Anda di halaman 1dari 18

Ilmu Sosial Budaya Dasar : Sosial Dan Budaya

Adelia Marsyanda, Sherina Amelia


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
e-mail : adeliamarsyanda75@gmail.com , sherinaamelia167@gmail.com

Abstrack
Human creature and culture together build a socio-cultural life, patterned and systematically
referred to a socio-cultural system. Systematization through adjustments with the socio-cultural
thoughts and practices in norms, ideas, values, aesthetics, tradition, all of which can be realized
through cultural elements, at one time was the cultural content. Sociocultural systems can be
understood as the bowl of developing cultural elements as the embodiment of cultural contents
which are intertwined. Five Indonesian socio-cultural systems, which are formed by cultural
background and experiences from period to period, can be considered as the fruits of civilization
and nation experiences perpetually moving and growing.

Keywords : culture, society, socio-cultural systems, Indonesia

Abstrak
Manusia dan kebudayaan bersama-sama membangun kehidupan sosial budaya, terpola dan
sistematis yang mengacu pada suatu sistem sosial budaya. Sistematisasi melalui penyesuaian
dengan pemikiran dan praktik sosial budaya dalam norma, gagasan, nilai, estetika, tradisi, yang
kesemuanya dapat diwujudkan melalui unsur-unsur budaya, sekaligus merupakan muatan budaya.
Sistem sosiokultural dapat dipahami sebagai mangkuk unsur-unsur budaya yang berkembang
sebagai perwujudan muatan budaya yang saling terkait. Lima sistem sosial budaya Indonesia yang
terbentuk oleh latar belakang budaya dan pengalaman dari masa ke masa dapat dikatakan sebagai
buah peradaban dan pengalaman bangsa yang terus bergerak dan berkembang.
Kata Kunci : Budaya, masyarakat, sistem social budaya, Indonesia
1. Pendahuluan sehingga kita mengenal sistem-sistem

Masyarakat dan kebudayaan, sosial-budaya (socio-cultural systems).

yang dapat disebut kehidupan sosial- Tulisan ini membahas tentang

budaya, merupakan pengertian- sosial dan kebudayaan, yang

pengertian, konsep-konsep dan kategori- membangun pengertian-pengertian dan

kategori yang dalam ilmu-ilmu sosial konsep-konsep mengenai sistem sosial,

dan budaya seperti sosiolog, antropologi sistem budaya dan sistem sosial-budaya,

sosial dan antropologi budaya, ilmu menuju pembahasan mengenai 5 (lima)

politik dan pemerintahan, filsafat, sistem sosial-budaya yang dibangun dan

psikologi, sejarah, ilmu susastra dan terbentuk dalam masyarakat Indonesia

ilmu bahasa, sering dibahas. Dalam yang dari zaman ke zaman berkembang

pembahasan, sistem sosial seringkali dan dinamis.

