Anda di halaman 1dari 8

Positioning Sistem Ekonomi Islam Diantara Sistem Ekonomi Yang Ada

Oleh :
Bagus Sunar Widodo, SE
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
(catatan redaksi : artikel ini akan dipublish secara berseri, artikel ini telah disampaikan di
acara Seminar Nasional Ekonomi Islam dan Konggres Kelompok Studi Ekonomi Islam
se-Indonesia, di UNDIP, Semarang, 10 - 13 Mei 2000)
Pendahuluan
Pudarnya keyakinan akan konsep kesejatian yang terimplementasi pada derivasi
tatanan hidup akan lebih sering terjadi, mengingat kemiskinan realita empiris dimana
pada prosesnya selanjutnya akan terjadi stagnasi pemikiran. Berbagai diskusi yang
panjang dan melelahkan akan lebih sangat bermakna bila mendapatkan pola strategi
dalam perwujudan bangunan empiris yang akan sangat dibutuhkan pada tahap
pembuktian dari kesejatian ber-Islam dengan dimensi muamalah iqtishadiyah. Identifikasi
yang cermat dari berbagai sudut pandang sangat diperlukan guna penempatan sistem
ekonomi Islam diantara sistem-sistem yang lain. Diferensiasi antara ilmu ekonomi Islam
dengan sistem ekonomi lainnya perlu dikedepankan agar positioning menjadi lebih
proporsional.
Ekonomi Islam sebagai ilmu
Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari pola perilaku
manusia dalam memenuhi kebutuhannnya yang sangat tidak terbatas dengan berbagai
keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dlam
ilmu ekonomi Islam tidak hanya dipelajari individu-individu sosial semata namun juga
manuasia yang memiliki bakat religi. Hampir sama denga ekonomi yang lain bahwa
timbulnya masalah ekonomi berawal karena kebutuhan yang sangat banyak tetapi alat
pemuas kebutuhan yang serba terbatas, namun perbedaan menjadi besar ketika berlanjut
pada proses pilihan optional.
Kesempatan untuk memilih berbagai alat pemuas kebutuhan dalam ekonomi Islam
dituntun dengan sebuah etika nilai-nilai Islam. Lebih jelasnya, religius. Hal ini tentunya
tidak dapat dinafikkan mengingat pola perilaku masyarakat akan sangat ditentukan
dengan kultur nilai yang ada. Bahwa tidak semua manusia mengidap bebalisme, namun
ada juga yang berhati nurani. Cukuplah dipahami bahwa fenomena kehidupan dunia
memang terdiri dari dua hal yang berbeda, ada siang dan malam, panas dan dingin
termasuk juga ada baik dan buruk. Dan setiap orang yang terjaga kefitrahannya bisa
menilai mana yang baik diantara berbagai perpaduan yang buruk.
Ekonomi Islam sebagai sistem ekonomi
Sistem ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang berdasarkan ke-Tuhanan
dan etika. Ia terpancar dari aqidah islamiah. Islam sengaja diturunkan oleh Allah SWT
untuk seluruh umat manusia. Sehingga ekonomi Islam akan bekerja sekuat tenaga untuk
mewujudkan kehidupan yang baik dan sejahtera bagi manusia. Tetapi hal ini bukanlah
sebagai tujuan akhir, sebagaimana dalam sistem ekonomi yang lain. Ekonomi Islam
bertitik tolak dari Allah sebagai satu-satunya sesembahan dan memiliki tujuan akhir pada
Allah juga (Allah kaghoyyatul ghoyyah). Penambpkan yang sangat mencolok dari sistem
ekonomi Islam adalah bagaimana proses distribusi kekayaan dan kepemilikan serta cara

melakukan transaksi terhadap kekayaan tersebut dan berbagai hal kegiatan ekonomi
diliputi perasaan atas setiap pelaku kegiatan ekonomi bahwa dirinya selalu diawasi oleh
Allah (muraqabatullah) dan senantiasa bersama Allah (ma iyatullah). Dan sikap ini kan
muncul dari keimanan seseorang pada Sang Kholiq.
