntah, penurunan kesadaran, nyeri pada kuduk dan
punggung, fotophobia, parestesia, myalgia. Hejala pada bayi tidak khas. .ayi mudah
terangsang dan menjadi gelisah. "ual dan muntah sering dijumpai tetapi gejala kejang jarang
didapati. .ila penyebabnya J&hovirus atau 'o8sa&kie, maka dapat disertai ruam dengan
panas yang akan menghilang setelah @), hari. Pada pemeriksaan ditemukan kaku kuduk,
tanda :ernig dan .rud3inski kadang)kadang positif.
9ariasi lain dari infeksi viral dapat membantu diagnosis, seperti :
Hastroenteritis, rash, faringitis dan pleurodynia pada infeksi enterovirus
"anifestasi kulit, seperti erupsi 3oster dari 9K9, makulopapular rash dari &ampak
dan enterovirus, erupsi vesikular dari herpes simpleks dan herpangina dari infeksi
&o8sa&kie virus %
=aringitis, limfadenopati dan splenomegali mengarah ke infeksi J.9
REFERAT - Meningitis #7
Immunodefisiensi dan pneumonia, mengarah ke infeksi adenovirus, '"9 atau 2I9
Parotitis dan or&hitis ke arah virus "umps
Meningitis 4amu!
Hejala klinis dari meningitis jamur sama seperti meningitis jenis lainnya< namun, gejalanya
sering timbul bertahap. Sebagai tambahan dari gejala klasik meningitis seperti sakit kepala,
demam, mual dan kekakuan leher, orang dengan meningitis jamur juga mengalami fotofobia,
perubahan status mental, halusinasi dan perubahan personaliti.
,
2.= Peme!iksaan Penun@ang
Pungsi Lum#al
1
Pungsi lumbal adalah &ara memperoleh &airan serebrospimal yang paling sering dilakukan
pada segala umur, dan relatif aman
Indikasi
1. :ejang atau t"itc#ing
. Paresis atau paralisis termasuk paresis 0.9I
#. :oma
@. Ibun)ubun besar membonjol
,. :aku kuduk dengan kesadaran menurun
E. (.' milier
!. ;eukemia
C. "astoiditis kronik yang divurigai meningitis
F. Sepsis
Pungsi lumbal juga dilakukan pada demam yang tidak diketahui sebabnya dah pada
pasien dengan proses degeneratif. Pungsi lumbal sebagai pengobatan dilakukan pada
meningitis kronis yang disebabkan oleh limfoma dan sarkoidosis. 'airan serebrospinal
dikeluarkan perlahan)lahan untuk mengurangi rasa sakit kepala dan sakit pinggang. Pungsi
lumbal berulang)ulang juga dilakukan pada tekanan intrakranial meninggi jinak (beningn
intracranial #ypertension)& pungsi lumbal juga dilakukan untuk memasukkan obat)obat
tertentu.
:ontraindikasi
:ontraindikasi mutlak pungsi lumbal adalah pada syok, infeksi di daerah sekitar tempat
pungsi, tekanan intrakranial meninggi yang disebabkan oleh adanya proses desak ruang
dalam otak (space occupaying lesion) dan pada kelainan pembekuan yang belum diobati.
REFERAT - Meningitis #1
Pada tekanan intrakranial meninggi yang diduga karena infeksi (meningitis) bukan
kontraindikasi tetapi harus dilakukan dnegan hati)hati.
:omplikasi
Sakit kepala, infeksi, iritasi 3at kimia terhadap selaput otak, bila penggunaan jarum pungsi
tidak kering, jarum patah, herniasi dan tertusuknya saraf oleh jarum pungsi karena penusukan
tidak tepat yaitu kearah lateral dan menembus saraf di ruang ekstradural.
%lat dan .ahan
1. Sarung tangan steril
. $uk berlubang
#. :assa steril, kapas, dan plester
@. +arum pungsi lumbal no. 7 dan beserta stylet
,. %ntiseptik: povidon iodine dan alkohol !7-
E. (abung reaksi untuk menampung &airan serebrospinal
Prosedur
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. ;eher fleksi maksimal (dahi ditarik
ke arah lutut), ektremitas ba6ah fleksi maksimum (lutut ditarik ke arah dahi), dan sumbu
kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
. (entukan daerah pungsi lumbal di antara vertebra ;@ dan ;, yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina
iskhiadika anterior superior (SI%S) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara ;@
dan ;, atau antara ; dan ;# namun tidak boleh pada bayi.
"am#a! 11. Lum#al Pungsi
REFERAT - Meningitis #
#. ;akukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 17 &m dengan
larutan povidon iodin diikuti dengan larutan alkohol !7- dan tutup dengan duk steril di
mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka.
@. (entukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 1,)#7 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama
1 menit.
,. (usukkan jarum spinal0stylet pada tempat yang telah ditentukan. "asukkan jarum
perlahan)lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka
ke atas sampai menembus duramater. +arak antara kulit dan ruang subarakhnoid berbeda
pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gi3i. Imumnya 1,,),, &m pada bayi dan
meningkat menjadi , &m pada umur #), tahun. Pada remaja jaraknya E)C &m. (gambar di
ba6ah ini.)
E. ;epaskan stylet perlahan)lahan dan &airan keluar. Intuk mendapatkan aliran &airan yang
lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. %mbil &airan untuk
pemeriksaan.
!. 'abut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester
Pengukuran (ekanan 'airan Serebrospinal
.ila tusukan jarum pungsi lumbal tepat dan ;'S mengalir keluar, manometer pengukur
tekanan ;'S dihubungkan dengan pangkal jarum pungsi lumbal tersebut. ;'S dibiarkan
mengalir mengisi manometer, dan tingginya &airan yang mengisi manometer diukur dalam
milimeter air. 0ilai normal tekanan ;'S ,7)77 mm pada keadaan tenang. Pada anak yang
berontak, menangis atau batuk tekanan akan meningkat.
emeri-saan LCS
.iasanya pada ;P yang berhasil ;'S yang keluar ditampung dalam botol steril untuk
pemeriksaan lengkap. 'airan yang keluar diperhatikan kejernihan dan 6arnanya, kemudian
ditentukan adanya protein yang meninggi dengan menggunakan uji Pandy dan 0onne.
Pada uji Pandy 1) tetes ;'S diteteskan ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya
telah diisi dengan 1 ml larutan fenol jenuh (carbolic acid). .ila kadar protein meninggi akan
didapatkan 6arna putih keruh atau endapan putih dalam tabung reaksi tersebut.
Pada uji 0onne, 7,, ml ;'S dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sebelumnya
telah diisi dengan 1 ml larutan amonium)sulfat jenuh. .ila kadar protein ;'S meningkat
didapati &in&in putih pada perbatasan kedua &airan tersebut.
REFERAT - Meningitis ##
Pada kesempatan selanjutnya ditentukan jumlah dan diferensiasi sel, kadar protein,
glukosa dan kuman dengan preparat langsung maupun kultur. Pada keadaan normal ;'S
ber6arna jernih seperti akuadest, tetapi pada neonatus bisa 8antokrom.
Sel
Intuk menghitung jumlah sel ;'S harus segar, harus sudah dihitung dalam 6aktu 1 jam
sesduah pungsi, karena jika terlalu lama sebagia sel menempel di dinding tabung?botol,
sebagian sudah lisis sehingga mempengaruhi perhitungan. +umlah sel leukosit normal pada
bayi sampai umur 1 tahun adalah 17 sel? Nl, 1)@ tahun C sel? Nl, reamaj dan de6asa ,,F B
1,!# leukosit ?Nl. Jritrosit biasanya tidak terdapat pada anak dan orang de6asa, ke&uali pada
pungsi traumatik. %danya sel neoplastik, plasmasit, sel stem dan eosinofil dalam ;'S selalu
abnormal.
Sel eritrosit berlebihan dalam ;'S menunjukkan adanya perdarahan atau pungsi
traumatik, untuk membedakannya segera lakukan pemutaran (&entrifuge) dan perhatikan
supernatanya. %pabila supernatan ber6arna 8antokrom berarti perdarah lama, jika jernih
berarti pungsi traumatik.
%pabila terdapat peninggian jumlah sel dan terutama P"0, maka kemungkinan
pasien menderita meningitis bakterial, atau pada meningitis virus dini atau neoplasma.di
.agian ilmu kesehatan anak =:II dipakai patokan jumlah sel ;'S normal pada anak 7?#
per Nl dan pada neonatus minggu pertama 177?# per Nl, tetapi tergantung juga pada keadaan
klinis pasien dan diferensiasi sel.
rotein
:adar protein normal 7)@7 mg?dl. :adar ini meningkat pada sindrom Huillain .arre, tumor
intrakranial atau intraspinal, perdarah intrakranial, penyakit degeneratif dan meningitis.