dipisahkan dari sistem budaya, padahal 2. Kajian Teori


kedua pengertian tersebut tak dapat A. Masyarakat dan Kebudayaan
dengan tegas dipisah-pisahkan. Dalam Pembahasan mengenai
kehidupan masyarakat, gejala-gejala masyarakat dan kebudayaan atau
sosial dan gejala-gejala budaya hampir kebudayaan dan masyarakat merupakan
selalu, atau bahkan selalu, saling pembahasan yang sering menimbulkan
berhubungan dan berpengaruh, sehingga perdebatan, terutama dalam ilmu-ilmu
gejala-gejala dan kebiasaan-kebiasaan tentang kemanusiaan, hubungan antar
sosial tidak bisa dipisahkan dari gejala- manusia-manusia dan hubungan antar
gejala dan kebiasaan-kebiasaan budaya, manusia masyarakat, beserta
demikian pun sebaliknya. Bahkan, kebudayaannya, baik dalam sosiologi,
seringkali tidak mudah orang melihat antropologi sosial dan antropologi
suatu gejala atau peristiwa itu gejala budaya maupun dalam bidang-bidang
atau peristiwa sosial atau budaya, ilmu-ilmu sosio-humaniora lainnya,
sistem-sistem sosial tidak bisa bahkan dalam biologi dan sistem ekologi.
dipisahkan secara tegas dari sistem- Keadaan demikian dapat disadari karena
sistem budaya, sehingga persoalan senantiasa terjadi interaksi, dialog, dan
konseptual mengenai sistem sosial dan hubungan timbal-balik antara
sistem budaya lebih memadai apabila masyarakat dan kebudayaannya, atau
dilakukan dalam satuan pembahasan kebudayaan dan masyarakatnya, yang
berkesinambungan sesuai dengan
karakteristik dan dinamikanya, sehingga social life.... When we use the term in
berlangsung tesa dan antitesa yang ordinary daily conversation, we often
selalu menghasilkan sintesa sementara. think of „culture‟ as equivalent to the
Selain itu juga karena terjadinya „higher things of the mind‟ – art,
perubahan, transformasi terus-menerus literature, music and painting… the
dalam masyarakat dan dalam praktek- concept includes such activities, but also
praktek kebudayaan, sehingga dari far more. Culture refers to the whole
waktu ke waktu, dari zaman ke zaman, way of life of the members of a society.
pemahaman, pengertian dan konsep It includes how they dress, their
mengenai masyarakat dan kebudayaan marriage customs and family life, their
menjadi pembahasan yang mendapat patterns of work, religious ceremonies
perhatian. Menurut Tim Ingold, and leisure pursuits. It covers also the
'Society' and 'culture' are among goods they create and which become
the most contentious concepts of the meaningful for them – bows and arrows,
human sciences. Sometimes treated as ploughs, factories and machines,
virtually synonymous, sometimes computers, books, dwellings. „Culture‟
radically distinguished, their study has can be conceptually distinguished from
been maintained as the particular „society‟, but there are very close
preserve of social and cultural connections between these notions.
anthropology, at the same time as it has „Culture‟ concerns the way of life of the
been opened up by biologists to embrace members of a given society – their
almost the entire field of animal habits and customs, together with the
behaviour (Ingold, 1996). material goods they produce. „Society‟
Dalam membahas tentang refers to the system of interrelationships
kebudayaan dan masyarakat, sosiolog which connects together the individuals
Anthony Giddens (1991: 31) who share a common culture. No culture
menegaskan bahwa, Culture consists of could exist without a society. But,
the values the members of a given group equally, no society could exist without
hold, the norms they follow, and the culture. Without culture we would not
material goods they create. Values are be „human‟ at all, in the sense in which
abstract ideals, while norms are 3 we usually understand that term. We
definite principles or rules which people would have no language in which to
are expected to observe. Norms express ourselves, no sense of self-
represent the „dos‟ and „don‟ts‟ of consciousness, and our ability to think or
reason would be severely Sehubungan dengan pembahasan
limited…(Giddens, 1991: 31-32). mengenai masyarakat dan kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan yang atau, sebaliknya, kebudayaan dan
tampak, nyata dan kelihatan dapat masyarakat, Dennis O‟Neil dalam
berwujud materi atau benda yang dapat artikel berjudul “What is Culture”
