Anda di halaman 1dari 18

JULIA KRISTEVA DAN

PEMIKIRANNYA
OLEH:
RAHMAN MALIK, S.SOS,M.SOS.

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
SOSOK JULIA KRISTEVA

• Julia Kristeva adalah seorang Filsuf perempuan, ahli bahasa, novelis, ahli sosiologi, tokoh
feminist, dan kritikus sastra yang berasal dari Bulgaria (Eropa Tengah).
• Tetapi dia bersama pemikiran besarnya baru popular ketika ia berada di Prancis.
• Julia Kristeva lahir di desa kecil di Bulgaria tahun 1941.
• Julia Kristeva dikenal oleh sastrawan eropa sebagai sosok perempuan yang pintar.
• Awalnya dia terkenal, karena beraliran filsafat neo marxist.
• Tetapi kemudian, seiring berjalannya waktu dan banyak kajian-kajian yang ia dalami, ia
belakangan mengubah aliran filsafatnya yang sangat dipengaruhi oleh Maoisme (aliran
filsafat china)
TEORI DAN KONSEP TERKENAL JULIA KRISTEVA
• Di dunia semiotika teorinya yang begitu terkenal yakni semanalisis yang berbicara
tentang tanda dan simbol dalam bahasa.
• Di dunia psikologi dan feminis adalah teorinya tentang tubuh maternal perempuan yang
mana pemikirannya ini sangat kental oleh pengaruh Simone de Beavoir.
• Simone de Beavoir adalah guru/dosennya di kampus dimana tempat Julia Kristeva kuliah
di Prancis. Karena dekatnya dengan Simone de Beavoir, Julia Kristeva pun sedikit
mengenal aliran filsafat Jean Paul Sartre yang notabane pasangan dari Simone de
Beavoir.
TOKOH-TOKOH PEMIKIRAN YANG
MEMPENGARUHI PEMIKIRAN JULIA KRISTEVA

Pertama adalah pemikiran Sigmund Freud


Kedua adalah pemikiran Roland Barthes (dibaca Rolang Barth “bahasa prancis”)
Ketiga adalah pemikiran Jacques Lacan (dibaca Jekqies Lekong “bahasa prancis”)
Keempat adalah pemikiran Simone de Beavoir

Keempat tokoh tersebut yang berperan besar mempengaruhi pemikiran-pemikiran Julia


Kristeva.
GAYA FILSAFAT JULIA KRISTEVA

• Julia Kristeva adalah seorang filsuf yang beraliran post-strukturalis.


• Dimana aliran post-strukturalis ini sangat mengkritik keras aliran-aliran corak filsafat
strukturalis yang mana aliran ini mengganggap ilmu itu bebas nilai, bersifat objektif, dan
berada diluar individu .
• Yang mana, pada saat jaman modern, aliran filsafat strukturalis begitu mendominasi
kajian-kajian ilmu pengetahuan alam maupun sosial.
• Disini, Julia Kristeva bersama teman-temannya seperti Foucault dan Derrida hadir
mengkritisi aliran filsafat strukturalis dengan gaya pemikirannya yang post-strukturalis.
CORAK ALIRAN FILSAFAT POST-STRUKTURALIS
YANG DIANUT JULIA KRISTEVA DKK.

• Tidak percaya pada pola-pola masyarakat yang pasti dan kaku.


• Anti pondasionalis = memahami bahwa dunia itu selalu dinamis bukan statis
• Realitas sejati tidak ada.
• Realitas bersifat representasi/ selalu ditampilkan ulang oleh subjek tergantung konteks
dan lingkungan subjek itu berada.
• Manusia bertindak sebagai subjek atas fenomena.
• Semua bersifat tekstualisasi = yang mana semua diposisikan sebagai teks= yang dapat
diamati, dibaca, dipahami, ditafsirkan sesuai pemahaman subjek yakni manusia.
• Manusia dianggap sebagai subjek yang agung.
TEORI SEMANALISIS JULIA KRISTEVA

• Semanalisis adalah paradigma melihat bahasa mampu menghasilkan makna yang


berbeda-beda, sesuai dengan pemahaman dan interpretasi subjek (manusia) dan konteks.
• Pemikiran ini hampir sama dengan pemikiran dekonstruksi Derrida.
• Anda, tahu ini apa ? Ya, ini pasar kembang di Kota Jogjakarta. Mengapa saya mengambil
contoh ini? Alasan dan penjelasan teori semanalisis nya bisa dilihat di slide berikutnya:
PENJELASAN ATAS FENOMENA PASAR KEMBANG
BERDASARKAN ANALISIS SEMANALISIS JULIA KRISTEVA