Pada neonatus kadar protein agak lebih tinggi, yaitu @7)C7 mg?dl pada umur 7)
minggu, dan #7),7 mg?dl pada umur )@ minggu. Pada neonatus dengan berat badan lahir
rendah kadar protein lebih tinggi lagi rata)rata 177 mg?dl. :adar protein yang tinggi pada
neonatus mungkin disebabkan oleh fungsi sa6ar darah otak yang belum matang dan adanya
perdarahan)perdarahan ke&il saat partus.
Glu-osa
:adar normal glukosa dalam ;'S antara M ) ?# kadar glukosa plasma, biasanya ,7)F7
mg?dl. .ila memeriksa kadar glukosa ;'S perlu pula ditentukan kadar glukosa plasma dan
kedua nilai ini dibandingkan. .ila kadar glukosa ;'S kurang dari ,7- kadar glukosa plasma,
maka dapat dikatakan bah6a kadar glukosa dalam ;'S merendah. Penurunan kadar glukosa
REFERAT - Meningitis #@
dalam ;'S didapati pada pasien dengan meningitis bakterial, karsinomatosis selaput otak dan
lain)lain.
(i-roorganisme
Pemeriksaan mikroorganisme perlu dilakukan yang pertama)tama dengan pe6arnaan gram.
$engan melihat bentuk kuman dan gram dapat diduga diagnosisnya se&ara &epat. .iakan
;'S dalam media dan uji sensitivitas terhadap obat dapat menentukan kuman penyebab yang
sebenarnya dan obat yang serasi.
Meningitis #akte!ial
1?
) $arah perifer lengkap dan kultur darah. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit jika ada
indikasi.
) Pungsi lumbal sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi :
$idapatkan &airan keruh atau opalesens dengan 0onne ())?(O) dan Pandy (O)?(OO).
+umlah sel 177)17.777?m
#
dengan hitung jenis predominan polimorfonuklear,
protein 77),77 mg?dl, glukosa 5@7 mg?dl. Pada stadium dini jumlah sel dapat
normal dengan predominan limfosit.
%pabila telah mendapat antibiotik sebelumnya, gambaran ;'S dapat tidak
spesifik.
) Pada kasus berat, pungsi lumbal sebaiknya ditunda dan tetap diberikan pemberian
antibiotik empirik (penundaan )# hari tidak mengubah nilai diagnostik ke&uali
identifikasi kuman, itupun jika antibiotiknya senstitif)
) +ika memang kuat dugaan kearah meningitis, meskipun terdapat tanda)tanda
peningkatan tekanan intra&ranial, pungsi lumbal masih dapat dilakukan asalkan
berhati)hati. Pemakaian jarum spinal dapat meminimalkan komplikasi terjadinya
herniasi.
) :ontraindikasi mutlak pungsi lumbal hanya jika ditemukan tanda dan gejala
peningkatan tekanan intra&ranial oleh karena lesi desak ruang.
) Pemeriksaan '()S&an dengan kontras atau "AI kepala (pada kasus berat atau &uriga
ada komplikasi seperti empiema subdural, hidrosefalus dan abses otak)
) Pada pemeriksaan elektroensefalografi dapat ditemukan perlambatan umum.
Meningitis 2u#e!kulosis
1?
) Pemeriksaan meliputi darah perifer lengkap, laju endap darah, dan gula darah.
;eukosit darah tepi sering meningkat (17.777)7.777 sel?mm
#
). Sering ditemukan
REFERAT - Meningitis #,
hiponatremia dan hipokloremia karena sekresi antidiuretik hormon yang tidak
adekuat.
) Pungsi lumbal :
;i>uor serebrospinal (;'S) jernih, cloudy atau 8antokrom
+umalh sel meningkat antara 17),7 sel?mm
#
dan jarang melebihi ,77 sel?mm
#
.
2itung jenis predominan sel limfosit 6alaupun pada stadium a6al dapat dominan
polimorfonuklear.
Protein meningkat di atas 177 mg?dl sedangkan glukosa menurun diba6ah #,
mg?dl, rasio glukosa ;'S dan darah diba6ah normal
Pemeriksaan .(% (basil tahan asam) dan kultur ".(b& tetap dilakukan.
+ika hasil pemeriksaan ;'S yang pertama meragukan, pungsi lumbal ulangan
dapat memperkuat diagnosis dengan interval minggu.
) Pemeriksaan olymerase C#ain 1eaction (P'A), en*yme-lin-ed immunosorbent
assay (J;IS%) dan Late. particle agglutination dapat mendeteksi kuman
(ycobacterium di &airan serebrospinal (bila memungkinkan).
) Pemeriksaan pen&itraan '()S&an atau "AI kepala dengan kontras dapat
menunjukkan lesi parenkim pada daerah basal otak, infark, tuberkuloma, maupun
hidrosefalus.
) =oto rontgen dada dapat menunjukkan gambaran penyakit (uberkulosis.
) Iji (uberkulin dapat mendukung diagnosis
) Jlektroensefalografi (JJH) dikerjakan jika memungkinkan dapat menunjukkan
perlambatan gelombang irama dasar.
F
Meningitis 1i!al

) Pemeriksaan hematologi dan kimia harus dilakukan
) Pemeriksaan ;'S merupakan pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan penyebab
meningitis. '( S&an harus dilakukan pada kasus yang berkaitan dengan tanda neurologis
abnormal untuk menyingkirkanlesi intrakranial atau hidrosefalus obstruktif sebelum
pungsi lumbal (;P). :ultur ;'S$ tetap kriteria standar pada pemeriksaan bakteri atau
piogendari meningitis asepti&. ;agi)lagi, pasien yang tertangani sebagian dari meningitis
bakteri dapat timbul dengan pe6arnaan gram negative dan maka timbul asepti&. 2al
berikut ini merupakan karakteristik ;'S yangdigunakan untuk mendukung diagnosis
meningitis viral:
REFERAT - Meningitis #E
Sel: Pleo&ytosis dengan hitung L.' pada kisaran ,7 hingga 417778 17F?; darah
telah dilaporkan pada meningitis virus, Sel mononu&lear predominan merupakan
aturannya, tetapi P"0 dapat merupakan sel utama pada 1)@ jam pertama< hitung
sel biasanya kemudian didominasi oleh limfosit pada pola ;'S klasik meningitisviral.
2al ini menolong untuk membedakan meningitis bakterial dari viral, dimana
mempunyai lebih tinggi hitung sel dan predominan P"0 pada sel pada perbedaan sel<
hal ini merupakan bukan merupakan aturan yang absolute bagaimanapun.
Protein: :adar protein ;'S biasanya sedikit meningkat, tetapi dapat bervariasi dari
normal hingga setinggi 77 mg?d;.
) Studi Pen&itraan : Pen&itraan untuk ke&urigaan meningitis viral dan ensefalitis dapat
termasuk '( S&an kepala dengan dan tanpa kontras, atau "AI otak dengan
gadolinium. '( s&an dengan &ontrast menolong dalam menyingkirkan patologi
intrakranial. S&an &ontrast harus didapatkan untuk mengevaluasi untuk penambahan
sepanjang mening dan untuk menyingkirkan &erebritis, abses intrakranial, empyema
subdural, atau lesi lain. Se&ara alternative, dan jika tersedia, "AI otak dengan gadolinium
dapat dilakukan. "AI dengan &ontrast merupakan standar kriteria pada
memvisualisasikan patologi intrakranial pada en&ephalitis viral. 2S9)1 lebih sering
mempengaruhi basal frontal dan lobus temporal dengan gambaran sering lesi bilateral
yang difus.
) (es ;ain : Semua pasien yang kondisinya tidak membaik se&ara klinis dalam@)@C jam
harus dilakukan ren&ana kerja untuk mengetahui penyebab meningitis. $alam kasus
ensefalitis yang di&urigai, "AI dengan penambahan kontras dan visualisasi yang adekuat
dari frontal basal dan area temporal adalah diperlukan. JJH dapat dilakukan jika
ensefalitis atau kejang subklinis di&urigai pada pasien yang terganggu,
eriodic laterali*ed epileptiform disc#arge (P;J$s) seringkali terlihat pada
ensefalitis herpeti&.
) Prosedur : Pungsi ;umbal merupakan prosedur penting yang digunakan dalam
mendiagnosis meningitis viral. Prosedur potensial lain, tergantung pada indikasi individu
dan keparahan penyakit, termasuk monitoring tekanan intrakranial, biopsi otak, dan
drainase ventri&ular atau shunting.
Meningitis 4amu!