disentuh dan dirasakan oleh panca- (2002-2006) menekankan bahwa,
indera manusia, sesungguhnya Culture and society are not the same
merupakan hasil dan perwujudan dari thing. While cultures are complexes of
unsur-unsur kebudayaan manusia yang learned behavior patterns and
tak dapat disentuh dan tak dapat perceptions, societies are groups of
dirasakan oleh panca-indera manusia. interacting organisms. People are not the
Unsur-unsur kebudayaan yang bersifat only animals that have societies. Schools
kebendaan (tangibles, material goods) of fish, flocks of birds, and hives of bees
seperti bangunan, mesin, peralatan, are societies. In the case of humans,
pakaian dan hasil teknologi lainnya, however, societies are groups of people
seperti komputer, baik secara langsung who directly or indirectly interact with
maupun tidak langsung, merupakan each other. People in human societies
hasil-hasil dari unsur-unsur kebudayaan also generally perceive that their society
manusia yang tak-tampak (intangibles, is distinct from other societies in terms
immaterials) seperti pemikiran, gagasan, of shared traditions and expectations.
angan-angan, citraan, yang berada di While human societies and cultures are
wilayah batin, mental-spiritual dan not the same thing, they are inextricably
pengolahan pemikiran, atau penggunaan connected because culture is created and
otak dan akal-budi manusia, yang transmitted to others in a society.
berdampingan dengan nilai-nilai, norma- Cultures are not the product of lone
norma, dan etika, yang diwariskan dan individuals. They are the continuously
dikembangkan oleh manusia melalui dan evolving products of people interacting
sangat melibatkan fungsi dan peran with each other. Cultural patterns such
pewarisan, pendidikan, pengajaran, as language and politics make no sense
pembelajaran, pembiasaan, yang except in terms of the interaction of
berkelanjutan dan saling berhubungan, people. If you were the only human on
berinteraksi, tarik-menarik, timbang- earth, there would be no need for
menimbang dengan latar-belakang dan language or government. Pengertian
lingkungan kehidupannya tentang masyarakat dan kebudayaan,
dengan demikian, adalah berbeda. Pada bahwa kedua kelompok masalah
satu pengertian, masyarakat saling tersebut selalu saling berkaitan dan tidak
berinteraksi, baik di dalam sistem 5 mudah dipisah-pisahkan, bahkan
sosialnya maupun di luar sistem seringkali kabur mengenai mana yang
sosialnya; dan pada pengertian lain sesungguhnya masalah sosial dan mana
dalam berinteraksi tersebut manusia dan yang masalah budaya. Penekanan-
masyarakat menciptakan, penekanan dalam pembahasan mengenai
menyelenggarakan dan mengembangkan konsep-konsep dan pengertian-
kebudayaan dalam suatu sistem budaya. pengertian tentang sosial dan budaya
Hubungan timbal-balik antara justru makin menegaskan bahwa
masyarakat dan kebudayaan inilah yang pembahasan tentang masalah-masalah
membentuk sistem sosial dan sistem sosial tak terpisahkan dari masalah-
budaya. Pembahasan mengenai sistem masalah budaya, yang membangun
sosial dan sistem budaya menjadi lebih konsep dan pengertian tentang sistem
bermakna apabila dipahami dan disadari sosialbudaya (socio-cultural system).
bahwa dalam kehidupan manusia 1. Sistem Sosial
terdapat begitu banyak dan beragamnya Para pembahas menyebut
sistem sosial dan sistem budaya, yang konsep dan pengertian sistem
dapat disatu-padukan dalam pembahasan sosial lebih menekankan pada
mengenai sistem sosial-budaya atau hubungan-hubungan yang
sistem-sistem sosialbudaya (socio- berlangsung antar manusia dan
cultural systems). manusia, manusia dan
B. Sistem Sosial dan Sistem Budaya : masyarakat, masyarakat dan
Sistem Sosial-Budaya masyarakat, yang hampir selalu
Pembahasan mengenai sistem atau bahkan selalu dalam
sosial dan sistem budaya sebagaimana kerangka suatu satuan atau
disampaikan dengan demikian organisasi, sebagai satuan
menghasilkan pengertian-pengertian dan bersistem yang senantiasa
konsep-konsep mengenai sistem sosial, berinteraksi, yakni interaksi
sistem budaya, dan sistem sosial-budaya, sosial sehingga dapat disebutkan
yang dimaksudkan agar pembahasan bahwa setiap (satuan)
tentang masalah-masalah sosial dan masyarakat adalah bersistem,
masalah-masalah budaya dilakukan yang kemudian dikenal dengan
