65
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
TINJAUAN BUKU: Queer Youth Cultures
sebuah komunitas, dibanding mengubah zine (buletin cetak), dan video yang dibuat
suatu tatanan sosial ataupun melakukan de- oleh anak muda untuk membentuk dan
konstruksi terhadap konsep-konsep besar mentransformasi identitas gender mereka,
terkait seksualitas. Salah satu buku yang dengan menggunakan tubuh mereka sebagai
membahas tentang anak muda dan queer citra untuk secara kolaboratif menciptakan
sebagai subkultur adalah Queer Youth Cul- kenikmatan (pleasure) dan nilai-nilai sub-
tures, yang berusaha memotret dan meng- kultur queer, seperti pendefinisian ulang
hadirkan sudut pandang anak muda sebagai konsep gender, batasan-batasan seksual,
pelaku dan pembentuk subkultur queer di reproduksi dan keluarga, juga kematian.
Amerika Serikat. Media ini juga menjadi sarana anak muda
Selama ini, banyak kajian mengenai anak queer untuk memberdayakan diri mereka
muda queer yang senantiasa memposisikan (self-empowering), karena kelompok queer
anak muda queer sebagai kelompok seksual tidak “tampak” di dalam publik dan kurang
minoritas dan hanya dilihat melalui sudut berdaya untuk menandingi konstruksi do-
pandang moralitas sebagai kelompok minan tentang queer, sehingga mereka
dengan kondisi patologis yang rentan ter- masuk ke dalam ranah-ranah seperti acara
hadap berbagai risiko kesehatan seperti pembacaan puisi, proyek video komu-
HIV/AIDS. Buku yang disunting oleh nitas, jaringan distribusi zine hingga ruang
Susan Driver, pengajar kajian media dan chat di dunia maya. Pada proses inilah,
identitas di York University, Kanada, ini anak muda queer mengkonstruksi dan
hadir sebagai tandingan terhadap kajian meregulasikan identitas mereka—Susan
queer yang dominan dan memusatkan Driver menyebutnya dengan istilah sebagai
perhatian terhadap anak muda queer se- “pedagogi publik”, kepada anggota masya-
bagai bagian yang aktif ikut serta dalam rakat lainnya.
membentuk produksi pengetahuan queer Bagian kedua, Queer di dalam Kebu-
dan seksualitas anak muda. Terbagi ke dayaan (Tak) Populer, berfokus terhadap
dalam tiga bagian, antara lain Kebudayaan bagaimana media massa menampilkan
Performatif Anak Muda Queer, Queer di kelompok seksual minoritas pada tatanan
dalam Kebudayaan (Tak) Populer, dan konten secara eksplisit dan implisit atau
Mengubah Aktivisme Politik, buku ini subtekstual. Sebagai sebuah tempat di mana
berisi berbagai tulisan tentang bentuk- pembacaan makna-makna terjadi secara
bentuk ekspresi anak muda queer dalam intens namun senantiasa dikontestasikan,
memproduksi dan menyebarkan suara dan media massa merupakan sumber bagi
pengalaman mereka melalui media alter- anak muda untuk mencari identifikasi diri,
natif atau dalam ragam aktivitas yang membayangkan resistensi, serta mem-
bersifat politis lainnya. pertanyakan dunia di sekitar mereka. Bagi
Kumpulan tulisan pada bagian pertama, anak muda queer, media massa adalah
Kebudayaan Performatif Anak Muda Queer, bagian penting yang membentuk masa
berangkat dari gagasan feminis pasca- transisi mereka menuju kedewasaan dan
strukturalis Judith Butler mengenai gender masa depan mereka sebagai seorang
sebagai tindakan performatif—serangkaian queer—ada banyak pengalaman di mana
norma gender yang terinternalisasi di da- anak muda lesbian atau gay menjadikan se-
lam individu, yang kemudian dilakukan buah buku atau film yang berkisah tentang
atau dipertunjukkan dengan tujuan-tujuan queer sebagai titik penting dalam sejarah
yang fungsional. Bentuk-bentuk tindakan hidup mereka. Bagian kedua dari buku ini
performatif ini muncul melalui media musik, mengupas bagaimana representasi anak
66
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014
TINJAUAN BUKU: Queer Youth Cultures
muda queer di dalam media massa seperti atau di luar institusi-institusi kultural
film atau televisi yang kerap hadir secara yang dominan seperti yang dikira oleh
kontradiktif, serta bagaimana anak muda masyarakat awam. Sebaliknya, buku ini
queer menegosiasikan makna tidak hanya menawarkan apa implikasi dari relasi ke-
untuk “bertarung” representasi yang seksis, lompok anak muda queer dengan ling-
rasis bahkan homophobia, tetapi juga dis- kungan mereka dalam posisi mereka yang
kriminasi usia (ageism). Media massa, senantiasa bersinggungan dan dapat ber-
yang secara sistematis diproduksi oleh pindah-pindah, mulai dari media massa
orang dewasa, dapat tergelincir kepada yang komersWil, ke kelompok-kelompok
eksploitasi tubuh anak muda semata-mata subkultur yang mengakar rumput, hingga
untuk hiburan dan voyerisme dalam ben- ke aktivisme yang sangat politis. Praktik-
tuk-bentuk seperti pornografi, alih-alih praktik kelompok anak muda queer ini turut
menampilkan keinginan dan suara anak menjadi bagian dari pergerakan atau inisiatif
muda queer. anak muda, yang juga menyediakan banyak
peluang bagi pihak-pihak lain seperti
Bagian ketiga dari buku ini, Mengubah
pemerintah atau para pembuat kebijakan
Aktivisme Politik, melihat dimensi-di-
untuk mengatasi berbagai permasalahan
mensi politis dari representasi kultural
yang melingkupi anak muda.
yang dilakukan oleh anak muda queer di
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Ba-
gian ini membahas bagaimana berbagai
pengalaman yang dialami anak muda queer
seperti diskriminasi, kesenjangan sosial,
atau eksklusi sosial berinteraksi dengan
permasalahan sosial di sekitar mereka se-
perti kemiskinan, rasisme, tunawisma,
homophobia, kekerasan dan globalisasi,
dan secara bertahap mewujud ke dalam
tindakan-tindakan atau ekspresi kelompok
yang lebih politis seperti protes, mobilisasi
massa, hingga gangguan visual seperti
street-art atau performance art di ruang
publik. Munculnya berbagai kelompok atau
komunitas queer yang melakukan aksi-aksi
ini tidak hanya bertujuan untuk membuat
mereka lebih representatif di dalam komu-
nitas tempat mereka berada, tetapi juga
turut menjadi salah satu elemen di dalam
masyarakat yang aktif berkontribusi dalam
perubahan sosial di sekitar mereka.
Secara keseluruhan, buku Queer Youth
Cultures berupaya untuk memberikan posisi
tawar agar anak muda queer dan praktik-
praktik kultural kontemporer mereka tidak
semata-mata dapat digolongkan seba-
gai “mainstream” atau marjinal, karena
mereka tidak berada sepenuhnya di dalam
67
JURNAL STUDI PEMUDA • Vol. 3, No. 1, Mei 2014