Selain berlandaskan ke-Tuhanan dan etika, sistem ekonomi Islam juga berkarakter
kemanusiaan. Bukanlah suatu hal yang bertolak belakang, membahas kemanusiaan
dengan ke-Tuhanan, karena ide kemanusiaan juga berasal dari Tuahan (insaniyatul insan).
Bahwa allah SWT telah menciptakan manusia dan memberinya sebuah pedoman agar
hidup sebagaimana manusia yang diharapkan dari tujuan penciptaan. Setiap mausia
dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu fitrah berke-Tuhanan, sehingga dalam perwujudan
konteks loayalitas dalam kehidupan berekonominya digunakan cara-cara yang telah
digariskan oleh Sang Pencipta.
Etika Islam mengajarkan manusia untuk menjalin kerjasama, tolong-menolong dan
menjauhkan rasa iri dengki dan dendam. Selain itu juga mengajarkan berkasih sayang,
terutama kepada yang lemah. Dan sendi dasar yang digunakan dlam sistem ekonomi
Islam adalah sifat pertengahan yang merupakan ciri umat Islam. Jiwa tatanan dalam
ekonomi Islam adalah keseimbangan (tawazun) dan keadilan (al adl). Hal ini terlihat jelas
pada pengakuan atas hak individu dan masyarakat. Sistem ekonomi yang moderat, tidak
menyakiti dan mengangkat yang lemah (kebalikan dari kapitalis), namun juga mengakui
hak dan prestasi individu dan masyarakat (kebalikan dari sosialis).
Positioning sistem ekonomi Islam
1. Kilas sejarah faham-faham ekonomi
Sesungguhnya telah sepuluh abad sebelum orang-orang Eropa menyusun teoriteori tentang ekonomi, telah diturunkan oleh Allah SWT sebuah analisa tentang
ekonomi yang khas di daerah Arab. Hal yang lebih menarik adalah bahwa analisa
ekonomi tersebut tidak mencerminkan keadaan bangsa Arab pada waktu itu, tetapi
adalah untuk seluruh dunia. Jadi sesunguhnya hal tersebut merupakan hidayah dari
Allah SWT, Tuhan yang mengetahui sedalam-dalamnya akan isi dan hakikat dari
segala sesuatu. Walaupun, jauh sebelumnya Allah telah menurunkan petunjuk pada
umat manusia terdahulu, diantaranya Nabi Musa as untuk bangsa Yahudi dan Nabi Isa
as untuk bani Israil.
Namun, ajaran itu mulai terdistorsi dan timbul beberapa penyimpangan,
terkhusus lagi penerapan agama pada sisi ekonomi yang kemudian dikenal dengan saat
kesalahan fatal bagi kaum agamawan yang terbawa arus kaum feodalisme. Kemudian
struktur ekonomi yang ada dalam firman Allah dan sudah sangat jelas aturanaturannya tersebut, pernah dan telah dilaksanakan dengan baik oleh umat pada waktu
itu. Struktur ekonomi tersebut adalah suatu susunan baru yang lebih bersifat universal
dari pada bersifat nasional.
Dan bukan merupakan ekonomi nasional bangsa Arab. Berbagai pemikiran dari
para sarjana ataupun filosof-filosof zaman dahulu mengenai eknomi tersebut juga
sudah ada. Diantaranya adalah pemikiran Abu Yusuf (731 - 798 M), Yahya Ibnu Adam
(meninggal 818 M), Al Farabi (870 950 M), Ibnu Siena (980 1037 M), El Hariri
(1054 1122 M), Imam Al Ghozali (1058 1111 M), Tusi (1201 1274 M), Ibnu
Taimiya (1262 1328 M), Ibnu Khaldun (1332 1406 M), dan lain-lain. Barangkali
tidaklah pada tempatnya untuk menyebut secara singkat sumbangan dari beberapa
diantara mereka itu. Sumbangan Abu Yusuf terhadap keuangan umum adalah

tekanannya terhadap peranan negara, pekerjaan umum dan perkembangan pertanian


yang bahkan masih berlaku sampai sekarang ini.