• Seperti yang kita ketahui bahwa pasar kembang di jogjakarta itu sebuah nama jalan di dekat jalan
Malioboro yang terkenal dengan dunia malamnya atau tempat prostitusi di kota Jogjakarta.
• Jika kita tanya pada masyarakat atau anak muda sekarang yang tinggal di jogja mereka langsung
menanggapnya dan memahami Pasar kembang (Sarkem) itu langsung secara otomatis memaknai
sarkem sebagai tempat prostitusi di Jogjakarta bukan pasar yang menjual kembang di Jogjakarta.
• Tetapi berbeda konteksnya jika kita tanya misalnya sama orang tua kita di desa misalnya tentang
sarkem itu. Mungkin saja mereka menganggap Pasar kembang itu adalah sebuah pasar yang
menjual kembang-kembang di Jogjakarta, mereka tidak mengerti bahwa Sarkem itu adalah tempat
prostitusi.
• Nah, inilah yang dikatakan Kristeva tentang Semanalisis yakni satu bahasa bisa melahirkan tafsir-
tafsir pemaknaan bahasa yang berbeda tergantung konteks dan subject pada siapa kita berbicara
mengenai bahasa tersebut. Semoga sampai disini dapat dipahami.
GENOTEKS DAN FENOTEKS DALAM
SEMANALISIS
• Perbedaan tafsir dan keberagaman subject dalam memahami bahasa tersebut membuat Kristeva
membagi teks ke dalam dua golongan yakni:
• Genoteks = yakni teks atau bahasa asli,sesuai kodratnya pembentukannya.
• Fenoteks = yakni pemahaman teks berdasarkan pemaknaan subjek-subjek manusia
• Contoh : Pancasila asli itu tidak ada (Genoteks), yang ada pancasila versi subject manusia/seseorang
termasuk versi bung karno itu meskipun beliau pencetus pancasila tetapi tidak bisa dikatakan itu
(Genoteks) melainkan itu adalah pancasila (fenoteks) yang mana pancasila hadir dari versi subject
seseorang (dalam hal ini bung karno).

• POINT PENTING : KRISTEVA MENGGARIS BAWAHI BAHWA AKTIVITAS KESEHARIAN


MANUSIA ADALAH PROSES PEMBENTUKAN MAKNA-MAKNA BARU DALAM BAHASA.
SIGNIFIKASI DAN SIGNIFICANT

• Signifikasi adalah makna yang ada di dalam bahasa yang diatur/ dilegalkan secara
kolektif (distrukturkan). Masyarakat patuh akan makna dari bahasa tersebut, tidak ada
yang berani melanggar dan keluar dari konteks sosial bahasa tersebut.

• Significant adalah makna bahasa yang dapat diinterpretasikan secara bebas oleh individu,
tidak terikat oleh struktur apapun.
TUBUH MATERNAL (TUBUH IBU)

• Pemikiran Julia Kristeva tentang tubuh maternal (tubuh ibu) ini hadir sebagai akar melawan
ketertindasan perempuan di dalam corak budaya masyarakat yang bersifat patriarki
(mengagungkan laki-laki)
• Kristeva melihat bahwa perempuan selalu dijadikan objek laki-laki
• Contoh: ketika (laki-laki) berbicara tentang perempuan, langsung menggambarkan perempuan
sebagai sosok makhluk yang seksi, dibingkai dalam balutan seksual, penilaian atas tubuh
biologis perempuan. Meskipun kadang, perempuan tersebut misalnya tampil secara muslimah,
tetapi kadang laki-laki selalu saja berandai-andai atau berfantasi tentang lekuk tubuh
peremmpuan muslimah tersebut.
• Pandangan semacam ini yang kemudian memandang perempuan sebagai makhluk rendah,
yang hanya dilihat sebagai makhluk urusan domestik, ranjang, dan biologis semata.
KRITIK KRISTEVA ATAS PAHAM PATRIARKI

• Padahal menurut Kristeva, perempuan tidak selalu dipandang sebagai makhluk rendahan.
• Pada perempuan juga terdapat sisi tubuh perempuan yang tidak bisa dipandang rendahan
yakni tubuh maternal/tubuh ibu.
• Bahkan Nabi Muhammad saw-pun sangat menghargai tubuh maternal perempuan,
makanya ada istilah “surga ditelapak kaki ibu” . Ini menggambarkan bahwasannya
perempuan itu jauh lebih tinggi derajatnya daripada laki-laki, karena dari perempuan lahir
banyak anak manusia di dunia ini. Ini jugalah yang diangkat Kristeva di dalam aliran
feminismenya yang menolak budaya patriarki.
• Dari pemahaman tubuh maternal Kristeva ini, Kristeva melihat laki-laki pun sangat
tergantung pada perempuan (dalam hal ini sosok ibu). Maka sebab itu perempuan tidak
bisa dipandang rendah, karena perempuan juga representasi dari sosok ibu itu sendiri.
LANJUTAN

