Anda di halaman 1dari 8

Teori Kajian Budaya Kontemporer 1

Istilah ‘budaya’ tentunya merupakan sebuah istilah yang masih

diperdebatkan dengan berbagai makna dalam bermacam konteks dan wacana.

Dalam konteks semiotik, budaya dapat dipandang sebagai ringkasan atas kegiatan

simbolis yang terarah, dilakukan bersama-sama oleh semua anggota masyarakat,

dapat dipelajari dan diajarkan dan disalurkan ke semua anggota masyarakat, serta

dapatdigunakan oleh sebuah kelompok masyarakat pada waktu dan tempat

tertentu, demikian menurut definisi yang diberikan oleh Juri Lotman. “"Culture is

the generator of structuredness... [and] the nonhereditary memory of the

community" (Budaya adalah generator ketersusunan …[dan] peninggalan dari

komunitas yang tidak diberikan secara turun temurun” (Lotman).1 Makna, nilai,

dan arti beredar dalam bahasa urutan kedua (lambang, nilai, gambar, cerita,

mitos) yang menggunakan, baik bahasa biasa (bahasa asli seseorang) maupun

sistem tanda lainnya seperti kesan visual, media massa, dan teknologi informasi.

Berbagai macam cara yang ditujukan untuk menyalurkan semua arti yang

tersimpan atau yang terpakai oleh semua anggota masyarakat terikat dalam

konteks yang termediasi. Hal yang termasuk dalam Budaya Popular: nilai-nilai

yang berasal dari periklanan, industri hiburan, media dan ikon mode, fashion dan

menargetkan masyarakat umum. Norma-norma atau nilai-nilai ini berbeda dari

1
Juri Lotman, Universe of the Mind: A Semiotic Theory of Culture. (Translated by Ann Shukman,
introduction by Umberto Eco). London & New York: I. B. Tauris & Co Ltd, 1990, p. xiii. See
also, Lotman Jurij M.; Uspenskij B.A.; Ivanov, V.V.; Toporov, V.N. and Pjatigorskij, A.M. 1975.
“Theses on the Semiotic Study of Cultures (as Applied to Slavic Texts)” in Sebeok Thomas A.
(ed.), The Tell-Tale Sign: A Survey of Semiotics. Lisse (Netherlands): Peter de Ridder, 1975, pp.
57–84.

1
norma yang berasal dari lembaga-lembaga yang bersifat tradisional, politis,

berpendidikan atau agamis.

Kaleng Sup Campbell (1962) karya seniman terkenal asal


gaya dan ditujukanAmerika,
pada orang
Andyawam dalam
Warhol, masyarakat.
adalah Nilai-nilai
salah satu dari sejumlahini
lukisan yang secara virtual identik dan dikerjakannya
berbeda dari nilai-nilai yang
padadisertai oleh
awal tahun Berada
1960an. dalam
Gambar satu
yang budaya
mirip kartun,artinya
datar
dan sederhana, merupakan ciri khas dari seni popular. Di
berada dalam sistem tanda yang
antaratelah ada sebelumnya
gambar-gambar yang dan
telahsistem tanda
ada pada ini
kebudayaan
popular atau periklanan,Warhol dengan sengaja memilih
obyek lukisan dari bahan-bahan yang ada dalam
kehidupan keseharian masyarakat Amerika sehingga
menjadikan lukisannya bersifat impersonal.

Pada tahun 1980an dan 1990an, beberapa ahli antropologi beralih pada

sudut pandang penafsiran atas budaya yang bahkan bersifat lebih radikal, yang

secara umum dikenal sebagai posmodernisme. Posmodernisme mempertanyakan

apakah sebuah pemahaman objektif terhadap budaya lain juga memungkinkan.

Pemahaman ini berkembang sebagai sebuah reaksi atas modernism, yang

merupakan pendekatan ilmiah dan rasional terhadap pemahaman atas dunia yang

ditemukan dalam sebagian besar etnografis.

Ahli antropologi postmodern menyatakan bahwa semua orang membentuk

budaya melalui proses terus menerus yang mewakili proses menulis, membaca

dan menafsirkan sebuah teks. Dari sudut pandang inilah, orang selanjutnya

menciptakan dan saling memperdebatkan makna dari semua aspek budaya, seperti

kata-kata, ritual dan konsep-konsep. Masyarakat Amerika Serikat, misalnya,

mengalami perdebatan panjang atas masalah-masalah budaya seperti apa yang


2
membentuk sebuah keluarga, bagaimana seharusnya peranan wanita dan pria

dalam masyarakat dan fungsi apa yang seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah

federal. Banyak ahli antropologi sekarang ini mengkaji dan menulis tentang

pertanyaan-pertanyaan ini, bahkan dalam masyarakat mereka sendiri.