1
Selain gejala klinis, sangat penting dilakukan pemeriksaan radiologis paru)paru dan organ
lainnya, skin test,antibodi serum dan pemeriksaan &airan serebrospinal. Isolasi kuman dari
REFERAT - Meningitis #!
lesi dan &airan serebrospinal merupakan pembantu diagnostik yang penting. Pada meningitis,
perlu dilakukan pemeriksaan '( s&an dan "AI. Perubahan &airan serebrospinal pada
meningitis jamur seperti pada meningitis tuberkulosis. (ekanan meningikat bervariasi,
pleiositosis moderat, biasanya kurang adri 1777 sel?mm#, dengan predominan limfosit.
:e&uali pada kasus yang akut, sel dapat meningkat lebih dari 1777?mm# dengan predominan
polimorfonuklear. Hlukosa bisanya agak menurun (subnormal) dan protein meningkat
kadang)kadang sampai pada kadar yang sangat tinggi.
2a#el. 7. "am#a!an ,ai!an Se!e#!ospinal pa(a meningitis #e!(asa!kan agen
etiologin5a
2
2.8 Diagnosis
Meningitis Bakte!ial
$iagnosis meningitis bakterial tidak dapat dibuat hanya dengan melihat gejala dan
tanda saja. "anifestasi klinis seperti demam, sakit kepala, muntah, kaku kuduk dan adanya
tanda rangsang meningeal kemungkinan dapat pula terjadi pada meningismus, meningitis
(.' dan meningitis asepti&. 2amper semua penulis mengatakan bah6a diagnosis pasti
meningitis hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan &airan serebrospinalis melalui pungsi
lumbal. *leh :arena itu setiap pasien dengan ke&urigaan meningitis harus dilakukan pungsi
lumbal.
1
Imumnya &airan serebrospinal ber6arna opalesen sampai keruh, tetapi pada stadium
dini dapat diperoleh &airan yang jernih.

Aeaksi Nonne dan andy umumnya didapatkan
positif kuat. +umlah sel umumnya ribuan per milimeter kubik &airan yang sebagian besar
REFERAT - Meningitis #C
terdiri dari sel polimorphonu&lear (P"0). Pada stadium dini didapatkan jumlah sel hanya
ratusan permilimeter kubik dengan hitung jenis lebih banyak limfosit daripada segmen. *leh
karena itu pada keadaan sedemikian, pungsi lumbal perlu diulangi keesokan harinya untuk
menegakkan diagnosis yang pasti. :eadaan seperti ini juga ditemukan pada stadium
penyembuhan meningitis purulenta. :adar protein dalam 'SS meninggi. :adar gula menurun
tetapi tidak serendah pada meningitis tuberkulosa. :adar klorida kadang)kadang merendah.
F
$ari pemeriksaan sediaan langsung diba6ah mikroskop mungkin dapat ditemukan
kuman penyebab, 6alaupun hal tersebut jarang terjadi. $iferensiasi kuman yang dapat
diper&aya hanya ditentukan se&ara pembiakan (kultur) dan per&obaan binatang. (idak
ditemukan kuman pada sediaan langsung bukanlah kontra)indikasi terhadap diagnosis. Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis yang tinggi dengan pergeseran ke kiri (S#ift to
t#e left). Imumnya terdapat anemia megaloblastik.
F
Meningitis 2u#e!kulosis
$iagnosis dapat ditentukan atas dasar gambaran klinis serta yang terpenting ialah
gambaran 'SS. $iagnosis pasti hanya dapat dibuat bila ditemukan kuman tuberkulosis dalam
'SS. Iji tuberkulin yang positif, kelainan radiologis yang tampak pada foto roentgen thorak
dan terdapatnya sumber infeksi dalam keluarga hanya dapat menyokong diagnosis. Iji
tuberkulin pada "eningitis tuberkulosis sering negatif karena reaksi anergi (false-negati!e),
terutama dalam stadium terminalis.
F
Meningitis 1i!al
$iagnosis etiologis hanya dapat dibuat dengan isolasi virus. $alam prakteknya,
pemeriksaan serologis tidak dikerjakan berhubung dengan banyaknya jenis virus yang dapat
menyebabkan penyakit ini.
$iagnosis biasanya dapat dibuat berdasarkan gejala klinis, kelainan 'SS dan
perjalanan penyakit yang self-limited. .iakan 'SS terhadap kemungkinan penyebab
mikroorganisme lain harus dikerjakan (fungus, leptospira, mikobakterium) agar kemungkinan
mikroorganisme penyebab lain dapat disingkirkan.
Selain biakan 'SS, pemeriksaan lain seperti uji tuberkulin, foto Aoentgen thorak,
men&ari sumber tuberkulosis harus dikerjakan agar dapat menyingkirkan kemungkinan
meningitis tuberkulosa.
Meningitis 4amu!
1
$iagnosis spesifik dapat dibuat dari hapusan &airan serebrospinal dan dari kultur dan
juga dengan menemukan antigen spesifik dengan immunodifusion late8 parti&le aggregation
atau perbandingan antigen re&ognition test. Pemeriksaan &airan serebrospinal harus termasuk
REFERAT - Meningitis #F
pemeriksaan tuber&le basilli dan leukosit abnormal oleh karena banyak terjadi infeksi
bersama jamur dengan tuberkulosa dan leukemia atau limfoma
2.1? Diagnosis Ban(ing
1
%bses otak
Jn&ephalitis
2erpes Simple8
2erpes Simple8 Jn&ephalitis
0eoplasma
:ejang demam
Subara&hnoid 2emorrhage
2.11 0omplikasi
1$2
:omplikasi dini :
Syok septik, termasuk $I'
:oma
:ejang (#7)@7- pada anak)
Jdema serebri
Septi& arthritis
Jfusi peri&ardial
%nemia hemolitik
:omplikasi lanjut :
Hangguan pendengaran samapi tuli
$isfungsi saraf kranial
:ejang multipel
Paralisis fokal
Jfusi subdural
2idro&ephalus
$efisit intelektual
%taksia
.uta
2ater#ouse-3rideric#sen syndrome
Hangren periferal
:ejang
REFERAT - Meningitis @7
:ejang merupakan komplikasi yang penting dan sering terjadi hampir 1 dari , pasien.
Insidens lebih tinggi pada usia kurang dari 1 tahun, men&apai @7-. Pasien meninggal akibat
dari iskemik yang difus pada susunan saraf pusat atau dari komplikasi sistemik.
Lalaupun dengan terapi antibiotik yang efektif, komplikasi neurologis tetap terjadi
pada #7- pasien.
Jdema Serebral
.eberapa derajat dari edema serebral sering terjadi pada meningitis bakterial.
:omplikasi ini merupakan penyebab penting kematian.
:elumpuhan saraf kranial dan infark serebri
:elumpuhan saraf kranial dan efek dari terganggunya aliran darah otak, seperti infark,
merupakan penyebab dari peningkatan tekanan intrakranial. Pada kasus tertentu, pungsi
lumbal atau insersi drain ventrikular diperlukan untuk mengurangi efek dari peningkatan ini.
Pada infark serebri, sel endotelial bengkak, proliferasi ke dalam lumen pembuluh
darah dan sel yang terinflamasi menginfiltrasi dinding pembuluh darah. 0ekrosis fokal pada
dinding arteri dan vena memi&u terjadinya trombosis. (rombosis vena lebih sering terjadi
dibandingakan arteri.
:erusakan parenkim otak
:erusakan parenkim otak dapat menyebabkan :
$efisit sensoris dan motoris
Serebral palsi
Learning disabilities
Aetardasi mental
.uta kortikal
:ejang
Serebritis
Inflamasi biasanya meluas sepanjang ruang perivaskuler sampai ke parenkim otak.
.iasanya, seribritis merupakan akibat dari penyebaran infeksi langsung, baik akibat infeksi
otorhinologik ataupun meningitis atau melalui penyebaran hematogen dari fokus infeksi
ekstrakranial.
9entrikulitis
Infeksi pada system ventrikel primer atau sekunder penyebaran mikroorganisem dari
ruang subaraknoid karena pasang surut 'SS atau migrasi kuman yang bergerak. :omplikasi
sering terjadi pada neonates, pernah dilaporkan sampai F- pada bayi dengan meningitis
REFERAT - Meningitis @1
purulenta. %pabila ventrikulitis disertai obstruksi a>uadu&tus Sylvii, maka infeksinya menjadi
stempat (terlokalisasi) seperti abses, dengan peningkatan tekanan intra&ranial yang &epat dan
dapat menyebabkan herniasi. Pada ventrikulitis perlu pengobatan dengan antibioti& parenteral
se&ara massif, irigasi dan drainase se&ara periodi&.