• Tidak hanya perempuan saja yang tergantung dengan laki-laki, tetapi sebaliknya pun
juga, laki-laki juga tergantung pada sosok perempuan dalam hal ini tubuh maternal ibu.
FASE-FASE MANUSIA MULAI DARI TAHAP
TUBUH MATERNAL IBU MENJADI PRIBADI
SOSIAL
• Fase Cora (manusia saat masih berusia 0-6 Bulan)= fase dimana manusia / seseorang masih
bergantung pada tubuh ibunya (saat masih orok). Seseorang pada tahap ini melihat tubuh
ibunya sebagai surga karena disitu hadir kasih sayang seorang ibu, adanya ASI dan kebutuhan
energi, dan kehangatan dari seorang ibu. Tetapi setelah melewati tahap fase 6 bulan pertama
sejak seseorang dilahirkan dan berada dalam fase cora ini, seseorang tersebut ada saatnya
harus berpisah dengan tubuh ibunya (berpisah dengan tubuh maternal) agar bisa membentuk
identitasnya sebagai makhluk sosial. Sehingga masuk ke dalam tahapan fase adjeksi.
• Fase Adjeksi adalah fase dimana manusia/seseorang harus melepaskan dirinya dari
keterikatan dirinya dengan tubuh ibunya. Tujuannya agar seseorang/ manusia tsb dapat
membentuk fase-fase sosialnya sebagai pribadi individu yang terpisah dari tubuh maternal
ibunya. Pada fase ini, si anak tsb harus bermain di dalam hukum ayahnya yang rasional.
LANJUTAN FASE SIMBOLIK

• Pada fase simbolik ini kemudian seseorang / si anak membangun identitas dirinya sendiri
• Pada fase simbolik inilah yang kemudian muncul gerakan-gerakan pembelaan pada kaum
perempuan di dalam pemikiran Julia Kristeva.
• Pada fase ini kemudian banyak para kaum-kaum feminist berjuang melawan budaya
patriarki di masyarakat.
LANJUTAN FASE ADJEKSI

• Pada fase adjeksi inilah yang banyak memunculkan pandangan negatif pada perempuan.
Karena pada fase ini baik si anak laki-laki atau perempuan ikut di dalam lingkungan dan
struktur ayahnya, karena ini adalah proses upaya pencarian jati diri bagi si anak, tidak
bisa bergantung pada tubuh ibunya terus-menerus.
• Pada fase ini, ibu menjadi tidak penting lagi perannya bagi si-anak karena dia telah
memisahkan diri dari keterikatan tubuh ibunya. Pada proses ini ada yang berhasil
melepaskan diri dengan tubuh ibunya dan menjadi identitas dirinya sendiri, tetapi ada
juga yang tidak berhasil, itulah yang kita sebut hari ini dengan istilah “anak mama”.
TAHAPAN FEMINISME

• 1. Feminisme Liberal = paham feminis yang mendorong adanya penyetaraan hak, penyetaraan
dunia kerja, adanya emansipasi pada perempuan, bersifat dan bercorak umum perbedaannya
antara laki-laki dan perempuan. Contoh : Emansipasi perempuan melalui gerakan R.A. Kartini.
• 2. Feminisme Radikal/Lesbian= paham feminis yang ingin bertanding dan melakukan
perlawanan terhadap kaum laki-laki, ingin menunjukkan bahwa laki-laki itu tidak penting,
tanpa laki-laki, perempuan pun bisa hidup. Mendorong sifat independent pada perempuan,
ingin membuktikan sebenarnya laki-laki lah yang membutuhkan perempuan. Contoh :
Feminisme Simone de Beavoir
• 3. Feminisme post-modern= menerima berbagai macam-macam identitas dan keberagaman
gender. Disinilah posisi Julia Kristeva. Adanya feminist dan maskulin adalah merupakan hasil
bentuk budaya. Menerima pluralisme gender.
PENUTUP

“Cinta adalah tentang ruang dan waktu. Ketika aku memberikan diriku hak untuk
menjadi luar biasa” (Julia Kristeva)

Makna dari quotes Kristeva diatas: Kalau sudah berani masuk ke dalam ruang yang
namanya cinta, berarti kamu siap untuk menjadi seseorang yang luar biasa.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH


WASSALAM
R. MALIK

Anda mungkin juga menyukai