secara terpadu, dengan memperhatikan sistem sosial (social system),
yaitu satuan masyarakat yang dan kapan pun ia berada,
bersistem. Sistem sosial merupakan suatu sistem sosial,
dipahami sebagai “any, yang di dalamnya dapat
especially a relatively persistent, mengandung subsistem sosial
patterning of social relations dan dalam pola sistematik yang
across „time-space,‟ understood sangat beragam. Sebagai satuan
as reproduced practices” masyarakat, sistem sosial
(Giddens, 1984). Dalam merupakan sistem yang menjadi
pengertian umum demikian, wadah bagi totalitas hubungan
suatu masyarakat atau organisasi antara seorang manusia dan
sosial atau kelompok, di mana manusia lainnya, manusia dan
dan kapan pun ia berada, kelompoknya atau kelompok lain,
merupakan suatu sistem sosial, kelompok manusia dan
yang di dalamnya dapat kelompok manusia lainnya,
mengandung subsistem sosial untuk memenuhi hajat,
dan dalam pola sistematik yang mempertahankan dan
sangat beragam. Dalam faham mengembangkan hidupnya,
fungsionalisme (Parsons, 1951) sesuai fungsi masing-masing.
sistem sosial merupakan sistem Manusia dan kelompok-
interaksi yang berlangsung kelompok manusia tersebut
antara 2 (dua) pelaku atau lebih, masing-masing secara relatif
yang masing-masing memiliki batas dan ikatan
mengandung fungsi dalam suatu kewilayaha dan mengembangkan
satuan masyarakat. Sistem sosial (unsur-unsur) kebudayaannya,
dapat dipahami sebagai suatu termasuk lembaga-lembaganya
sistem atau pemolaan dari seperti organisasi-organisasi
hubunganhubungan sosial yang sosial beserta peraturan-
terdapat dan berkembang dalam peraturannya yang tertulis dan
masyarakat tertentu, sebagai tak tertulis.
wahana 6 fungsional dalam
masyarakat tersebut. Dalam 2. Sistem Budaya
pengertian umum demikian, Pembahasan tentang
suatu masyarakat atau organisasi manusia dalam masyarakat dan
sosial atau kelompok, di mana sistem sosial tak dapat
dilepaskan dari pembahasan mulai dengan organisme tingkah-
tentang kebudayaannya, beserta laku dan sampai bangunan
unsur-unsur kebudayaannya, sistem budaya (Parsons, 1951;
baik unsurunsur yang tampak, Ritzer and Goodman, 2004).
nyata, kelihatan atau berwujud Dasaran teori sosiologi sistem
(tangible elements) maupun tindakan (action system)
unsur-unsur yang tak-tampak, (Parsons, 1951) adalah
tak-nyata, tak-kelihatan atau tak- membangun teori umum tentang
berujud (intangible elements; masyarakat yang disusun sebagai
intangibles). Sistem budaya peraturan dalam model sibernetik
merupakan sistem atau satuan (cybernetic model) yang
yang merupakan hasil satuan mengedepankan 4 (empat)
kompleksitas yang diciptakan imperatif fungsional, yaitu
dan diselenggarakan oleh adaptasi (adaptation), pencapaian
manusia dalam masyarakat, cita-cita (goal attainment),
dalam memenuhi dan integrasi (integration), dan
mengembangkan hajat hidupnya pemeliharaan pola, atau contoh,
dan lingkungannya, yang bersifat atau teladan (pattern maintenace).
kebendaan dan bukankebendaan, Sedangkan hierarki sistem, mulai
yang dilakukan manusia melalui dari sistem yang paling lemah
pewarisan, pendidikan, sampai sistem yang cakupannya
pengajaran, dan pembiasaan, paling luas, secara berurutan,
yang berkelanjutan. Dalam meliputi (1) organisme tingkah-
sistem budaya yang kompleks laku (behavioral organism), (2)
berlangsung saling-hubungan sistem kepribadian (personality
antar unsur-unsur budaya, terjadi system), (3) sistem sosial (social
interaksi fungsional dan simbolik system), dan sistem budaya
antara satu unsur budaya dan (cultural system). Parsons (1951)
unsur budaya lainnya. Action memandang tingkatan-tingkatan
theory (teori tindakan) Parsons demikian secara hierarkis,
(1951) bahkan memandang dengan masing-masing tingkatan
bahwa sistem- 7 sistem tindakan yang lebih rendah menyediakan
berlaku terhadap tingkatan- daya dorong (impetus) bagi
tingkatan analisis yang berbeda, tingkatan-tingkatan yang lebih
tinggi, dengan tingkatan- bahwa, sistem sosial-budaya
tingkatan yang lebih tinggi merupakan sistem paduan dari
mengendalikan tingkatan- sistem sosial dan sistem budaya
tingkatan yang lebih rendah; sehingga menjadi suatu sistem
sehingga dapat dikatakan bahwa kemasyarakatan yang meliputi
organisme tingkah-laku dan hubunganhubungan sosial yang
