Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Gender pada
Program Studi Pendidikan agama Islam
Dosen Pengampu :
Dr. Yustina Yuliasari, M.Ag
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Hilya Maulidiyyatussholihah 22210010
Muhammad Ridwan Kautsar 22210027
Muhammad Wildan Fadilah 22210025
Risma Nopia 22210015
2024/2025
A. Fenomena
1. Sejarah Gender, Maskulinitas, dan Femininitas
Gender adalah suatu konsep atau teori untuk membedakan laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi sosial dan budaya yang dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Adapun istilah gender dengan seks (jenis kelamin) memiliki
perbedaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Aan Oskley, yakni seks merupakan
perbedaan atas dasar ciri-ciri biologis dari seorang laki-laki dan perempuan yang
merupakat sebuah kodrat.1
1
Ratna Saptari, Bigritte Holzner, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial Sebuah Pengantar Studi
Perempuan (Jakarta: Kalyana Mitra, 1997), Hlm. 89.
2
Romany Sihitie, Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan, (Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2007),
Hlm. 230.
3
Helen Tierney, Women’s New World Dictionary, (New York: Webster’s New World Clevenland,
1984), Hlm. 561.
1
pengertian gender, berawal dari pemahaman gender yang ditanamkan dalam
keluarga, masyarakat dan agama.
Istilah peran gender pertama kali muncul di media cetak pada tahun 1955.
Sementara itu, istilah identitas gender digunakan pada sebuah pernyataan pers pada
21 November 1966 yang mengumumkan sebuah klinik baru bagi transeksual di
Rumah Sakit Johns Hopkins. Sejarawan gender juga tertarik pada bagaimana
perbedaan gender dipersepsikan pada waktu dan tempat yang berbeda, biasanya
dengan asumsi bahwa perbedaan tersebut disatukan secara sosial. Susunan atau
pembuatan sosial gender ini sepanjang waktu direpresentasikan sebagai perubahan
dalam norma-norma perilaku bagi laki-laki atau perempuan. Para sejarawan ini
mempelajari sejarah gender dengan mencatat perubahan norma pada manusia dari
waktu ke waktu, dan menafsirkan aspek perubahan tersebut mengenai iklim,
sosial,kultur, politik yang lebih luas. Sehingga tidak heran bila pengertian gender
saat ini lebih luas dan fleksibel, bahkan masih menjadi topik pembahasan.4
4
Tersedia di : https://plus.kapanlagi.com/arti-gender-pengertian-secara-umum-sejarah-dan-macam-
macamnya-923623.html?page=2 . Diakses Pada 26 Februari 2024 Pukul 11:44.
5
Levant, Ronald F.; Kopecky, Gini (1995). Masculinity reconstructed: changing the rules of
manhood—at work, in relationships, and in family life. New York: Dutton. ISBN 978-0452275416.
2
mendapat perhatian yang meningkat pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Di
Amerika Serikat, mata kuliah maskulinitas meningkat dari 30 menjadi lebih dari
300 mata kuliah. Hal ini telah memicu berbagai penelitian tentang maskulinitas dan
pada akhirnya bidang ini berkembang lebih luas. Lahirnya teori-teori diskriminasi
sosial, konstruksi sosial dan perbedaan gender merupakan perkembangan dari
bidang studi ini.6
Adapun, teori feminis bisa ditandai sebagai buah pemikiran yang lahir dari
friksi sosial yang kemudian turut menyemarakkan modernitas dan menyeruak di
dunia akademis Barat sejak tahun 60-an dalam nuansa borjuis liberal, di mana
masyarakat mau tak mau harus mengubah pemahamannya tentang konsep gender
dan warga negara dalam menjawab tuntutan- tuntutan kaum feminis. Bersamaan
dengan berkembangnya kondisi sosial. Zamannya, feminisme kemudian merubah
tuntutan-tuntutan berdasarkan arah kebutuhan dalam kehidupan kaum perempuan
yang lebih berkeadilan.