Jfusi Subdural
:emungkinan adanya efusi subdural perlu dipikirkan apabila demam tetap ada setelah
! jam pemberian antibioti& dan pengobatan suportif yang adekuat, ubun)ubun besar tetepa
membonjol, gambaran klinis meningitis tidak membaik, kejang fokal atau umum, timbul
kelainan neurologis fokal atau muntah)muntah. $iagnosis ditegakkan dengan transiluminasi
kepala atau pen&itraan. (ransiluminasi kepala dinyatakan positif bila daerah translusen
asimetri, pada bayi berumur kurang dari E bulan daerah trasnlusen melebihi #&m, dan pada
bayi berumur E bulan atau lebih daerah trasnslusen melebihi &m. selanjutnya efusi subdural
mempunyai @ kemungkinan: a. kering sendiri, bila jumlahnya sedikit< b.menetap atau
bertambah banyak< &. membentuk membrane yang berasal dari fibrin< d. menjadi empiema.
Pengobatan efusi subdural masih &ontroversial, tetapi biasanya dilakukan tap subdural
apabila terdapat penenkanan jaringan otak, demam menetap, kesadaran menurun tidak
membaik, peningkatan tekanan intra&ranial menetap, dan empiema. $ilakukan tap subdural
tiap hari (selang sehari) sampai kering. :alau dalam minggu tidak kering dikonsulkan ke
.agian .edah Saraf untuk dikeringkan. :alau lebih dari minggu tidak kering akan
terbentuk membrane yang berasal dari fibrin dan dapat menghalangi pertumbuhan otak.
"embrane akan membentuk neovaskular yang ujungnya menempel di korteks serebri dan
dapat merupakan fo&us iritatif akan timbulnya epilepsy di kemudian hari. Pengeluar &airan
satu kali tap maksimal #7ml pada kedua sisi. 'airan yang keluar pada permulaan ber6arna
8antokrom, setelah tap beberapa kali menjadi kuning muda.
Hangguan &airan dan elektrolit
Pada pasien meningitis ba&terial kadang disertai dengan hipervolemia (edema),
oliguria, gelisah, iritabel, dan kejang. 2al ini disebabkan oleh karena SI%$2, sekresi %$2
berlebihan. $iagnosis ditegakkan dengan meninmbang ulang pasien, memeriksa elektrolit
serum, mengukur volume dan osmolaritas urin dan mengukur berat jenis urin. Pengobatan
dengan restriksi pemberian &airan, pemberian diureti& (furosemid). Pada pasien berat dapat
diberikan sedikit natrium.
(uli
:ira)kira ,)#7- pasien meningitis ba&terial mengalami komplikasi tuli terutama
apabila disebabkan oleh S.penumoniae. (uli konduktif disebabkan oleh karena infeksi telinga
REFERAT - Meningitis @
tengah yang menyertai meningitis. Pang terbanyak tuli sensorineural. (uli sensorineural lebih
sering disebabkan oleh karena sepsis koklear daripada kelainan 0.9III. Hangguan
pendengaran dapat dideteksi dalam 6aktu @C jam sakit dengan .%JP. .iasanya
penyembuhan terjadi pada akhir minggu ke), tetapi yang berat menetap.
Pemberian deksametason dapat mengurangi komplikasi gangguan pendengaran
apabila diberikan sebelum pemberian antibioti& dengan dosis 7,Emg?kg..?hari intravena
diabgi @ dosis selama @ hari. :omplikasi lain berupa hidrosefalus, kejang, hemiparesis,
tetraparesis, dan retardasi mental. Pada hidrosefalus dikonsulkan ke .agian .edah Saraf
untung pemasangan pirau ventrikulo)peritoneal.
2.12 2ata Laksana
Meningitis #akte!ial
Pemberian terapi dilakukan se&epatnya saat diagnosis mengarah ke meningitis.
Idealnya kultur darah dan likuor &erebrospinal (;'S) harus diperoleh sebelum antibiotik yang
diberikan. +ika bayi yang baru lahir dengan ventilator dan penilaian klinis menunjukkan
pungsi lumbal mungkin berbahaya, dapat ditunda hingga bayi stabil. Pungsi lumbal yang
dilakukan beberapa hari pengobatan a6al berikut masih menunjukkan kelainan seluler dan
kimia namun hasil kultur bisa negatif.
C
"en&ari akses intravena, dan pemberian &airan. 0eonatus dengan meningitis rentan
untuk mengalami hiponatremia akibat SI%$2. Perubahan ini elektrolit juga berkontribusi
terhadap timbulnya kejang, terutama selama ! jam pertama penyakit.
C
Peningkatan tekanan intrakranial sekunder akibat edema serebral jarang pada
bayi. "onitor kadar gas darah dengan ketat untuk memastikan oksigenasi yang memadai dan
stabilitas metabolisme.
C
"AI dengan gadoteridol, ultrasonografi, atau '( s&an dengan kontras yang
dibutuhkan untuk menggambarkan kelainan intrakranial. ediatric 4cademic Societies
merekomendasikan bah6a "AI dengan kontras harus dilakukan untuk neonatus dengan
komplikasi meningitis !)17 hari setelah memulai pengobatan untuk memastikan bah6a tidak
ada penyulit yang terjadi. Semua bayi yang baru lahir sembuh dari meningitis harus dinilai
auditory e!o-ed potential untuk skrining adanya ketulian.
C

Pada bayi dan anak)anak, "anajemen meningitis bakteri akut melibatkan kedua terapi
antimikroba yang tepat dan terapi suportif. Semua pasien harus evaluasi audiologi& setelah
selesai terapi.
C
(erapi &airan dan elektrolit dilakukan dengan memantau pasien dengan memeriksa
tanda)tanda vital dan status neurologis dan balans &airan, menetapkan jenis yang dan volume
REFERAT - Meningitis @#
&airan, risiko edema otak dapat diminimalkan. %nak harus menerima &airan &ukup untuk
menjaga tekanan darah sistolik pada sekitar C7 mm 2g, output urin ,77 m;?m?hari, dan
perfusi jaringan yang memadai. "eskipun menghindari SI%$2 adalah penting, mengurangi
hidrasi pasien dan risiko penurunan perfusi serebral sama)sama penting juga.
$opamin dan agen inotropik lain mungkin diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah
dan sirkulasi yang memadai.
C
.ila anak dalam status konvulsivus diberikan dia3epam 7,)7,, mg?kg.. se&ara
intravena perlahan)lahan, apabila kejang belum berhenti pemberian dia3epam dapat diulang
dengan dosis dan &ara yang sama. %pabila kejang berhenti dilanjutkan dengan pemberian
fenobarbital dengan dosis a6al 17)7mg?kg.. I", @ jam kemudian diberikan dosis
rumatan @),mg?kg..?hari. %pabila dengan dia3epam intravena kali berturut)turut kejang
belum berhenti dapat diberikan fenitoin dengan dosis 17)7mg?kg.. se&ara intravena
perlahan)lahan dengan ke&epatan dalam 1 menit jangan melebihi ,7 mg atau
1mg?kg..?menit. $osis selanjutnya ,mg?kg..?hari diberikan 1)@ jam kemudian. .ila
tidak tersedia dia3epam, dapat digunakan langsung phenobarbital dengan dosis a6al dan
selanjutnya dosis maintenance.
1
(erapi antibiotik
Neonatus
%ntibiotik harus diberikan segera setelah terdapat akses vena pada pasien dengan
meningitis bakteri. Se&ara konservatif, pengobatan antimikroba a6al atau inisial terdiri dari
ampisilin dan kombinasi aminoglikosida (ampisilin dan &efota8ime juga). +ika S pneumoniae
di&urigai, vankomisin harus ditambahkan. (erapi empiris a6al untuk penyakit late-onset pada
bayi prematur harus men&akup agen antistaphylo&o&&us dan sefta3idim, amikasin, atau
meropenem.
C
%mpisilin memiliki &akupan yang baik untuk &o&&us gram)positif, termasuk
streptococcus grup B, entero&o&&us, L monocytogenes, beberapa strain dari % coli, dan jenis
) influen*ae B. %mpisilin juga dapat men&apai kadar yang adekuat dalam likuor
&erebrospinal (;'S).
C
%minoglikosida (misalnya, gentamisin, tobramy&in, amikasin) mempunyai aktivitas
yang baik terhadap hampir kebanyakan basil Hram)negatif, termasuk . aeruginosa dan
Serratia marcescens. 0amun, aminoglikosida hanya dapat men&apai kadar marginal pada
&airan ;'S dan ventrikel, bahkan ketika meninges meradang.