Gagasan Ibnu Taimiyah tentang harga ekuivalen, pengertiannya terhadap
ketidaksempurnaan pasar dan pengendalian harga, tekanan terhadap peranan negara
untuk menjamin dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat dan gagasannya
terhadap hak milik, memberikan sejumlah petunjuk penting bagi perkembangan
ekonomi dunia sekarang ini. Ibnu Khaldun telah memberikan definisi ekonomi yang
lebih luas dari pada Tusi. Dia menganggap bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu
pengetahuan yang positif maupun normatif. Maksudnya mempelajari ekonomi adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan bukan kesejahteraan individu.
Ibnu Khaldun yang telah melihat adanya hubungan timbal balik antara faktor-faktor
ekonomi, politik, sosial, etika, dan pendidikan. Dia memperkenalkan sejumlah
gagasan ekonmi yang mendasar seperti pentingnya pembagian kerja, pengakuan
terhadap sumbangan kerja dalam teori nilai, teori mengenai pertumbuhan penduduk,
pembentukan modal, lintas perdagangan, sistem harga dan sebagainya.
Secara keseluruhan para cendekiawan tersebut pada umumnya dan Ibnu
Khaldun pada khususnya dapat dianggap sebagai pelopor perdagangan fisiokrat dan
klasik (misalnya : Adam Smith, Ricardo, Malthus) dan neo klasik (misalnya Keynes).
Kemudian dibenua Eropa pernah ada suatu zaman dimana tidak ada pengakuan
terhadap hak milik manusia, melainkan yang ada hanyalah milik Tuhan yang harus
dipersembahkan kepada pemimpin agama sebagai wakil mutlak dari Tuhan. Pada
zaman tersebut yang kemudian terkenal dengan sistem universalisme, yang ditegakkan
diatas dasar keyakinan kaum agama semua datang dari Tuhan, milik Tuhan dan harus
dipulangkan kepada Tuhan. Semenjak itu kedudukan manusia semakin jauh dari hasil
usahanya dan harta bendanya. Manusia membanting tulang sekuat tenaga, tetapi
hasilnya tidak boleh mereka miliki, semuanya harus dipersembahkan pada Tuhan
lewat wakil Tuhan di dunia.
Kemudian lahir pula golongan baru, yang mendekatkan dirinya pada kaum
agama, ialah kaum feodal. Mereka ini yang berkuasa didaerahnya masing-masing, lalu
menguasai tanah-tanah dan memaksa rakyat menjadi hamba sahaya yang mesti
menggarap tanah itu. Sistem feodal hidup subur dibawah paham universalismes.
Faham ini lebih terkenal dengan feodalisme. Jika kaum feodal memaksa rakyat bekerja
mati-matian, maka kaum agama dengan nama Tuhan menghilangkan hak dari segala
miliknya. Artinya kaum feodal yang bekerjasama dengan kaum agama, telah
mempermainkan seluruh hak milik manusia untuk kepentingan mereka sendiri.
Gambaran yang dapat diperoleh dari zaman kaum agama dan feodal ialah
manusia hidup seperti hewan, tidak mempunyai fikiran sendiri, tidak mempunyai hak
atas dirinya sendiri dan semuanya hanyalah kaum agama yang memilikinya. Inilah
suatu kesalahan besar yang pernah diperbuat oleh kaum agama di benua Eropa.
Seluruh masyarakat Eropa berontak dan mengadakan perlawanan menentang kaum
agama dan feodal. Pecahlah revolusi Perancis yang sudah terkenal itu.
Revolusi Perancis (1789 1793) dipandang sebagai puncak kegelisahan dari
rakyat yang tertindas dan dirampas haknya. Dengan dendam dan kemarahan yang luar
biasa mereka menghancurkan universalisme dan feodalisme yang mengikat mereka
selama ini. Tetapi, akibatnya lebih buruk dari itu. Bukan saja mereka memusuhi kaum
agama dan feodal, tetapi juga menjatuhkan nama suci dari Tuhan yang selalu dibuat
kedok oleh kedua golongan diatas.