sistem kepribadian merupakan dengannya manusia dalam
pendorong bagi sistem sosial dan masyarakat menghasilkan dan
sistem budaya, sementara sistem mengembangkan unsur-unsur
budaya mengendalikan sistem budaya, untuk memenuhi hajat-
sosial, sistem kepribadian, dan hajat sosial dan budaya suatu
organisme tingkah-laku, karena masyarakat dalam
dalam hierarki tindakan, sistem melangsungkan dan
budaya merupakan sistem mengembangkan kehidupan
pengendali tertinggi dalam sosial-budayanya. Pembahasan
tindakan sosial (social action). mengenai dinamika dan
perkembangan sistem sosial-
3. Sistem Sosial-Budaya budaya, sangat berhubungan
Masyarakat manusia dengan keadaan wilayah dan
memiliki warisan-warisan kewilayahan sosial dan budaya,
genetik yang berbeda dari jenis kependudukan, unsur-unsur
makhluk lainnya. Warisan- kebudayaan, yang mengandung
warisan genetik manusia hasil-hasil kebendaan (material,
memberikan kemampuan kepada tangible goods) dan pemikiran
manusia untuk mengembangkan manusia dalam masyarakat,
warisan-warisan budaya yang organisasi-organisasi sosial dan
sangat beragam, yang sejak lembaga-lembaga sosial budaya,
semula meliputi dimensi-dimensi beserta latar-belakangnya.
sosial dan budaya, yang Masyarakat yang kompleks
kemudian membangun sistem meliputi sistem-sistem sosial-
sosial-budaya, bagi budaya yang kompleks yang
kelangsungan dan menggabungkan faktor-faktor
pengembangan kehidupannya. sosial dan budaya dengan
Sehingga dapat 8 dikatakan berbagai tingkatan kontradiksi
dan konsistensi (Archer, 2004). dan pengalaman bangsa
Dalam sistem sosial-budaya yang Indonesia selama ratusan tahun.
kompleks itu, penemuan dan
pemberian fungsi terhadap C. Sistem Sosial-Budaya di Indonesia
makna di balik tindakan manusia, Indonesia dikenal luas sebagai
bersamaan dengan penafsiran bangsa dengan realitas sosial-budaya
simbol terhadap tindakan yang begitu majemuk. Hubungan sosial-
manusia dan kelompok manusia, budaya antar masyarakat di Indonesia
merupakan langkah kemuliaan. merupakan produk sejarah yang panjang,
Akan tetapi makna dan simbol yang dari zaman ke zaman mengalami
tindakan manusia dalam sistem perkenalan dan pergaulan dengan
sosial-budaya terlalu beragam, bangsa-bangsa, agama-agama, dan
sehingga membutuhkan kebudayaan-kebudayaan dunia.
konseptualisasi model-model dan Demikian juga, nasionalisme Indonesia,
kategori-kategori makna dan kebangsaan Indonesia pun terbentuk,
simbol tindakan manusia dalam terbangun dan teruji oleh sejarah
sistem sosial dan sistem budaya. panjang, dari hasil interaksi “bangsa
Konseptualisasi sistem sosial- Indonesia” dengan bangsa-bangsa,
budaya dalam suatu bangsa akan agamaagama, dan kebudayaan-
menyediakan peluang yang kebudayaan dunia. Pengalaman ini
berharga bagi bangsa tersebut membentuk nilai-nilai lama dan nilai-
untuk melihat, menghargai dan nilai baru dalam masyarakat Indonesia.
menentukan langkah-langkah Sebagian nilai-nilai lama hendak
dan tindakan konkrit dan ideal ditinggalkan atau diperbaharui,
sehingga bangsa tersebut lebih sedangkan nilai-nilai baru yang sesuai
mudah memantapkan dengan kebutuhan dan perkembangan
perjalanannya meraih cita-cita peradaban bangsa pada masa sekarang
bersama. Konseptualisasi ini dan masa mendatang harus senantiasa
mengajukan sistem sosial- dipahami, diwujudkan dan diuji dalam
budaya di Indonesia yang terdiri pergaulan sosial-budaya.
dari 5 (lima) sistem sosial- 1. Kemajemukan dan Sistem
budaya yang lahir dan Budaya
berkembang dari sumber-sumber Dengan hampir 14.000
(empat belas ribu) pulau,
Indonesia merupakan kepulauan menentukan apa yang disebut
yang terbesar, seluas hampir 2 kebudayaan nasional. Namun
(dua) juta kilometer persegi, dan demikian, secara garis besar,
sepanjang dari ujung barat Melalatoa (1997) mengajukan 3
(Sabang di P. Weh) ke ujung (tiga) macam kebudayaan, atau
timur (Merauke di Irian Jaya) sub-kebudayaan, dalam
sekitar 5.000 (lima ribu) km, masyarakat Indonesia, sebagai
yang dihuni oleh hampir 240 berikut. (1) Kebudayaan nasional
(dua ratus empat puluh juta) juta Indonesia yang berlandaskan
jiwa (terbesar kelima setelah Pancasila dan UUD 45; (2)
Cina, India, AS, Rusia); dan kebudayaan suku-suku bangsa;
dengan 5 (lima) pulau besar dan (3) kebudayaan umum lokal
(Jawa, Sumatra, Kalimantan, sebagai wadah yang