C
.eberapa generasi ketiga sefalosporin men&apai kadar yang baik dalam ;'S dan telah
mun&ul sebagai agen efektif terhadap infeksi gram negatif. Seftriakson berkompetisi dengan
REFERAT - Meningitis @@
bilirubin untuk pengikatan oleh albumin, dan dosis terapeutik &eftria8one menurunkan
&adangan albumin dalam serum bayi baru lahir sebesar #F-, dengan demikian, &eftria8one
dapat meningkatkan risiko ensefalopati bilirubin, terutama pada bayi baru lahir beresiko
tinggi. Seftriakson juga menyebabkan sludging (lumpur) empedu. (idak satupun dari
sefalosporin memiliki aktivitas terhadap L. monocytogenes dan entero&o&&us dan, karenanya,
tidak boleh digunakan sebagai agen tunggal untuk pengobatan a6al.:ombinasi ampisilin dan
sefalosporin generasi ketiga diperlukan.
C
+ika patogen terbukti menjadi bakteri yang rentan ampisilin dengan lo" minimum
in#ibitory concentration ("I') ampisilin, maka ampisilin dapat dilanjutkan
sendiri. 'efota8ime dan seftriakson juga mempunyai aktivitas yang baik terhadap
kebanyakan S.pneumoniae resisten penisilin. .aik vankomisin dan &efota8ime harus
diberikan pada pasien dengan meningitis S. pneumoniae sebelum hasil uji resistensi
antibiotik tersedia.
C
$i antara aminoglikosida, gentamisin dan tobramy&in telah digunakan se&ara
ekstensif dalam kombinasi dengan ampisilin. "eskipun kekha6atiran kadarnya pada ;'S,
agen ini telah terbukti efektif bila dikombinasikan dengan antibiotik beta laktam)untuk
pengobatan meningitis yang disebabkan oleh organisme seperti streptococcus grup B dan
entero&o&&us yang sensitif.
C

Infeksi yang melibatkan Stap#ylococcus S, anaerob, atau . aeruginosa mungkin
memerlukan antimikroba lainnya, seperti oksasilin, methi&illin, vankomisin, atau kombinasi
dari sefta3idim dengan aminoglikosida. Penetrasi ;'S dan keamanan agen antimikroba harus
menentukan penggunaan.
C
%gen etiologi dan penemuan klinis menjadi dasar dari lama pengobatan, namun
pengobatan selama 17 hari ) 1)hari biasanya &ukup untuk infeksi Streptococcus grup
.. Laktu yang lebih lama dibutuhkan untuk mensterilkan ;'S dengan meningitis oleh ba&il
gram negatif, dan biasanya diperlukan pengobatan selama #)@ minggu .
C
;umbal pungsi ulangan diindikasi pada keadaan tidak adanya perbaikan klinis atau
meningitis yang disebabkan oleh strain S pneumonia yang resisten atau dengan basil enterik
gram negatif. Pada neonatus dengan meningitis basil gram negatif, pemeriksaan 'SS selama
pengobatan diperlukan untuk memverifikasi kultur steril.Pemeriksaan ulang terhadap 'SS
untukpemeriksaan kimia dan kultur harus dilakukan @C)! jam setelah memulai pengobatan<
spe&imen lebih lanjut diperlukan bila tidak didapatkan sterilitas ataupun perbaikan klinis.
C
REFERAT - Meningitis @,
Anti#ioti& A(min$
ist!ation
+oute
Dose fo! #i!t'
>eig't A
2???g an( age
?$; (
Dose fo! #i!t'
>eig't B2???g
an( age ?$; (
Dose fo! #i!t'
>eig't A
2???g an(
age B; (
Dose fo! #i!t'
>eig't B2???g
an( age B; (
Peni&illins
%mpi&illin I9, I" ,7 mg >1h ,7 mg >Ch ,7 mg >Ch ,7 mg >Eh
Peni&illin)H I9 ,7,777 I >1h ,7,777 I >Ch ,7,777 I >Ch ,7,777 I >Eh
*8a&illin I9, I" ,7 mg >1h ,7 mg >Ch ,7 mg >Ch ,7 mg >Eh
(i&ar&illin I9, I" !, mg >1h !, mg >Ch !, mg >Ch !, mg >Eh
,ep'alospo!ins
'efota8ime I9, I" ,7 mg >1h ,7 mg >Ch ,7 mg >Ch ,7 mg >Eh
'eftria8one I9, I" ,7 mg on&e
daily
,7 mg on&e
daily
,7 mg on&e
daily
!, mg on&e
daily
'efta3idime I9, I" ,7 mg >1h ,7 mg >Ch ,7 mg >Ch ,7 mg >Ch
2a#el 9. Dosis anti#iotik untuk meningitis #akte!ial pa(a neonatus #e!(asa!kan #e!at
#a(an (an usia -mg/kg/(osis atau U/kg/(osis untuk (osis te!tinggi (ianta!a !entang
(osis. (an inte!Cal pem#e!ian.
=
Anti#ioti& A(min$
ist!ation
+oute
Desi!e(
Se!um
leCel
-m&g/mL.
Initial
(ose
fo! #i!t'
>eig't A
2???g an(
age ?$; (
-mg/kg /
(ose.D
Initial (ose
fo! #i!t'
>eig't
B2???kg
an( age ?$;
( -mg/kg /
(ose.D
Dose fo!
#i!t'
>eig't A
2???g
an( age
B; (
-mg/kg /
(ose.D
Dose fo!
#i!t'
>eig't
B2???g
an( age
B; (
-mg/kg /
(ose.D
REFERAT - Meningitis @E
Aminogl5&osi(es
%mika&in Q I9, I" 7)#7
(peak), 5
17 (trough)
!., >1h 17 >1h 17 >Ch 17 >Ch
Hentami&in Q I9, I" ,)17
(peak), 5
.,
(trough)
., >1h ., >1h ., >Ch ., >Ch
(obramy&in Q I9, I" ,)17
(peak), 5
.,
(trough)
., >1h ., >1h ., >Ch ., >Ch
"l5&opepti(e
9an&omy&inR Q I9, I" 7)@7
(peak), 5
17 (trough)
1, >1h 1, >Ch 1, >Ch 1, >Eh
R$ose stated is highest 6ithin dosage range.
Q Serum levels must be monitored 6hen patient has kidney disease or is re&eiving other
nephroto8i& drugs< adjust doses a&&ordingly.
2a#el ;. Anti#iotik untuk meningitis #akte!ial pa(a neonatus 5ang mem#utu'kan (osis
#e!(asa!kan ka(a! se!um
=
"enurut Standar Pelayanan "edis :esehatan %nak tahun 77@, terapi empirik untuk
neonatus dengan meningitis bakterial sebagai berikut :
11
Imur 7)! hari
) %mpisilin 1,7 mg?kg..?hari setiap C jam I9 O Sefotaksim 177 mg?kg..?hari
setiap 1 jam I9 atau
) Seftriakson ,7 mg?kg..?hari setiap @ jam I9 atau
) %mpisilin 1,7 mg?kg..?hari setiap C jam I9 O Hentamisin , mg?kg..?hari
setiap 1 ajm I9.
Imur 4! hari
REFERAT - Meningitis @!
) %mpisilin 77 mg?kg..?hari setiap E jam I9 O Hentamisin !,, mg?kg..?hari
setiap 1 jam I9 atau
) %mpisilin 77 mg?kg..?hari setiap C jam I9 atau
) Seftriakson !, mg?kg..?hari setiap @ jam I9.
Ba5i (an anak
Pemberian antibiotik yang &epat pasien yang di&urigai meningitis adalah penting. Pemilihan
antibiotik inisial harus memiliki kemampuan mela6an # patogen umum: S pneumoniae& N
meningitidis& dan ). influen*ae.
C
"enurut 5nfectious Diseases Society of 4merica (I$S%) practice guidelines for
bacterial meningitis tahun 77@, kombinasi dari vankomisin dan &eftria8one atau &efota8ime
dianjurkan bagi mereka yang di&urigai meningitis bakteri, dengan terapi ditargetkan
berdasarkan pada kepekaan patogen terisolasi. :ombinasi ini memberikan respon yang
adekuat terhadap pneumo&o&&us yang resisten penisilin dan 2. Influen3a tipe . yang resisten
beta)laktam. Perlu diketahui, 'efta3idime mempunyai aktivitas yang buruk terhadap
penumo&o&&us dan tidak dapat digunakan sebagai substitusi untuk &efota8ime atau
&eftria8one.
C
*leh karena buruknya penetrasi vankomisin pada susunan saraf pusat, dosis yang
lebih tinggi E7 mg?kg?hari dianjurkan untuk mengatasi infeksi susunan saraf pusat.
'efota8ime atau &eftria8one &ukup adekuat untuk pneumo&o&&us yang peka. 0amun, bila
S.pneumonia terisolasi mempunya "I' yang lebih tinggi untuk &efota8ime, dosis tinggi
&efota8ime (#77 mg?kg?hari) dengan vankomisisn (E7 mg?kg?hari) bisa menjadi pilihan.