Revolusi Perancis diikuti oleh revolusi di segala lapangan. Diikuti oleh revolusi
industri di Inggris, sehingga manusia yang semula merasa dikekang kini secara bebas
bisa melakukan apa saja yang diinginkannya. Memang berkembangnya ekonomi ini
sudah dipersiapkan juga beberapa tahun sebelum pecahnya Revolusi Perancis.
Misalnya faham fisiokrat (abad 17) yang mengatakan bahwa pertanian adalah dasar
dari produksi negara, sebab itu, seluruh perhatian harus ditumbuhkan kepada
memperbesar hasil pertanian. Kemudian lahir pula paham merkantilisme (abad 16 18) yang mengatakan bahwa perdagangan adalah lebih penting dari pertanian, karena
itu pemerintah harus memberikan perhatiannya kepada mencari perdagangan dengan
negara-negara lainnya.
Selama masa itu, usaha-usaha ekonomi masihmempunyai hubungan dengan
negara. Namun manusia masih tidak senang dengan cara demikian. Mereka ingin
supaya masing-masing orang bebas berusaha, mempunyai hak milik dan mengatur
usaha serta hak miliknya.
Pada pertengahan abad ke-18, lahirlah paham baru yang dinamakan liberalisme
dari Adam Smith (1723 1790) di Inggris. Menurut dia, bukan soal pertanian atau
perdagangan yang harus dipentingkan, tetapi titik beratnya diletakkan pada pekerjaan
dan kepentingan diri. Jika seseorang dibebaskan untuk berusaha, dia harus dibebaskan
pula untuk mengatur kepentingan dirinya. Sebab itu ajaran laiser aller, laisser passer
(merdeka berbuat dan merdeka bertindak) menjadi pedoman bagi persaingan mereka.
Dengan terbebasnya manusia dari paham universalisme dan feodalisme dan
memasuki kebebasan yang seluas-luasnya ini, bukanlah berarti ekonomi dunia sudah
selamat dari bahaya yang mengancamnya. Dunia memasuki kancah individualisme
yang ditandai dengan nafsu untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya yang
ditimbulkan oleh persaingan yang bebas tadi. Dari paham liberalisme, timbullah kaum
borjuis. Kaum borjuis ini akhirnya menimbulkan sistem ekonomi, sistem ekonomi
kapitalis.
Kaum kapitalis memegang monopoli atas fungsi-fungsi dasar dalam sistem
ekonomi. Mreka menguasa segala sumber-sumber produksi, distribusi, bahkan
konsumsi. Maka dalam sistem ekonomi kapitalis, yang kaya bertambah kaya,
sedangkan yang miskin akan bertambah miskin. Kemudian timbullah pemikiranpemikiran dari para sarjana barat yang mengikuti pemikiran Adam Smith. Mereka
antara lain : David Ricardo, Malthus, J.B. Say, Keynes dan lain-lain.
Tetapi bencana bagi dunia tampaknya belum akan berakhir, yaitu dengan
munculnya paham komunisme yang atheis dan anti agama. Paham yang lahir dari
seorang Jerman, bernama Karl Marx pada tahun 1848 yang sangat kecewa terhadap
sistem ekonomi kapitalis yang dianggap telah menyengsarakan rakyat banyak. Silih
berganti nasib yang dilalui paham Marx itu. Tetapi akhirnya sewaktu Lenin
mendirikan pertama kali negara komunis di Rusia pada tahun 1917, maka marxisme
telah menjejakkan kakinya dengan kuat sebagai dasar bagi negara baru tersebut.
Menurut keterangan Prof. W. Banning di dalam Hedendaagsche Sociale
Bewegingen pada tahun 1948, dengan terbentuknya negara Komunis Rusia, lebih
kurang seperenam dari manusia seluruh dunia memegang teguh paham Karl Marx.
Kemudian pada tahun 1979, dengan berdirinya Republik Rakyat Cina, dibawah
pimpinan Mao Tze Tung yang menguasai hampir 700 juta manusia, maka hampir
sepertiga penduduk dunia tunduk dibawah kekuasaan negara-negara yang berdasarkan
marxisme. Ditambah dengan negara-negara Eropa Timur seperti Rumania, Polandia,

Hungaria, ditambah Cuba dan Korea Utara, maka ajaran komunisme ini pernah
menguasai hampir separo dari penduduk dunia.