Sulawesi dan Irian), Jawa mengakomodasi lestarinya
merupakan pulau terpadat dan perbedaanperbedaan identitas
Irian Jaya terjarang penduduknya. suku bangsa serta masyarakat-
Dengan sekitar 400 (empat ratus) masyarakat yang saling berbeda
suku dan kelompok etnik, kebudayaannya yang hidup
sebanyak 726 (tujuh ratus dua dalam satu wilayah, misalnya
puluh enam) bahasa daerah, yang pasar atau kota (Melalatoa, 1997:
sebagian punah atau hampir 6). Sementara itu, Harsya W.
punah, selain bahasa Indonesia Bachtiar (1985: 1-17) menyebut
sebagai karya budaya bangsa berkembangnya 4 (empat) sistem
yang memayungi bangsa dan budaya di Indonesia, sebagai
mempermudah komunikasi antar berikut. (1). Sistem budaya etnik,
warga bangsa, agama-agama dan yang berasal dari bermacam-
unsur-unsur kebudayaan besar macam etnik yang masingmasing
hidup dan berkembang dalam memiliki wilayah budaya (18
masyarakat bangsa dan masyarakat etnik, atau lebih); (2)
komunitas-komunitas yang sistem budaya agamaagama
plural. besar, yang bersumber dari
Kemajemukan ini praktek agama-agama Hindu,
menyebabkan para ahli Budha, Islam, Kristen, dan
kebudayaan tidak mudah Katolik; (3) sistem budaya
Indonesia: bahasa Indonesia (dari nama bangsa dan negara,
Melayu), nama Indonesia, (4) bahasa Indonesia,
Pancasila dan UUD-RI; dan (4) sebagai bahasa nasional,
sistem budaya asing yang yang semuanya
bersumber dari India, Belanda, menempati dan mengisi
Arab/Timur Tengah, Cina, (5) Negara Kesatuan
Amerika, Jepang, dan sebagainya. Republik Indonesia
2. Sistem Sosial-Budaya di (NKRI), dalam bingkai (6)
Indonesia Garuda Pancasila, yang
Dengan latar-belakang dilengkapi (7) semboyan
dan pengalaman sosial-budaya Bhinneka Tunggal Ika,
yang begitu majemuk, meninjau sebagai karya-karya
gagasan-gagasan tentang sistem budaya nasional yang
sosial-budaya, dalam memayungi dan
masyarakat-bangsa Indonesia mempersatukan
terdapat sistem-sistem sosial- masyarakat-bangsa
budaya dan/atau subsistem- Indonesia. Bahan-bahan
subsistem sosial-budaya, sebagai bagi hasil karya budaya
berikut. berupa sistem sosial-
2.1 Sistem Sosial-Budaya budaya nasional
Nasional Indonesia Indonesia tersebut sudah
Sistem sosial- ada dan dipraktekkan
budaya nasional dalam kegiatan
Indonesia merupakan masyarakat dari zaman ke
sistem masyarakat- zaman, selama berabad-
bangsa yang abad, dalam wilayah-
menghasilkan, wilayah yang sekarang
berlandaskan dan menjadi Indonesia.
mewadahi (1) Pancasila 2.2 Sistem Sosial-Budaya
sebagai Dasar Negara, Suku Bangsa dan Etnik
dengan (2) Undang- Bangsa
Undang Dasar „45 Sistem atau sub-
sebagai Dasar Hukum, (3) sistem sosial-budaya
nama Indonesia, sebagai suku bangsa dan
kelompok etnik bangsa rumpunrumpun kesukuan
merupakan sub- dan etnik bangsa yang
subbudaya yang hidup di sejak lama, secara turun-
daerah-daerah dan temurun, menetap di
wilayah-wilayah wilayah yang kemudian
geografis Indonesia yang disepakati disebut
terbentuk secara turun- Indonesia.
temurun dengan satuan- 2.3 Sistem Sosial-Budaya
satuan subbudaya yang Agama.
terbentuk sejak jauh Sistem sosial-
sebelum kelahiran budaya agama terbentuk
masyarakat-bangsa dalam dengan sumber-sumber
negara Indonesia. dari ajaran-ajaran dan
Satuansatuan ini terdiri praktek agama-agama
dari bermacam-macam besar yang selama berabad-
suku dan etnik yang abad datang, tumbuh dan
masing-masing memiliki berkembang di wilayah
daerah atau wilayah Indonesia, yakni Hindu,
budaya atau sub-budaya, Budha, Islam, Kristen dan
dengan masyarakat Katolik, serta Kong Hu Cu.
kesukuan dan etnik. Selain itu, di daerah-daerah
Satuan-satuan itu bukan dan wilayah-wilayah
berasal dari bangsa budaya, berkembang pula
seperti yang terjadi di praktek ajaran 12 moral
Amerika Serikat, dan spiritual dari religi
misalnya, orang-orang kesukuan dan etnik, dan
atau bangsa Inggris atau penghayatan kepercayaan
Jerman, atau Afrika kepada Tuhan Yang Maha
Selatan, atau Amerika Esa, yang kelompok
Latin (Chicano), atau pelakunya disebut
Jepang dan Cina yang Himpunan Penghayat
membentuk sub- Kepercayaan (HPK),
subbudaya di Amerika terutama di Jawa Barat,
Serikat, melainkan
Jawa Tengah dan Jawa mendominasi dan
Timur. menggeser unsurunsur
2.4 Sistem Sosial-Budaya budaya daerah
Asing 2.5 Sistem Sosial-Budaya
Sistem sosial- Campuran
budaya asing berasal dan Sistem sosial-