C

(erapi dengan 'arbapenem merupakan pilihan yang baik patogen yang resisten
sefalosporin. "eropenem lebih dipilih dibandingkan imipenem oleh karena resiko kejang
lebih rendah. %ntibiotik lain seperti o8a3olidinon (line3olid), masih dalam penelitian.
=luorokuinolon dapat menjadi pilihan untuk pasien yang tidak dapat menggunakan antibiotik
jenis lain atau gagal pada terapi sebelumnya.
C
Pada pasien yang alergi beta)laktam (penisilin dan sefalospori) dapat dipilih
vankomisin dan rifampisin untuk kuman S.pneumoniae. :loramfenikol juga
direkomendasikan pada pasien dengan meningitis meningo&o&&al yang alergi beta)laktam.
C
Penilaian ;'S pada akhir terapi tidak dapat memprediksi akan terjadinya relaps atau
rekrudesensi dari meningitis. 2.influen3ae tipe . dapat menetap pada sekret nasofaring
6alopun setelah terapi meningitis. Intuk alasan tersebut, pasien harus diberikan Aifampisin
7 mg?kg dosis single selama @ hari bila anak dengan resiko tinggi tinggal di rumah ataupun
REFERAT - Meningitis @C
pusat penitipan anak. N.meningitidis dan S.pneumoniae biasanya dapat di eradikasi dari
nasofaring setelah terapi meningitis berhasil.
C
Anti#ioti& Dose -mg/kg/(.
I1
MaEimum Dail5 Dose Dosing
Inte!Cal
Ampi&illin @77 E)1 g >Eh
1an&om5&in E7 )@ g >Eh
Peni&illin " @77,777 I @ million >Eh
,efotaEime 77)#77 C)17 g >Eh
,eft!iaEone 177 @ g >1h
,efta<i(ime 1,7 E g >Ch
,efepimeD 1,7 )@ g >Ch
Imipenem F E7 )@ g >Eh
Me!openem 17 @)E g >Ch
+ifampin 7 E77 mg >1h
R"inimal e8perien&e in pediatri&s and not li&ensed for treatment of meningitis.
Q 'aution in use for treatment of meningitis be&ause of possible sei3ures.
2a#el =. Dosis anti#iotik pa(a #a5i (an anak (engan meningitis #akte!ial
=
"enurut Pedoman Pelayanan "edis I$%I tahun 717, terapi empirik pada bayi dan anak
dnegan meningitis bakterial sebagai berikut :
17
Isia 1 D # bulan :
) %mpisilin 77)@77 mg?kg..?hari I9 dibagi dalam @ dosis O Sefotaksim 77)
#77 mg?kg..?hari I9 dibagi dalam @ dosis, atau
) Seftriakson 177 mg?kg..?hari I9 dibagi dalam dosis
Isia 4 # bulan :
) Sefotaksim 77)#77 mg?kg..?hari I9 dibagi dalam #)@ dosis, atau
) Seftriakson 177 mg?kg..?hari I9 dibagi dosis, atau
) %mpisilin 77)@77 mg?kg..?hari I9 dibagi dalam @ dosis O :loramfenikol
177 mg?kg..?hari dibagi dalam @ dosis
+ika sudah terdapat hasil kultur, pemberian antibiotik disesuaikan dnegan hasil kultur
dan resistensi.
$urasi pemberian antibiotik menurut 5DS4 6778 guidelines for management of bacterial
meningitis adalah sebagai berikut :
C

N meningitidis ) ! hari
REFERAT - Meningitis @F
) influen*ae ) ! hari
S pneumoniae ) 17)1@ hari
S agalactiae ) 1@)1 hari
.a&il aerob Hram negatif ) 1 hari atau or minggu
L monocytogenes ) 1 hari atau lebih
(erapi $eksametason
Studi eksperimen mendapatkan bah6a pada he6an dengan meningitis bakterial yang
menggunakan deksametason menunjukkan perbaikan proses inflamasi, penurunan edema
serebral dan tekanan intrakranial dan lebih sedikit didapatkan kerusakan otak.
C
.egitu juga pada penelitian bayi dan anak dengan meningitis 2.infulen3ae tipe .
yang mendapat terapi deksametason menunjukkan penurunan signifikan insidens gejala sisa
neurologis dan audiologis, dan juga terbukti memperbaiki gangguan pendengaran. *leh
karena itu I$S% merekomendasikan penggunaan deksametason pada kasus meningits oleh
2.influen3a tipe . 17 D 7 menit sebelum atau saat pemberian antibiotik dengan dosis 7,1, D
7,E mg?kg setiap E jam selama )@ hari.
1,C
0amun pemberian deksametason dapat menurunkan penetrasi antibiotik ke SSP. *leh
karena itu pemberiannya harus dengan pemikiran yang matang berdasarkan kasus, resiko dan
manfaatnya.
C
.edah
Imumnya tidak diperlukan tindakan bedah, ke&uali jika ada komplikasi seperti
empiema subdural, abses otak, atau hidrosefalus.
17
Meningitis 2u#e!kulosis
8
.erdasarkan rekomendasi 4merican 4cademic of ediatrics 1FF@ diberikan @ ma&am obat
selama bulan dilanjutkan dengan pemberian I02 dan Aifampisin selama 17 bulan.
$asar pengobatan meningitis tuberkulosis adalah pemberian kombinasi obat anti)
tuberkulosa ditambah dengan kortikosteroid, pengobatan simptomatik bila terdapat kejang,
koreksi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau muntah)muntah dan fisioterapi.
$osis obat anti)tuberkulosis (*%() adalah sebagai berikut:
1. Isonia3id (I02) ,)17 mg?kg..?hari dengan dosis maksimum #77 mg?hari.
. Aifampisin 17)7 mg?kg..?hari dengan maksimum dosis E77 mg?hari.
#. Pira3inamid 7)@7 mg?kg..?hari dengan dosis maksimum 777 mg?hari.
REFERAT - Meningitis ,7
@. Jtambutol 1,), mg?kg..?hari dengan dosis maksimum ,77 mg?hari.
,. Prednison 1) mg?kg..?hari selama )# minggu dilanjutkan dengan tappering off
untuk menghindari terjadinya rebound p#enomenon.
Meningitis 1i!al
2
:ebanyakan meningitis viral jinak dan self-limited. .iasanya hanya perlu terapi
suportif dan tidak memerlukan terapi spesifik lainnya. Pada keadaan tertentu antiviral spesifik
mungkin diperlukan.
Pada pasien dengan defisiensi imun ( seperti agammaglobulinemia), penggantian
imunoglobulin dapat digunakan sebagai terapi infeksi kronik enterovirus.
2erpes simple8 meningitis
"anajemen antivirus 2S9 meningitis adalah kontroversial. %&y&lovir (17 mg ? kg I9 >Ch)
telah diberikan untuk 2S9)1 dan 2S9) meningitis. .eberapa ahli tidak menganjurkan terapi
antivirus ke&uali bila diikuti dengan ensefalitis.
'"9 meningitis
Hansiklovir (dosis induksi , mg ? kg >1h I9, dosis pemeliharaan , mg ?kg >@h) dan
foskarnet (dosis induksi E7 mg ? kg >Ch I9, pemeliharaan dosis F7)17 mg ? kg >@h I9)
digunakan untuk '"9 meningitis pada host yang immuno&ompromised.
2I9 meningitis
(erapi antiretroviral (%A() mungkin diperlukan untuk pasien dengan meningitis 2I9 yang
terjadi selama sindrom serokonversi akut.
Meningitis 4amu!
2
'andida
,E
(erapi a6al pilihan untuk meningitis 'andida adalah amfoterisin . (7,! mg ? kg ?
hari). =lusitosin (, mg ? kg >id) biasanya ditambahkan dan disesuaikan untuk
mempertahankan tingkat serum @7)E7 m&g ? m;, di berikan selama E)1 minggu, bergantung
dari efektivitas terapi dan adanya efek samping.(erapi %3ole dapat digunakan untuk follo6)
up terapi atau pengobatan supresi. Peniadaan material prostetik (misalnya, shunts
ventri&uloperitoneal) adalah komponen penting dalam terapi meningitis 'andida yang
berkaitan dengan prosedur bedah saraf.
'o&&idioides immitis
%mfoterisin . merupakan drug of c#oice meningitis oleh &o&&idioides, diberikan
se&ara intravena dan intratekal. $osis inisial intratekal 7,1 mg untuk # kali suntikan pertama.
Selanjutnya dosis ditingkatkan 7,, D 7,, mg #)@ kali setiap minggu. Jfek samping
pemberian se&ara intratekal seperti meningitis asepti&, nyeri punggung dan tungkai.