Perhatian atas pengakuan terhadap keampuhan praktik-praktik budaya

dalam karya tulis Althusser selanjutnya dikembangkan dalam teori budaya dengan

penyesuaian atas ide-ide milik Antonio Gramsci. Karya Gramsci membuka cara-

cara baru dalam mengkonseptualisasikan peran budaya dan praktik budaya dalam

pembentukan dan persekutuan kelas dan, khususnya, menambah bobot peranan

budaya dalam melindungi bentuk-bentuk kepemimpinan dan otoritas moral dan

politik (hegemoni). Pengaruh ide-ide Gramsci dianggap penting, khususnya dalam

membantu teori budaya mengatasi kebuntuan yang tercipta karena adanya

ketegangan antara sudut pandang ahli budaya dan strukturalis yang bersaing pada

tahun 1970an.2 Ketika pentingnya ide Gramsci telah pudar dalam teori budaya,

saat itulah ide Michel Foucault berkembang. Kekuatan sentral dari pengaruh

Foucault adalah membentuk suatu pemahaman atas bahasa budaya yang lebih

bersifat diskursif (didasarkan pada pemikiran analitis) dan hubungan satu sama

lain antara kekuasaan dan representasi.3 Pengaruh Foucault juga nampak dalam

perdebatan tentang karakter spesifik budaya menurut sejarah dan

perkembangannya baik sebagai objek atau alat pemerintahan.4

2
See, for example, Stuart Hall et al., Policing the Crisis, 1978.

3
See Sean Nixon, Hard Looks, 1996.

4
See Laurence Grossberg et al. (eds.), Cultural Studies, 1992. 3
Hubungan saling mempengaruhi antara ras, etnis dan budaya juga muncul

sebagai sebuah perhatian utama pada teori budaya kontemporer. Hal ini sering

melalui kritik atas bentuk-bentuk etnisitas yang diambil dalam tradisi teori budaya

masyarakat Inggris yang dihubungkan dengan Williams dan Thompson – atau

seperti istilah yang diberikan Paul Gilroy yaitu daya tarik tak wajar terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan Inggris.5 Daya tarik ini juga memberi tantangan berupa

nasionalisme baru dari konsepsi budaya yang menghubungkannya pada wilayah

nasional tertentu. Dalam hal ini, para penulis seperti Gilroy malah menekankan

pada pergerakan transnasional dan pencampuran budaya. Pernyataan Gilroy

terhadap ‘Atlantis Hitam’ menunjukkan sebuah usaha untuk membayangkan

proses budaya di luar batasan yang ditentukan oleh konsepsi budaya yang dibatasi

secara nasional. Dalam pengertian ini, konsepsi ini lebih lazim dihubungkan

dengan paham orientalis karya Edward Said, yang tidak hanya mengkaji

kedinamisan internal tapi juga faktor-faktor eksternal dari budaya. Menurut

paham orientalis Said (1978), konsepsi ke-Barat-baratan dari budaya dan

peradaban digambarkan sebagai konsepsi yang telah dibentuk terhadap sebuah

proses penamaan dan mengesampingkan paham Oriental secara simbolis.

Para penganut paham feminis juga menekankan pengaruh penting teori

budaya saat ini. Hal yang nampaknya besar disini adalah hubungan saling

mempengaruhi antara paham feminis dan psikoanalisis. Hal ini telah

menyebabkan banyak diskusi tentang cara-cara dimana identitas gender dibentuk

5
See Ain't No Black in the Union Jack, 1987.

4
dalam bahasa budaya dan melalui praktik-praktik budaya. Karya terkini berupa

memori, fantasi dan penampilan gender khususnya hanya bersifat sugestif.6

Salah satu aliran teori budaya kontemporer adalah pendapat bahwa

kehidupan sosial terutama dibentuk oleh budaya . Sehingga budaya bukanlah

sebuah kumpulan artefak atau arsip perkembangan namun lebih kepada, seperti

yang ditulis oleh Antonio Gramsci, ‘sebuah arena persetujuan dan perlawanan’

(Stuart Hall, “Dekonstruksi,” hal. 239)7 terhadap bentuk kehidupan sosial. Teori

budaya kontemporer telah memperluas pemahaman terhadap budaya melampaui

paham universalis, dan oleh karena itu, andaikata asumsi para kaum elit dan

kesimpulan hegemoni normative tentang budaya dan malah terfokus pada budaya

sebagai “artikulasi dan aktifasi makna” (Storey, hal. xiii) 8 atas dasar bahwa hal ini

merupakan wacana yang terutama memiliki “kekuasaan dan kekuatan untuk

mendefinisikan realitas sosial” (xii). Makna dalam sebuah budaya yang

melindungi dan menentang susunan sosial yang dominan dianggap membohongi

sebagaimana yang disebut Michel de Certeau sebagai “hasil kedua” (xiii), lebih

pada bidang konsumsi daripada bidang ekonomi dari proses produksi. Dalam

artian, ‘konsumen lah yang mempengaruhi ‘hasil penggunaan’ (xiii) makna

(pengertian) budaya yang menentukan realita sosial. Sungguh begitu banyak yang

terfokus pada praktek-praktek konsumsi dan identifikasi menjadi ‘berpusat pada

proyek kajian budaya’ (xi) sehingga hanya beberapa orang saja yang sekadar
6
See P. Adams and and E. Cowie, The Women in Question, 1993; and Judith Butler, Bodies that
Matter, 1993.
7
Hall, Stuart. "Notes on Deconstructing 'the Popular'." People's History and Socialist Theory. Ed.
Raphael Samuel. London: Routledge, 1981.
8
Storey, John. Cultural Theory And Popular Culture: A Reader. Atlanta: U of Georgia P, 1998.