terbentuk dari unsur- budaya campuran
unsur budaya asing, merupakan tanggapan
seperti India, Melayu, masyarakat terhadap
Belanda, Arab dan Timur masuknya unsur-unsur
Tengah, Cina, Amerika budaya lain, yang
Serikat, Jepang, Korea, diterima dan
dan sebagainya. Oleh dimanfaatkan untuk
masyarakat Indonesia, memperkaya unsur-unsur
secara kreatif unsur-unsur budaya yang dianggap
budaya ini disaring, asli, atau sudah hadir
disesuaikan, dirombak, sejak lama sehingga
dipadukan, dan percampuran antar
dikawinkan, meskipun unsurunsur budaya dapat
ada yang dikenakan terjadi. Sistem budaya
begitu saja. Unsur-unsur campuran lazim terjadi
budaya dalam sistem dalam unsur-unsur
sosial-budaya asing ini di budaya “sistem religi dan
satu pihak dapat upacara keagamaan,”
dipandang memperkaya misalnya dengan praktek
unsur-unsur budaya sinkretisme dalam
nasional dan daerah, yang beragama; “bahasa,”
acapkali menghasilkan dengan menggunakan
percampuran unsur-unsur kata-kata dan ujaran-
budaya baru yang unik ujaran campuran dengan
dan diminati masyarakat; istilah dan kata-kata dari
di lain pihak dipandang bahasa asing dalam
sebagai unsur-unsur komunikasi tulisan
budaya yang menjajah, maupun lisan;
“kesenian,” merupakan kondisi objek yang alamiah dimana
satu unsur budaya yang peneliti sebagai instrumen kunci.
mudah bercampuran, Menurut Nazir (2014) penelitian
antara unsur-unsur yang deskriptif meneliti status kelompok
ada dalam dirinya dengan manusia, objek, kondisi, sistem
unsur-unsur lain yang pemikiran ataupun peristiwa masa
masuk, musik ndang-dut sekarang dengan tujuan untuk membuat
Rhoma Irama yang deskriptif secara sistematis, faktual dan
berhasil meraih hati akurat mengenai fakta yang diteliti.
penggemar dalam jumlah
Menurut Nana Syaodih
besar merupakan contoh
Sukmadinata (2011: 73), penelitian
fenomenal yang menarik;
deskriptif kualitatif ditujukan untuk
“sistem dan organisasi
mendeskripsikan dan menggambarkan
kemasyarakatan” yang
fenomena-fenomena yang ada, baik
dapat terjadi misalnya
bersifat alamiah maupun rekayasa
dalam praktek politik 13
manusia, yang lebih memperhatikan
berdemokrasi beserta
mengenai karakteristik, kualitas,
implementasi dan
keterkaitan antar kegiatan. Metode ini
pelaksanaannya; dan
digunakan agar peneliti dapat
“sistem mata pencaharian
memahami lebih dalam mengenai
hidup” yang sangat
bagaimana masyarakat dapat melakukan
mempengaruhi cara,
upaya pelestarian tradisi budayaserta
strategi, dan kebijakan
bagaimana hal tersebut berimplikasi
serta praktek dalam
pada ketahanan budaya. Di mana dalam
kebijakan dan praktek
penelitian ini menyimak perilaku dan
ekonomi masyarakat-
kata-kata secara tulisan untuk
bangsa.
menghasilkan data secara deskriptif.
3. Metode Penelitian
Untuk memenuhi prinsip hakikat
Penelitian ini menggunakan manusia dan kebudayaan maka
metode kualitatif-deskriptif. Di kutip penilitian menggunakan sumber data
dari(536) Menurut Sugiyono (2016) berupa data tertulis yang diambil dari
metode penelitian kualitatif adalah wacana yang ada di internet. Teknik
metode yang digunakan untuk meneliti pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaah terhadap buku-buku, sosial tidak bisa dipisahkan dari gejala-
Literatur-literatur, catatan-catatan, dan gejala dan kebiasaan-kebiasaan budaya,
laporan-laporan yang ada hubungannya demikian pun sebaliknya. Bahkan,
dengan masalah yang dipecahkan. seringkali tidak mudah orang melihat
Teknik ini digunakan untuk memperoleh suatu gejala atau peristiwa itu gejala
dasar-dasar dan pendapat secara tertulis atau peristiwa sosial atau budaya,
yang dilakukan dengan cara sistem-sistem sosial tidak bisa
mempelajari berbagai literatur yang dipisahkan secara tegas dari sistem-
berhubungan dengan masalah yang sistem budaya, sehingga persoalan
diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk konseptual mengenai sistem sosial dan
mendapatkan data sekunder yang akan sistem budaya lebih memadai apabila
digunakan sebagai landasan dilakukan dalam satuan pembahasan
perbandingan antara teori dengan sehingga kita mengenal sistem-sistem
prakteknya di lapangan. Data sekunder sosial-budaya (socio-cultural systems).
melalui metode ini diperoleh dengan
2. Pengaruh Sosialiasi
browsing di internet, membaca berbagai
literatur, hasil kajian dari peneliti Hasil penelitian menunjukkan