Pokok-pokok marxisme itu sendiri adalah falsafah (historiseh-materalisme,
perjuangan kelas dan negara) dan ekonomi (teori nilai lebih, memusat, menumpuk,
menjadi miskin dan krisis). Jelasnya, marxisme ini sangat berbahaya selain karena anti
Tuhan memusuhi segala apa yang menuju ke-Tuhanan, marxisme memandang agama
adalah candu bagi rakyat, juga karena marxisme tidak mau menerima hukum kecuali
hukum yang dikehendaki oleh kebutuhan ekonomi. Dengan kebenciannya terhadap
kaum kapitalis Marx menganjurkan supaya kaum proletar mengadakan kekacauankekacauan. Kaum proletar harus senantiasa dihasut dan digelorakan semangat
permusuhannya agar mereka mempunyai tenaga untuk menghancurkan kaum
kapitalis.
Jika kita meninjau lahirnya teori ini di zaman pertengahan yang hebat antara
kaum kapitalis dan kaum proletar dalam abad 19 di Eropa, yang sangat memerlukan
adanya suatu perubahan yang radikal revolusioner, maka kedatangan ajaran Karl Marx
dengan teori klassen strijd-nya ini memang patut dihargai tinggi untuk membebaskan
kaum yang tertindas itu. Tetapi kalau pertentangan kelas itu dipandang suatu falsafah
dan pokok pendirian didalam memecahkan soal-soal masyarakat sedunia umumnya,
hal tersebut tidak dapat dibenarkan sama sekali. Namun, Karl Marx tidak sendiri, ada
beberapa pemikiran orang lain yang mengikutinya.
Beberapa perbedaan hasil yang cukup menonjol antara negera-negara yang
memakai sistem kapitalis adan sosialis menjadikan dua kubu yang saling bertentangan.
Keberhasilan negara-negara kapitalis dipuji banyak pihak dan dikukuhkan dengan
berbagai teori ekonomi yang berkembang, diantaranya teori Etika Protestan (Weber,
1904). Dalam bukunya Weber mencoba menjawab pertanyaan, mengapa beberapa
negara di Eropa dan Amerika Serikat mengalami kemajuan pesat dibawah sistem
kapitalisme. Dari hasil penyelidikan diduga ada penyebab utama yaitu Etika Protestan.
Etika ini lahir di Eropa melalui agama Protestan yang dikembangkan oleh Calvin.
Ajaran yang terkenal mengatakan bahwa seseorang itu sudah ditakdirkan sebelumnya
untuk masuk surga atau neraka. Tetapi, orang yang bersangkutan tentu saja tidak
mengetahuinya. Karena itu, mereka menjadi tidak tenang dan cemas karena
ketidakjelasan nasibnya ini. Salah satu cara untuk mengetahui apakah mereka masuk
surga atau neraka adalah keberhasilan kerjanya di dunia sekarang ini. Kalau seseorang
berhasil dalam kerjanya di dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia ditakdirkan
masuk surga setelah mati nanti. Kalau kerjanya selalu gagal di dunia ini, hampir dapat
dipastikan bahwa dia akan pergi ke neraka.
Adanya kepercayaan ini membuat orang-orang penganut agama Protestan
Calvin bekerja keras untuk meraih sukses. Memang, orang ini kemudian kaya karena
keberhasilannya, tetapi ini adalah produk sampingan yang tidak disengaja. Mereka
bekerja keras sebagai pengabdian untuk agama mereka, bukan untuk mengumpulkan
harta. Tetapi Weber sendiri mengakui bahwa hal ini kemudian berubah menjadi
sebaliknya. Penelitian selanjutnya dilakukan di Jepang oleh Robert Bellah hasilnya
sama, hanya etika yang ada di Jepang sehingga mengantarkan Jepang sukses adalah
etika Tokugawa.