REFERAT - Meningitis ,1
"ikona3ol dapat diberikan se&ara intravena dan intratekal pada pasien yang tidak dapat
mentorelansi dosis tinggi dari %mfoterisin ..
E
Aegerensi lain menyebutkan flukona3ol oral (@77 mg ? hari) sebagai terapi untuk '
immitis ataupun dengan dosis yang lebih besar flukona3ol (1777 mg ? hari) atau dengan
kombinasi flukona3ol dan amfoterisin ..


2istoplasma &apsulatum
Aekomendasi terapi meningitis &apsulatum 2 adalah amfoterisin . liposomal di I9 ,)
mg?kg?hari untuk total 1!, mg ? kg diberikan selama @)E minggu, diikuti oleh itra&ona3ole
oral 77)#77 mg dua kali untuk tiga kali sehari minimal 1 tahun atau sampai resolusi kelainan
'SS dan antigen 2istoplasma.
,E

"eningitis &rypto&o&&al
$engan %I$S
Intuk terapi a6al, amfoterisin . (7,!)1 mg ? kg ? hari, I9) selama paling sedikit
minggu, dengan atau tanpa flusitosin (177 mg ? kg P*) terbagi dalam @ dosis . preparat
;iposomal amfoterisin . dapat digunakan pada pasien dengan atau yang &enderung akan
berkembang menjadi disfungsi ginjal (amfoterisin . #)@ liposom mg ? kg ? hari atau lipid
amfoterisin . kompleks , mg ? kg ? hari).
Intuk terapi konsolidasi, flukona3ol (@77 mg ? d selama C minggu).Itrakona3ol adalah
alternatif jika flukona3ol tidak ditolerir. Intuk terapi pemeliharaan, terapi antifungi jangka
panjang dengan flukona3ol (77 mg ? d) yang paling efektif (disbanding itra&ona3ole dan
amfoterisin . 1 mg ? kg ? minggu) untuk men&egah kambuh. Aisiko relaps tinggi pada pasien
dengan %I$S. $alam banyak kasus, meningitis kriptokokus menyebabkan (I: meningkat.
"engukur tekanan pembukaan selama pungsi lumbar sangat dianjurkan. .uatlah upaya untuk
mengurangi tekanan tersebut dengan pungsi lumbal berulang, menguras lumbal, atau shunt
atau pemberian manitol, juga telah digunakan.Peran agen baru, seperti vorikona3ol dan
posa&ona3ole, belum diselidiki.J&hino&andins tidak memiliki aktivitas terhadap kriptokokus.
Intuk pengobatan optimal untuk terkait 2I9 kriptokokal meningitis akut di 6ilayah terbatas
sumber daya, agen)agen yang digunakan adalah amfoterisin . dan flukona3ol. Ho to 2I9)1
SSP :ondisi %sosiasi ) "eningitis untuk informasi lengkap tentang topik ini.
2anpa AIDS
Intuk terapi induksi dan konsolidasi, amfoterisin . (7,!)1 mg ? kg ? hari) plus
flusitosin (177 mg ? kg ? hari) selama paling sedikit @ minggu. Ini dapat diperpanjang sampai
E minggu komplikasi neurologis. :emudian, flukona3ol (@77 mg ? d) untuk minimal C
REFERAT - Meningitis ,
minggu.Pungsi lumbar dianjurkan setelah minggu untuk mendokumentasikan sterilisasi dari
'SS. +ika infeksi berlanjut, terapi induksi lagi dianjurkan (E minggu).
2.1% Pen&ega'an
1%
Meningitis Bakte!ial
"elakukan imunisasi yang direkomendasikan tepat 6aktu dan sesuai jad6al
merupakan pen&egahan terbaik. "enjalani kebiasaan hidup sehat, seperti istirahat yang
&ukup, tidak kontak langsung dengan penderita lain juga dapat membantu. .ila hamil, resiko
meningitis oleh bakteri Listeria (listeriosis) dapat dikurangi dengan memasak daging dengan
benar, hindari keju yang terbuat dari susu tanpa pasteurisasi.
.erikut beberapa vaksin untuk tiga bakteri penyebab meningitis: Neisseria
meningitidis& Streptococcus pneumoniae and )aemop#ilus influen*ae type b (2ib):
9aksin "eningo&o&&us
(erdapat dua ma&am vaksin untuk Neisseria meningitidis yang tersedia di %meri&a
Serikat. 9aksin "eningo&o&&us polisakarida ("enomuneS). 9aksin "eningo&o&&us
&onjugate, "ena&traS and "enveoS. 9aksin "eningo&o&&us tidak dapat men&egah semua
tipe penyakit, namun dapat memberikan proteksi orang)orang yang dapat sakit jika tidak
diberi vaksin. 9aksin meningo&o&&us &onjugate di rekomendasikan rutin untuk orang berusia
11 D 1C tahun dan anak serta de6asa yang mempunyai resiko tinggi.
9aksin Pneumo&o&&al
(erdapat dua tipe dari vaksin pneumo&o&&us yang tersedia : 9aksin polisakarida dan
konjugasi. 9aksin pneumo&o&&us konjugasi, P'9! (PrevnarS), yang diproduksi akhir tahun
777, merupakan vaksin pertama yang digunakan untuk anak)anak usia kurang dari tahun.
P'91# (Prevnar 1#S), diproduksi a6al tahun 717, menggantikan P'9!. 9aksin
pneumo&o&&us sebagai pen&egahan penyakit pada anak)anak usia tahun atau lebih dan
de6asa sudah digunakan sejak tahun 1F!!. Pneumova8S, #)valent polysa&&haride va&&ine
(PPS9) di rekomendasikan untuk de6asa usia E, tahun atau lebih, untuk usia tahun atau
lebih yang mempunyai resiko tinggi penyakit Pneumo&o&&us (termasuk penyakit sel sabit,
infeksi 2I9, atau kondisi imunokompromais, dan untuk usia 1F)E@ tahun yang merokok dan
mempunyai asma.
9aksin 2ib
9aksin )aemop#ilus influen*ae tipe b (2ib) mempunyai efektivitas yang tinggi
mela6an meningitis bakterial oleh bakteri )aemop#ilus influen*ae tipe b. 9aksin 2ib dapat
men&egah &an prevent pneumonia, epiglottitis, dan infeksi serius lainnya yang disebabkan
oleh bakteri 2ib. 9aksin ini di rekomendasikan untuk semua anak usia kurang dari , tahun di
REFERAT - Meningitis ,#
%merika Serikat, dan biasa diberikan pada bayi mulai usia bulan. 9aksin 2ib dapat
dikombinasikan dengan vaksin lainnya.
Meningitis 2u#e!kulosis
9aksiniasi .'H memberikan efek proteksi (hampir E@-) terhadap meningitis (..
Peningkatan berat badan dibandingkan umur berhubungan dengan penurunan resiko dari
penyakit ini.
Meningitis 1i!al
Seseorang yang menderita infeksi virus dapat se6aktu)6aktu berkembang menjadi
meningitis. (idak terdapat vaksin untuk penyebab tersering dari meningitis virus. 'ara
terbaik untuk men&egahnya adalah dengan men&egah terjadinya infeksi virus. 0amun, hal ini
sulit dilakukan oleh karena seseorang dapat menderita infeksi virus dan menyebarkan virus
tersebut 6alaupun tidak terlihat sakit.
.erikut beberapa &ara untuk mengurangi resiko terserang infeksi virus atau
menyebarkannya ke orang lain :
'u&i tangan dengan benar dan sering, terutama setelah mengganti popok,
menggunakan toilet, batuk atau bersin dan memegang hidung.
.ersihkan benda)benda yang mungkin terkontaminasi, seperti pegangan pintu dan
remote &ontrol tv dengan sabun dan air, lakukan desinfeksi dengan mengen&erkannya
dengan &airan pemutih yang mengandung klorin.
2indari ber&iuman atau bertukar gelas minuman, alat makan, lipsti&k atau benda lain
dengan seseorang yang sakit atau dengan orang lain saat kita sakit.
Pastikan seluruh anggota keluarga sudah divaksin. 9aksinasi termasuk jad6al
vaksinasi anak)anak dapat men&egah anak mela6an beberapa penyakit yang da/at
menyebabkan meningitis virus. (ermasuk vaksin untuk &ampak dan gondongan
(""A) serta &a&ar air ( vaksin 9ari&ella)3oster).
2indari gigitan nyamuk atau serangga lainnya yang memba6a penyakit yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia.
:ontrol tikus dan sejenisnya.
Meningitis 4amu!