5
berpendapat bahwa ‘kajian budaya dapat digambarkan … mungkin secara lebih

akurat sebagai kajian ideologi’ (James Carey qtd. Dalam Storey xii). Fokus kajian

budaya pada kekuatan penting dari wacana untuk menjelaskan realitas sosial telah

mengalihkan perhatian kajian budaya dari hubungan sosial yang lebih luas

terhadap produksi yang membentuk ideology dan konsumsi dan nyatanya juga

menentukan kenyataan sosial, menjadi sebuah teori pasar tentang budaya yang

meningkatkan ‘penggunaan’ secara berlebihan dan ‘penunjukan ulang’ komoditas

budaya sehingga dalam melaksanakan hal ini perlu mengadakan perubahan

bentuk subjek tenaga kerja (buruh) menjadi subjek konsumsi yang, jauh dari

campur tangan ke dalam modal global, mendukungnya lewat hasrat ‘menahan’

dan aksi ‘menentang’ konsumsi.

Dengan kata lain kajian budaya bersandar pada asumsi bahwa konsumsi

menentukan produksi daripada cara lain disekitarnya. Sehingga , ‘gaya hidup’

masyarakat (yang menjadi cara lain dalam menunjukkan komoditas yang mereka

konsumsi dan bagaimana mereka mengkonsumsinya) dianggap lebih penting,

dalam hal ini, daripada hubungan tenaga kerja yang harus mereka masuki sebagai

kondisi awal yang dibutuhkan pada proses konsumsi. Pendapat semacam ini

menyimpulkan bahwa penanda dan keyakinan yang menempatkan seseorang

dalam budaya sebagai pria dan wanita, orang kulit hitam, bangsa Latin, homo, …

merupakan faktor yang lebih penting yang menunjukkan identitas mereka.

Sehingga asumsi bahwa konsumsi lebih penting dibanding produksi yang

secara tetap membentuk teori budaya sejak tahun 1960an telah menjadi pengertian

umum baik pada teori budaya maupun budaya harian itu sendiri. Perubahan

teknologi yang pesat pada beberapa dasawarsa terakhir ini telah mengubah sifat 6
dasar budaya dan pertukaran budaya. Masyarakat di seluruh dunia dapat

melakukan transaksi ekonomi dan saling mengirimkan informasi satu sama lain

hampir sseketika itu juga dengan menggunakan komputer dan satelit komunikasi.

Pemerintah dan perusahaan telah memperoleh kekuasaan besar lewat kekuatan

militer dan pengaruh ekonomi. Perusahaan –perusahaan juga telah menciptakan

sebuah bentuk budaya global berdasarkan pasar-pasar yang bersifat komersial di

seluruh dunia.

Budaya lokal dan struktur sosial sekarang ini dibentuk dengan minat yang

kuat dan luas, dengan cara-cara yang bahkan para ahli antropologi pun belum

pernah mampu membayangkannya. Ahli antropologi sebelumnya berpikir bahwa

masyarakat dan budaya mereka merupakan sistem yang benar-benar berdiri

sendiri. Namun sekarang, banyak bangsa yang menjadi masyarakat multi budaya,

yang terdiri atas berbagai subkultur (subbudaya) yang lebih kecil. Budaya juga

melintasi batasan Negara. Misalnya, orang-orang di seluruh dunia saat ini tahu

beebagai kata-kata dalam bahasa Inggris dan berhubungan dengan ekspor budaya

Negara Amerika seperti merk pakaian dan produk teknologi, film maupun musik,

serta makanan yang diproduksi besar-besaran.

Banyak ahli antropologi menjadi tertarik pada bagaimana masyarakat yang

dominan dapat membentuk budaya masyarakat yang hanya memiliki sedikit

kekuasaan, sebuah proses yang oleh beberapa peneliti disebut sebagai hegemoni

budaya. Saat ini banyak ahli antropologi secara terbuka berusaha menentang

kekuasaan masyarakat dunia yang dominan, seperti pemerintah Uni Soviet dan

perusahaan- perusahaan besar, untuk membuat masyarakat lebih kecil yang unik

dengan mengangkat budaya komersial bangsa Barat. 7


8

Anda mungkin juga menyukai