Tidak kalah serunya ketika para ekonom membelah kapitalis, ada juga yang
lebih menyoroti bahwa masalah ekonomi bukan hanya bagaimana pertumbuhan
ekonmi dapat dicapai setinggi-tingginya, tetapi bagaimana kemiskinan bisa

dihapuskan dan ketimpangan bisa diatasi. Satu hal yang cukup menjadi catatan bagi
para pendukung kapitalis, bahwa masalah kemiskinan dan ketimpangan tidak bisa
teratasi. Kemudian tampilah Prof. Assar Lindbeck dengan visi sosial demokratnya
yang ingin menggugat kapitalis. Penampilannya yang cukup bisa diterima rasio
menjadikan pemikirannya cukup diminati oleh kalangan akademis yang tertuang
dalam faham Kiri Baru. Salah satu ciri yang cukup mencolok dari faham kiri baru
adalah heterogenitas intelektual dan politiknya. Walaupun sebenarnya faham ini tidak
memiliki program kebijakan ekonomi yang dirumuskan denan baik dan menyatu.
Namun, setelah runtuhnya Rusia yang didirikan oleh Lenin, kapitalis memang
sedang bergema. Tentunya dengan segala kritik tajam yang ditimpakan oleh para
oposannya. Yang menjadikan keunikan selanjutnya adalah perkembangan sistem
ekonomi di Indonesia, kapitalisme bukan, sosialisme juga bukan dengan nama yang
baru coba dikenalkan oleh Mubyarto, Sistem Ekonomi Pancasila, yang sampai
sekarang belum jelas keperpihakannya. Mungkin karena pengertian asas etika moral
bangsa dengan keadilan dan efisiensi, atau mungkin sebab yang lain. Namun, bisa
ditarik beberapa langkah ke depan jika yang menjadi sumber moral itu kembali kepada
religi masing-masing. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa Timur yang memiliki
tampilan santun dan berbudaya dalam segala aspeknya. Bahwa pluralitas bangsa
hendaknya tidak menjadikan sikap apriori terhadap pengaruh baik dan positif
walaupun berasal dari kalangan mereka sendiri. Sikap terbuka dan bukan bebalisme
akan bisa menimbulkan kerangka pikir yang obyektif, asalkan demi pertimbangan
yang lebih baik bagi kesejahteraan bersama maka tidak ada salahnya untuk dapat
digunakan bersama.
2. Asal-usul Sistem Ekonomi Islam
Perwujudan derivasi konsep kesejatian yang menitikberatkan pada integritas
dua dimensi kehidupan manusia. Keutuhan cakupan ajaran Islam yang menyangkut
segala aspek kehidupan, dicoba untuk dimengerti dan dijabarkan secara bagian per
bagian. Hal ini bukanlah dimaksudkan untuk mendalami Islam secara parsial, tetapi
semata-mata untuk melihat kajian yang lebih mendalam. Banyak sekali keterangan
dari Al Quran yang menyinggung masalah ekonomi, baik secara eksplisit maupun
implisit. Bagaimana jual beli yang baik dan sah menurut Islam, pinjam meminjam
denan akad-akad yang sah sampai dengan pelarangan riba dalam perekonomian.
Walaupun pada kitab suci sebelumnya juga pernah disebutkan, dimana perbuatan riba
itu dibenci Tuhan. Sedangkan pada tatanan teknisnya diperjelas dengan hadist serta
teladan dari rosul dan para alim ulama.
Sebagaimana lazimnya suatu derivasi, setelah ditemukan kajian yang mendalam
maka semuanya akan ditarik ke induknya, yaitu pola pengantaran manusia kepada
Islam secara utuh.
3. Identifikasi
Dapatlah dicoba untuk mendekati sistem ekonomi Islam lebih dekat lagi. Bahwa
penempatan yang tepat akan bisa diwujudkan dengan mengenali karakteristiknya
secara khusus. Pendekatan yang dilakukan meliputi :
Landasan ideologi
Dari namanya sudah dapat dipastikan bahwa secara ideologi sistem ekonomi
Islam kental dengan nuansa keislaman, dengan kata yang lebih jelas adalah aqidah
islamiyah. Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, dimana sistem

ekonomi islami telah memberikan tuntunan pada manusia dalam perilakunya untuk
memenuhi segala kebutuhannya dengan keterbatasan alat pemuas denganjalan yang
baik dan alat pemuas yang tentunya halal, secara dzatnya maupun secara
perolehannya. Perbedaannya dengan sistem ekonomi yang lain terutama pada
pemilihan berbagai alat pemuas kebutuhan manusia.