Seseorang dengan imunosupresi (infeksi 2I9) dapat men&oba menghindari kotoran
dari burung, kegiataan yang berhubungan dengan debu dan kotoran lainnya, teerutama jika
tinggal di region geografis dimana terdapat jamur seperti )istoplasma& Coccidioides atau
spesies Blastomyces. Seseorang dengan 2I9 tidak dapat terhindar sepenuhnya. .eberapa
REFERAT - Meningitis ,@
pedoman merekomendasikan profilaksis anti jamur jika tinggal di regio geografis dimana
insidens infeksi jamur sangat tinggi.
2.1 P!ognosis
Meningitis #akte!ial
1
Prognosis pasien meningitis bakterial tergantung dari banyak faktor, antara lain:
1. Imur pasien
. +enis mikroorganisme
#. .erat ringannya infeksi
@. ;amanya sakit sebelum mendapat pengobatan
,. :epekaan bakteri terhadap antibioti& yang diberikan
"akin muda umur pasien makin jelek prognosisnya< pada bayi baru lahir yang
menderita meningitis angka kematian masih tinggi. Infeksi berat disertai $I' mempunyai
prognosis yang kurang baik. %pabila pengobatan terlambat ataupun kurang adekuat dapat
menyebabkan kematian atau &a&at yang permanen. Infeksi yang disebabkan bakteri yang
resisten terhadap antibiotik bersifat fatal.
$engan deteksi bakteri penyebab yang baik pengobatan antibiotik yang adekuat dan
pengobatan suportif yang baik angka kematian dan ke&a&atan dapat diturunkan. Lalaupun
kematian dan ke&a&atan yang disebabkan oleh bakteri gram negatif masih sulit diturunkan,
tetapi meningitis yang disebabkan oleh bakteri)bakteri seperti 2.influen3ae, pneumokok dan
meningokok angka kematian dapat diturunkan dari ,7)E7- menjadi 7),-. Insidens
se>uele "eningitis bakterialis F)#C-, karena itu pemeriksaan uji pendengaran harus segera
dikerjakan setelah pulang, selain pemeriksaan klinis neurologis. Pemeriksaan penunjang lain
disesuaikan dengan temuan klinis pada saat itu.
1,F
Meningitis 2u#e!kulosis
8
Sebelum ditemukannya obat)obat anti)tuberkulosis, mortalitas meningitis tuberkulosis
hampir 177-. $engan obat)obat anti)tuberkulosis, mortalitas dapat diturunkan 6alaupun
masih tinggi yaitu berkisar antara 17)7- kasus. Penyembuhan sempurna dapat juga terlihat.
Hejala sisa masih tinggi pada anak yang selamat dari penyakit ini, terutama bila datang
berobat dalam stadium lanjut. Hejala sisa yang sering didapati adalah gangguan fungsi mata
dan pendengaran. $apat pula dijumpai hemiparesis, retardasi mental dan kejang. :eterlibatan
hipothalamus dan sisterna basalis dapat menyebabkan gejala endokrin. Saat permulaan
pengobatan umumnya menentukan hasil pengobatan.
Meningitis 1i!al
8
REFERAT - Meningitis ,,
Penyakit ini self-limited dan penyembuhan sempurna dijumpai setelah #)@ hari pada
kasus ringan dan setelah !)1@ hari pada keadaan berat.
Meningitis 4amu!
Pada pasien yang tidak diobati, biasanya fatal dalam beberapa bulan tetapi kadang)
kadang menetap sampai beberapa tahun dengan rekuren,remisi dan eksaserbasi. :adang)
kadang jamur pada &airan serebrospinal ditemukan selama tiga tahun atau lebih. (elah
dilaporkan beberapa kasus yang sembuh spontan.
BAB III
0ESIMPULAN
"eningitis adalah proses infeksi dan inflamasi yang terjadi pada selaput otak. Infeksi
ini disertai dengan frekuensi komplikasi akut dan resiko morbiditas kronis yang tinggi. :linis
meningitis dan pola pengobatannya selama masa neonatus (7 D C hari) biasanya berbeda
dengan polanya pada bayi yang lebih tua dan anak D anak. "eningitis dapat terjadi karena
REFERAT - Meningitis ,E
infeksi virus, bakteri, jamur maupun parasit. "eskipun demikian, pola klinis meningitis pada
masa neonatus dan pas&a D neonatus dapat tumpang tindih, terutama pada penderita usia 1 D
bulan dimana Strepto&o&&us group ., 2. influen3ae tipe ., meningo&o&&us, dan
pneumo&o&&us semuanya dapat menimbulkan meningitis.

(anpa memandang etiologi, kebanyakan penderita dengan infeksi sistem saraf pusat
mempunyai sindrom yang serupa. Hejala D gejala yang la3im adalah : nyeri kepala, nausea,
muntah, anoreksia, gelisah dan iritabilitas. Sayangnya, kebanyakan dari gejala D gejala ini
sangat tidak spesifik. (anda D tanda infeksi sistem saraf pusat yang la3im, disamping demam
adalah : fotofobia, nyeri dan kekakuan leher, kesadaran kurang, stupor, koma, kejang D
kejang dan defisit neurologis setempat. :eparahan dan tanda D tanda ditentukan oleh patogen
spesifik, hospes dan penyebaran infeksi se&ara anatomis
Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang signifikan di seluruh
dunia. :eadaan ini harus ditangani sebagai keadaan emergensi. :e&urigaan klinis meningitis
sangat dibutuhkan untuk diagnosis. .ila tidak terdeteksi dan tidak diobati, meningitis dapat
mengakibatkan kematian.
Selama pengobatan meningitis, perlu dimonitor efek samping penggunaan antiobiotik
dosis tinggi< periksa darah perifer serial, uji fungsi hati dan uji fungis ginjal. Perlu dilakukan
pemantauan ketat terhadap tumbuh kembang pasien yang sembuh dari meningitis.
BAB I1
DA/2A+ PUS2A0A
1. Saharso $, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. $alam : Soetomenggolo (S, Ismael S,
penyunting. .uku %jar 0eurologi %nak. +akarta: .P I$%I< 1FFF. h. @7)E, ##F)!1
. Aa3onable AA, dkk. "eningitis. Ipdated: "ar F
th
, 711. %vailable from :
http:??emedi&ine.meds&ape.&om?arti&le? #F1,)overvie6.
REFERAT - Meningitis ,!
#. (an (T. "eningitis. In : Perkin A", S6ift +$, 0e6ton $%, penyunting. Pediatri&
2ospital "edi&ine, te8tbook of inpatient management. Philadelphia : ;ippin&ott
Lilliams U Lilkins< 77#. h. @@#)E.
@. Sitorus "S. Sistem 9entrikel dan ;i>uor 'erebrospinal. %vailable from :
http:??repository.usu.a&.id?bitstream?1#@,E!CF?#,@E?1?anatomi)mega.pdf.
,. %nonymous. "eningitis. 'enters for $isease 'ontrol and Prevention.
Ipdated: %ugust E
th
, 77F %vailable from :
http:??666.&d&.gov?meningitis?about?&auses.html.
E. =eni&hel H". 'lini&al Pediatri& 0eurology. ,
th
ed. Philadelphia : Jlvesier saunders<
77,. h. 17E)1#.
!. Prober 'H. 'entral 0ervous System Infe&tion. $alam : .ehrman, :liegman, +enson,
penyunting. 0elson (e8tbook of Pediatri&s. Jdisi ke)1!. Philadelphia: Saunders<
77@. h. 7#C)@!.
C. "uller ";, dkk. Pediatri& .a&terial "eningitis. "ay 11
th
, 711. %vailable from:
http:??emedi&ine.meds&ape.&om?arti&le?FE1@F!)overvie6.
F. Staf Pengajar Ilmu :esehatan %nak =:II. Ilmu :esehatan %nak. +ilid . +akarta:
.agian :esehatan %nak =:II< 1FC,. h.,,C)E,, EC)F.
17. Pudjiadi %2,dkk. Jd. Pedoman Pelayanan "edis Ikatan $okter %nak Indonesia. +ilid
1. +akarta : Pengurus Pusat Ikatan $okter %nak Indonesia< 717. h. 1CF)FE.
11. Pusponegoro 2$, dkk. Standar Pelayanan "edis :esehatan %nak. Jdisi ke)1. +akarta:
.adan Penerbit I$%I< 77@ : 77 D 7C.
1. 'ordia L,dkk. "eningitis 9iral. Ipdated: "ar F
th
, 711. %vailable from:
http:??emedi&ine.meds&ape.&om?arti&le?11EC,F)overvie6.
1#. %nonymous. "eningitis. 'enters for $isease 'ontrol and Prevention.
Ipdated: %ugust E
th
, 77F %vailable from : http:??666.&d&.gov?meningitis?about?
prevention.html.
REFERAT - Meningitis ,C

Anda mungkin juga menyukai