terdahulu, catatan perkuliahan, serta bahwa dalam proses sosialisasi seorang

sumber-sumber lain yang relevan. individu dari masa kanak-kanak sampai


masa tua selalu belajar pola-pola
4. Hasil Dan Pembahasan
tindakan dalam interaksi dengan segala

1. Pengaruh Internalisasi macam individu sekitarnya yang


menduduki beraneka macam peranan
Hasil penelitian menunjukkan
social. Syarat terjadinya proses sosialiasi
bahwa Sosial dan Budaya mempunyai
adalah :
potensi, bakat dan kecendrungan secara
genetis untuk mengembangkan berbagai a. individu harus melakukan hubungan-

perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi hubungan yang berlangsung antar

dalam kepribadiannya. Dalam manusia dan manusia

kehidupan masyarakat, gejala-gejala b. individu harus mampu berkomunikasi


sosial dan gejala-gejala budaya hampir secara efektif
selalu, atau bahkan selalu, saling
c. Individu menerapkan dan
berhubungan dan berpengaruh, sehingga
membiasakan berinteraksi social antar
gejala-gejala dan kebiasaan-kebiasaan
individu atau organisasi
d. individu harus dibiasakan dengan diwujudkan melalui unsur-unsur
nilai-nilai dan norma-norma yang kebudayaan, yang sekaligus merupakan
ada pada masyarakat. isi kebudayaan. Kebudayaan hidup di
dalam sistem sosial-budaya yang
3. Pengaruh Enkulturasi
mengembangkannya, yang merupakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wadah dinamikka dan pengembangan
dalam proses ini seorang individu unsur-unsur budaya sebagai perwujudan
mempelajari dan menyesuaikan alam dari isi kebudayaan yang senantiasa
pikiran serta sikapnya dengan adat saling berhubungan dan berjalinan. Lima
istiadat, system norma, dan peraturan- sistem sosialbudaya yang hidup dan
peraturan yang hidup dalam mewadahi hajat hidup masyarakat
kebudayaannya. Sejak kecil proses Indonesia terbentuk oleh latarbelakang
enkulturasi sudah dimulai dalam alam dan pengalaman kebudayaan, dari
pikiran manusia; mula-mula dari zaman ke zaman sehingga merupakan
lingkungan keluarganya, kemudian buah peradaban dan pengalaman bangsa
teman bermain, lingkungan masyarakat yang senantiasa bergerak dan
dengan meniru pola perilaku yang berkembang. Sistem-sistem sosial-
berlangsung dalam suatu kebudayaan. budaya di Indonesia memerlukan
Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa pembahasan lebih lanjut dan terperinci
kebudayaan sangat bepengaruh penting dengan kepentingan mengidentifikasi
tehadap pertumbuhan manusia baik sistem sosial-budaya yang berkembang
secara pemikiran maupun secara dan merencanakan strategi
lingkungan pembangunan sosial-budaya yang

Simpulan bermanfaat bagi penyelenggaraan


kehidupan sosial-budaya yang berbasis
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
latar-belakang sosial-budaya, realitas
bahwa Manusia dan kebudayaan
sosial-budaya dan dinamika sosial-
bersama-sama membangun kehidupan
budaya yang senantiasa bergerak dan
sosial-budaya, yang terpola dan secara
berkembang.
sistematis disebut sistem sosial-budaya.
Sistematisasi sosial-budaya terjadi
Daftar Rujukan
melalui penyesuaian bersama dalam Alexander, Paul. Ed. 1989. Creating

norma-norma, ide-ide, nilai-nilai, Indonesian Cultures. Sydney:

estetika, tradisi, yang semuanya dapat Oceania Publications, n.d.)


Alfian. Ed. 1985. Persepsi Masyarakat
Tentang Kebudayaan. Jakarta: 1974. 1984a. Kebudayaan, Mentalitas
Gramedia, n.d.) Dan Pembangunan. Jakarta:
Bachtiar, Harsya W., Mattulada, Haryati Gramedia., n.d.)
Soebadio. 1985. Budaya Dan CulturalSystemHttp://En.Wikipedia.Org
Manusia Indonesia. Yogyakarta: /w/Index.Php?Title=Cultural_syste
Hanindita., n.d.) m&oldid= 42520521. , n.d.)
Koentjaraningrat (Redaksi). 1971. 1993. SocialSystem”Http://En.Wikipedia.Org/
Manusia Dan Kebudayaan Di w/Index.Php?Title=Social_system
Indonesia. Jakarta: Djambatan, n.d.) &oldid= 510408398., n.d.)

Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Tersediahttp://defauzan,wordpress,


Jakarta: Rineka Cipta, 2004. com.[11 September 2014].

Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Gunawan, Ary. Sosiologi Pendidikan,


Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Elly M. Setiadi, dkk. Ilmu Sosial dan Manan, Imran. Dasar-Dasar Sosial
Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, Budaya Pendidikan. Jakarta: Dirjen
2006 Dikti Depdikbud, 1989.
Fauzan, 2009. Landasan Sosial Budaya
Rifa’i Muhammad, Sosiologi
Sosial Budaya Pendidikan.[Online].
Pendidikan, Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.

Anda mungkin juga menyukai