Gaya dalam hal ini sarat dengan arti melawan segala sesuatu yang
alamia, pakem yang mengikat yang menyanggah prinsip kesatuan dan
keterpaduan. Jika ditelaah dengan makna lain, dapat dikatakan sebagai
bentuk resistensi terhadap sistem yang kaku. Genet menekankan praktik
resistensi ini melalui gaya tersebut. Dan hal-hal seperti ini secara tidak
langsung menunjukkan bentuk keterasingan kaum minoritas ini. Makna
keterasingan ini dikuatkan lewat ungkapan Genet [hal.39]. Di luar itu bentuk
pengasingan seperti ini kemudian memotivasi mereka untuk terus
mengekspresikan diri melalui peyelewengan simbolik atas tertib sosial.
Kaum punk membawa gerakan ini dengan terus menarik perhatian
masyarakat, memprovokasi dan bertindak untuk tidak hanya diam.
Tidak ada subkultur yang lebih gigih daripada kaum punk untu memisahkan
diri dari format-format yang telah diwajarkan. Dan tidak ada pula yang
mengungkapkan ketidaksetujuan layaknya kaum punk. Oleh karenanya
subkultur punk merupakan budaya perlawanan yang harus diberi tempat
dalam tatanan sosial masyarakat yang mengikat. Kultur & Hegemoni
Sejak akhir abad ke-18, kultur telah dipakai oleh para intelektual dan tokoh
sastra untuk mengangkat secara kritis kisaran luas isu-isu kontroversif,
seperti mutu kehidupan, dampak mekanisasi terhadap manusia, pembagian
kelas kerja dan penciptaan massa. Dalam kecenderungan masyarakat yang
amat kompleks yang bekerja dengan sistem pembagian kerja yang dipilah
[terspesialisasi] perlu dipertanyakan kelompok kerja dan kelas kerja mana
yang menentukan pengaturan dan penggolongan ranah sosial. Contoh
lainnya adalah penyebarluasan gagasan dalam kehidupan sosial. Kelompokkelompok tertentu yang mendominasi justru lebih menentukan, sementara
yang lainnya disudutkan hanya karena lebih kecil kekuasaannya untuk
menyampaikan
gagasan/argumentasi
mereka
kepada
publik.
Ini
pada tahun 1999 [cetakan ke XIII]. Ini adalah resensi saya tahun 2006 untuk
salah satu forum diskusi kecil-kecilan. Perlu banyak belajar!!!!! :]