Pada abad ke-14 sudah mulai ditemukan gagasan-gagasan dari para penulis
perempuan yang berusaha mempertanyakan tempat (posisi) mereka di dunia sosial
dan menentang ide-ide tentang feminitas yang dianggap wajar dan berlaku ketika
itu. Kajian dan penulisan tentang persoalan sosial yang mengabaikan kehadiran
perempuan tersebut tidak melulu dilakukan oleh perempuan sendiri seperti; Judith
Butler, Wolstoncraft dan Simone de Beauvoir, namun juga oleh banyak feminis
laki-laki sebagaimana John Stuart Mill, Karl Marx, Mao Se Tung, Michel Foucault
dan Sigmund Freud.7
Kata “Gender” berasal dari bahasa Inggris, gender, berarti “jenis kelamin”.8
Dalam Webster’s New World Dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang
6
Flood, Michael (2007). International encyclopedia of men and masculinities. London New York:
Routledge. hlm. viii. ISBN 9780415333436.
7
Marx dan Engels, 1984, The Origins of the family, private Property and the state, London: Penguin.
8
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, cet. XII, (Jakarta: Gramedia, 1983),
Hlm. 265
3
tampak anatara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. 9
Didalam Women’s Studies Encyclopedia dijelasakan bahwa Gender adalah suatu
konsep kultural yang serupa membuat perbedaan (Distinction) dalam hal peran,
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempauan
yang berkembang dalam masyarakat.10
Hilary M. Lips dalam bukunya yang terkenal Sex & Gender: An Introduction
mengartikan gender sebagai harapan – harapan budaya terhadap lakilaki dan
perempuan. ( Culture exspectation for women and men). Misalnya sejalan dengan
apa yang dikatakan Mansour Fakih bahwa perempuan dikenal dengan lemah
lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional,
jantan dan perkasa. Ciri-ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan,
misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan
perkasa. Perubahan ciri dan sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari
tempat ketempat lain.11
9
Victoria Neufealdt (ed), Webster’s New World Dictionary, (New York: Webster‟s New World
Clevenland, 1984), Hlm. 561
10
Helen Tierney (ed), Women Studies Encyclopedia, Vol. I, (New York: Green Wood Press, tt),Hlm.
153.
11
Priyo Soemandoyo,Wacana Gender & Layar Televisi: Studi Perempuan Dalam Pemberitaan
Televisi Swasta, (Yogyakrta: LP3Y,1999), h. 58-59, Lihat juga dalam buku Mufida, Ch,
Paradigma Gender (Edisi Revisi), (Malang: Bayu Media Publishing, 2004), Hlm. 4.
4
sebagai konsep analisis (An analytic concept) yang dapat digunakan untuk
menjelaskan sesuatu. Sedangkan Nasaruddin Umar dkk, gender diartikan semata-
mata merujuk pada karakteristik-karakteristik social, seperti perbedaan dalam gaya
rambut, pola pakaian, jenis pakaian dan aktifitas lain yang secara kultural
dipelajari.12
Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu
konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi sosial-budaya yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman dengan demikian gender dalam arti ini mendefinisikan lakilaki dan
perempuan dari sudut non-biologis.
12
Nasaruddin Umar, Suparman Syukur dkk., Bias Gender Dalam Pemahaman Islam, (Yogyakrta:
Gema Media, 2002), Hlm. 3.
5
Dari pemaparan Wibowo peneliti beranggapan bahwa maskulinitas erat
kaitannya dengan laki-laki, serta sterotipe yang dimiliki oleh laki-laki. Maskulin
merupakan sebuah bentuk konstruksi kelelakian terhadap laki-laki. Laki-laki tidak
dilahiran begitu saja dengan sifat maskulinnya secara alami, maskulinitas dibentuk
oleh kebudayaan. Hal yang menentukan sifat perempuan dan laki-laki adalah
kebudayaan (Barker, dalam Nasir, 2007:1). Secara umum, maskulinitas tradisional
menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain kekuatan, kekuasaan, ketabahan, aksi,
kendali, kemandirian, kepuasan diri, kesetiakawanan laki-laki, dan kerja. Di antara
yang dipandang rendah adalah hubungan interpersonal, kemampuan verbal,
kehidupan domestik, kelembutan, komunikasi, perempuan, dan anak-anak (Barker,
Nasir, 2007: l).13
13
Craig, Stave. 1994. Men, Masculinity And The Media. Canadian Journal of Communication. Vol
19. No. 2.
14
Kaufman, Michael. 2006. Psychology of Men and Masculinities. Masculinity is not in our genes,
it’s in our imaginations. Psychology, 431, Spring. 2006
6
berasal dari sebuah teori atau konsep yang didasarkan atas formula teori tunggal.