Obyek yang dipelajarai
Yang menjadi obyek kajian dari sistem ekonomi ini adalah homo-economyreligius, diamana secara fitrah manusia membutuhkan pengejawantahan rasa berketuhanan dengan melakukan nilai-nilai syariat Islam. Tanpa harus memandang sisi
sistem ekonmi isalam sebagai ekonomi positif dan normatif. Sedangkan obyek kajian
yang lain adalah sebagai bagian dari manusia yang belum menerima hidayah dan
tengah tenggelam dalam kehidupan parsial. Sebuah derivasi dari kesejatian dalam berIslam diharapkan bisa memberikan kesejahteraan bagi semua manusia, sebagaimana
Islam diturunkan untuk makhluk di bumi ini agar selamat sejahtera.
Tujuan
Hal yang cukup esensi dari sistem ekonomi Islam adalah berkait dengan tujuan
yang tidak hanya memenuhi kesejahteraan hidup di dunia saja (materialis) namun juga
kesejahteraan hidup yang lebih hakiki (akhirat). Alla SWT sebagai puncak tujuan,
dengan mengedepankan pencarian keridloan-Nya dalam segala pola perilaku sejak
dari konsumsi, produksi hingga distribusi. Output manusia yang menempati
kedudukannya sebagai manusia dengan melekat segala kefitrahan mausia bukan
sebagai tuhan.
Dari sisi yang lain, prinsip muamalah iqtishodiyah menekankan pada rasa
tolong-menolong, bukannya bersaing sengit, penuh rasa dendam. Bahwa manusia
memang sudah ditentukan bagian rizkinya, namun manusia tetap dibukakan pintu
ikhtiar selebar-lebarnya. Dimana Allah SWT telah memberikan kepastian rizki semua
makhluk-Nya dan tidak akan saling mengurangi diantara makhluk
Lingkup Dimensi
Integralitas dua dimensi kehidupan yang melingkupi sistem ekonomi Islam akan
mampu memberikan kontrol yang lebih baik dari sekedar peraturan hukum ciptaan
manusia. Bahwa apa-apa yang diperbuat manusia selama didunia untuk memenuhi
kebutuhannya, kelak akan ditanyakan dan dimintakan pertanggungjawabannya di
kehidupan akhirat.
Penutup
Sebagai kesimpulan, dapat ditarik beberapa ide pokok yang bisa memberikan
kemudahan penempatan sistem ekonomi Islam, yaitu :
a. Sistem ekonomi Islam bukanlah perpaduan antara sistem ekonomi kapitalis dan
sosialis. Dilihat dari asal muasal pemikiran yang memang telah berbeda sejak
awal. Bukanlah suatu gejala reaksioner, namun keasliannya dan kemurniannya
benar-benar didapatkan dari kitab suci yang agung, dimana Allah SWT yang Maha
Tahu bagaimana seharusnya hambanya ber-ekonomi.

b. Perkembangan dari perekonomian modern, lebih cenderung merupakan perpaduan


sistem ekonomi yang ada, sehingga hal ini tidak berarti sistem ekonomi Islam
adalah sistem ekonomi tradisional melainkan sebuah sistem ekonomi yang
orisinal. Pengamalan dari sistem ini bahkan dinilai sebagai suatu bentuk kebajikan
(ibadah) kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia.
c. Ciri-ciri dari sistem ekonomi Islam yang membedakan dengan sistem ekonomi
yang lain, merupakan paradigma tersendiri. Tidak merupakan adopsi ataupun
perekaan. Kebaikan dari sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis memang dapat
ditemukan dalam sistem ekonomi Islam, namun tidak semua kebaikan sistem
ekonomi Islam bisa tertampung oleh sistem ekonomi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai