Anda di halaman 1dari 3

AULIA MAGFIRAH RAMADHANI (200512502039)

CULTURAL THEORY AND POPULAR CULTURE


John Storey

RESUME
1. WHAT IS POUPULAR CULTURE
Sebelum mengetahui popular culture kita harus mengetahui terlebih dahulu Apa
sih itu culture? Dalam buku John Storey beliau menjelaskan bahwa culture here means is
the texts and practices whose principal function is to signify, to produce or to be the
occasion for the production of meaning. Culture is synonymous with what structuralists
and post-structuralists call ‘signifying practices’. For examples such as poetry, the novel,
ballet, opera and fine art. To speak of popular culture usually means to mobilize the
second and third meanings of the word ‘culture’. The second meaning – culture as a
particular way of life – would allow us to speak of such practices as the seaside holiday,
the celebration of Christmas, and youth subcultures, as examples of culture. These are
usually referred to as lived cultures or practices. The third meaning – culture as signifying
practices – would allow us to speak of soap opera, pop music, and comics as examples of
culture.
Sama halnya dengan Culture, ideology pun memiliki pemahaman tersendiri
diantaranya:
1. Ideologi dapat merujuk pada gagasan sistematis yang diartikulasikan oleh
sekelompok orang tertentu. Misalnya, kita dapat berbicara tentang
'ideologi profesional' untuk merujuk pada gagasan yang menginformasikan
praktik kelompok profesional tertentu. Kita juga bisa berbicara tentang
'ideologi Partai Buruh'. Di sini kita akan mengacu pada kumpulan ide-ide
politik, ekonomi dan sosial yang menginformasikan aspirasi dan kegiatan
partai. 
2. menunjukkan penyembunyian, distorsi atau penyembunyian tertentu.
Ideologi digunakan di sini untuk menunjukkan bagaimana beberapa teks
dan praktik menyajikan gambaran realitas yang terdistorsi. Mereka
menghasilkan apa yang kadang-kadang disebut 'kesadaran palsu'. Distorsi
semacam itu, dikatakan, bekerja untuk kepentingan yang kuat melawan
kepentingan yang tidak berdaya. Apa yang akan diisyaratkan oleh
penggunaan ini adalah cara ideologi menyembunyikan realitas dominasi
dari mereka yang berkuasa: kelas dominan tidak melihat diri mereka
sebagai penghisap atau penindas. Dan, mungkin yang lebih penting, cara
ideologi menyembunyikan realitas subordinasi dari mereka yang tidak
berdaya: kelas bawahan tidak melihat diri mereka sebagai tertindas atau
dieksploitasi. Definisi ini berasal dari asumsi tertentu tentang keadaan
produksi teks dan praktik. Dikatakan bahwa mereka adalah 'refleksi'
suprastruktur atau 'ekspresi' dari hubungan kekuasaan 'struktur ekonomi
masyarakat'. Ini adalah salah satu asumsi mendasar dari Marxisme klasik.
Inilah rumusan terkenal Karl Marx (1976a):
 In the social production of their existence men enter into definite,
necessary relations, which are independent of their will, namely, relations
of production corresponding to a determinate stage of development of their
material forces of production. The totality of these relations of production
constitutes the economic structure of society, the real foundation on which
there arises a legal and political superstructure and to which there
correspond definite forms of social consciousness. The mode of production
of material life conditions the social, political and intellectual life process
in general (3).
3. (Berkaitan erat dengan, dan dalam beberapa hal bergantung pada, definisi
kedua) menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada 'bentuk-bentuk
ideologis' (Marx, 1976a: 5). Penggunaan ini dimaksudkan untuk menarik
perhatian pada cara di mana teks (fiksi televisi, lagu pop, novel, film layar
lebar, dll.) selalu menghadirkan citra dunia tertentu. Definisi ini tergantung
pada gagasan masyarakat sebagai konfliktual daripada konsensual,
terstruktur di sekitar ketidaksetaraan, eksploitasi dan penindasan.
4. Barthes berpendapat bahwa ideologi (atau 'mitos' sebagaimana Barthes
sendiri menyebutnya) beroperasi terutama pada tingkat konotasi, makna
sekunder, seringkali tidak disadari, yangteks dan praktik dibawa oleh, atau
dapat dibuat untuk dibawa. Misalnya, siaran politik Partai Konservatif
yang disiarkan pada tahun 1990 berakhir dengan kata 'sosialisme' diubah
menjadi penjara merah.

Definisi apa pun dari budaya populer akan memainkan kombinasi kompleks dari
berbagai makna istilah 'budaya' dengan makna istilah 'populer' yang berbeda. Oleh
karena itu, sejarah keterlibatan teori budaya dengan budaya populer adalah sejarah cara
yang berbeda di mana kedua istilah tersebut dihubungkan oleh kerja teoretis dalam
konteks sejarah dan sosial tertentu.. John Storey mendefinisikan Pop culture menjadi
enam definisi:
1. secara sederhana  popular culture adalah budaya yang banyak disukai orang tapi
meskipun demikian belum tentu itu bisa dikatakan popular. Indeks kuantitatif saja
tidak cukup untuk mengklaim bahwa budaya tersebut merupakan popular culture.
2. Popular culture dapat mengacu pada ‘yang tersisa’ dari kebudayaan tinggi atau high
art, semua yang bukan merupakan kebudayaan tinggi, itu bisa disebut popular. High
art selalu didefinisikan sulit, perbedaan kelas, tidak semua orang tahu. Misalnya, kita
mungkin ingin menekankan kompleksitas formal. Dengan kata lain, untuk menjadi
budaya nyata, itu harus sulit. Menjadi sulit dengan demikian memastikan status
eksklusifnya sebagai high art. contohnya elite selalu identik dengan music klasik,
sementara rakyat identik dengan musik dangdut. Begitu juga sebaliknya film noir
dulunya adalah film popular, kini menjadi film art.
3. Popular culture diapandang sebagai budaya komersial yang diproduksi untuk
dikonsumsi oleh orang banyak (massa). Audiensnya adalah massa konsumen yang
tidak diskriminatif dan cenderung pasif karena memanfaatkan media massa seperti
iklan tv,radio. Dengan cara mebuat suatu produk tanpa melihat kualitas baik atau
buruknya produk tersebut dan mengedepankan keuntungan dibalik ketenaran.  Mereka
yang bekerja dalam perspektif budaya massa biasanya memikirkan 'zaman keemasan'.
4. contends that popular culture is the culture that originates from ‘the people’. It takes
issue with any approach that suggests that it is something imposed on ‘the people’
from above. Menurut definisi ini, istilah tersebut harus digunakan hanya untuk
menunjukkan budaya 'asli' dari 'rakyat'. Inilah budaya populer sebagai budaya rakyat:
budaya dari rakyat untuk rakyat. Rakyat bertindak sebagai konsumen karena
semuanya telah tersedia.
5. Definisi popular culture yang kelima ini mengacu pada analisis politik dari Antonio
Gramsci, yaitu yang mendominasi dalam lingkup masarakat, dengan melihat popular
culture sebagai situs perjuangan antara kekuatan perlawanan dalam kelompok
terbawah masarakat. Jadi budaya popular bukanlah paksaan dari atas dan bukan pula
dari bawah, melainkan tempat pertukaran antara keduanya, dimana suatu wilayah
yang ditandai oleh perlawanan dan pengggabungan, teks dan budaya yang bergerak
disebut keseimbangan kompromis. Prosesnya bersifat historical (diberi label budaya
populer satu saat, dan jenis budaya lain di saat berikutnya), tetapi juga sinkronis
(bergerak antara perlawanan dan penggabungan pada momen sejarah tertentu).
Misalnya, liburan tepi laut dimulai sebagai acara aristokrat dan dalam seratus tahun
telah menjadi contoh budaya populer.
6. Budaya popular atau Popular Culture adalah yang diinformasikan oleh pemikiran
terkini seputar perdebatan tentang postmodernisme. Definisi ini tidak lagi mengenal
perbedaan anatara high art dan budaya populer. Hubungan antara high dan low
ditiadakan, dengan menggambarkan ulang peta kebudayaan menjadi pada tiga faktor,
pertama: industrialisasi mengubah hubungan antara buruh dan elite. Kedua, urbanisasi
memproduksi pemisahan kelas (eks kompleks perumahan). Ketiga, karena revolusi
Prancis ingin mencegah kapitalisme. Hal hal inilah yang menciptakan ruang
kebudayaan, maka masuklah budaya pop.

Anda mungkin juga menyukai