Itu sebabnya, tidak ada abstraksi pengertian secara spesifik atas pengaplikasian
feminisme bagi seluruh perempuan disepanjang masa. Pengertian feminisme itu
sendiri menurut Najmah dan Khatimah Sai’dah dalam bukunya yag berjudul Revisi
Politik Perempuan (2003:34) menyebutan bahwa feminisme adalah suatu kesadaran
akan penindasan dan eksploitasi terhadap perempuan yang terjadi bik dalam
keluarga, di tempat kerja, maupun di masyarakat serta adanya tindakan sadar akan
laki-laki maupun perempua untuk mengubah keadaan tersebut secara leksikal.
Feminisme adalah gerakan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum
perempuan dan laki-laki.
15
Tersedia di : https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/G31A/2014/G.331.14.0069/G.331.14.0069-
05-BAB-II-20180708040009-FEMINISME-LIBERAL-DALAM-FILM-KARTINI.pdf.
Diakses Pada 26 Februari 2024. Pukul 12:54.
7
komunitas dan berbeda-beda dari waktu ke waktu. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa peran gender itu dikonstruksikan oleh budaya yang dipengaruhi oleh struktur
ekonomi dan politiknya.
Peran gender yang tidak seimbang disebabkan oleh persepsi terhadap peran
gender dari masing-masing individu yang akar permasalahannya berasal dari
kesenjangan sosiologis kultural di tingkat keluarga dan masyarakat lokal. Persepsi
pembagian peran gender dalam keluarga terdiri persepsi terhadap peran gender
dalam sektor domestik, dan persepsi terhadap peran gender dalam sektor publik-
sosial.
Persepsi peran gender dalam sektor domestik, ,diantaranya sebagai berikut :17
16
Kasiyan, Manipulasi dan dehumanisasi perempuan dalalam iklan (Yogyakarta: Ombak, 2008)
17
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA, Bunga Rampai: Panduan dan n
Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional,
rta:2005).
8
1) Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran memperbaiki alat,
memelihara peralatan rumah, dan menggunakan sarana sebagai peran yang
lebih baik dilakukan oleh laki-laki.
2) Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran berbelanja bahan
makanan dan memasak serta menyiapkan makanan dan keperluannya sebagai
peran yang lebih baik dilakukan oleh perempuan.
3) Contoh laki-laki dan perempuan mempersepsikan peran pengasuhan anak,
membersihkan lingkungan rumah, perencanaan dan pengaturan keuangan,
pengambilan keputusan dalam keluarga, domestik subsisten, merawat
kesehatan, dan menyediakan air sebagai peran yang lebih baik dilakukan baik
laki-laki maupun perempuan (netral).
Adapun , persepsi peran gender dalam sektor publik-sosial, diantaranya sebagai
berikut :18
1) Contoh laki-laki mempersepsikan peran mencari nafkah utama sebagai peran
yang lebih baik dilakukan oleh laki-laki, sedangkan contoh perempuan
mempersepsikan peran tersebut sebagai peran yang lebih baik dilakukan
perempuan.
2) Contoh laki-laki maupun perempuan mempersepsikan peran mencari nafkah
tambahan sebagai peran yang netral, yaitu dilakukan oleh laki-laki ataupun
perempuan.
3) Contoh perempuan mempersepsikan aktivitas sosial kemasyarakatan sebagai
peran yang lebih baik dilakukan baik laki-laki maupun perempuan (netral),
tetapi contoh perempuan mempersepsikan peran tersebut sebagai peran yang
lebih baik dilakukan oleh laki-laki.
18
Ibid,. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
9
Beberapa peran maskulinitas yang sering diidentifikasi, diantaranya sebagai
berikut :
1) Peran Penyedia
10
tertentu, tetapi sebagai spektrum yang luas yang mencakup berbagai karakteristik
dan sifat yang dapat dimiliki oleh individu, terlepas dari jenis kelamin mereka.19
Adapun, peran femininitas dalam masyarakat adalah topik yang kompleks dan
bervariasi tergantung pada konteks budaya, sejarah, dan nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat. Namun, secara umum, femininitas merujuk pada sifat-sifat,
karakteristik, dan peran yang sering kali diidentifikasi atau dihubungkan dengan
perempuan.
1) Peran Sosial
2) Ekspresi Emosional
Wanita sering dianggap lebih terbuka secara emosional dan terhubung dengan
perasaan mereka sendiri dan orang lain. Ini menyebabkan mereka sering
menjadi figur dukungan emosional di komunitas dan hubungan interpersonal.
3) Kecantikan dan Estetika
Ada tekanan sosial yang kuat pada wanita untuk memperhatikan penampilan
fisik dan estetika mereka. Hal ini sering tercermin dalam norma-norma
kecantikan dan budaya visual yang dihadapi oleh perempuan.
4) Komunikasi dan Kerja Kolaboratif
Perempuan sering dianggap lebih cenderung menggunakan komunikasi yang
kooperatif dan persuasif daripada komunikasi yang dominan atau kompetitif.
Mereka cenderung memprioritaskan harmoni dan kesepahaman dalam
hubungan sosial.
5) Peran Pendidikan dan Sosialisasi
19
Connell, R. W. (2005). *Masculinities*. University of California Press
11
Perempuan sering dipandang sebagai figur yang berperan penting dalam
mendidik dan menyosialisasikan generasi mendatang. Mereka dapat
memberikan nilai-nilai, norma-norma, dan pengetahuan kepada anak-anak dan
anggota masyarakat lainnya.
B. Rumusan Masalah
20
Kasiyan, Manipulasi dan dehumanisasi perempuan dalalam iklan (Yogyakarta: Ombak, 2008).
12
Studi tentang maskulinitas mendapat perhatian yang meningkat pada akhir 1980-an
dan awal 1990-an. Adapun, , teori feminis bisa ditandai sebagai buah pemikiran
yang lahir dari friksi sosial yang kemudian turut menyemarakkan modernitas dan
menyeruak di dunia akademis Barat sejak tahun 60-an dalam nuansa borjuis liberal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Saptari, Bigritte Holzner, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial Sebuah
Pengantar Studi Perempuan (Jakarta: Kalyana Mitra, 1997), Hlm. 89.
Romany Sihitie, Perempuan, Kesetaraan dan Keadilan, (Rajagrafindo Persada:
Jakarta, 2007), Hlm. 230.
Helen Tierney, Women’s New World Dictionary, (New York: Webster’s New World
Clevenland, 1984), Hlm. 561.
Tersedia di : https://plus.kapanlagi.com/arti-gender-pengertian-secara-umum-
sejarah-dan-macam-macamnya-923623.html?page=2 . Diakses Pada 26
Februari 2024 Pukul 11:44.
Levant, Ronald F.; Kopecky, Gini (1995). Masculinity reconstructed: changing the
rules of manhood—at work, in relationships, and in family life. New York:
Dutton. ISBN 978-0452275416.
Flood, Michael (2007). International encyclopedia of men and masculinities.
London New York: Routledge. hlm. viii. ISBN 9780415333436.
Marx dan Engels, 1984, The Origins of the family, private Property and the state,
London: Penguin.
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, cet. XII, (Jakarta:
Gramedia, 1983), Hlm. 265
Victoria Neufealdt (ed), Webster’s New World Dictionary, (New York: Webster‟s
New World Clevenland, 1984), Hlm. 561
Helen Tierney (ed), Women Studies Encyclopedia, Vol. I, (New York: Green Wood
Press, tt),Hlm. 153.
Priyo Soemandoyo,Wacana Gender & Layar Televisi: Studi Perempuan Dalam
Pemberitaan Televisi Swasta, (Yogyakrta: LP3Y,1999), h. 58-59, Lihat juga
dalam buku Mufida, Ch, Paradigma Gender (Edisi Revisi), (Malang: Bayu
Media Publishing, 2004), Hlm. 4.
Nasaruddin Umar, Suparman Syukur dkk., Bias Gender Dalam Pemahaman Islam,
(Yogyakrta: Gema Media, 2002), Hlm. 3.
Craig, Stave. 1994. Men, Masculinity And The Media. Canadian Journal of
Communication. Vol 19. No. 2.
14
Kaufman, Michael. 2006. Psychology of Men and Masculinities. Masculinity is not
in our genes, it’s in our imaginations. Psychology, 431, Spring. 2006
Kasiyan, Manipulasi dan dehumanisasi perempuan dalalam iklan (Yogyakarta:
Ombak, 2008)
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA, Bunga Rampai:
Panduan dan n Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional, rta:2005).
Ibid,. Kementerian Pemberdayaan Perempuan.
Connell, R. W. (2005). *Masculinities*. University of California Press.
Kasiyan, Manipulasi dan dehumanisasi perempuan dalalam iklan (Yogyakarta:
Ombak, 2008).
15